Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Selasa, 25 November 2014

Watakmu

Watakmu tak sejalan membuatku lemah
Akhiri segala sabar saat dirimu menaruh curiga padaku
Nyenyaknya tidur terusik dengan hiruk-pikuknya dunia
Dan aku masih cemas saat melepas rindu denganmu
Aku tak menyesal mengenalmu walau kau tak sayangiku

Warnai

Walaupun sakit juga perih melilit badan
Aku sudah bilang "tak usah berteman saja"
Namun karena rasa akhirnya terjalin sudah
Dan kini tiba-tiba segalanya seperti tak berbekas
Ingin selalu dekat denganmu terpeluk dalam dinginnya malam

Minggu, 23 November 2014

Serasa Berat

Tak bisa untuk menyentuhnya
Memeluknyapun kini sedang tak bisa
Serasa berat

Bila cinta hak manusia mengapa rasaku ini begitu pelik ?
Cintaku memang seolah menafikan Tuhan
Dan ini serasa berat

Adakah jalan lain agar aku bisa selalu dekat dengannya ?
Ingin selalu melihatnya dan rasakan gejolak cinta dalam dada
Menahannya selama ini serasa berat

Tuhanku, kulakukan semua ini untukMu
Tuhanku, walau seakan perih menjalar badan tanpa cintanya
Untuk Tuhanku walau serasa berat, aku rela



Bahagia Yang Semu

Mereka semua tertawa dalam kebahagiaan fatamorgana
Saat dunia digenggam maka nafsu menguasai seluruh sendi tubuh
Terbahak-bahak hingga tersedak sampai melupakan dedosa dunia
Tak ingatkah akan kepasrahan saat memujaNya dalam barisan saf ?
Ataukah memuja Tuhan hanya sekedar rutinitas tanpa meresap di jiwa ?

Pemujaan pada Tuhan bagi mereka hanya mau penghormatan dari dunia
Biarlah berbeda sendiri saat berTuhan di pandang kehinaan
Karena pandangan Tuhan jauh Maha Sempurna daripada dunia
Mereka berbahagia dalam kesemuan dunia
Pujalah Tuhan dengan hati maka itulah kebahagiaan hakiki



Kesendirian Ini, Tuhan Maha Tinggi

Dalam sendiri ingin membunuhi sepi
Saat nafsu terus merancu penuh sesat di kepala
Kesasaran tanpa Tuhan yang memaksa untuk dipenuhi

Seperti tangkai pohon yang terombang-ambing angin
Memaksa untuk patah lalu jatuh ke tanah
Memaksa untuk terbang tanpa arah keTuhanan

Jiwa ini ingin seperti gunung yang tetap tegak berdiri
Tak bergerak walau badai menerpa badan
Hanya kuasa Tuhan yang dapat memuntahkan letusannya

Gunung yang tak berkawan tak pernah sepi
Gunung selalu memuji nama Tuhan
Dan aku ingin seperti gunung

Tak mau seperti karang di lautan
Karang yang terkikis oleh asinnya air
Karang yang tampak kokoh namun rapuh

Gunung dalam sendiri tak pernah ingin membunuh sepi
Gunung telah mengenal sebegitu dalam Penciptanya

Dan aku ingin seperti gunung

Tabir Hidupku

Bila dapat menerka masa depan maka ingin yang terbaik saja
Bila dapat meraba apa yang terjadi esok maka waspada dalam bertindak
Bila dapat kembali ke masa lalu maka kuperbagus segala yang kurang
Tapi masa lalu dan masa depan tak dapat ku kuasai
Karena hanya Tuhan Pemilik Waktu

Demi masa, aku berlindung dari kesia-siaan masa depan
Demi masa, aku berlindung dari kesombongan kegemilangan masa lalu

Segala tabir hidup kupasrahkan pada Tuhan semata
Karena hanya Tuhan Sang Penguasa Waktu

Karena tiada daya dan upaya tanpa kuasa Tuhan 

Tuhan Tak Akan Salah

Berjalan saja lurus berTuhan
Tepikan dan acuhkan cibiran manusia saat teguh bertaqwa
Rasa nyeri juga sakit hanyalah sifat manusiawi
Berdamai saja dengan hati sanubari
Hanya pembuktian kelak di akhirat siapa yang berdiri terbenar


Karena Tuhan tak akan salah

Diammu Membuatku Penuh Ragu

Maukah kau padaku ?
Dalam diammu tersimpan sejuta tanya dalam kepala

Tatapan matamu
Sunggingan senyummu

Aku meragu untuk merengkuh tubuhmu dalam pelukku
Nafsu yang terus memburu untuk segera di tunaikan
Badan yang panas karena nafsu seakan membuih hingga ujung kepala
Katakan kau mau akan tubuhku


Aku sedang murahan

Janji Pada Semesta

Jagat raya telah menjadi saksi berulang-ulang
Hingga mungkin muak pada kata dari mulut ini

Akulah manusia yang senantiasa berdiri dan terjatuh dalam hidup
Akulah manusia yang tak pernah menyerah berjalan ke arah Tuhan

Tak akan lagi mengganggu semesta
Tak mau lagi merusak dunia

Lelah lagi capai bermain dengan nafsu dunia
Nafsu yang dipermainkan iblis


Aku manusia yang berjanji pada semesta

Sabtu, 01 November 2014

BerTuhan Tapi Tak BerTuhan

Hartaku milikku
Semua kemewahan dunia karena aku yang bekerja keras
Menepikan nama Tuhan dalam campur tangan-Nya

Lihatlah dalam pencarian kekayaan ini
Tanpa Tuhan lalu semua jalan tergadaikan
Biar saja bila harus berkerabat dengan setan

Mencuri, menyembunyikan hak orang lain lalu menumpuk harta
Menjatuhkan orang lain yang bersebrangan dengan otakku
Aku raja dunia dan sedang melupa pada kematian

Harta dunia yang tak akan di bawa mati
Bila mati tiada harta yang berguna untuk Tuhan
Najisnya harta hanya akan membawa sengsara di hadapan Tuhan

Masihkah berharap di puja oleh manusia ?
Masihkah berharap di sanjung oleh manusia ?
Lalu Tuhan hanya sekedar perayaan hati belaka

Saat Tuhan tak meresap dalam langkah di dunia
Riuhnya langkah yang menari dalam derita orang lain
Angkuhnya hati karena berTuhan tapi tak berTuhan dalam dunia

Hentikan Hinaan Ini

Mereka tertawa
Mereka menghujat
Mereka mengkerdilkan
Mereka berlaku seakan mereka semua tuhan

Dalam diam terkadang menangis atas ulah mereka
Dalam sepi terkadang sedih memintal badan
Diri ini manusia bukan batu karang ataupun gunung yang megah
Merekapun manusia dan kesalahan selalu ada pada mereka

Atas dasar apa mereka selalu memperolokkan diri ini?
Atas dasar apa mereka selalu menghina diri ini ?
Diri ini diam bukan mengaku kalah dan menyerah
Dalam diam ada doa panjang pada Tuhan

Diri ini sakit akan perilaku mereka
Ucapan mereka yang terkadang meluka dalam hati
Berlari dalam hujan biar airmata tersamarkan dalam rinainya hujan
Mereka bukan tuhan

Berharap Tuhan tak menggelapkan hati
Berharap Tuhan selalu menerangkan hati
Diri memaklumi sikap mereka
Ketegaran jiwa karena miliki Tuhan

Semoga Tuhan Tiada Bosan

Maafkan aku, Tuhan
Bila pagi ini masih terkapar dalam penantian yang tak berujung pangkal
Masih setia menunggu sesuatu yang tak dapat kupegang

Berjuta kali kata maaf pada-Mu, Tuhan terlontar dari mulutku
Penungguan akan dirinya untuk seperti dulu
Mencandu lagi lalu mereguk kenikmatan kesesatan

Sejujurnya telah membosan pada hal ini
Tapi nafsu yang dibisikkan setan seakan membenarkan langkah
Setan membuhul pada ubun-ubun kepala

Tuhanku, dalam lemah diri ini aku berserah pada-Mu
Sungguh tiada kuasaku atas diriku sendiri kecuali atas kuasa-Mu
Maafkan aku, Tuhan

Aku mau hancurlah semua kemauan yang tak berTuhan
Sungguh terlalu lelah bila selamanya bertaut akan hasrat setan
Semoga Tuhan tiada pernah bosan memandu jiwaku