Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 26 September 2020

Setan Berargumen Mentah

Seperti melukis kanvas putih

Semua warna diguratkan padanya
Bak pelukis hebat
Padahal kenyataannya hanya pelukis amatir yang coba dan sekedar mencoba

Terlalu pintar
Hingga bak pujangga tersohor
Menulis sair dan merangkai kata
Padahal hanyalah sekedar belajar penuh pembelajaran pada tulisannya

Kenapa?
Marah pada dunia karena tak sekalipun seperti yang diinginkan
Sudahkah bercermin diri
Diri yang keterlaluan arogannya

Penghormatan juga respek tak tergantung pada status sosial
Kekayaan, jabatan, ketokohan seharusnya tak mempengaruhi suatu nilai
Tetapi kebanyakan terlalu gila pada hal-hal yang bisa saja nilai yang tersial
Berwawasan luaslah lalu lihatlah lebih dalam jangan berpikiran landai

Kukuh pada pendapat yang dimiliki meskipun tak disadari bisa merusak
Penghormatan yang rapuh nan penuh onak
Bila tak didengar setelah bicara yang hak maka diam dan baiklah pada badan
Berjalanlah lurus walau tampak tak mudah saat dunia terus-menerus memuja dunia agar penuh setan yang kemapanan

Kamis, 24 September 2020

Gerombolan Tengik

"Negeri bajingan"

Penguasa yang tak becus menata negeri
Bukan salah sang negeri
Tetapi para pucuk pembuat keputusan keterlaluan bodohnya
Kemenangan tapi "dimenangkan"

Terlalu asyik bermain drama penuh dagelan
Negeri yang dipermainkan hingga penuh koyak
Penuh jurus tipuan lagi muslihat
Geram dalam hati
Gemas melihat perilaku dungu yang ditunjukkan

Negeri di antah berantah
Penguasa yang tak memahami kondisi negeri
Penguasa yang coba-coba menata negeri hingga penghormatanpun terpaksakan
Ada ancaman, pengkerdilan, pertikaian, fitnah tak berdasar
Menyerang bahkan menikam yang tak sehaluan

Gerombolan penuh tengik
Hanya berlaku penuh tengil
Negeri yang terletak di antah berantah salah urus
Negeri sedang menangis
Negeri yang sedang dipegang gerombolan paling tengik dalam sejarah

Tumpang-tindih kebijakan
Keputusan penting yang berantakan
Memperkaya segelintir saja
Gerombolan tengik ongkang-ongkang kaki hingga uang kotor dalam saku berhamburan

Gerombolan tengik paling biadab 
BerTuhan sekedar kamuflase

Berharap negaraku tak sedekil negeri di antah berantah itu

Saat Baik Tak Tampak Di Hatinya

Merintik riak rintih pada senyuman

Saat kebaikan tak selalu terlihat kebaikan
Diam saja
Saat telah penuh dalam kata

Kesal melanda saat argumen harus terbenarkan
Walaupun pada kenyataannya memang seperti itu adanya
Tetapi tenangkanlah jangan habis-habisan memprovokasi
Damaikanlah hati

Sikap negatif di sekeliling
Membuat kepala pening
Memilih dalam pergaulan juga berkawan
Hanya untuk yang berpola pikir positif serta berTuhan

Telah tiba saatnya
Untuk memilih di antara banyak pilihan
Tak harus bertahan bila nilai kebaikan tak nampak dan tiada
Memilihlah dan merdekalah jiwa-jiwa yang bebas tak bertuan

Karakter Tercongkaknya

Semarah itukah pada keadaan?
Sebenci itukah pada situasi juga kondisi?
Marah lagi benci pada retorika-retorika yang mengada-ada
Menyembunyikan fakta lagi bersikeras memutar balikkan fakta
Memaksakan kehendak pada dunia
Membujuk lagi merayu dengan terus menerus menghipnotis dengan kata "iya"
Mengajak setengah memaksa menyetujui untuk semua tindak-tanduk yang sewenang-wenang
Bila tak seirama maka mengucilkan yang tak sebiduk

Ketahuilah!
Sudah respek pada perbedaan pendapat
Sudah berdamai dengan keadaan
Tetapi rasa muak melihat wajah-wajah penghujat masih belum kering

Silahkan!
Berlakulah sesuka hati
Tetapi ingatlah bahwa mati akan memenggal kehidupan di dunia
Lalu semua perilaku juga kata akan tersembahkan pada hadirat Tuhan

Berdamaiku
Tetapi tidak dengan karakter congkaknya

Rabu, 23 September 2020

Cinta Dalam Kecemburuan

 Cemburu dalam pelarian

Meringis karena tak bisa lagi dalam tangisan
Sungguh tak mau terus larut dalam kenestapaan
Tetapi jalan kehidupan tak bisa menjadi sebuah pilihan
Garis Tuhan
Takdir dalam keTuhanan

Lagu sedih
Ku tak mau yang lain
Tetapi bicaramu selalu penuh marah nan mendidih
Hanya memeluk serta ciumimu yang kuingin

Jarak yang memisahkan
Sedikit saling memberi kenikmatan
Adakah kau inginkan pertemuan?
Untuk merajut hasrat yang belum tertuntaskan

Sebelah tangan serasa kesemutan
Pertandakah akan kau beri suatu kejutan?
Tapi hanya memberi yang biasa seperti terdahulukan
Inginku tak kau beri padahal telah kukatakan

Menakjubkan
Pada masker berwarna abu yang kau kenakan
Ada sejumput padaku satu hal yang menjadi penasaran
Dapatkah ruang serta waktu terbit untuk memecah ini kerinduan

Cintamu bercanda
Rasamu tiada
Kau tak pernah inginkan mencintai
Kumaui tapi kau tak kunjung memberi

Berjalan
Dalam kesendirian
Tak usah membenci hujan
Meskipun berada dalam kedinginan
Respek pada pendapat dan tak memaksakan

Bicara seolah merasa memegang sukma kebenaran
Padahal kosong kesepian

Kamis, 17 September 2020

Merasa Sekedar Merasa

 Merasa paling benar

Merasa kehidupannya tak pernah sasar
Tak mau kalah bicara
Berdebat ingin menang lalu busungkan dada

Memandang dengan kacamata kuda
Memincingkan kecurigaan terhadap opini yang tak sejalan
Merasa masih jauh kematiannya
Tak merasa bahwa Izroil mengintai lebih dekat dari urat nadi untuk kematian

Menunjuk jidat orang seenak pusarnya saja
Merenggut paksa tanpa kejelasan
Merasa segala yang dilakukan luput dari malaikat pencatat amal manusia
Merasa bisa selamat dari hari akhir penghisaban

Tuhan Maha Mengetahui bisik niat hati terdalamnya
Memakai topeng seolah penuh peduli padahal borok berhati
Merasa tersakiti padahal dirinya penuh arogan dalam jiwa
Merasa penuh kekurangan padahal kehidupan karakternya penuh tipuan lagi bersembunyi

Anjing Ashabul Kahfi lebih mulia
Dirinya merasa yang paling bekerja
Berlebihan bahkan memutar balikkan fakta
Dirinya "seekor binatang hina

Rabu, 16 September 2020

Hentikan Penindasan Pikiran

Jika ingin menari

Maka menarilah

Tak ada yang peduli

Karena tak ada yang mau menjadi tersalah


Hari ini mengingat

Masih tersengat

Saat melihat yang terhampar

Entah sampai kapan dan mungkin sampai terkapar


Tak tahu apa yang terjadi dengan sang waktu

Dirinya yang semakin bergerak maju

Sedangkan diriku masih merajut sebuah rindu

Kerinduan yang mengawang-awang lagi kelabu


Sudahilah!, banyak yang mengatakan

Ketahuilah!, sejak dahulu telah menyudahi atas hitamnya permasalahan

Camkanlah!, yang tak kusukai saat tak ada respek atas masing-masing sebuah pilihan

Pelukilah!, bila telah menjadi sebuah keyakinan


Jangan terus memaksakan

Terus berkoar mengoceh memekakkan

Bukankah kelak di hadapan Tuhan masing-masing berdiri dengan apa yang telah menjadi pilihan

Tak membenci takdir yang kubenci adalah "sebuah penindasan!"

Sabtu, 12 September 2020

Nanti Malam

Jangan kau goyangkan dahannya

Karena ku tak suka

Kau pikir diriku akan mencinta?
Setelah duri-duri kau taburkan ke muka

Mungkin telah menyerah
Karena dedaunan segar berjatuhan ke atas tanah
Tiada lagi pemaafan setelah kau sandera hatiku berkali-kali
Cukup untuk kali ini dan biarkan aku pergi

Jangan takut untuk berbahagia
Keluarkan semua pendapat juga kata
Mungkin mereka lupa
Atau mungkin mereka lupa untuk berkaca

Menghujat lalu menghakimi
Tetapi tak pernah sadar diri
Semua yang menjadi obrolan hati
Ada tercermin dan terpantul dalam dirinya sendiri

Masihkah kukuh untuk pergi?
Setelah badai dan gelombang yang terjadi
Mengapa tak memutuskan untuk menetap di sini
Ada ruang kosong dan hampa pada relung hati

Kau sibuk dengan aktifitasmu
Termenung menunggumu
Merajut sepi sendiri menantimu
Pilu

Kau terus saja merayu
Nanti malam akan datangiku
Tapi kusadari itu sekedar candamu
Tak sekalipun ada keseriusanmu

Berduapun tak bisa
Berkasihpun tak kuasa
Tak bisa ku memaksa
Karena dirimu hanya sebatas mimpi saja



Rabu, 09 September 2020

Meremuk Padamu

Untuk apa kuberjalan searah ke rumahmu?

Jika menunggukupun kau tidak pernah
Menyentuhku pada dirimu seolah kau tak peduli
Bicaramu padaku hanyalah sebuah basa-basi pergaulan belaka
Padahal sedari dulu melihat serta menyayangimu
Tapi semuanya sia-sia belaka
Kau yang tak pernah menganggapku ada untuk dirimu
Karena kamu 
Sibuk terlalu
Padahal rindu
Ingin memelukmu
Melepas rasaku
Yang mengendap sejak dahulu
Kurebahkan sejenak memuja Tuhan dulu

Meniti berjalan pada sisi rel kereta
Memandangimu yang sedang berolahraga
Tetapi kau yang tak melirikku walau sekali saja
Padahal jarak hanya selemparan batu saja

Tiba-tiba
Apa?
Kau bilang oke, begitu saja!
Tak pernahkah merasa
Bahwa begitu dalam ku mendamba
Bahwa begitu dalam ku mencinta
Tetapi kini baru ku merasa
Kau tak pernah peka
Sayangku padamu kau anggap bercanda
Meremuk pada raga
Untuk cintamu yang tak kunjung ada

Senin, 07 September 2020

Lingkaran Yang Tepat

Mau kamu malam ini

Utuhi
Ingini
Segalanya dari setiap sisi

Ingin menulis kata
Tetapi serasa terbata
Karena dirimu tak kunjung merasa
Malam ini hanya ingin bercinta

Langgeng pertemanan
Pertemanan yang selalu mengupayakan pada keTuhanan

Selamat datang pada perkawanan
Perkawanan yang selalu penuh tipu juga pertikaian

Bergantilah segera
Rubahlah dari lingkaran yang merusak jiwa

Karena diciptakan untuk memperindah dunia
Tak layak berkutat keburukan pada lingkaran yang salah pada manusia

Teman yang berlagak peduli
Tetapi pada kenyataannya menikam diri
Begitupun keluarga seolah berbaik hati
Tetapi ada mau dibalik semua puji-puji

Kepalsuan yang menyelimuti tiap sisi lingkaran
Bergerak mencari lingkaran lain yang penuh kebaikan
Memperbaiki jiwa agar selalu teguh pada kejujuran
Lingkaran yang baik yakni tanpa dusta dalam berkeTuhanan

Jumat, 04 September 2020

Manusia-Manusia Bebal

Saat semua langkah terseret berat

Saat semua opsi terhalang pemicu masalah
Saat kasih sayang terputus oleh makhluk bebal pendukung pemberi hangat yang terlarang
Saat semua jalan seolah buntu tiada jalan keluar
Berpegang saja pada Tuhan
Mintalah pada Tuhan

Semua pintu dunia tertutup
Meringis, berduka dan bersedih di pojok ruangan gelap
Menangispun tak keluar airmata
Ada perih yang tak tampak dari dunia
Lukanya menghujam pada dada

Pilihan yang diambil mengandung konsekwensi
Tetapi bila konsekwensi itu hanya membuat sembab pada jiwa kembali mencuatkan tanya

Tetapi saat langkah sudah ditetapkan
Yakinilah
Bila dunia tak memihak maka biarkanlah
Kedamaian bukan hanya sekedar pengkultusan oleh dunia
Karena menyakini ada kehidupan setelah kehidupan di muka bumi

Lakukanlah apapun yang ingin dilakukan
Tetapi ingatlah akan adanya pertanggungjawaban atas semua pilihan

Kelak setiap manusia akan dikumpulkan bersama setiap pilihannya

Dan aku memilih jalan yang berbeda di dunia yakni mengutuk percintaan manusia yang masing-masingnya telah miliki pasangan

Ambillah pilihanmu
Karena akhirat tidak pernah salah

Rabu, 02 September 2020

Jamuan Kehidupan

Berjalan dalam perjalanan

Merintis dan menangis menjadi sebuah petualangan
Tak semuanya dalam hidup merupakan percintaan
Pernahkah merasa kosong dalam keTuhanan?

Secarik kertas 
Bagaimana kelak rinduku yang senantiasa meretas?
Bagaimana kelak bila keinginan bertemu telah menetas?
Terbangkan saja secarik itu dengan kipas

Kedua mata yang sembab menahan airmata
Bak menahan perih juga luka
Sebuah pilihan yang membuat jiwa tak bahagia
Entahlah kapan untuk kembali bersama

Terlalu penuh ego diri
Terlalu penuh marah untuk setiap apapun yang terjadi
Sebenarnya merindui
Tapi tak kuasa karena ada monster yang menghalangi

Surga tak pernah salah memilih para penghuninya
Tak hendak mencari yang terjauh jaraknya
Terlalu banyak berbicara
Hingga terpapar sebagian aib juga luka

Masih terbayang sembab di kedua matanya
Apa yang telah mereka lakukan pada jiwa juga raga?
Apa yang telah kulakukan pada keduanya?
Akan kujaga dan memindahkan keduanya jika kumampu dari rumahnya

Masihku belum bisa
Membawa mereka berdua
Memohon lapangkan jalannya
Ingin keduanya berbahagia

Selasa, 01 September 2020

Mencintaimu Tak Pernah Bisa

 Mencintai dalam semak

Seperti menerka pada kegelapan
Tak bisa menjadi sebuah kenyataan
Jawabannya hanya menjadi sebuah onak
Nyeri karenamu
Sakit karenamu
Berjalan tapi tak berjalan
Hidup tapi tak miliki kehidupan
Bukan kabar itu yang kuinginkan
Bukan berita itu yang termaukan
Tetapi sudahlah
Serasa kesal masih berkutat di jiwa lagi bernanah
Mencintai selubung
Berlapis bak tak mendengar sang relung
Mencaci semua yang termaki
Berkerak kelak sampai nanti
Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan
Bicarakan saja apa yang menjadi pembelaanmu
Karena surga tidak akan pernah salah memilih para hunian
Dunia tempat tipu daya bahkan kejujuran nurani menjadi saru
Jika ingin pergi maka silahkan saja pergi
Aku di sini saja sedang memperbaiki diri
Biarlah dirimu tak terpeluk
Saat ini di dunia aku takluk