Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 31 Desember 2016

Bersabar Dalam BerTuhan

Bila dalam derita lalu mengiba pada Tuhan
Bila dalam bahagia serta merta campakkan
Manusia yang sebenarnya berada dalam kelupadirian
Pelarian
Dalam ibadah-ibadah berkepanjangan
Lakukan
Tak peduli duka maupun suka menerjang kehidupan
BerTuhan saja dalam ketulusan
Karena sabar tak mengenal batasan

Berdua Indah

Berdua denganmu indah terasa
Pelukanmu serta menyentuhmu bahagianya
Ada kangen tiada habisnya
Namun satu titik belum di rasa
Mengapa?
Dirimu berkata "tak kuat menahan"
Cobalah bertahan
Rasakan saja kenikmatan
Dalam cinta ini mencari perasaan
Cintailah seluruh diriku dengan ketulusan

Senin, 26 Desember 2016

Mati Bersama Kebaikan Tuhan

Kekuatan bersamaku dan aku salah satu kekuatan itu
Tak pernah gentar walau sejuta lontaran ketakutan diumbar
Kaum penindas mencoba mengobrak-abrik segala iman
Iman para peneguh Tuhan tak pernah terurai
Kematian ini hanya menjadi pintu kehancuran para penindas
Para penindas tertawa dan hanya sementara
Kematian ini di mata para penindas mati tapi tidak di mata Tuhan
Kematian ini tidak mati
Karena mati bersama kebaikan Tuhan tidaklah mati
Bergeraklah para peneguh iman
Kuatkanlah para peneguh kebaikan Tuhan
Tubuh ini mati tapi tiadalah mati
Kekuatan Tuhan menyertai dan mungkin kalian salah satu kekuatan itu

(inspirasi film rogue one a star wars story / "the force with me and i am of ones", Chorus says)

Sabtu, 24 Desember 2016

Dunia Liar Penuh Penghormatan

Dunia indah tanpa kesombongan
Kebencian dan rasa sinis hanya mematikan
Peradaban bumi yang maju tak harus disertai pertikaian
Dalam dunia yang liar ada sikap pejuang perdamaian
Bicaralah dengan ketulusan
Bersikaplah penuh kelembutan
Sikap penuh tipu daya serta pura-pura akan berbuah petaka
Pengakuan dunia membuat mata hati buta
Bosan dengan hati yang tak jujur berbuat dan berkata
Tikus-tikus kotor berdasi dan berdusta
Memojokkan sesama manusia yang berlawanan logika
Penghormatan tak disertai rasa
Belajar dari dunia liar
Ada pengorbanan tanpa bersikap kurang ajar
Saling menghormati secara wajar
Jaga bumi dan semesta dari manusia-manusia sasar
Dunia liar
Ada ketulusan dari lekukannya yang kasar

(inspirasi dari film into the wild)

Sangat Punyai Rasa

Lidah terasa pahit
Rasa tetaplah sebuah rasa
Kelu saat berdekatan denganmu
Masa terus datang silih berganti
Waktu bergulir tak pernah peduli
Zaman tak pernah tanya kondisi hati

Masa yang tak ada rasa
Mengejarnya tak terkejar
Dirinya terus menghindar

Bumbui cinta dengan rasa
Butuh pelukan serta genggaman

Cengkramai Birahi Sesat

Mengejar nafsu birahi tak pernah usai
Mencoba menggapai hingga lelah tubuh ini
Dunia yang benar-benar menipu daya
Menggoda dan merayu penuh harap bisa bercinta

Cengkraman setan mengerogoti badan
Gerogoti setiap sel iman yang telah disusun bersusah payah

Helaan nafas ini
Sesat dan dicengkramai birahi

( Cikampek, 14 Desember 2016)

Sekedar Hargai Sukaku

Sia-sia saja mengharapkannya
Tak layak bersatu dan bersama
Tak peduli sebesar apapun rasa suka juga cinta
Dan sungguh tak pernah mudah tanpanya
Yang kupelajari awalnya tak mengenalnya
Cobalah sebagai kewajaran bila dirinya pergi dan tak menyuka
Dirinya selama ini sekedar menghargai setiap rasa suka

Terima kasih walau sejentik mengenalnya
Bertahun-tahun menunggunya bicara
Dirinya yang terbaik pada kedua mata
Usahaku menyukainya sekedar dihargainya
Dan dirinya yang tetap tiada rasa

Berpura-pura tak sukainya
Agar tak terlalu risau dalam jiwa

Apapun yang dirinya lakukan semoga bahagia

Kini diamku tanpanya
Dan masih saja mencintainya

( Cikampek, 24 November 2016)

Kau, Dan Aku Sedih

Yang kedua kumelihatmu bersama tercintanya
Bergandengan tangan dan kau seolah tak melihatku

Cemburuku
Kecewaku
Walau tak sempat memadu kasih
Tapi cinta padamu terlanjur mengendap di dada

( Cikampek, 13 November 2016)

Musik Menghentak, Hentikanlah!

Hentikan dengarkan musik dengan lirik busuk
Kata-kata yang terlontar cacian juga makian
Kalimat kasar bahkan kebencian terhunus pada lagu
Musik yang menghentak lalu kepala bergoyang
Mulutpun berdendang tapi hati tetap sunyi
Ada celah yang kosong di sana
Mungkin tanpa cintamu membuat berdusta nikmati musiknya
Tapi sesungguhnya ada yang sebenarnya hampa
Dan kesepian ini tak bisa ditutupi dengan musik yang berlirik kasar

Hati ini butuh dekapan Tuhan

( Cikampek, 6 November 2016)

Televisi Mual

Televisi membuat mual
Acara yang nampak hanya budaya ketidakpantasan
Berita-berita yang dibuat tak lagi adil
Beritanya hanya demi kepentingan pribadi dan segelintir golongan saja
Tontonan sinetron tak layak bagi budaya bangsa

Muak dan tak bisa berbuat apapun

Kusimpan remote
Kumatikan televisi
Kuambil telepon berkamera
Lalu kupotret televisi
Kupajang di tempat jual beli pada internet
Atau akan kugadaikan saja televisi di pegadaian

Televisi kini acaranya memuakkan

( Cikampek, 6 November 2016)

Terdiam Tak Dicintai

Mungkin cintaku tak berharga bagimu
Dalam resah selalu menantimu
Kubiarkan rasa sepi tanpamu

Dirimu yang tak sayangiku
Dirimu yang sibuk dengan urusan cinta dengan yang lain

Sekali lagi aku hanya terdiam

( Cikampek, 6 November 2016)

Acuhmu Di Hari Lahirku

Pagi ini melihatmu berjalan dengan tercintamu
Saat berpapasan kumelihatmu tapi kau tak menyapa
Ingin kutegur dirimu tapi kau nampak palingkan muka

Dan ini hari lahirku
Hadiah darimu acuhkanku
Walau tak pernah sekalipun bicara cinta
Tapi gerakku padamu isyaratkan rasa
Dan heranku kau tak merasa
Atau sebenarnya kau memang tak cinta?

( Cikampek, 6 November 2016)

Kau Kartun Cintaku

Mencintaimu bagai imajinasi
Khayalan yang mebuat beku jiwa

Menyayangimu bak penggemar kepada idolanya
Tak bisa memelukimu erat
Dirimu tokoh kartun dan tak layak dimiliki
Hanya bisa merinduimu dalam diam

Merasakah dirimu bila kucintaimu?

Cintaimu Bak Angin

Kau diam
Kau lukiskan kerinduan
Kerinduan untuk siapa?

Lelah dengan semua angan
Pengharapan yang lalu terbuai

Cintaimu bagai memeluk angin
Rinduimu bagai udara pagi nan sejuk tapi menggigilkan
Kasih setia ini seperti cermin
Karena cermin pantulkan bayangan sendiri
Seperti aku yang cinta sendiri sedangkan kamu tak cinta

Rumah Jerujiku Cintaimu

Diam
Benci sendiri
Tak tahu harus bagaimana menyatakan kasih ini

Dahaga cintaku padamu
Berujung rindu yang tak pernah tersangkut
Menunggumu dalam rumah jerujiku

Tak kuasa ikuti semua lari-larimu
Tertahanku menjadi bayang-bayang larimu
Ada kunci yang merantai langkahku

Cintaku padamu menyala lagi berkobar

Bacalah rasaku
Rasakan hembusan angin cintaku
Dalam rumah jerujiku selalu mendambakanmu

Bukan Paranormal Cinta

Berikan petandamu jika sukaiku
Jangan hajariku dengan rentetan kalimat darimu
Karena sungguh aku bukan paranormal
Tak bisa menebak untuk siapa kalimat sayang darimu
Sungguh tak mau terlalu terlena dengan kalimatmu

Kalimat sayang darimu itu untuk siapa?

Manusia Baik BerTuhan

Rasa bangga yang kamuflase
Sombong dengan segala yang dimiliki
Status sosial terpandang merasa selamanya tergenggam
Tenaga yang kuat merasa tak akan pernah menjadi lemah

Wajah serta kulit yang mempesona dan mengencang
merasa tak akan pernah menjadi tua dan keriput
Ilmu tinggi karena mengecap pendidikan hingga melanglang buana
merasa pikun tak akan pernah hinggap

Tak terbersitkah pada Tuhan Sang Maha Berkehendak?
Tuhan bisa dan mampu mencabut semuanya secara tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan

Menindas lalu melukai manusia karena menganggap tak sepadan
Melindungi serta menjagai yang terdekat juga kaum kerabat walau salah telah mengikat
Benarkah tak membutuh pada manusia?
Tanyalah dengan kefakiran juga kelemahan makhluk

Pantaskah bertindak penuh arogansi serta kesewenang-wenangan?

Manusia apapun yang dimilikinya hanya satu yang menjadi pembeda
Baikkah manusia sebagai manusia berTuhan?

Bidadari Kecil Ayah

Aku hanyalah seorang bidadari di mata ayahku
Walau kini usiaku beranjak dewasa
Aku tetaplah seorang bidadari di mata ayahku
Tak lebih dan tak mengapa
Ayahku, walau kini aku telah menjadi istri
Ayahku tetaplah memandangku sebagai bidadari
Bidadari kecilnya yang senantiasa disayangi
Aku bahagia dan menerimai
Terima kasih ayahku
Bidadari kecilmu itu aku

(inspirasi film main prem ki diwani hoon)

Senin, 12 Desember 2016

Jangan Pergi

Sayang sekali padanya
Tolong, jangan pergi
Peluklah
Dirinya diam
Saat membutuh sayang darinya
Pejamkan mata saja
Akan kubahagiakan

Minggu, 11 Desember 2016

Dingin Menanti

Menanti di depan gerbang
Berharap berpeluk di udara dingin ini
Dia tak kunjung datang
Dan tetap malam sepi sendiri
Basah terkena hujan
Dia beralasan
Tetap mencintai
Karena telah lama terpikat hati
Datanglah secepatnya
Kunjungilah seseringnya
Ada dahaga kasih
Aku lirih

Pelukanmu Berharap Abadi

Senang saat berdua
Debar saat berjumpa
Tepiskan ragu 
Rasakan rindu
Perjumpaan denganmu mengguratkan makna
Keindahan dunia terpampang pada
Hasrat cinta yang terus dan senantiasa berkobar
Dirimu pijakan bahagiaku dan tak memudar
Rangkul lalu peluk dalam rasa
Semua sayang yang harus tercurah
Selamanya ingin terus mencinta
Menyayangimu bagiku sebuah anugerah
Coba menepiskan bahwa dirimu sementara
Tak mau ada kesedihan saat bersama
Bila ini tak abadi
Kubahagiakan dirimu semampu yang kuberi

Wajahmu Tersimpan Di Hati

Tak punyai potretmu
Dirimu yang dipotret bersama yang lain
Saat kuingin dalam potret yang terjalin
Dirimu tak mau
Dalam debar menanti
Dalam resah ingin bersama
Tak mengapa tiada potret mungkin nanti
Berdua denganmu ingin selamanya

Sabtu, 10 Desember 2016

Dia Memilihnya Bukan Aku

Sedih saat dia lebih memilih berdua dengan yang lain
Dia seperti itu aku menegang terlilit kain
Bila itu buatmu bahagia maka lanjutkan
Beri saja sedikit ruang bagiku untukmu agar terpuaskan

Merindu Angin

Dan dia memang tak tulus mencintai
Dia tak melihat diri
Dia acuhi
Aku merasa cinta sendiri
Terserah
Lelah

Kangen Bertemu

Kangen ketemu lagi
Adakah hatinya sepi?
Seperti
Aku tergalaui
Dirinya yang memutus sendiri
Rindu berdua
Adakah dirinya
Waktu atau masa?
Akan kuberikan bahagia
Berdua kita dan coba lama
Bersama seperti itu
Jangan ragu
Aku
Rindu
Segera silih padu

Dia Tak Suka Akan Kubahagiakan

Dia katakan tak suka
Remuk nan nyeri pada jiwa
Bila tak suka
Duduk lalu nikmati sembari pejamkan mata
Akan mencoba
Buat dia penuh bahagia
Tidurlah lebih lama
Resapi semua
Gelontoran sayang dan rasa
Bersama
Lebih lama
Cerita cinta
Kubuat bahagia
Walau dia tak suka

Ingini Sayang Selamanya

Ingin setiap malam bersama denganmu
Ingin setiap siang bersama denganmu
Ingin setiap pagi bersama denganmu
Ingini setiap waktu hanya berdua denganmu
Pada malam jangan berbelok pada ruang bersekat
Pada siang telusuri setiap tempat untuk cinta
Pada pagi tak kuasa berjalan denganmu karena sayang
Jangan ragu pada kasih
Rasakan saja setiap saat kucinta padamu secara mendalam

Cemburuku

Cemburu padanya
Tentang dirinya
Tak jua bicara
Tentang rasa
Tentang cinta
Siapa kekasihnya?
Akukah mengenalnya?
Atau dirinya padaku tak menyuka?
Cemburuku padanya
Tapi aku tak bisa apa-apa
Dirinya
Membuat terluka
Cemburuku tapi dirinya tak berkata
Padahal sisi tempat ada
Bagi kita memadu hasrat asmara

Cinta Bersyarat

Dia yang belum teruji cintanya
Dia yang terus meminta
Cinta penuh syarat darinya
Dia tak tulus dalam rasa
Dia yang kucinta
Penungguanku lama
Dia tak mengerti jua
Melepasnya saja
Cintanya penuh paksa
Aku cintainya dalam jiwa
Cintanya penuh syarat
Akupun mundur tak taat
Biarlah mencintainya walau tak memeluknya
Menyerah pada syarat benda cintanya
Aku cintainya
Tak mau memaksa

Minggu, 04 Desember 2016

Indahnya Tontonan

Tanpamu tontonan tak lagi menjadi indah
Tanpamu semua lagu menjadi kelam
Bila semua rasaku berbalas darimu maka indah
Semua lagu dan tontonan menakutkan tak lagi terasa
Dirimu mengertilah pada rasaku
Rasaku pada rasaimu sedari dulu

Gemetar Cinta

Belum puas bersamamu
Dirimu yang seolah tak mau
Malu
Cukup tutup matamu
Rasakan saja rasaku
Gemetaran kurasakan
Saat bersamamu dalam ruang tak bertuan
Ada isak tetesan
Aku sangat mengharapkan
Dirimu punyai cinta pada badan
Panggil aku bila kau cinta
Belai aku jika kau rindu dan ada
Semua kisah kita
Aku menunggu di balik jendela
Sentuhlah dengan pelan lalu bicara
Dalam gemetaran tapi penuh cinta kita

Ingini Ruang Cinta Kembali

Terima kasih cinta atas waktunya
Terima kasih sayang walau sekejap
Rasanya kurang lama saling berpelukan
Rasanya kurang lama saling melepas suka
Cinta kita telah mekar
Rindu kita bukan masalah usia
Kasih juga sayang kita nyata
Adakah ruang dan waktu untuk saling mencinta lagi?

Sabtu, 03 Desember 2016

Tak Enak Badan

Hari ini badan tak enak
Dirimu yang menari dalam benak
Aku hanyalah seorang anak
Mendamba cinta walau belum juga jinak
Bicaraku tentang cinta padamu menjadi terselak
Badanku sedang tak enak
Bicara sayangku hingga mulut serak
Cintai saja aku olehmu maka menarilah para pemandu sorak
Cintaku tak sekasar buah salak
Sentuhlah cintaku dengan cintamu tanpa jarak

Percayalah Kubahagiakanmu

Kau belum percaya kalau aku bisa buatmu bahagia
Bawalah aku dalam ruangan tak bermata
Kau akan kubawa dalam megahnya rasa
Hanya kita berdua
Segera
Tuntaskan segala
Rasa
Semakin cepat bersua
Semakin sering berjumpa
Rasa itu semakin nyata

Percaya

Hilangkanlah Ragumu

Dirimu cintaku
Dirimu sayangku
Dirimu rinduku
Rasakan semuanya dariku
Harus berapa lama menanti
Setiap malam terus berteman sepi
Dalam resah terus-menerus berharap mimpi
Namun disanapun dirimu tak kutemui
Semua lakumu cintakah?
Semua bicaramu rindukah?
Diriku dalam ragu melangkah
Ingin bersama berbagi rasa yang merekah

Maafku Atas Marahmu

Maaf bila cintaku membuatmu marah
Tapi sungguh aku terlalu sayang padamu
Maaf bila sayangku membuatmu diam tak bicara
Tapi sungguh aku terlalu penuh kasih padamu
Ajaklah diriku dalam pelukan
Ajaklah diriku dalam belaian
Rasakan segala rasa yang telah lama kurasa
Dalam ruang sepi terkunci tiada orang memandang
Dunia cintaku hanya padamu
Maaf bila karena cintaku membuatmu marah
Aku yang sebenarnya teramat sayang padamu
Maafku atas marahmu

Kamis, 01 Desember 2016

Mimpi Sopia

Mimpi dan mimpi
Denganmu tak bisa memiliki
Nyali dan bernyali
Sebenarnya telah kukeluarkan semua nyali
Mengurung cinta dalam toples kering lagi mati
Berjalan bak seekor zombi

Keadilan hanya milik penguasa
Rakyat yang dibatasi maunya
Penguasa culas menipu daya
Tak sadarkah bahwa Tuhan Penguasa tipu daya
Topeng bicara lalu laku kebaikan para penguasa
Semoga rasa adil bukan sekedar mimpi sopia

Hukumlah yang bersalah
Tak perlu mengenal kawan kerabat bila salah
Ini bukan menang atau kalah
Ini tentang rasa adil yang harus tegak seperti galah
Mimpi sopia tentang keadilan yang tanpa celah
Malulah duhai para pemimpin yang onar dan selalu berulah

Dan

Dan jujur mau kamu 
Dan susah lupakanmu
Dan menunggu kamu mau

Mohon pengertian kamu
Ini tentang rasa suka, cinta dan sayang
Peluklah dengan perasaan

Dia Masih Cintainya

Aku bukan yang pertama di cintai dia
Dia yang pernah berpelukan dengannya
Dia masih cintainya
Lalu aku tak bisa apa-apa
Percuma
Memaksa
Tapi kini rasaku besar
Tapi dia tak dengar
Dia yang terlalu bersinar
Hatiku menjadi nanar
Terkapar
Ingini dia teramat sadar