Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 31 Januari 2015

Dua Rasa Beda

Tak akan lagi menangis
Tak akan lagi terus menangis
Pergilah rasa yang tak seharusnya bersauh

Aku benci namun akupun menyukainya

Tuhan Saja Yang Memberikannya

Biarlah Tuhan yang memberinya
Bilamana Tuhan berkehendak segalanya akan diatur Tuhan.
Begitupun dengan cinta

Menghimpun hari yang berserakan
Memunguti cinta yang bertebaran setiap hari
Memilah lalu memisah antara rasa Tuhan dengan nafsu setan

3 ekor katak melompat di subuh sehabis hujan malam tadi
Seolah mereka berlomba sembunyi sesaat lagi terang datang
Cinta mereka pada malam dingin dan haruskah mencintai naluri saja tanpa otak ?

Dan malu pada cinta yang terlarang
Dan malu pada cinta yang tak selaras Tuhan
Dunia ini milik Tuhan, pantaskah menentang Tuhan ?



Jumat, 30 Januari 2015

Aku Berjalan Kepada Tuhan

Bila Tuhan di jadikan candaan
Bagaimana perlakuan kepada dunia dan manusia ?

Ajari aku tentang teguhnya iman
Tak mau lagi bercanda dengan keTuhanan
Terpuruk bila hati juga otak kosong tanpa Tuhan

Harta yang melimpah sesungguhnya tak pernah menjadi teman dalam kematian
Lalu masihkah bicara sombong tentang perjalanan keduniawian ?
Tak terbersitkah bila mati bisa datang dengan tiba-tiba

Berjalanlah dengan penuh kerendah hatian
Sebarkanlah harta dengan indah pada jalan Tuhan
Harta berTuhan yang akan menjadi teman terindah

Paksalah jiwa berubah menjadi manusia baik secara keTuhanan
Dalam sujud bersimpuh pada Tuhan

Basmalah

Duhai, Tuhan aku menyebut namaMu
Dalam perih di dada menahan rasa ini
Karena Tuhan rasa yang tak berTuhan ini harus musnah
Aku yang manusia biasa dan bukan nabi
Iman ini terkadang labil
Jagalah agar iman ini mampu hancurkan rasa yang mengotori taqwa

Duhai, Tuhan Sang Pengasih
Setiap melihat cinta dunia perasaan di dada berkecamuk hebat
Nafsu ingin merengkuh sedalam-dalamnya di pelukan
Sepanjang hari bertarung agar tak mencintai rasa tak berTuhan ini
Kecintaan tanpa restu Tuhan hanyalah nafsu belaka
Sejuta bunga untuk cinta tak berTuhan harus terbakar musnah tak bersisa

Duhai, Tuhan Sang Penyayang
Berjalan tertundukku menatap tanah rumah kembaliku
Tak tahu sampai kapan harus bertarung sengit melawan rasa ini
Sakitnya semakin menyesakkan dada saat rasa tak bisa di rasakan
Matikan saja aku dalam iman juga taqwa
Rasa ini memang terlalu menyakitkan jiwa

Kamis, 29 Januari 2015

Menerawang Renggang

Mengaguminya
Melihat dirinya secara sembunyi-sembunyi
Tak ada kekuatan untuk katakan padanya tentang perasaanku
Mungkin terlalu ketakutan pada cinta tak berTuhan
Duniaku merupakan tempat bermain yang indah
Ada banyak imajinasi juga rasa di sana
Mungkin juga dirimu ada dalam ruang itu
Ruang yang telah kubuat seindah mungkin
Di sini dan di dalam hati
Kumau segalanya berTuhan

Mengharap
Debar jantung berdegup kencang
Mata yang selalu ingin terus melihatnya
Mata yang secepatnya mengalihkan pandang dan tak mau bertabrak pandang dengannya
Terkadang memeluk kedua lutut dalam duduk pada ruang sepi
Menangisi kecintaan ini dan merutuki semua rasa di dada
Kesal juga perih di dada
Pelukan, sentuhan juga untaian kata cinta darinya kudamba
Dalam pagi, siang, malam otakku tertuju padanya
Berharap Tuhan selalu menjaga dari kecintaan dunia yang tak pantas

Merasa Sendiri

Tatapannya padaku membuat salah tingkah
Senyumannya padaku membuat salah arti pada rasaku
Ternyata tatapan dan senyuman dirinya padaku hanya sekedar saja
Ternyata hanya aku saja yang merasa terbelit rasa padanya
Karena senyum juga tatapan matanya padaku hanya biasa baginya
Walau aku berharap dapat merasakan peluknya
Aku merasa cinta dan sayang sendiri padanya
Dia tidak

Rabu, 28 Januari 2015

Simalakama Cerita Duniaku

Hampir saja kukatakan padanya tentang rasa
Jantung ini berdegup
Padahal cuma bilang cinta dan sayang padanya
Namun segalanya betapa terasa susah

Sebelah hatiku membenci pada kata-kata yang akan dikatakan
Tapi sebelah hati yang lain mengharapnya penuh keantusiasan
Dan ini simalakama cerita duniaku
Dan ini membuat duniaku penuh takut dan ragu

Saat menulis ini terasa bagai sebuah de javu
Peristiwa-peristiwa di masa kini seperti pernah kulewati

Hujan mendinginkan malam
Dan sentuhan-sentuhan yang terjadi di antara kita tadi membuatku bahagia
Tapi mengapa saat kau pulang dan kita berlawanan arah pulang kau tak menengok ke belakang ?
Pertanda darimu sangat kudambakan

Berikan saja aku pertandamu
Pertandamu mungkin menguatkan untuk berkata padamu
Pertandamu maka hangatlah malam di saat udara dingin karena hujan ini
Simalakama cerita duniaku

Sebelah hati menyuka tapi sebelah hati membencinya
Karena sejatinya hanya kepada Tuhan saja mencinta dan memasrah

Selasa, 27 Januari 2015

Nafsu Sesat Yang Berkuasa

Saat nafsu kebendaan berada pada ubun-ubun kepala
Saat nafsu konsumtif memiliki segalanya menjadi mahkota
Saat segala kenikmatan dunia mengalahkan taqwa yang nyata
Saat omongan pembenaran atas langkah dunia di tinggikan lebihi nilai taqwa
Saat selalu berdebat bahwa paling benar dan kesalahan milik mereka

Nafsu setan yang berbicara
Baru bisa memandang lewat saling tatapan mata
Adakah kesempatan untuk katakan sayang dan cinta padanya ?
Lalu andai diapun cintaiku lantas apa yang harus kulakukan atas rasa
Karena mungkin ini sekedar nafsu belaka

Ah, sudahilah
Nafsu jahat di dada haruskah ?
Pelukilah
Genggam erat tanganku lalu sentuhilah
Dalam dingin malam menjadi budak setan dan biarkanlah

Minggu, 25 Januari 2015

Mata Sang Pendosa

Dunia yang tampak sama di mata
Mata sang pendosa
Kemanapun mata memandang tak ada yang beda
Penuh kenikmatan semu juga segala tipu daya
Mungkin jiwa ini terlalu kotor hingga panggilan Tuhan di anggap sandiwara

Segala yang tampak selalu membuat bergemuruh sahwat
Mata sang pendosa penuh pekat
Laku yang dijalani selalu mengarah sesat
Sungguh ini laknat
Dunia semuanya hanya kebahagiaan sesaat

Bicara sendiri
Mata sang pendosa tertunduk malu hati
Ada keinginan lurus berilahi
Jalan terjal seakan terus menghalangi
Taqwa ini

Alam raya mendung menggelayut di angkasa
Mata sang pendosa
Begitu ketakutan melihat dunia
Angkuh juga segala macam penyakit hati ada di jiwa
Merasa diri yang paling berTuhan dan ini terlalu riya

Perjalanan taqwa ini memang tak akan mudah
Mata sang pendosa terlalu lelah
Sorotan ke seluruh penjuru bumi yang terlihat hanya tanpa berkah
Dedosa yang baru dan terkadang berulang membuat jengah
Jiwa yang haus akan Tuhan yang Maha Pemurah
 
 

Aku Bukan Mereka

Saat mereka bilang "anjing"
Maka aku berubah menjadi babi

Saat mereka bilang "monyet"
Maka aku berubah menjadi "keledai"

Saat mereka bilang "pergilah ke neraka"
Maka aku pergi ke dalam surga

Aku beda dengan mereka
Ada jelas pertanda batas keimanan

Aku bukan mereka
Aku yang berusaha menguatkan taqwa

Terus Meyakini Dunia Sementara

Berulang kali nafsu salah menjadi primadona hidup
Seperti subuh tadi yang berharap bisa memeluknya
Tapi subuh tadi bersentuhanpun dengannya terasa susah bukan kepayang

Aku yang selalu melihat gerak-gerik kehidupanmu
Aku yang selalu menanti setiap kabar baik maupun buruk darimu
Aku yang terbelit dengan nafsu dunia padamu

Parasmu yang menawan
Sikap juga badanmu yang menggoda
Membuat rasa hatiku seolah terkunci

Namun untuk kesekian kalinya aku menguatkan diri
Bahwa segala indahnya dunia tak selamanya
Semua yang indah namun tak berTuhan adalah salah

Badan yang sempurna kala muda
Bila tua melanda tak ada lagi paras yang menarik juga tenaga yang kuat
Bila mati telah tiba siapapun tak bisa menolaknya

Terus meyakini bahwa sesungguhnya dunia ini sementara

Sabtu, 24 Januari 2015

Tak Bisa Bergerak

Saat melangkah ke depan ayunan kaki terhenti
Ada banyak ranjau yang bertebaran
Langkahpun terhenti

Saat hendak memutar balik ke belakang badan tak dapat lagi kembali
Jalan pulang tertutupi lumpur hisap
Akhirnya hanya bisa berdiri mematung menanti keajaiban Tuhan

Kiri juga kanan terhampar jurang menganga
Diri berdiri bila lelah berjongkok dan hanya itu yang dapat dilakukan
Aku ingin pulang

Tolong, hentikan
Jangan terus menebar duri
Wahai nurani, bicaralah pada jiwa-jiwa yang menghitam

Semoga BerTuhan Teguh

Tuhanku, hampir menangis tersedu saat berurai nestapa
Langkah yang tersusun walau gontai menuju pusara

Pusara itu hati berTuhan
Karena sungguh sangat merindu berTuhan

Telah lama berlanglang buana dalam dunia salah
Dan kini lelah

Tersadarkan bahwa ada hidup abadi setelah mati
Semua tindakan akan berbalas nanti

Maka tangisan ini tertahan di dada
Penyesalan pada dedosa

Tuhanku, aku ketakutan
Apabila langkahku di dunia hanya ikuti nafsu setan

Jangan biarkan aku menangis di hari pembalasan kelak
Berikanlah kekuatan dalam tapaki dunia dengan baiknya akhlak

Penguasa Lalim Tak BerTuhan

Dalam rasa takut berserah pada Tuhan
Saat melihat pereguk dan pencari kuasa berebut dengan cara paling culas
Membenarkan yang salah lalu menyalahkan yang benar

Keadilan seolah di biarkan menjadi menerawang
Kebenaran sengaja di sulap menjadi barang permainan
Penguasa lalu berenang dalam salahnya langkah

Tuhan, dalam lemah diri ini lindungi dari para penyesat langkah
Berkata atas nama Tuhan tapi tak pernah berjalan di atas jalan Tuhan
Demi kekuasaan sementara di dunia lalu berbuat tak berTuhan

Bila kami tak percaya pada penguasa yang lalim
Bila kami muak pada tingkahnya yang memeluki kesesatan
Bicarapun seolah aroma setan yang bicara

Kami tak pernah takut pada penguasa tak berTuhan
Kalah atau menang perjuangan ini kami serahkan pada Sang Esa
Kebenaran nurani berTuhan menjadi dasar perjuangan ini

Dan kami benci para penguasa yang lemah lagi lalim

Mimpi Sang Penjaga Kesesatanku

Semalam bermimpi tentang kembalinya sang penjaga kesesatan ke rumah
Sang penjaga kesesatan yang menjagaku dari laku-laku sesat
Sang penjaga kesesatan yang hanya menjagaku tapi tidak dengan dirinya sendiri
Sang penjaga kesesatan yang tak bisa menjaga dirinya sendiri
Sang penjaga kesesatan yang bermain dengan sesatnya laku sesat

Penghuni rumah seluruhnya seolah membuta mata hati juga nurani
Semua serempak bagai paduan suara mengharapkan kembalinya
Dan aku yang akan terbelenggu dalam ruang ini
Padahal telah lama tak bermain aku dalam hitamnya langkah
Lalu mengapa sang penjaga kesesatan hadir di mimpiku dan kembali ?

Aku hanya ingin menuntaskan satu hasrat ini saja
Atau haruskah aku bermain hasrat ini dengan membunuh sang penjaga kesesatan dulu ?
Hasrat-hasrat yang telah lama tak kunjung datang
Lalu mengapa sang penjaga harus datang ?
Apakah suatu tanda bahwa hasrat itu akan mengunjungiku kembali ?

Mimpi semalam yang membuat tanya
 

Jumat, 23 Januari 2015

Jum'at Pagi

Jum'at pagi kubuka jendela
Selimut udara dingin menyergap jiwa yang sendiri dan sepi
Mencoba perlahan tak memikirkanmu
Perlahan menepikanmu dari hati

Rasa sayang yang seakan tak mau padam
Tapi rasaku yang terabaikan olehmu
Bahagialah hatiku walau tanpa cintamu
Jum'at pagi sisakan perih dan semoga lekas pergi tentangmu

Kamis, 22 Januari 2015

Aku Harus Bagaimana Tanpamu ?

Aku harus bagaimana padamu ?
Acuhmu padaku
Sikapmu padaku

Aku sungguh tak mau kehilanganmu
Namun aku tak mau juga di diamkan kamu
Ada sedih di dada melihat potretmu

Aku harus bagaimana padamu ?
Sikapmu bak sembilu
Mengiris hati dan rasaku

Aku harus bagaimana tanpamu ?




Tak Semua Di Miliki

Senang dan sedih cerita kehidupan
Bersama kawan ataupun tanpa kawan hidup terus berjalan

Rendah hatilah dalam berlaku
Terkadang hidupmu tak sesuai dengan harapanmu

Bersabarlah
Berdoalah

Hidup di bumi tak mungkin berdiri sendiri
Coba belajar pahami

Kini belajar mengerti
Bila dirimu memang bukan untuk di miliki

Dari Jauh Menyayangimu

Kagumimu dari kejauhan
Menyayangimu dari atas langit

Melihatmu tertawa membuatku penuh bahagia
Ada doa sayang untukmu
Memandang seluruh ragamu tanpa bisa memelukmu
Telah pasrah bila cintaku bertepuk sebelah tangan darimu

Mematung berdiri kusenang saat melihatmu
Saat matamu mencari maka aku secepatnya mengalihkan pandangan

Cintaku hanya sebatas ini
Hanya mampu menyayangimu dari jauh

Semoga kau merasakannya
Semua bentuk cinta dariku di kejauhan

Cinta Rahasia

Bila meragu maka enyahkan kecemasan dari dada
Bila khawatir maka bulatkan tekad di jiwa
Cintai saja dalam ruang tertutup
Sembunyikan dari dunia tentang kasih sayang ini
Merindu dalam dunia semu dan hanya kita berdua saja yang tahu juga mengerti

Tak perlu orang lain tahu tentang rasa ini
Karena ini cinta rahasia
Karena ini rindu hanya milik kita berdua saja
Tak berpeluk dan tak berpegang raga
Hanya kata juga hati yang bicara tentang cinta rahasia

Rabu, 21 Januari 2015

Terima Kasih Cinta

Terima kasih atas kedermawananmu
Terima kasih atas kepengasihanmu
Terima kasih untuk tak membenciku
Terima kasih telah izinkan untuk menyayangimu

Aku bebaskan jawabanmu atas rasa cintaku
Bila kau tak mau mungkin aku akan pergi
Semoga kau temukan sejatinya cintamu
Aku pergi namun kasihku padamu selalu di hati

Datanglah Cinta

Jangan kau datang saat aku tak mau kamu
Karena mungkin telah lelah menantimu
Maka datanglah saat ini juga
Saat ini aku sangat mendamba

Bila rasamu tak untukku maka jangan buai aku
Bila sayangmu tiada padaku jangan beri harapan palsu itu
Katakan saja utuh dan jujur dari lubuk hati
Dan aku berharap dirimu mau mencintai

Atau haruskah aku pergi ?
Walau segala mau padamu berkecamuk di sanubari
Telah bersujud pada Tuhan
Telah mendekat pada Tuhan

Datanglah segera
Sebelum rasaku padamu punah begitu saja
Jangan biarkan aku bosan
Aku terlalu lelah menunggumu, tuan

Renungan Dalam Kesepian

Dalam perasaan sepi juga sendiri terbersit asma Tuhan
Dalam perenungan diri tentang semua nikmat Tuhan
Langkah kaki, kedipan mata, gerakan tangan, ocehan mulut
Hirupan udara, otak yang tertutupi batok kepala
Degupan jantung yang memberi kehidupan
Aliran darah yang membawa sari-sari makanan ke berbagai inci tubuh

Semua makanan yang terlahap
Segala minuman yang terhisap
Segala pakaian yang menyelimuti badan
Malukah nurani saat lekuk tubuh terpampang untuk dunia ?
Atas nama moderenisasi balutan tubuh mengetat dan mengencang bahkan menerawang tembus pandang
Mengapa kebanggaan yang ada saat tersorot seluruh mata manusiawi ?

Logika yang telah mati akan suatu yang hakiki
Nurani yang kebenarannya telah tertutupi oleh hitamnya duniawi
Begitu gembira saat dunia sedang tergenggam tangan
Lupa bahwa sejatinya materi juga seluruh harta benda hanya berupa kefanaan
Saat nyawa terputus dari badan tak ada yang mampu menahan
Bila kematian saja tak bisa dihindari lalu untuk apa sombong masih bersemayam ?

Cuaca Tuhan Ibadahku

Cuaca yang terkadang membuat badan tak menentu
Panas terik lalu tiba-tiba dingin menyergap sekujur tubuh
Segalanya milik Tuhan
Tiada kekuatan untuk menahan yang sesungguhnya semua milik Tuhan
Jiwa-jiwa yang sombong segeralah basuh muka dengan air ibadah
Reguklah perjumpaan dengan Tuhan di dunia

Manusia tak berkuasa atas dunia
Dunia beserta alam raya dalam genggaman  Tuhan
Atas dasar apa manusia membusungkan dada dengan perasaan angkuh
Hasutan penghuni neraka nan kekal telah merusak panca indera
Nurani yang terkoyak oleh tipu daya setan
Bersujudlah dalam segala cuaca


Pesan Cintamu Selalu Kunanti

Maafku telah membuat hati seperti gadis remaja di usia yang telah senja
Begitu lama menunggu sebentuk pesan darinya yang seolah memberi harapan

Harapan dalam pesannya telah membuat hati ini melayang ke negeri kahyangan
Pesannya terasa begitu lama sampai ke hati

Menunggu kisah percintaan kita berdua
Ataukah ini sekedar kisah yang fiksi belaka ?

Katakanlah bahwa dirimu sayangiku
Agar aku tak selalu menerka bagaimana hasratmu padaku

Atau haruskah aku acuhkan segala pesanmu ?
Karena kata cinta darimu tak pernah jelas terucap untukku

Selasa, 20 Januari 2015

Iblis, Jauhi Aku !

Jangan pernah lagi tawarkan cinta yang beraroma neraka
Aku salah
Dalam tangis di malam ini ada sujud yang lama
Iblis yang selalu membenarkan pada otak langkah-langkah salah
Bahkan langkah yang ragu ada bisik iblis menari

Masihkah iblis menggodaiku ?
Pantaskah aku disesatkan iblis ?
Sungguh aku tak layak dirayu iblis
Karena aku bukan sufi atau ulama
Aku hanya manusia biasa

Mengapa iblis tak godai saja para pemuka agama ?
Mengapa iblis tak sasarkan saja para pemilik harta ?
Mengapa iblis tak buaikan saja para pemilik jabatan ?
Bila hati mereka iblis maka dunia hancur
Dan iblispun berkawan kelak di neraka

Takutkah iblis pada kiamat ?
Takutkah iblis pada neraka ?
Takutkah iblis pada siksa abadi Tuhan ?
Lalu para pendosa takutkah kalian bersahabat dengan iblis ?
Aku bukan kawan iblis

Kehilanganmu Maka Menuhan Saja

Kehilanganmu
Haruskah mencarimu lalu mencumbu seperti dulu ?

Perjalanan panjang akan dedosa membuat lelah
Kehidupan duniaku telah mencapai satu titik
Titik kesadaran akan keTuhanan

Walau masih belum sempurna
Aku mencoba teguh menuhani Tuhan

Betapa sakit kala bersujud meneguh
Sekitar seolah terus mencemooh juga mencaci
Ada cibiran juga pandangan menghinakan

Ada setan yang terus menghasut jiwa juga manusia sedarah
Dan aku hanya manusia biasa

Tuhanku, dalam kelemahan dan kehinaan diriku ini
Aku serahkan segala yang ada dalam jiwa juga ragaku
Tak pantas kecintaan dunia mengalahkan kecintaan pada Tuhan

Ampuni dedosaku
Bimbinglah senantiasa badanku lurus berTuhan

Tak Berbalas

Dia tak merasa sedih setelah sekian lama tak berjumpa
Tiada kerinduan yang terpancar dari raut muka
Selama ini aku yang selalu berharap padanya
Tapi dia tak merasa

Dirinya tak merasa kehilangan saat aku tak bersamanya
Datarnya rasa
Berkirim pesan tak pernah
Menuliskan rasanya sebagai tanda rindupun tak pernah

Saat aku datangpun tak ada tolehan apalagi sapaan
Aku yang terlalu berharap padanya agar mencintai
Tuhan,
Dari menyayanginya aku tak mau pergi

Rasa rindu yang tak berbalas
Sungguh seakan menampar hati dengan keras
Sedih
Menunggu dengan letih

Kerelaan Tanpa Syarat

Bila dalam dunia mencintaimu diriku tak termasuk daftar, tak mengapa
Bila dalam dunia menyayangmu diriku tak juga kau sayangi, tak mengapa
Selalu ada doa terucap untukmu
Dalam gelisahku lirih menyebut namamu

Tak mengapa dirimu mencinta selain diriku
Tiada kecemburuan terhadap percintaan yang kau rajut
Aku yang mungkin tak terlihat olehmu
Tapi kehidupanku tanpamu harus tetap berlanjut

Telah kukatakan sayang ini
Telah kuuraikan cinta ini
Telah kuutarakan rindu ini
Kau tetap diam dan tak mengapa karena aku mengerti

Bahagialah dirimu walau sulit untuk melepaskan rasa
Tertawalah bersama seluruh temanmu tanpa aku
Dari jauh tetap selalu aku memandang ragamu dengan jiwa
Tak mengapa walau menganggap aku tiada arti bagimu

Andai kau datang mungkin diriku akan berpura-pura tak mengenalmu
Aku tak mau menjadi duri dalam kehidupanmu
Sungguh walau perih di jiwa tak mengapa kau tak pedulikanku
Aku mencoba berdiri tegak tanpa pelukmu

Kerelaanku tak bersyarat demi kebahagiaanmu

Sabtu, 17 Januari 2015

Cinta Itu tidak Angkuh

Cinta memang pantas diperjuangkan
Tapi tidak dengan cara-cara setan

Cinta memang patut dibela
Tapi tidak lantas membelot dari agama

Cinta tidak menyakiti sesama
Cinta sejati tidak lantas mengalahkan cinta pada Pemilik Semesta

Kau Terlambat Datang

Setelah menanti dalam terik panas dan dingin hujan akhirnya kumenyerah
Tanpa angin juga tanpa hujan tiba-tiba kau datang
Hatiku yang telah hampa padamu
Aku yang telah membunuh rasaku padamu

Kau datang sajalah padaku tiada yang akan melarang
Namun bila kau datang maka aku akan pergi
Bila tak sempat bergegas kupergi maka aku sembunyi di balik pintu
Kedatanganmu hendak katakan rindumu padaku

Ketahuilah, karena sesungguhnya aku telah mati
Dan kau tak akan menemukanku walau kau jelajahi seisi dunia
Kau yang datang terlambat
Hatiku telah lama mati untuk dapat memelukmu kembali

Jumat, 16 Januari 2015

Tahukah kamu ?

Tahukah kamu, aku terluka hanya melihat potretmu di sini
Tahukah kamu, aku tak bisa berbuat apa-apa untuk memelukmu seperti dulu

Ada batas yang jelas tentang keTuhanan
Andai didobrak dan dipaksa maka akan terlihat lucu
Tak layak hukum Tuhan ditentang

Tahukah kamu, memandangmu dari kejauhan membuatku tersiksa
Tahukah kamu, selalu ada getaran rasa saat berbincang denganmu

Rasa yang kupendam mungkin kecintaan dunia semata
Rasa yang tak layak mengalahkan rasa keTuhanan
Tak semestinya terus mengikuti segala langkahmu

Tahukah kamu, masih sulit diriku menghapus hasrat ini padamu
Tahukah kamu, ingin rasanya mendengar kata rindu dari bibirmu

Impian yang semu dan tak mungkin memilikimu
Perasaan ini padamu sulit untuk dilenyapkan
Dan aku yang masih bila akan tertidur sketsa parasmu menjadi obat tidurku 

 

Pahlawan Di Jiwa

Saat kejahatan juga malapetaka keiblisan menjadi raja di bumi
Kepercayaan yang telah hilang pada manusia yang teracuni sesatnya iblis
Menunggu dan menanti pahlawan sesungguhnya yang bernurani tinggi
Pahlawan yang tetap teguh berTuhan dan silau pada terangnya dunia

Lawanlah pahlawan yang bernurani ini
Pahlawan yang selalu mendekatkan pada Tuhan
Semua bisikan juga semua laku setan tak akan mampu terobos
Ini hati yang telah terkunci dengan semangat keTuhanan

Jangan mencari keberadaan pahlawan
Karena jiwa pahlawan pembela yang benar ada di jiwa bersih manusia
Carilah dalam relung terdalam nurani keTuhananmu di jiwamu
Rasakanlah pahlawan sesungguhnya pembela nama Tuhan adalah dirimu

Kekasih Tak Tahu Rimbanya

Iya, mencintanya
Iya, merindunya
Iya, mendambanya

Dirinya telah membuat sel-sel dalam tubuh selalu mencandunya
Dirinya hanya sebatas untuk dikagumi saja bukan untuk dimiliki
Mengagumi dari kejauhan terasa sesak di dada

Ingin memeluknya tapi dia semu
Ingin berbagi rasa juga hasrat tapi dia halusinasi
Segala kasih sayang ini seolah tak digubrisnya

Dengarkanlah
Datanglah
Walau tak tahu kecintaan berada di mana

Minggu, 11 Januari 2015

Para Penjaga Rumah Tuhan

Surau seakan kehilangan pecandunya
Mushala yang kalah ramai dari pelataran parkir pusat perbelanjaan
Masjid yang sunyi senyap seolah tak berpenghuni
Bangunan indah nan kokoh megah namun tak bermanusia

Magrib tiba seolah kerja menjadi rutinitas alasan hingga lupa tak ke masjid
Padahal bila ada pesta atau acara jamuan dengan waktu yang sama maka kesiapan yang ada

Isya hanya satu yang pasti acara televisi juga tidur menjadi yang utama
Melangkah ke masjid hanya beberapa menit menjadi sejuta pelik

Subuhpun tiba hanya menuruti kemalasan untuk membuka mata dan tetap tergeletak tidur
Terasa ada beban di hati untuk bangun dari tidur dengan rasa dingin dan bau tak nyaman sisa tidur

Zuhur hanya sebatas menunaikan salat semata dan hanya sendiri
Masjid hanya penuh saat hari Jum'at saja

Asar saat pekerjaan serba menanggung menjelang waktu pulang
Terkadang salat menghimpit pada waktu magrib menjelang

Pernahkah terpikir para lelaki sejati hanyalah para penghuni barisan salat ?
Pernahkah terpikir hanya para wanita saja yang salat sendiri pada ruang tersembunyi ?

Di sisi belahan bumi lainnya rumah-rumah Tuhan harus diperjuangkan adanya
Langkahkan kaki lalu paksakan hati agar rumah-rumah Tuhan tetap penuh terjaga

Ada derap-derap langkah walau terpaksa memuja Tuhannya dalam saf salat
Para penjaga rumah Tuhan yang tak mengenal cuaca

Nikmati perjalanan saat menjaga rumah Tuhan dalam langkah-langkah tersusah
Hujan badai, dingin udara, panas kering, lapar dahaga tak menyurutkan para penjaga

Ada sayup azan juga iqomah terdengar walau pelan nan lirih dari lisan
Ada salat yang terwujud walau hanya hitungan sebelah jari tangan yang mengiringi

Tak akan pernah ada kata lelah juga menyerah dalam menjaga rumah Tuhan
Dalam langkah tergontaipun melangkah terhuyung tetap berjalan

Ada lelaki sejati dalam barisan salat
Ada wanita sejati dalam balutan mukena di ruangan tersembunyi

Pahala urusan Tuhan
Para penjaga rumah Tuhan mencoba memperindah rumah Tuhan


Rindu Malam

Jejak langkah kakiku menelusuri pekat alam setelah malam
Terasa tentram saat kegelapan menyelimuti
Seolah bisa sembunyi dari semua kepura-puraan gelak tawa
Hati terasa nyaman saat berjalan menapaki jalan pulang
Tiada ketakutan pada kegelapan juga semua yang tampak

Bila matahari menyorot tajam ada diri yang merasa tersiksa
Berjalan di tengah keramaian juga hiruk-pikuk dunia membuat sakit
Kepercayaan berjalan saat malam musnah saat berjalan di pagi, siang juga petang
Melihat semua dunia saat terang penuh dusta dan kebohongan belaka
Ada senyum yang dipaksakan dan ada penghormatan yang tak tulus

Rindu malam hari
Saat gelap kurangkai banyak kata tentang peristiwa di saat terang
Malam datang tak pernah takut hadapi dunia
Bicarapun terasa lapang melangkah penuh ketenangan
Tak pernah diri ini ingin menjadi bintang terang karena cukup malam yang menutupi terang

2 Hati Bertolak Belakang

Ah, begitu banyak memori di dalam kepala
Segala kemuakan akan perilaku di masa lalu
Segala kerinduan akan kemuakan perilaku di masa lalu

2 sisi hati yang saling bersinggungan mencoba menjadi mayoritas dalam jiwa
Saat tertawa ada sisi ruang hati yang tertunduk sedih lagi sepi
Saat menangis menyesali ada sisi ruang hati yang merindu dan tertawa

Hati yang belum seutuhnya memuja Tuhan dalam sesujud
Selalu ada percikan-percikan nakal saat tangan menggapai angkasa
Hati yang terkadang merasa bergejolak saat diri berdiri memuja Tuhan

Ibadah ini semuanya untuk Tuhan
Maka lepaskanlah semua belenggu kesesatan tentang sasarnya laku masa lalu
Rangkul jiwa ini dalam pelukan teguhnya iman

Hati yang saling berkelahi mempertahankan nafsu baik dan nafsu salah
Semoga kebaikan berTuhan yang menguasai hati
Karena ada hidup abadi setelah mati di dunia


Berhenti Dalam Berangan-Angan Kosong

Tak mau terus berlari ke arahmu
Jika menjauhkan dari Tuhan
Begitu banyak ketakutan tak berTuhan bila memelukmu

Dalam sepi kurajut sejuta damai bersama nama Tuhan
Ada hati tentangmu juga ada hati tentang Tuhan
Ingin bersamamu andai Tuhan merestui

Keinginan bersamamu selamanya hanya sebatas bualan dan angan-angan kosong
Keinginan yang tak pernah bisa terwujud sampai dunia runtuh
Keinginan dulu yang sempat kucicipi walau sekejap

Kini kuberhenti dalam pencarian tentangmu
Ada larangan Tuhan yang tak bisa kulanggar
Aku coba hidup teguh berTuhan

Tuhan Tak Akan Pernah Berbilang

Tunjuk tuhan mana yang bisa memberikanmu kesenangan
Bila menurutmu tuhan itu berbilang

Tak terbersitkah di benakmu bila tuhan berbilang
Maka intrik perdebatan ramai antara tuhan tentang hidupmu

Rayulah tuhanmu bila tuhanmu menitis pada manusia
Suaplah tuhanmu dengan kebendaan seperti manusia agar berkah kau dapat

Bila tuhan memiliki sifat seperti manusia maka betapa lemahnya tuhanmu
Seharusnya sifat Tuhan hanya sifat Tuhan bukanlah menyerupai sifat manusia

Lihatlah petir yang akan menyambar
Menyambar apa yang dimauiNya sesuai kehendak Tuhan yang satu

Rasakanlah air hujan yang tertumpah dari atas langit
Manfaat hujan menempel di bumi dan busuknya hujan membuih lenyap

Tidaklah sama antara yang salah dan yang benar
Tidaklah sama antara yang terang-benderang dan yang gelap-gulita

Tidaklah sama antara tuhanmu dan Tuhanku
Karena tersirat di bumi keterangan bagi yang berpikir penuh kerendah hatian

Sabtu, 10 Januari 2015

Sudahi Saja Semua Ini

Sudahi saja ini
Jangan jadi pengecut yang bersembunyi di belakang punggung ibu
Atau bermain petak umpet dengan kata-kata ayah

Sudahi saja ini
Tak mau lagi terus berlari dengan langkah
Tak mau lagi melangkah dengan dagu menyentuh dada

Sudahi saja ini
Sudah muak dengan segala cerita dunia yang seolah selalu ada episode baru
Ini semua tipu daya dunia

Sudahi saja ini
Atau aku yang pergi
Dan tak pernah akan lagi kembali

Sungguhku Untukmu Sayangku

Sungguh, sayangku
Diriku tak mau lagi memaksa
Walau sangat bernafsu memiliki segalanya

Sungguh, sayangku
Tak lagi kugodai juga kurayu dirimu dengan manisnya kata
Walau sejenak selalu ada wajahmu menghias saat malam tiba

Sungguh, sayangku
Terbersit untuk mengejarmu ke negeri antah berantah di sana
Namun karena takut Tuhan kuurungkan semua asa

Sungguh, sayangku
Jika kau tanya " masihkah cinta padamu? "
Aku akan menjawab " rasakan saja degup jantungku saat kepalamu rebah di dadaku "

Sungguh, sayangku
Sulit saat harus memilih berdamai dengan gejolak jiwa ini
Tapi aku tak mau hidupmu tak bahagia di bumi

Sungguh, sayangku
Ribuan hari terasa berat tanpa hadirmu
Hingga kinipun masih belum terbiasa tanpamu

Sungguh, sayangku
Selalu saja ada rindu dan berharap kau hadir
Namun aku mungkin memelukmu erat saat kau ada lagi dan itu membuat khawatir

Sungguh, sayangku
Bahagialah kau
Aku akan mencoba berjalan berTuhan tanpa kau


Hati Ini Belum Mengeras BerTuhan

Hati yang terbuat dari kerasnya baja
Hati yang tak bisa tersentuh oleh lugunya kata bebocah
Lemah lalu terporak-porandakan segala sendi batas

Dalam polosnya langkah mencoba dengan sisa tenaga
Terseret juga tertatih mencoba gapai pelukan Tuhan
Terlalu lelah terombang-ambing dengan kesombongan

Saat menikmati sujud ini dalam rumah Tuhan
Selalu ada bisik-bisik juga laku-laku setan mencoba ajak lagi
Setan seolah tahu akan sujud yang belum sempurna ini

Kesal hati namun seolah senang kembali saat bertaut dedosa kembali
Sujud ini masih serapuh karang di lautan
Terlihat kokoh namun terkikis saat deburan ombak menari di badan karang

Berjalan dengan mengangkat dagu dan kepala
Berjalan tegap sembari meninggikan hati
Setan yang merancu juga meracun di dada

Segala langkah angkuh dunia seakan terbenarkan
Setan yang menggelapkan nurani dan membutakan langkah berTuhan
Hati ini yang belum mengeras dalam berTuhan


Jumat, 09 Januari 2015

Damai Kami BerTuhan

Damai kami surga dunia
Udara dingin menyergap badan
Angin kencang berhembus dan menerbangkan kain kemah kami
Tiada tempat untuk berteduh dari rintikan salju
Rumah dan gedung yang hancur akibat mortir penjajah

Makanan juga minuman paling sederhana menjadi barang mewah bagi kami
Air bersih menjadi surga kami namun bila ada
Bila malam tiba maka gelap gulita pekat karena listrik telah pergi
Kami sujud pada Sang Satu pada barisan saf di atas karpet terbaik kami
Karpet terbaik yang warnanya telah memudar dan menjadi selimut saat dingin

Zikir kami lebih panjang dan yakin pada Tuhan
Tak pernah terbersit menukarkan keimanan kami dengan surga dunia
Kamilah para penjaga itu
Lihatlah kekuatan hati kami dalam iman ini
Damai kami bukan lagi surga dunia tapi surga Tuhan

Rabu, 07 Januari 2015

Egois Nan Angkuh

Akan gagap dan tak berkembang bila tak membaca
Akan berjalan di tempat semua kata

Katakanlah padanya
" Biarlah, karena ini imajinasiku"

Terlalu angkuh untuk berkata
Kesombongan pada harga diri yang seolah tak terbeli

Hidup dalam dunianya sendiri
Bicara dalam barisan kata yang hanya dimengertinya sendiri

Aku yang hidup dalam dunia imajinasiku 

Dalam Takut ini

Dalam takut diri ini berserah diri
Sadari tak ada tempat untuk sembunyi
Tak berdaya
Hampir menyerah

Dalam gamang memaksakan terus melangkah berTuhan
Tuhan, aku dalam lemah

Himpitan Umpatan Kasar Dunia

Mereka pikir sangat lucu mempermainkan hati ini
Mereka pikir kuasai dunia bisa tundukkan hati ini
Hati ini milik Tuhan
Biarkanlah hanya Tuhanku saja yang memanggil


Bukan tuhanmu yang penuh nafsu sesat

Telan Rasa Malu Olehmu Saja

Saat jiwa muda penuh berontak seluruh petuah Tuhan tak terlihat
Ini hidupnya maka hidupilah kehidupan kalian sendiri
Kebenaran hanya ada pada mata sendiri
Segala pandangan manusia tentangnya merupakan kesalahan

Dunia tak selamanya beraroma manis
Dunia milik Tuhan bukan milik pribadi
Dunia tak bisa diatur semaunya
Ada Tuhan yang mengatur
Bahkan bagi mereka yang tak percaya Tuhan itu ada

Saat segalanya tak sesuai lagi dengan maunya
Semua manusia yang dicaci tempat kembalinya
Disumpalnya manusia yang dulu tak sehaluan dengan materi-materi najis
Hati manusia sebongkah daging yang lunak
Ada celah yang bisa menjadi tunduk

Tuhanku, jagalah badanku dari kenajisan dunia

Aku bukanlah manusia penuh suci
Tapi terlalu lelah diriku berdosa


Telan saja rasa malu itu oleh dirimu sendiri

Aku Yang Menjauhi Semua

 Jangan pernah beri aku aroma dunia memabukkan lagi
Aku yang masih dalam pendakian iman
Jangan pernah godai aku dengan pelbagai pesona semu nan sesat itu lagi
Aku sungguh tak kuat untuk mencicipi pesonanya
Jangan pernah aku disentuh lagi dengan kehangatan tak berTuhan lagi
Aku takut akan terus memelukinya

Kini aku menjauh
Kini aku coba mengalihkan pandangan
Walau dalam hati sangat mendambanya
Walau terkadang diam-diam mataku mencuri pandang

Aku takut dedosa
Aku takut Tuhanku


Karena aku mencintai Tuhanku maka aku menjauhi semua

Lelah Berdunia Sempurnalah BerTuhan

Dalam malam yang seakan panjang dalam gelap
Angin yang dingin menusuk badan menggigilkan tubuh
Perjalanan yang seolah tak bertepi dan tak berujung
Mencari pembaringan kenikmatan yang berTuhan
Langkah-langkah kaki yang kian lelah
Kedua kaki yang gontai tak sanggup memikul badan yang penat

Dalam iman diri terjatuh
Dalam berTuhan nan teguh menjauh dari sesatnya langkah
Dunia penuh cibiran karena pandangannya yang searah
Pandangan Tuhan lebih indah
Meyakini berTuhan teguh dalam dada

Kecintaan pada Tuhan lebih tinggi

Hitunglah Kerinduanku Padamu

Apa yang harus kulakukan agar kau kembali memelukku ?
Terlalu lama tanpa sentuhanmu
Aku sangat merindukanmu

Tuhanpun tahu seberapa dalam aku menunggumu
Telah kuhitung jumlah bintang-gemintang di angkasa malam
Jumlahnya yang tak terhingga begitu pula rasa kerinduan ini

Ada helaan nafas sakit dalam dada apabila mengenangmu
Dan aku selalu memikirkan saat saling berbagi hangatnya dulu
Aku tak bisa melupakan rasaku padamu hingga kini



Senin, 05 Januari 2015

Omong Besar Saja

Cinta yang kuingin seperti menepuk dalam angin
Mendambanya sepenuh hati
Menghasratinya sekuat jiwa
Namun tak pernah lagi ada

Tolong, datanglah seperti dulu
Peluklah aku selamanya
Karena cinta ini tentang nafsu
Aku mau kau selalu bersama

Jumat, 02 Januari 2015

Sembunyikanlah Aib ini

Seluruh tabir seolah tak mau terbuka di muka bumi
Segala khilaf juga salah diri biarkanlah tetap tersembunyi pada dunia
Masih ada rasa malu saat tak selaras dalam berTuhan

Sembunyikanlah aib-aib tak berTuhan ini, duhai Tuhan

Saat agama hanya menjadi rutinitas semata belum mendarah daging di badan
Ternoda dalam dedosa pada aturan Tuhan yang terlanggar
Setan yang tertawa lalu pergi saat berkalang lumpur dedosa

Sembunyikanlah aib-aib tak berTuhan ini, duhai Tuhan

Tololnya jiwa saat menyesali lalu lain waktu kembali bermain dalam dosa
Seperti bodoh dan lupa akan dedosa yang sama di masa lalu
Berkacak pinggang penuh sombong dengan mulut senyum paling sinis

Sembunyikanlah aib-aib tak berTuhan ini, duhai Tuhan

Tersenyum merendahkan sesama manusia dan lupa bila taqwa saja di mata Tuhan
Saat dunia yang dijadikan ukuran kehidupan melupakan arti taqwa serta teguh berTuhan
Bermewah-mewahan lalu saling pamer diri dan memperolok-olokkan suatu kaum

Tuhanku, sembunyikanlah aib-aibku pada mata dunia

Aku yang sedang bersimpuh dalam haribaanMu

Kamis, 01 Januari 2015

Wahn

Suara-suara kesesatan setan berkecamuk di kepala
Saat sujud dan menyakini bahwa segala yang dimiliki hak Tuhan

Anak yang lucu, istri yang menarik mata bahkan harta yang berlimpah
Segalanya saat sujud tercurah pada Tuhan memasrahkan milik-Nya

Saat anak yang lucu mati, istri tercinta mati hingga harta lenyap
Kehilangan membutakan kepasrahan pada Ilahi

Serasa bermusuhan dan ketakutan pada kematian juga kehilangan
Mencinta dunia dengan segenap jiwa lalu mencinta Tuhan dengan sisa tenaga

Ada amarah terletup saat hilangnya dunia
Ada airmata sedih berderai perpisahan dengan dunia

Bila segalanya titipan lalu mengapa rasa sayang pada dunia enggan terlepas ?

Ket . : *Wahn = Cinta dunia takut mati

Racun Cinta Dunia

Bila cinta menjadi racun
Racunnya akan paksa dihisap pula

Karena terlalu cinta hingga logika tak lagi bekerja
Tuhan tersisihkan karena cinta yang bertekstur nafsu dunia

Atas hak manusia cinta sesatpun terasa tertulis benar dalam hukum dunia

Seharusnya bila cinta itu racun karena Tuhan maka jauhilah
Tak usah memaksakan karena cinta Tuhan lebih utama

Maafkan atas segala pemaksaan racun cinta dunia masa lalu
Dasar kebodohan yang terbuai iblis merajalela saat itu

Atas dasar keimanan kini coba berTuhan teguh