Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Kamis, 29 April 2010

Rumahku

Duniaku
Dunia yang kurekat dari keping-keping airmata
Ada sesal
Makin dalam tersungkur mengertilah akan arti sukur atas nikmat Tuhan

Dendam Rindu

Sakura telah memekarkan bunga-bunganya
Pesona pepohonan menyamankan suasana
Nun jauh di sana menara Tokyo pancarkan keelegannya
Kereta api tercepat serasa meyayat mata hati

Ku bersedih tanpamu
Dua kali musim dingin terlewati tanpamu
Butir-butir salju yang turun merontokkan pertahanan diri
Pesona unik negeri ini tak membuat lupa
Ku mendendam rindu
Rindu dendam padamu

Terpinggirkan

Dasi-dasi berkata inilah yang terbaik
Menikam kaos-kaos oblong yang seharusnya diayomi
Pendalihan atas nama kemajuan dan globalisasi
Pembenahan yang merusak lingkungan dan alam
Dasi-dasi fasih berbicara bahasa ilmiah dan internasional
Menggiring opini ke jalan pemikirannya yang sasar

Dasi-dasi memaksakan kehendak
Kaos-kaos oblong berpeluh coba bertahan
Bukalah dasi juga hati
Tanyakan pada hati kaum pedasi
Adakah kaos oblong dikenakan di balik kemeja yang dikenakan

Dasi-dasi bangunlah negeri dengan kerendah hatian
Rendah hati seperti dulu pedasi tanpa dasi

Pertanyaan Rasa

Cintaku kemana akan berlabuh
Cintamu bersauhkah padaku
Diriku sayang padamu sedari dulu
Tak sempat terucap saat itu banyak kumbang mengelilingimu
Tak sempat tanyakan apakah kaupun merasai rasa

Pandangan mata kita beradu belum cukupkah tanda itu
Duniaku yang ada cintaku padamu
Telah banyak kirimkan sinyal suka padamu
Tak berbalas
Mungkin rasamu bukan untukku

Baiklah rasa
Tak lagi tanyakan cinta-cinta padanya
Belasan tahun memendam hasrat
Tak lagi bersair tentangmu
Dirimu tak mengetukiku walau ku telah menari di hadapanmu

Sair Kosong

Menggubris tanda yang sekedar pertanda belaka
Menyombongkan segala yang seolah dapat terpegang
Dunia teranggap mampu terarungi secara sonik
Angkuh itu meracuni tubuh
Menggerogoti hati yang bening sedari bayi

Harta-harta telah menjadikan lupa
Ingin berhenti saja dari hidup dunia
Pesona dunia terlalu menyilaukan mata-mata
Sejenak merenung hidup bukan penyerahan tanpa usaha
Berjuang meraih Tuhan walau galau lagi terlentang
Ajari ilmu tentang kesejahteraan alam

Cukup saja tentang berbuat kesetanan
Setan yang setan pembawa kesesatan

Tolong Lolongkan Kehidupan

Tolong tancapkan nisan secara perlahan
Tolong turunkan keranda secara perlahan
Tolong taburi bebunga wangi di atas pekuburan
Tolong ingin hidup lagi di muka bumi

Lolong yang tersekat di tenggorokan
Lolong yang menggantung pada tengah langit
Lolong yang hanya kosong tanpa arti
Lolong kesiaan

Hidup yang telah usai
Hidup dunia yang tak bisa terulang reinkarnasi kebohongan belaka
Hiduplah yang lurus para calon mayat
Hiduplah di garis Tuhan

Rabu, 28 April 2010

Keujuran

Buah nanas yang kejam
Memakannya membuat ngilu gigi
Buah kedondong yang harus ditahan
Harumnya merangsang penciuman
Cuka yang membuat mata terpejam nikmat
Kopi yang legit tapi berkafein
Sambal yang membuat perut melilit
Segalanya halal dikonsumsi

Tubuh yang ujur tak mampu menampung makanan
Ketuaan terjadi
Organ-organ tubuhpun menua
Organ yang tak bisa berbohong
Keujuran yang kurangi kekuatannya

Tak Tersambung

Ada yang salah dengan diri
Kala resapi ayat-ayat Tuhan seperti ada pemberontakan dalam diri
Kelalaian dalam ibadah
Kemalasan dalam hidup
Ada yang salah

Tuhan
Tolonglah keluarkan belenggu iblis yang mengekang

Masa Kecil

Kembalikan saja masa kecil yang kalian rebut
Masa kecil yang dulu penindasan
Masa kecil penganiayaan
Masa kecil penghinaan
Masa kecil penuh penyiksaan
Masa kecil penganaktirian

Banyak luka di tubuh menjadi saksi
Ada juga luka di hati yang belum kunjung hilang
Ingin ulangi masa kecil tanpa kalian yang pernah goreskan perih
Kembalikan saja masa kecil yang belum puas diarungi

Dalam sesak mengenang
Dalam perih tersadarkan
Masa terus bergerak maju tanpa bisa bergerak mundur

Kalian yang membuat luka di masa kecil jangan lukai lagi
Perlawanan sengit berperang mempertahankan tak ingin terluka lagi
Ini bukan dendam dengan kelapangan hati tak bisa diubah masa-masa lalu itu
Masa kecil kenangan yang tiada untuk terkenang indah

Menjauh

Menjauh dari dosa
Tak mau berkubang dosa
Suka yang sesaat mencacah raga menusuk jiwa
Ibadah yang terkait dengan payah tak mau tergadai karena menjadi pemuja dosa
Ibadah-ibadah yang tersembah belum sempurna
Alangkah celakanya bila menjadi pemuja neraka

Jauh hanya itu saja kemauan batin
Menjauhi segala maksiat beserta penikmatnya

Baik Yang Tak Mudah

Terlalu banyak intrik untuk jadi orang baik
Terlalu banyak penjilat hingga kebaikanpun menjadi telat
Lalu lalang seperti hujan salju yang turun dari langit
Memputih indah namun mendinginkan segala
Butir-butir salju yang frontal menggunung mengeras menghalangi jalanan
Membuat licin
Membuat hidung mimisan
Menggigil tubuh menahan dingin
Merusak baik yang akan tercetus

Tak bisakah sedikit saja berikan kebaikan tempat
Baik yang akan merubah hak yang tak semestinya
Baik yang akan menyadarkan para jahat dan para dosa

Selasa, 27 April 2010

Bagaimana Rasanya

Ku tak tersenyum hanya sedikit terenyuh
Inilah jalan Tuhan
Kau kehilangan aku
Tapi kau mencoba tegar
saat ini ku masih bersamamu tanpa bicara
Terlalu arogan juga angkuh padaku
Itu menyakitkanku
Bila kupergi tak akan kembali

Lalu mengapa tak kau utarakan sayang sekarang sebelum terlambat
Sayang tak terucap menyakitkanku
Karena Tuhan ku memilih tak berkata-kata
Bila berucapku kalian memutarbalikkan fakta kepadaku
Itu menyakitkanku

Dengan kesedihan kumenulis
Dengan Tuhan kumengharap kuasaNya

Sedikit Kata

Bagaimana caranya meyakinkan hati
Itu saja yang tertulis dalam pertanyaan hidup

Hari Biasa

Hari yang seperti hari
Memaknainya tak mengguratkan arti
Sukma yang lemah
Angin yang terhirup di pagi hari
Pagi yang hanya sekedar pagi
Seharusnya berarti

Semunya Suka

Berikan gambaran kebahagiaan
Tuangkan dalam sketsa-sketsa nyata
Ejawantahkan dalam kenyataan yang dilakoni
Ingin belajar
Belajarlah
Ingin menangis
Menangislah
Ingin tertawa
Tertawalah
Ingin membunuh
Cegahlah ingin itu
Melenyapkan kehidupan hal yang dibenci Tuhan

Lalu dimanakah suka
Bila sukanya dunia hanya semu mengapa harus bersuka
Pahamilah tentang bahagia yang pantas
Kepantasan gembira yang terpancarkan kelak saat berjumpa Tuhan
Berbahagialah dalam keduniaan dengan sepantasnya

Air Hujan

Rasa yang terpendam menghimpit badan
Sesaki ruang hati yang ingin senantiasa lapang
Kilatan halilintar menyambar suaranya menggelegar
Hati yang kecil
Mata-mata yang sembab

Hujan menetesi sudut-sudut gersang
Tapi basahnya tak sampai di sini
Hanya suara petir yang buat cemas dan takut
Terduduk memegang lutut
Lemasnya jiwa hancurkan rasa
Keterpurukan membuat bosan

Tautan-tautan peristiwa yakinkan untuk tinggalkan derita
Kedukaan cukuplah sampai di siniTak ada linangan airmata lagi
Biarkanlah bermandikan hujan tanpa tersambar halilintar
Nestapa mengerucutlah
Pergilah duka-duka dari lubang jiwa

Minggu, 25 April 2010

Alam Raya

Tembokpun bertelinga
Dindingpun berbicara
Jujurlah para penghuni bumi
Jangan sampai alam raya yang membongkar semua kebohongan
Jangan tunggu alam murka
Bicaralah tanpa dusta
Tak ada tempat di sisinya
Tiada celah di hatinya
Kejujurannya menyakitkan
Itulah perkataan yang benar
Lambat laun setiap insan akan mengerti

Rasi-Rasi Bintang

Bila bintang tak lagi bersinar
Cahayanya kalah benderang daripada bulan purnama
Walaupun bintang miliki cahaya sendiri
Bintang berjauhan satu dengan yang lainnya
Walau banyak bintang di langit bila tak menyapa kekuatan sinarnya tak kentara
Bersatulah bintang
Bentuklah rasi-rasi bintang sesering mungkin
Tandaskan bahwa bintang yang kecil miliki sumber cahayanya sendiri

Jumat, 23 April 2010

Kotornya Jiwa

Bau sampah plastik terbakar terbawa angin
Aroma sungguh tak mengenakkan
Membangunkan kembali dari rasa kantuk
Sampah-sampah plastik jangan lagi dibakar
Wangi yang tak harum
Kedua mata telah kecapaian
Ketakutan bila lampu dipadamkan
Sebelum terlelap terbaca halusinasi-halusinasi kotor pengantar tidur
Belum bisa mencegah kuatnya
Sungguh sampah diri
kotornya jiwa yang diciptakan

Petarung Sejati

Senjata-senjata diletuskan ke udara
Kerumunan terberai kocar-kacir dibuatnya
guyuran air disemburkan untuk membubarkan barisan
Mobil-mobil baja bermoncong dikendarai menakuti orang-orang
Membunuhi
Melukai
Menggilas badan
Tak cukup juga lalu atom-atom dijatuhkan dari angkasa
Rubuhkan gedung
Hancurkan negeri
Mencerai-beraikan keluarga

Wahai penghancur dan penindas
Anak kecil itu masih berdiri
Seratus empat puluh senti bertinggi
Tanpa masker menutupi wajah
Ikat kepala senada berwarna hijau dengan baju bergaris putih yang dikenakan berkibar tertiup angin
Bercelana katun agak tebal
Bersepatu lusuh pada kaki-kaki yang kuat
Sorot mata tajam dengan wajah yang bening nan jernih khas bocah kecil
Tangannya memegang katapel kecil di kantung celana bebatu kecil
Ini bukan bunuh diri
Ini tanah kami
Ini bukan dendam karena pemilik bermobil baja membunuhi tiap keluarga
Ini kesadaran berjuang tanpa takut

Secara berTuhan bocah melawan angkara yang hendak merampas tanah negerinya
Keluar lalu sembunyi dari terjangan peluru
Sebelum azan asar berkumandang di Aqso bocah tergeletak bersimbah darah
Tentara musuh menyeret tubuhnya menggali lubang menyembunyikan dari dunia
Ada harum wangi dari bekas-bekas kematiannya
Tentara musuhpun memegang sisa darah yang tercecar
Ini tidak bau amis darah
Ini bak parfum Perancis
Tentara musuh kebingungan

Kebenaran siapakah yang benar
Kebenaran yang dibawa olehnya atas titah penguasa negaranyakah
atau kebenaran yang dibawa bocah sang petarung
Kebenaran yang benar milik Sang Esa
Azan asar selesai diperdengarkan menciutkan nyali sang tentara
Sebentar lagi datang petarung-petarung sejati lainnya

Ini tanah sang petarung
Ini bukan tanah sang tentara

Kisah Kun Dan Kin

Hentikan saja bila semuanya serba mengada-ada
Tak perlu bersilat lidah jika itu salah
Memangnya kau anjing yang tak butuh pakaian
Memangnya kau laki-laki yang tak butuh vagina

Kau perempuan
Kau bukan penyuka sesama jenis
Bekunya hati
kerasnya kepala

Kun laki-laki yang bijaksana
Berbadan kekar berjiwa satria
Datanglah beramai-ramai kepadanya
Mintalah uang padanya

Pasti jawabnya penuh kejujuran
Tidak ada uang kecil apalagi uang besar
Berpura-pura banyak uang padahal kerontang di sakunya
Wahai perempuan jangan tergoda kepadanya

Jangan berikan vaginamu kepadanya
Berikan saja semua kepolosanmu kepadaku
Hanya untuk Kin saja
Karena Kin yang bisa memberikan bermiliar kehangatan

Walau badannya tidak kekar sekekar Kun
Walau jiwanya tidak sesatria Kun
Tapi tetap sama
Sakunya sekerontang Kun

Rabu, 21 April 2010

Buta Tuli Bisu

Ku tak melihat
Ku tak mendengar
Ku tak berkata
Untukmu yang menginginkanku menjadi seperti ini
Haruskah sembunyikan kebenaran dari halayak karena kau yang lakukan
Alasan apa hingga kau buatiku menjadi pendusta
Kau bukan saudara lagi
Kau bukan kawan lagi
Kau bukan manusia lagi
Saudara,kawan dan manusia sejati tak ajarkan ilmu kebohongan
Kau berteman iblis neraka
Ku tak berdaya
Ku tak berkuasa
Jangan membutakan mataku lagi
Penat menulikan telinga lagi
Tak perlu membisukan suaraku lagi
Atas nama Tuhan kulihat kebenaran
Kudengar suara Tuhan
Akan ku berbicara suara kejujuran

Kekesalan

Enyah saja kau dari hadapan
Telah muak melihat laku
Simpan bual omong kosong itu
Mulut yang berbuih dan berbusa segalanya tentang penyimpangan lagi dosa pada Tuhan
Kemaluanmu hanya ditutupi sehelai kain tapi tidak dengan rasa malu pada Tuhan
Malu pada Tuhan telah kau hapus dengan riang dan senang
Bermashuk bersama setan-setan berbalut manusia
Skandal-skandal yang kau sulap jadi kebiasaan
Hilang akal lagi gila
Kau paksa dengan congkak seluruh jelata tersenyum dengan kuasa yang termiliki
Bodohi jelata tanpa sadar kaupun tertololkan akan senyum dan tawa yang terpasang
Rakyat tidak munafik
Hanya para pemimpin yang korup
Rakyat tidak bodoh
Hanya penguasa yang culas penuh tirani tanpa berkeTuhanan

Terlalai

Kaos kaki kaos dalam yang belum terpasang
Jadikan kuurung terbang melayang
Kulukis segala kesah dalam hitamnya bayang
Inilah hidup yang tak mudah diterka para cenayang
Senandung rindu berkumandang diperdendang
Penerka nasibpun mengharap kasih Sang Penyayang
Bodohnya mengangguk pada peramal yang merekapun kesulitan meluruskan kasih dan sayang