Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 31 Maret 2018

Gambarmu Bukan Gambarnya

Kau tak bisa seperti itu
Terus mempermainkanku
Kau pikir kau berhak melakukan itu
Terus dustaiku
Ada rasa ketegangan saat bicara denganmu
Dan kau permainkan rasaku
Aku mencintaimu
Tapi kau tak berhak berbuat sesuka hatimu
Kau kirimkan gambar yang tak inginku
Inginku hanya darimu
Sudahlah bila telah memilihmu
Bahagialah dengan pasanganmu
Kebohongan-kebohonganmu
Benci mendengarku
Kehilanganmu
Tapi mencintaimu

Anomali Cinta

Mereka bilang cinta
Semudah itu terungkapkan kata
Mempermainkan sebuah rasa
Perasaan tersuci seharusnya dari jiwa
Hanya sekedar menuliskan kata belaka
Kerinduan yang pura-pura
Kasih sayang yang penuh dusta
Setelah terpuaskan nafsu lalu menghilang begitu saja
Tiada jejaknya
Tiada baunya
Seolah hempasan bebatuan pegunungan longsor di jiwa


Rindu juga kasih sayang sekedar canda
Tak sekalipun meresap pada nurani berjiwa
Bila terus beranomali cinta
Mengapa harus datang dan berkata?
Diri ini manusia
Dan telah jujur berucap cinta
Tapi mereka hanyalah penghitam permata
Begitu tega

Penuh hal yang gila
Terus mulut berbusa penuh anomali cinta

Jumat, 23 Maret 2018

Mencinta Tak Dicinta

Kedustaan yang kau berikan
Kusadari mungkin kau menemukan rasa nyaman
Rasa nyaman bersama yang lain dan bukan aku
Biarkanlah
Lepaskanlah
Haruskah kukatakan pada dunia bahwa "aku mencintaimu?"
Mencintai sekali lagi tapi tak dicintai
Menyadari
Bahwa cinta ini tak direstui
Tapi selipkanlah namaku sedikit di hatimu
Panggillah namaku
Ingin dirimu hadir dalam mimpi-mimpiku
Karena dirimu kecintaan yang paling kuharapkan

Kamis, 22 Maret 2018

Serasa Dicinta

Serasa
Semuanya serba serasa
Serasa sayang nan melanda
Serasa cinta
Merindukan dirinya
Tetapi dirinya yang tetap seperti biasa
Tak merasa
Tak kunjung mempeka
Diriku yang terbawa rasa
Polosnya jiwa
Tak berkutik melawan cinta
Sebuah rasa dunia
Aku membencinya
Untuk mencinta tapi tak dirasa
Dirinya yang menganggapku hal biasa

Minggu, 18 Maret 2018

Mencari Pengganti

...perlahan mengikis
...cintanya dramatis
...rambutnya yang klimis
...pada rinai gerimis

...cukupi mengemis
...cintaku yang kuat ditepis


...saatnya mencari pelapis
...melepasnya karena dia tersadis


...mengacuhkan aku yang menangis

Dusta Lelaki

Jangan pernah berjanji
Kata yang pelik ditepati
Ucapanmu telah termaini
Harapanku melambung tinggi

Kau dustai
Asaku berdebum jatuh ke bumi
Lantas masih berani?
Berkoar berjanji


Sungguh tak berhati
Permainan nyali
Tak layak sebagai lelaki
Kau kehilangan rasa sejati


Tak usah terus menari
Dalam ucap yang tak tertepati

Teman Membawa Berkah

Saya bukan abang jagoan
Sayapun bukan wanita kesayangan
Hanya ingin dirimu dalam kebaikan
Itulah tugas sejatinya teman
Bukan bermain menjerumuskan
Bukan tertawa lalu berkomentar tak kejelasan


Saling menjaga dalam berkawan
Bila ada yang culas maka pastikan
Bukan diri ini yang keculasan


Tak bermain dalam aroma keiblisan
Bila hari-hari penuh kekotoran
Lekaslah membasuh dengan air kesucian


Orang bijak pernah mengatakan
Datangnya akhir sebuah penyesalan


Maka hentikan berteman
Bila teman hanya terus menuju kebusukan
Tak layak di dunia berkutat kebuasan
Mengenal kejahatan
Tapi tak berlayar pada lautan
Bersaulah pada dermaga kebaikan


Berkumpul dengan pedagang wewangian
Maka sedikitnya wangi terbawakan
Berkumpul dengan pedagang panasnya bebesian
Maka aroma bau besi terciumkan


Bergegaslah kawan
Hidup itu pilihan
Dan pilihlah teman kebaikan

Sejatinya Cinta

Kesal pada cinta manusia
Bahagia saat manis melanda
Kecewa saat benci yang ada
Peliknya cinta manusia bak matematika

Lalu sebenarnya sejati cinta pada siapa?
Pada Tuhan atau manusia?

Puisi Nama

Berjuta puisi tertulis pada sebuah nama
Nama-nama yang pernah lewat bercengkrama
Tapi semuanya lenyap satu persatu tiada
Lalu buat apa kutulis puisi untukmu sekarang pada nama?

Semua nama sama
Hanya dusta
Begitupun kamu sekarang yang bernama


Jangan bilang kamu berbeda
Dulupun ada yang berkata
Tapi semua pergi dan nyata


Benci nama
Nama yang tercinta

Puisi Pelik

Susah merangkai kata
Bila tiada ide di kepala
Serasa muntah jadi juara
Aku muak dengan segala
Termasuk semangkok cinta
Cinta penuh dusta


Barusan tidak enak, kecewa
Sudahi saja
Lelah bila tak suka


Dusta Yang Berulang

Jangan datang lagi
Sudah berulang dan terulang kembali
Semalam bercinta tapi 
Hatimu juga otakmu berlari
Membenci

Cukupi
Sampai di sini
Pergi
Cari
Yang mencinta melebihi


Aku sakit hati
Perih saat ingin kau tak maui
Ingin teriaki
Ingin memaki
Tapi untuk apa marahi
Karena semua ucapan sayangmu dustai


Sekali lagi
Tak usah datang kembali