Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Rabu, 30 Maret 2011

Pengampun

Merendahkan diri di hadapan Tuhan
Bertelanjang bulat memasrahkan diri kepada Tuhan
Aku ridho tunduk patuh dan taat
Sungguh benar-benar bertobat
Kelemahan dan ketidakberdayaan semakin terasa
Sungguh benar-benar ingin bertaqwa

Kemalasan dalam beribadah dan menjauhi salah mengikuti
Bagai hantu menghantui di setiap langkah

Allahu Akbar
Kekuatan Tuhanlah yang Maha Besar
Aku hina serta dina
Aku bodoh serta fana

Subhanallah
Tuhanlah Maha Suci
Kemurnian zat Tuhan tersirat di setiap inci bumi
Tak patut sombong bersemayam
Tak layak nafsu besar lalu berdosa terus digugu bersekam

Astagfirullahaladzim
Ampuni semua kedosaanku
Sepatutnya jernihnya akal yang merasuk, begitupun di dalam kalbu
Nafas ini belum tersengal
Nyawapun belum terpenggal
Dengan segera ku tersungkur
Dengan segenap malu pada namaMu

Diriku luruh

(Cikampek, 14 Sept 2007. 20:10 pm)

Konsentrasi

Setiap hari bersedih
Setiap hari berduka
Tak ada pojok untuk tertawa
Tak ada ruang untuk bahagia
Setiap hari harus berkonsentrasi
Berlompatan keinginan berdosa
Hasrat untuk menggagahi
Bukan kepada wanita
Bukan pula kepada pria

Hasrat menuruti hawa nafsu terlaknat
Terlaknat yang dibisikkan iblis
Memandangnya membuat muak
Mengharapnya membuat kesal
Kemuakkan dan kekesalan tercetus karena tak dapat memilikinya
Bukan sebab tak bisa
Karena terhalang aturan agama

Kedosaan keiblisan selalu setia mengikut
Lengah sedikitpun murka Tuhan terfirmankan
Lalu iblis tertawa hingga terpingkal-pingkal

(Cikampek, 13 Sept 2007, 10:00pm)

Indonesia Raya

Swarnadwipa Borneo Java Celebes serta Papua
Indonesia Raya
Satu kesatuan utuh Republik Indonesia
Tak akan lagi ada negara boneka
Indonesia telah merdeka

Pandanglah kami sebagai negara yang beradab
Kami bukan negara biadab
Kami telah menjawab
Bahwa Indonesia negara yang bertanggung jawab
Indonesia tetap berkibar terus berkirab

(Cikampek,14 Sept 2007, 08:20 pm)

Waktu Pagi Di Desaku

Pagi hari disambut kokok ayam jago
Embun-embun pagi menetes lagi membasahi dedaunan yang terbangun dari tidurnya
Surau-surau memanggil
Kabut belum sepenuhnya menghilang pandangan masih terhalang
Hawa dingin menusuk tulang
Kedinginan berbalut kesejukan tak surutkan langkah menuju surau

Matahari mulai tampakkan sinarnya
Kabut perlahan terbang menghilang
Para lelaki berjalan riang menuju pematang juga tambak ikan
Anak-anak mereka melangkah dengan tawanya sambil menenteng buku-buku pelajaran

Asap-asap mengepul dari belakang rumah
Para perempuan dewasa sibuk dengan tungku

Waktu pagi yang kucinta
Pagi hari di desaku

Aduh

Sedang panas
Ingin yang dilarang Tuhan

Tak kuat menahan siksa neraka
Tak kuat lawan goda dunia

Tuhan,
Bagaimana ini?

Pulang Kampung

Akupun ingin pulang
Melihat ibu dengan kejernihan wajahnya
Menatap bapak dengan ketegasan raut mukanya
Melihat rumah yang tanpa tersisa kamarku

Dendam itu memang masih ada tapi sekarang pulang kampung
Lupa akan sekat-sekat siksa nan pedih mereka

Tapi rasanya kuurungkan saja pulang kampung sekarang
Tak kuteruskan langkah menghampiri rumah ibu bapak
Dari jauh kudengar beliau berdua lebih memilih bersandar rindu akan hal dulu
Tak sekalipun hasratku tertunaikannya

Ibu bapak, jalan pilihanku jalan Tuhan
Pulang kampung yang kuinginkan ibu bapak kembali ke jalan Tuhan
Bukan begini yang kumau

Pulang kampung tinggal nama
Namaku tak terdaftar dalam pulang kampung hari ini dan mendatang

Duhai rumahku, berTuhan segera agar aku bisa pulang kampung

Minggu, 27 Maret 2011

Bangga

Aku berbicara dengan nama kebesaran Tuhan
Apapun yang telah sedang dan akan terjadi
Terima saja
Itulah qodo dan qodar keimanan nomor enam
Baik busuk menurut pandangan makhluk

Jauh lebih agung penglihatan Tuhan
Jangan pernah merasa sedih sendiri
Dekatlah pada Tuhan, maka
Makhlukpun akan merasa tentram
Berlindunglah pada Tuhan agar tidak termasuk golongan yang terkutuk

Segala emosi milik manusia
Makhluk yang tercipta dari segumpal tanah
Makhluk yang tercipta dari tulang rusuk pria
Makhluk yang tercipta dari segumpal darah
Makhluk yang terproses dari tetesan air mani

Bila sedih sewajarnya
Karena manusia makhluk yang lemah
Bila bahagia tertawa sewajarnya
Karena manusia memiliki rasa pemberian Sang Pemurah
Kembalilah kepada hadapan Ilahi

Allah Maha Suci
Di tubuh ada iman
Di jiwa tertancap kokoh iman
Bunuh tubuh ini
Bakar seluruh isi badan

Tak akan pernah dapatkan iman di dalam hati
Para iblis menangislah di pekuburan
Kebanggan menjadikan Allah Subhanahuwata'ala sebagai Tuhan
Biarkan aku mati
Dengan membawa teguhnya rasa iman

(Cikampek, 10 Sept 2007. 09:00 pm)

Sementara

Apa yang dipegang kadang bisa lepas
Apa yang diharapkan namun jauh tiba-tiba telah berada di genggaman
Misteri Tuhan milik Ilahi

Jangan terlalu senang, jangan terlalu bersedih
Semua milik Tuhan
Manusia hanya miliki nafsu untuk menguasai

Demi Tuhan, tak ada yang abadi
Segala yang terhampar di muka bumi pasti habis
Segala dunia pasti musnah
Segala alam pasti binasa

Berdirilah di antara keduanya

(Cikampek, 09 Sept 2007. 20:30 pm)

Gejolak Batin

Gejolak batin terus bermunculan
Berdekatan dengan Tuhan menjadi hal langka
Ada apa dengan hati?

Tembang-tembang kebaikanpun dikumandangkan
Tubuh ini berontak seakan tak sudi menerima
Ada apa dengan sanubari?

Hentikan suara itu
Suara yang mengajak menghadap Tuhan

Aku sedih menangis tanpa airmata
Aku malu
Aku seolah telanjang penuh dosa yang terbukakan

Pilu sembilu luka perih menganga
Diri ini memang bukan orang suci
Bukan pula yang sanggup menanggung siksa neraka
Keengganan juga rasa jemu di jiwa yang lekat

Tuhan pemilik zat yang Maha Tinggi
Terangkan lalu hidayahkanlah hati serta mata
Demi Tuhan, tak mau termasuk sebagai golongan yang sesat

(Cikampek, 09 Sept 2007. 04:35 am)

Sekedar Hanya Tak Berdaya

Bunyi jangkrik terus mengerik
Mengapa hanya aku yang tidak berkutik?

Seluruh penduduk dunia kontinyu beraktifitas
Mengapa hanya aku yang bak kehilangan vitalitas?

Akupun bekerja tanpa gairah
Laksana busur kehilangan anak panah

Mencoba jalani segala yang ada
Sebagai pemberian yang Maha Esa

Mencoba mencari hikmah yang tersembunyi
Agar jiwa tak merasa sunyi

Aku sekedar manusia
Aku sungguh tak berdaya

Akupun teramat lemah
Akupun sering bersalah

Aku sungguh tak berdaya
Akupun seolah tidak dapat berupaya

Tuhanlah yang mampu memberikan pertolongan
Tuhanlah tempat bergantung berserah diri dari segala kesusahan

Tuhanlah Sang Pengampun
Sekedar hanya tak berdaya pasrah bersimpuh memohon ampun

(Cikampek, 09 Sept 2007. 04:00 am)

Bunga

Bunga teratai yang kutemukan di kolam
Telah kurajut menjadi suatu kalam
Bunga cantik yang kusunting di desa
Telah menjadi pesona yang menentramkan pada keluarga
Kembang kecil yang kuberi sejentik pupuk
Telah menjelma menjadi sebaik-baik makhluk

Bunga-bungapun terus bermekaran
Memancarkan warnanya, wangipun semerbak bertebaran
Kumbang-kumbang menari mendekati
Bukan hendak menyakiti namun saling menghargai

Di tangan ini masih ada sekeranjang bunga
Titipan dari Tuhan Sang Pemberi Yang Maha Kaya

(Cikampek, 08 Sept 2007. 08:40 pm)

Suatu Senja

Berjalan dengan nafas terengah
Di suatu senja setelah maghrib tiba
Dengan membawa pikulan yang tampak tak mewah
Rambut telah beruban tertutup topi sang bapak tua

Baru pulang dari kerja
Berikhtiar berkeliling tawarkan jasa dan barang
Tak tahu yang berkecamuk di hatinya apa
Tak tahu pula sudah habiskah yang dijajakannya
Mampukah menghitung uang
Sanggupkah mendapat laba
Ataukah harus berhutang
Demi anak istri yang telah menunggu sebelum senja

Langkahnyapun dipercepat
Bergegas hendak tunaikan shalat
Berpasrah ridho serta ikhlas sebelum terlambat
Bapak tua terus berikhtiar tak mau menyerah tanpa syarat

(Cikampek, 08 Sept 2011. 20:30 pm)

Selasa, 22 Maret 2011

Tak Bisa

Sungguh tak bisa menulis yang menyakitkan karena akan sakit
Tak bisa menulis segala yang melukakan karena akan ada yang terluka

Jangan paksa untuk menulis yang tak bisa

Manusia kotor yang pembantai sedang membantai semesta

Benci Diri

Dan aku membenci aku yang berlumur dosa
Dan aku membenci aku yang tak patuh pada Sang Pencipta
Dan aku membenci aku yang sulit untuk bertobat minta ampun padaNya
Dan tolonglah aku sebelum kematian tiba

Aku ingin berhenti berdosa

Ampunilah aku, Tuhanku

Tangisan ini untuk ratapi dosa yang selalu dilakukan
Seolah mengikat kencang

Ampun, Tuhanku

Berikan jalan terang

Aku benci diri yang pendosa

Jangan Berikan Cinta Dunia

Jangan berikan cinta karena aku pecandunya
Cinta dunia membuatku terbuai lalu menjadi pendosa

Aku bukan anak Tuhan karena Tuhan bukan persenggamaan
Aku bukan rasul Tuhan yang mendapat wahyu terbaik melalui Jibril
Aku bukan sufi ataupun ahli agama yang menjadi pewaris ilmu para rasul
Aku manusia biasa yang belajar mencintai seutuhnya Tuhan

Jadi jangan berikan aku cinta dunia karena terlalu mencintainya

Cinta dunia kecintaan yang kadang menjebak
Cinta dunia ada bisik-bisik setan
Cinta dunia jangan berikan kepadaku

Berikan kepadaku kecintaan keTuhanan

Menafakuri Diri

Parasku tak selamanya menarik
Tubuhku tak selamanya proporsional
Kulitku tak selamanya mengencang
Semua harta bendaku tak selamanya termiliki
Lalu kesombongan dan keegoisan masih mencokol jiwa
Seperti telah hilang rasa malu
Bak tak punya lagi kemaluan

Kebanggaan setelah mati hanya berupa prasasti atau arca yang dibangun
Masihkah kehidupan mengenangku saat badan telah berbaur dengan tanah?

Takabur yang gerogoti sukma
Terlalu angkuh untuk akui kebesaran Tuhan
Laku dosa terus terlaku
Dosa yang tersamarkan oleh iblis menjadi bak madu

Matilah jiwa yang sesat
Matilah rasa keiblisan

Prasangka Itu

Tak ada akrab di mata
Tak jua tawa terkembang
Duka yang tak ingin terbagi
Hanya bahagia saja tercurah saat bersama

Karena tak hendak berbagi tentang kedukaanku

Jumat, 04 Maret 2011

Tak Tahu

Hujan telah membasahi bumi
Basahannya menempel di tiap sudut
Perasaanku bukanlah air hujan
Gejolak hati terjadi tak ku cecar ke lain tempat
Gejolak ini tersimpan rapat
Seperti bocornya atap rumah yang basah hanya di satu titik

Tak mengerti
Memang
Akupun dilanda kebingungan

Kegairahan KeTuhanan

Tiada kata yang indah selain menyebut asma Tuhan
Jantung berdegup kencang
Jiwa nyaman serta damai
Kecintaan dari jauh buatku hidup
Airmatapun tak kunjung turun

Terima kasih Tuhan
Atas kedamaian yang diberikan
Hidup ini kembali bergairah
Kegairahan mengingat Tuhan penuh kesungguhan
Selalu mengetahui Tuhan tak akan pernah meninggalkan hambaNya yang soleh

Mereka Tidak Tahu

Goresan-goresan luka membawa perih
Tawaku membuat mereka jengah
Padahal mereka tahu aku tidak sedang mentertawakannya
Diamku membuat mereka berkomentar macam-macam tentangku
Apakah mereka semua pengidap kelainan jiwa
Nikmati saja yang ada
Jangan pernah berprasangka
Karena tak satupun manusia bisa mengetahui isi hati tiap manusia
Mungkin mulut tertawa hati bersedih
Mungkin diam menyepi hati bersuka

Jika ingin mencari kesempurnaan
Jangan menilai manusia
Pandang Tuhan karena Dialah Sang Maha Sempurna

Pecandu Dirimu

Andai waktu bisa kuputar
Kuingin engkau di sini
Menemani jiwa raga yang lelah bekerja
Semangatmu juga sentuhanmu akan mampu menyegarkan

Engkau di mana
Kuingin bersua
Datanglah duhai pujaan
Walaupun hanya di dalam mimpi

Malam Nan Goda

Terdiam penuh kesedihan
Tafakur penuh kekhusuan
Malam tanpa sinar surya
Hati sembab matapun tak kuasa menahan
Gugusan dosa yang terbuat mohon diampunkan

Lemah tanpa daya makhluk Tuhan
Berdiri ikhlas kala malam menjelang sungguh susah kepalang
Walaupun terbangun bisik rayu nafsu membuai lalu terlelap kembali

Tuhan,
TanpaMu sungguh
Aku hilang arah

Semoga Saja

Hujan yang kunanti tak kunjung datang
Hatiku berantakan tak karuan

Tuhan,
Engkaulah Sang Maha Penyayang
Hanya Kau yang pantas untukku
Bagiku kaulah belahan sempurna
Aku hanya bisa berharap dan berdoa
Keputusan akhir kuserahkan pada Tuhan

Berlindung

Berlari menghindari dunia
Biarlah bila di stempel sebagai penakut
Aku takut dosa
Aku khawatir imanku goyah lalu surut
Nanti pada siapa aku menyalahkan
Apakah manusia-manusia itu mau menanggungnya
Tak layak bila Tuhan dipersalahkan
Aku di sini bersembunyi dari segala tipu daya dunia

Pemaknaan

Hitunglah bintang di langit jika kau bisa
Minumlah air di samudera bila kau kuasa
Jelajahi seluruh alam semesta hingga maut memanggil
Tolaklah malaikat Ijroil

Ilmu manusia sangat terbatas
Coba pahami pemahamannya dari semua lintas
Jangan dulu percaya pada satu ilmu
Waspada pada penjilat serta penipu
Percaya dirilah mampu taklukan dunia

Dengan kerendah hatiaan dan tidak jumawa
Tuhan Maha Mengerti
Apapun yang tersirat di lubuk hati

Penguasa Dunia Yang Gila

Suara sumbang jangan dengarkan
Rintihan-rintihan kesakitan kaum papa tunaikanlah

Wahai penguasa, bukalah telinga-telinga pada nyanyian perut rakyatnya
Wahai para penggila perang juga pembantaian hentikanlah pertikaian

Ada yang lebih bijak juga dewasa dalam berkata
Atau para pembantai sudah kehilangan kata-kata yang indah
Para pembantai lebih menyukai menghancurkan satu bangsa

Berpikir logika dengan akal
Penghancuran satu bangsa dengan pemusnahan akan dihancurkan lagi bangsa yang memusnahkan
Walaupun para pembantai bersembunyi di belakang punggung adidaya beserta para kroninya
Suatu masa akan tiba dengan memusnahkan adidaya dan kroninya

Tak peduli betapa hebatnya senjata yang dimiliki
Tak ada yang bisa menghalangi

Para pembantai sangat ahli bersilat lidah agar perang yang diadakan mendapat restu dunia
Sudah gilakah para pembantai?
Sudah hilang akalkah para maniak perang?
Perang dipaksakan untuk disahkan kebenarannya

Selalu Putih

Kerangkeng tak sanggup merantai
Teralis besi tak mampu memenjara
Dia terlalu suci
Dia terlalu murni
Dialah keteguhan iman yang hakiki

Manusia Minus

Dasar penipu
Bermuka alim padahal bermuka seribu

Dasar manusia iblis
Bertutur ramah padahal berhati bengis

Dasar setan
Berlaku taqwa padahal tanpa berkeTuhanan

Dasar binatang
Berjiwa negatif sekeras batu karang

Pergilah menjauh ke sana
Menghitamlah terpojok terpanggang siksa neraka

Sedikit

Cukup kekerasan
Cukup penghinaan

Aku muak
Kali ini kau saja yang jadi kerak

Bukan Rayuan

Kado ini untukmu
Hanya untukmu
Cintaku ini hanya padamu
Selalu padamu

Terimalah
Kado cintaku sebagai bagian hidupmu yang terindah

Siapa Aku

Waktu yang akan menjawab siapa aku
Bedebahkah aku?
Semulia serta setaat malaikatkah?
Akhirnya aku kalah dan menyerah

Penggebrak

Cambuknya melecut perih juga sakit
Hunusan pedangnya mengiris kulit
Mati hanya ada di dunia
Abadilah setelahnya

Ketakutan hanya milik pecundang
Kegalauan hanya milik kaum pesimis
Kedustaan hanya milik para perintang

Kebimbangan bukan milik kaum optimis

Berdirilah dengan tegak setelah badai ujian
Buktikanlah pada hadirat Tuhan
Manusia sebenar-benarnya merupakan para khalifah
Khalifah pemperbaik bumi mempercantik ibadah tanpa kenal menyerah

Kamis, 03 Maret 2011

Istiqomah

Biarkan hujan membasahi tubuh ini
Usah hiraukan gelegar petir yang saling bersahutan
Jangan peduli
Acuhkan dingin yang menyergap badan
Jalani bila masih di jalan Tuhan
Luruslah bila teguh masih ada pada kaidah agama
Jangan takut juga bimbang kawan
Ridho Tuhan beserta kemenangan Tuhan pasti bersama

Hancur lebur dunia
Binasa pada mata manusia
Tuhan Maha Melihat Pemilik Pandangan Yang Sempurna
Kemuliaan Tuhan harus selalu jadi fokus utama
Ikhlaslah beramal lalu keraslah dalam berjuang
Tegakkan panji Tuhan di seluruh alam semesta
Jangan goyah oleh kemilau gemintang
Dengan Basmalah marilah menuju bahagia akhirat dan dunia

dia Yang Selalu Benar

Anakmu yang termanja
Anakmu yang terkasih
Beragam salah juga ucap yang tak terbentuk kau maafkan

dia selalu benar
Kau selalu jadi pendukung setianya
Kau orang tua terlalu bijaksana
Kebijakanmu yang melebihi Tuhan

Belajarlah dari Nuh memperlakukan Kan'an
Walau tangis berderai Nuh teguh berTuhan

dia selalu dibenarkan olehmu walau salah dalam berTuhan

Masih Ada Kesempatan

Dalam degup jantung yang terpompa
Getar lagi detak nadi masih teraba
Nafaspun masih terendus dan bersuara
Mulut masih berkoar terbuka

Bersungkurlah untuk Tuhan
Bersujud pada Tuhan
Lalu dosa-dosa tinggalkan
Dunia sementara setelah mati ada hari pertanggungjawaban

Hanya Ini

Berhenti
Menyalahkan diri sendiri
Hentikan
Menyalahkan Tuhan

Perbaiki saja
Menangislah bila perlu
Tertawalah kala bahagia
Hanya ini persembahanku

Rumah Lacur

Orang tua telah memilih mempersilahkan pelacur tinggal dan tidur
Penumpang tak punya hak suara
Orang tua yang diiming-imingi harta
Sekedar pengiming belum terengkuh

Orang tua berharap terlalu besar pada para pelacur
Mata hati yang seharusnya berTuhan telah membuta
Sirnakan para penumpang yang belum melacur di mata orang tua

Lalu haruskah semua penghuni lacurkan diri?

Rumah lacur pilihan jelas sang pemilik

Rumah Apa Ini

Rumah siapa ini?
Sikap para penghuninya tak kukenali lagi
Rumah yang sedari kecil kuhabiskan masa hingga besar

Ilmu tinggi yang merubah tabiat penghuni
Jabatan yang merubah watak penghuni
Kekayaan yang merubah sikap penghuni

Tak ada lagi saling menghormati
Rumah apa ini?

Untukmu Sayangku

Dalam lirih wanita mengadu
Dalampekat perempuan berkesah
Maafkan bila sayangku tak memuaskanmu
Dirimu bukan satu-satunya masih ada yang lainnya

Aku manusia biasa mungkin salah dalam berlaku
Aku manusia biasa miliki emosi juga nalar

Maafkan Ibumu, anakku
Untukmu sayangku walau agak terlambat
Bau tanah masih tercium dalam malam
Kematianmu membuat Ibu sadar
Pengorbananmu untuk Ibu begitu besar
Keliru aku sebagai Ibumu menjauhimu dengan kasihku
Kau mati secara berTuhan

Untukmu sayangku
Walau terlambat
Maaf dari Ibumu
Sayangku kini tercurah untukmu

Teriak Tanpa Terdengar

Mengeluh lalu menangis meraung-raung
Celah kosong yang absurd termarjinalkan
Tak lagi bisa bergerak
Ini terlalu menyakitkan
Membagi cerita kepada khalayak tak akan pernah selesai
Khalayak telah lelah mendengar
Begitupun jiwa yang merancu bicara sendiri
Kelelahan teramat dirasa
Teriak tanpa terdengar

Jerit hati penuh luka lagi sakit
Suara tercekat di kerongkongan
Teriak tanpa terdengar

Pengaduan tak pernah tergubris
Senyap terabaikan
Teriak tersiakan

Kelelahan

Aku lelah, Tuhan
Teramat sangat kelelahan
Mungkin usiaku telah menua
Mungkin kematian kian mendekat

Takut akan berdosa
Takut pada Tuhan
Lelah ini bukan pertanda menyerah

Depresi

Benci telepon genggam ingin membanting saja tapi membutuh
Membunuh jiwa saja tapi sangat mencinta akan badan juga dunia

Benci dunia tapi menjadi pemakai bahkan pemujanya
Sasar lagi tersesatkan iblis-iblis yang berhembus pada buhul-buhul meresap di hati-hati

Tak dapat hidup karena ditinggal kekasih
Lalu kematian terpilih tinggalkan kekasih
Sungguh tak masuk akal
Mengapa kematian yang dituju bila kekasih tak terpegang?
Bukankah harus menjadi bukti bahwa kekasih tak dapat mengkerdilkan hati?

Depresi racun setan menggoda
Terjebak atau melawan
Tentukan sendiri

Diri merupakan pengendali hasrat tubuh sendiri

Mengapa Ada Tanya

Hanya waktu yang bisa jawab semua inginku
Tanyakanlah olehmu dapatkah kita bersatu?
Aku telah lelah menunggu waktu
Aku telah hilang rasa sabar untuk yakinkan waktu
Aku sangat menyayangimu

Berjuta rasa menguap begitu saja
Bila tak layak bersanding
Pupuskan saja sayang di dalam jiwa

Menghujatku
Hanya mau ketenangan jiwa
Jangan tanyakan lagi apakah senyummu akan runtuhkan jiwaku
Kau pasti sudah tahu jawabannya

Aku manusia yang miliki emosi
Sayang itu butuh waktu untuk melenyapkannya
Bila terpatik api maka akan berkobar kembali kasih ini
Benci mengingatnya

Pergilah kau bersama cintamu itu
Bawalah waktu bersamamu
Jangan pernah menegur saat bersua
Aku benci kamu,cintamu juga waktu saat mencintaimu

Butuh Kamu

Hubungi aku malam ini
Butuh kamu
Nomorku masih ini belum diganti

Butuh kamu
Nomormu ku tak mengerti
Kau tak berpesan berlalu

Ungkapkan sayang lagi cinta tersendat lagi
Butuh kamu
Sungguh

Bahagia Itu

Beri sebuah gambaran agar bisa kureka
Beri aku sebanyak rasa biar kulukis warna

Guratan-guratan pena hanya kelam
Rasai suka kuingin
Jamahi riang kumau
Bantu aku gapai bahagia

Ingin kutulis kata-kata penuh kebahagiaan di sini
Bahagia satu kata yang kutulis nanti

Bahagia itu bagaimana merasakannya?

Rayhan

Sama sekali tak mengenalnya
Aneh
Tiba-tiba menyebut namanya
Siapakah Rayhan?
Beri aku jawabannya