Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Kamis, 20 Juni 2013

Ilmu Kotor

Sungguh aku tak mau menjadi pembenci
Jangan ajari ilmu kebencian
Tak mau lagi berbicara penuh kotor
Hentikan bualan serta sumpah serapah itu
Tak perlu amarah nan mendidih pada kalbu

Menjauhlah para penjilat dan mereka yang bermuka masam
Mata hati ini terkadang lirih mengiba tak tahan
Kalian ilmu-ilmu kesesatan yang dihembuskan para setan
Berdansa menari melenggok mengajak menengok aroma candu fatamorgana nikmat dunia

Jiwaku lelah berkelahi dengan kalian

Pergilah ilmu-ilmu kotor jangan sampai aku yang mengusir kalian dari hatiku

Tak Pantasku Kalah Pada Dunia

Aku tak tahu kapan matiku datang
Aku percaya hidup setelah mati
Aku percaya hidupku kini akan dipertanggung jawabkan kelak

Tak pantas terus aniaya diri
Lalu untuk apa dunia tahu siapa yang kucinta?
Untuk apa kuberitahu bila dunia hanya persinggahan sementara?

Tak mau sungguh tak sudi berakrab dengan dunia
Siapapun yang kucinta harus berTuhan
Karena demi Pencipta Semesta aku takut padaNya

Jangan paksa aku terlalu menafsu pada dunia
iblis laknat, enyahlah dari jiwa
Aku tak pantas jadi teman di neraka
Carilah yang layak bagimu
Mereka para pencinta nafsu dunia
Penuh dalih religi berkubang pada dunia

Aku bukan mereka
Aku bukan pengekor mereka

Aku sembunyikan cintaku dari dunia
Dan berharap Tuhan selalu menjaga

Bila cintaku hanya penuh nafsu keduniaan lagi lalai berTuhan
Dengan airmata dunia, kumohon lenyapkan nafsu ini

Seperti Musisi

Seperti lagu yang selaras dengan lirik
Musik mengalun menyeimbangkan dengan kata-kata bernada
Namun terkadang hati suram
Saat musik tak selarasi kata
Saat nada tak semerdu kicau pagi beburung

Kepala tergerak
Badan bergetar
Kaki menghentak
Tak perlu tanya bagaimana lagu tak selaras bisa menusuk hati

Jawabnya ada di hati
Karena lagu tercipta dari rintihan hati

Mangkuk Kosong

Aku tak mau mengenal diriku
Terlalu banyak begitu hasrat yang merancu
Memenuhi rongga kepala hingga membuatku muak

Tapi sisi gelapku maui berhasrat
Aku membenci hasrat yang membuatku seolah aku tuhan

Tuhan, dalam sesaat aku mengingat-Mu
Namun dalam sekejap aku melupakan-Mu

Tuhan, demi atas nama-Mu
Aku membenci hasrat tak berTuhan ini