Cinta mencinta anak manusia
Rindu merindu jejak kaki pendamba
Berkasih lalu menyayang berkata atas nama Tuhan
Pendusta yang melukai asma Tuhan
Cinta yang membohongi nama Tuhan demi nafsu sesaat itu bukan cinta
Rasa suka sekedar kagum landasi dengan Tuhan
Bimbinglah jiwa yang kotor ini
Jernihkan hati ini
"Hanya Kelembutan dengan bahasa kejujuran terdalam mampu menyibak relung-relung hati yang terkunci oleh gelap gulitanya perjalanan sakral kehidupan"
Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Rabu, 30 April 2014
Pencarian Kedamaian
Menghitung nama tuhan yang berbilang
Seperti Ibrahim dalam pencariannya
Berjalan terhuyung lagi bimbang
Menunjuk bintang terterang
Mencoba merangkul bulan yang tak konsisten berbentuk setiap waktu
Lalu menghilang memudar saat malam berganti siang
Awan yang berarak indah bagai lukisan maestro
Matahari yang mencabik sisi-sisi kulit penginjak semesta
Saat mendung menghitam terang dunia berganti dengan torpedo
Masih angkuhkah berjalan di atas muka bumi ?
Berjalan mendongakkan kepala berkacak pinggang
Melupa bahwa sungguh jiwa yang sombong tak akan luput dari mati
Menyembah lagi memuja bahkan memanggul dunia dalam dada
Menepikan dunia tanpa menyebut Tuhan dalam setiap langkah
Berargumen Tuhan belum pernah bersua
Bukalah mata hati
Pupuskan ego
Tanyakan pada kedalaman sanubari
Tuhan tak pernah akan terbagi
Hanya Tuhan Sang Tunggal
Kedamaian akan menjiwa bagi para pencari
Jangan pernah lelah
Teruslah berlari mengejar pelukan kasih Tuhan
Kelak di sisi Tuhan pencari akan berdiri dengan sangat gagah
Seperti Ibrahim dalam pencariannya
Berjalan terhuyung lagi bimbang
Menunjuk bintang terterang
Mencoba merangkul bulan yang tak konsisten berbentuk setiap waktu
Lalu menghilang memudar saat malam berganti siang
Awan yang berarak indah bagai lukisan maestro
Matahari yang mencabik sisi-sisi kulit penginjak semesta
Saat mendung menghitam terang dunia berganti dengan torpedo
Masih angkuhkah berjalan di atas muka bumi ?
Berjalan mendongakkan kepala berkacak pinggang
Melupa bahwa sungguh jiwa yang sombong tak akan luput dari mati
Menyembah lagi memuja bahkan memanggul dunia dalam dada
Menepikan dunia tanpa menyebut Tuhan dalam setiap langkah
Berargumen Tuhan belum pernah bersua
Bukalah mata hati
Pupuskan ego
Tanyakan pada kedalaman sanubari
Tuhan tak pernah akan terbagi
Hanya Tuhan Sang Tunggal
Kedamaian akan menjiwa bagi para pencari
Jangan pernah lelah
Teruslah berlari mengejar pelukan kasih Tuhan
Kelak di sisi Tuhan pencari akan berdiri dengan sangat gagah
Rasa Lapar
Mungkin
terlalu berlebihan
Tapi lapar ini mengingatkan betapa tangguhnya para pengungsi yang dilanda kelaparan
Terbatasnya atau tiadanya makanan menahan tanpa menangis terkadang dengan tangis
Lantas di sini pantaskah menghamburkan makanan ?
Hanya tinggal menyuapkan makanan ke dalam mulut saja
Syukuri saja lalu mengapa begitu peliknya bersyukur ?
Terbuat dari beton bajakah hati ?
Lapar yang telah membangunkan dari tidur
Lapar yang telah membuat kesusahan untuk tidur kembali
Lapar yang menyakitkan kepala
Lapar yang menggetarkan badan
Lapar yang membuat mata berkunang
Lapar yang membuat amarah setan bila tak berkalung Tuhan
Aku lapar
Tapi lapar ini mengingatkan betapa tangguhnya para pengungsi yang dilanda kelaparan
Terbatasnya atau tiadanya makanan menahan tanpa menangis terkadang dengan tangis
Lantas di sini pantaskah menghamburkan makanan ?
Hanya tinggal menyuapkan makanan ke dalam mulut saja
Syukuri saja lalu mengapa begitu peliknya bersyukur ?
Terbuat dari beton bajakah hati ?
Lapar yang telah membangunkan dari tidur
Lapar yang telah membuat kesusahan untuk tidur kembali
Lapar yang menyakitkan kepala
Lapar yang menggetarkan badan
Lapar yang membuat mata berkunang
Lapar yang membuat amarah setan bila tak berkalung Tuhan
Aku lapar
Minggu, 20 April 2014
Tanpa Cinta Bernafsu Di Masa Lampau
Dalam benak yang tertanam sebuah
nama dan terus meronta
Maafkan atas segala kejadian di
masa lampau
Aku yang tersulut nafsu terbujuk
tipu iblis
Tak berdaya bila berhadapan kini
denganmu
Mungkinkah aku berani memohon
ampun di hadapmu?
Kepingan rasa yang menghantui
raga membuncah mengusik ruang hati
Bunuhi semua sifat Tuhan kala
kita bersama
Bergetar seluruh tubuh saat
saling beradu
Nikmati dunia yang terlupa hanya sementara
ini
Kini aku membenci segala peluh
dan kenikmatan dulu tapi aku merindunya
( cikampek, 25 maret 2014.selasa.
bada isa)
Bayang Hitam
Terpaku pada satu titik nadir
yang tak kuasa aku tolak
Berlaripun seakan bayang hitam
selalu terus ikut mengejar
Tangisku di sini bukan hanya
sekedar mau menjauh darinya
Berjuang sekuat tenaga sekeras
baja bayang hitam mengabut di depan mata
Bayang hitam menusuk di mata
membekas pada otak dan kepala
Hati yang pesakitan
Kering seperti dahan patah jatuh
tiada harga diri terinjak binatang ternajis
Aku melolong minta tolong
Tuhan, aku menangis terkadang
berenang dalam bayang hitam
Aku benci bayang hitam
Aku mencinta bayang hitam
Tuhan, bila tanpa restu mengapa
bayang hitam terus menikam
Sakit lagi perih berbayang hitam
Lepaskanlah bayang hitam ini
Biarkan aku berlari tanpa bayang
hitam bila tiada restu Tuhan
(cikampek, 20 maret 2014.kamis, selepas
magrib)
Terduduk Mati
Pengap
Suntuk
Lalu resah
Tiada lagi hingar bingar dalam jiwa
Rasa yang telah mati
Tiada lagi kesenangan yang berlebih
Tiada lagi emosi yang terus membuncah
Emosi yang seperti biasa
Getar jiwa yang lurus
Ada Tuhan dalam dada
Suntuk
Lalu resah
Tiada lagi hingar bingar dalam jiwa
Rasa yang telah mati
Tiada lagi kesenangan yang berlebih
Tiada lagi emosi yang terus membuncah
Emosi yang seperti biasa
Getar jiwa yang lurus
Ada Tuhan dalam dada
Ruang Bercinta Yang Hilang
Tiada ruang lagi untuk kita memadu kasih
Ruang yang dulu kita ciptakan telah memudar seiring waktu
Setelah kau pergi ruang peraduan kita telah tergores oleh kejamnya manusia
Bertahun kau tinggalkan luka
Bertahun kau hilangkan ruang rasa
Bertahun aku sepi dan masih merindu
Kau pergi tanpa merasa pernah mengenal
Kau hanya berkata "aku tak akan kesini lagi esok"
Dan ruang-ruang cinta kita dahulupun ikut lenyap
Adakah kau datang lagi?
Adakah kita memadu kasih dan sayang lagi?
Adakah ruang bercinta masih ada untuk kita bila bersua?
Ruang yang dulu kita ciptakan telah memudar seiring waktu
Setelah kau pergi ruang peraduan kita telah tergores oleh kejamnya manusia
Bertahun kau tinggalkan luka
Bertahun kau hilangkan ruang rasa
Bertahun aku sepi dan masih merindu
Kau pergi tanpa merasa pernah mengenal
Kau hanya berkata "aku tak akan kesini lagi esok"
Dan ruang-ruang cinta kita dahulupun ikut lenyap
Adakah kau datang lagi?
Adakah kita memadu kasih dan sayang lagi?
Adakah ruang bercinta masih ada untuk kita bila bersua?
Kamis, 10 April 2014
Tuan, Kami Sang Pemberani
Tuan,
Tombak telah terhunuskan
Tuan,
Mereka yang telah membuka pertempuran
Ini wilayah hak kami yang coba mereka paksa kuasai
Maka kami gigih teriak tak sudi
Mereka menelan seluruh yang kami punyai
Mereka tanpa belas kasih dan tanpa hati
Tuan,
Kami bersama tuan,
Tuan,
Kami tak akan pernah meninggalkan
Lihatlah semangat yang kami punya
Demi martabat negeri kami punya keluasan jiwa
Tak takut pada mereka
Mereka yang miliki kekinian senjata-senjata
Tuan,
Kita miliki kebesaran nama Tuhan
Musnahlah para perebut hak
Senjata kami akan membuat mata mereka terbelalak
Kami tak pernah takut walau hak terus terinjak
Karena mereka yang akan kalah lalu menangis dan terjebak
Tombak telah terhunuskan
Tuan,
Mereka yang telah membuka pertempuran
Ini wilayah hak kami yang coba mereka paksa kuasai
Maka kami gigih teriak tak sudi
Mereka menelan seluruh yang kami punyai
Mereka tanpa belas kasih dan tanpa hati
Tuan,
Kami bersama tuan,
Tuan,
Kami tak akan pernah meninggalkan
Lihatlah semangat yang kami punya
Demi martabat negeri kami punya keluasan jiwa
Tak takut pada mereka
Mereka yang miliki kekinian senjata-senjata
Tuan,
Kita miliki kebesaran nama Tuhan
Musnahlah para perebut hak
Senjata kami akan membuat mata mereka terbelalak
Kami tak pernah takut walau hak terus terinjak
Karena mereka yang akan kalah lalu menangis dan terjebak
Batin Terjeruji
Dalam kelelahan aku menghirup udara satu satu
Dalam kerinduan yang terpanggang aku mencoba berdiri
Tuhan, aku padaMu
Mengadu dalam derai nestapa berkalung belati
Jiwa putih berkejaran menembus batas yang kasat mata
Bocah bocah lelaki diam membisu mencari rasa
Terbujur berdiri tanpa hati
Di sini telah mati
Aku ketakutan
Aku mencari keTuhanan
Dalam gelap pekat malam
Juga terang benderang terdalam
Mencoba menelusup dalam rongga doa para sufi
Bergerak beriringan dalam langkah para wali
Aku selalu tersadarkan
Hidup ini perjuangan memperteguh rasa keTuhanan
Tertawa
Lalu menangis melupa
Kebodohan terpelihara
Setan yang terus menggila
Dalam kerinduan yang terpanggang aku mencoba berdiri
Tuhan, aku padaMu
Mengadu dalam derai nestapa berkalung belati
Jiwa putih berkejaran menembus batas yang kasat mata
Bocah bocah lelaki diam membisu mencari rasa
Terbujur berdiri tanpa hati
Di sini telah mati
Aku ketakutan
Aku mencari keTuhanan
Dalam gelap pekat malam
Juga terang benderang terdalam
Mencoba menelusup dalam rongga doa para sufi
Bergerak beriringan dalam langkah para wali
Aku selalu tersadarkan
Hidup ini perjuangan memperteguh rasa keTuhanan
Tertawa
Lalu menangis melupa
Kebodohan terpelihara
Setan yang terus menggila
Sabtu, 05 April 2014
Kisah Cinta Manusia
Menangis lalu tertawa lalu menangis kembali
Memuja cinta pada manusia sehebat melebihi kecintaan pada Tuhan
Iblis tertawa senang lalu iblis membangun di neraka sebuah pondok mini
Cinta dunia manusia yang melupakan
Seolah hidup di dunia selamanya
Seakan kematian tak akan menjamahnya
Mencari pembenaran atas segala langkah sesat atas nama kecintaannya
Otak dan logika yang terhasut bualan setan belaka
Mencintalah pada manusia sewajarnya cinta
Merindulah pada dunia rindu yang sewajarnya
Berkasih sayanglah seadanya
Kisah cinta manusia berdirilah di atas restu Tuhan
Memuja cinta pada manusia sehebat melebihi kecintaan pada Tuhan
Iblis tertawa senang lalu iblis membangun di neraka sebuah pondok mini
Cinta dunia manusia yang melupakan
Seolah hidup di dunia selamanya
Seakan kematian tak akan menjamahnya
Mencari pembenaran atas segala langkah sesat atas nama kecintaannya
Otak dan logika yang terhasut bualan setan belaka
Mencintalah pada manusia sewajarnya cinta
Merindulah pada dunia rindu yang sewajarnya
Berkasih sayanglah seadanya
Kisah cinta manusia berdirilah di atas restu Tuhan
Jangan Pernah Dengar Mata Hati
Mata hati terkadang menipu
Mata hati terkadang ada iblis yang merancu
Omong kosong mendengarkan mata hati
Mata hati segumpal daging yang saat dewasa tak lagi suci
Masih berani bertanya pada mata hati yang telah terkontaminasi ?
Masih percaya pada kata mata hati sendiri ?
Di manakah lalu jalan Tuhan ?
Yang terpapar dalam jalan ketaqwaan
Sandarkan segalanya pada Tuhan tentang hidup
Lihatlah apa yang terjadi dengan langkah-langkah yang gugup
Dengarkanlah firman Tuhan
Bekukan mata hati lalu berlarilah sekencang-kencangnya dalam pelukan Tuhan
Damai dalam pelukan-Nya
Tentram dalam rengkuhan Sang Pencipta
Mata hati tetaplah mata hati yang bicara sesuai apa mau nafsu manusia
Tak pantas mempercayai segala sesuatu selain Dia
Mata hati terkadang ada iblis yang merancu
Omong kosong mendengarkan mata hati
Mata hati segumpal daging yang saat dewasa tak lagi suci
Masih berani bertanya pada mata hati yang telah terkontaminasi ?
Masih percaya pada kata mata hati sendiri ?
Di manakah lalu jalan Tuhan ?
Yang terpapar dalam jalan ketaqwaan
Sandarkan segalanya pada Tuhan tentang hidup
Lihatlah apa yang terjadi dengan langkah-langkah yang gugup
Dengarkanlah firman Tuhan
Bekukan mata hati lalu berlarilah sekencang-kencangnya dalam pelukan Tuhan
Damai dalam pelukan-Nya
Tentram dalam rengkuhan Sang Pencipta
Mata hati tetaplah mata hati yang bicara sesuai apa mau nafsu manusia
Tak pantas mempercayai segala sesuatu selain Dia
Pelangi Hidup
Segala sair hitam cepatlah menghilang berganti dengan pelangi
Lelah tersasar dalam rasa yang mengepidemik dedosa
Rasa yang menyelubung dalam atom atom jiwa
Menelusup dalam partikel partikel bebas dalam jiwa
Mengurung jiwa dalam rasa yang tak pantas tersujudkan pada Tuhan
Sair hitam segalanya tentang rasaku bukan rasamu
Rasamu tak kuasa kubaca karena akupun terkadang salah membaca hatiku
Sair-sair hitam lekaslah berganti dengan pelangi
Pelangi hidup yang mewarnai lalu menceriakan dunia
Pelangi lekaslah datang sibaklah awan-awan hitam dengan warna-warni jelitamu
Lelah tersasar dalam rasa yang mengepidemik dedosa
Rasa yang menyelubung dalam atom atom jiwa
Menelusup dalam partikel partikel bebas dalam jiwa
Mengurung jiwa dalam rasa yang tak pantas tersujudkan pada Tuhan
Sair hitam segalanya tentang rasaku bukan rasamu
Rasamu tak kuasa kubaca karena akupun terkadang salah membaca hatiku
Sair-sair hitam lekaslah berganti dengan pelangi
Pelangi hidup yang mewarnai lalu menceriakan dunia
Pelangi lekaslah datang sibaklah awan-awan hitam dengan warna-warni jelitamu
Jujur Masih Saja
Sangat begitu berat melepaskan segala yang pernah singgah di hati
Tak cukup bila mata sekedar saling memandang
Jujur aku masih mauimu seperti dulu
Tapi aku berTuhan
Jejak langkahmu masih kuendusi setiap waktu
Menggilai semua tentangmu
Semua wangi mengingatkan padamu
Tapi aku berTuhan
Tak bisa terus mendambamu tapi dirimu tak lagi menjamah yang kuendusi
Sebongkah maaf untukmu tercurah dariku
Maafkan bila aku membuatmu tak nyaman
Jujur mencintamu tapi aku berTuhan
Tak cukup bila mata sekedar saling memandang
Jujur aku masih mauimu seperti dulu
Tapi aku berTuhan
Jejak langkahmu masih kuendusi setiap waktu
Menggilai semua tentangmu
Semua wangi mengingatkan padamu
Tapi aku berTuhan
Tak bisa terus mendambamu tapi dirimu tak lagi menjamah yang kuendusi
Sebongkah maaf untukmu tercurah dariku
Maafkan bila aku membuatmu tak nyaman
Jujur mencintamu tapi aku berTuhan
Langganan:
Postingan (Atom)