Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 29 Juni 2019

Kau Terjahat

Menangis
Hatipun miris
Sakitnya mengiris
Bak kedinginan tersiram gerimis

Tak juga di gubris
Walau rambut tersisir klimis
Walau telah tersingkap kedua betis
Kau tak juga berikan manisan yang manis

Kau terjahat berteralis

Aku terpojok dalam kerinduan tak terkais

Puisi Tak Dejavu

Kau tahu
Sejuta puisi yang kutulis untukmu
Sedikit pekat nan gelap menyatu
Hanya ingin bertemu
Dalam ruang yang tak semu
Saling lampiaskan hasrat dan tak jemu
Rindu
Menurunkan peluh saat saling berpagut memacu
Tak mau sekedar angan dejavu
Puisiku
Untukmu
Penuhi angkasa itu
Jangan meragu
Menggelinjangi hasrat hingga lupa waktu

Jumat, 28 Juni 2019

Bola Santet

Ada api di atas rumahmu
Semua perilaku menduamu membuat muak
Berlagak seperti tersakiti padahal dirimu yang menyakiti
Dirimu pintar bermain drama
Seolah yang sering tertusuk duri
Kenyataannya dirimu berusaha menutupi semua bahagia
Dirimu pikir yang didapatkan bahagia?
Tunggulah pada malam-malam
Ada bola api menerjang rumahmu
Dedoa mereka yang kau sakiti menghias langit
Bola santet tidak hanya satu tapi tak terhitung
Bola-bola santet menghantam menggambarkan akumulasi semua yang kau sakiti
Bola-bola santet menghajar semua yang berada dalam rumahmu

Kau miliki Tuhan
Mereka yang tersakitipun miliki Tuhan
Beradu dedoa

Ingatlah!
Tuhan tak bisa didustai

Sejatinya Dirimu

Jangan pernah berkecil hati
Tak layak menangisi hal yang kecil
Tak pantas bersaing dengan pecundang
Pandangilah dengan kebesaran jiwa
Kemenangan diraih dengan kecurangan
Piala yang dipegang beraroma kelicikan

Lihatlah nanti!
Tak usah ikut menari
Akan ada saatnya saling mencurigai antar lingkarannya
Karena di kelilingi para penjilat terhebat

Akan ada saatnya saling menghajar, membunuh teman sendiri
Karena ikatan yang dijalin hanya kepentingan semata
Tiada erat pegangan 
Berpegang pada kepercayaan yang rapuh

Sejatinya dirimu
Bangga berdiri di belakangmu
Tuhan akan mencatat semuanya

Tiada akan tertukar kesejatian seorang juara di hadapan Tuhan

Dunia mereka rapuh karena hanya kuasai semunya dunia

Dunia kita kuat karena kita berpegang pada pemilik semesta

Palsunya Wajah Polosmu

Jangan bawa aku ke duniamu
Dunia yang kau lukis hanya untuk dirimu sendiri
Keserakahan, keegoisan, kepura-puraan
Kau bangun semua tipu daya untuk menutupi kesenanganmu
Berdusta peduli pada sesama
Pada akhirnya hanya melakukan semua untuk keselamatan dirimu sendiri

Bila memang temanmu iblis
Jangan pernah ajakiku
Masih saja keras hati
Tiada yang bisa menasehati

Maka biarkan saja Tuhan yang menindaki

Berpura tersakiti
Padahal sebenarnya dirimu yang menyakiti

Menembus Langit

Doa apa yang harus dipanjatkan?
Ingin segera lekas berakhir
Semua penantian
Semua kesedihan
Sedikit airmata saat tak tahan atas kerinduan
Sungguh tak tahu adakah rindu yang sama denganku?
Adakah cinta yang sama denganku?
Ataukah setelah lama tak berjumpa
Rindu serta cinta itu telah menguap
Bagiku rasa rindu serta rasa cinta senantiasa membuncah
Bila ada dedoa yang langsung terkabulkan
Ingin selalu berada di dekatmu
Dedoa seperti apa agar segera menembus langit?
Karena tak tahan atas kerinduan berkasih sayang ini

Selasa, 25 Juni 2019

Sesembahan Untuk Dewa

Pemujaan serta dedoa pada dewa merupakan kekonyolan
Terhinanya dewa yang memerlukan sesajian 
Adakah para dewa berdiam di atas langit?
Ataukah para dewa sedang turun ke bumi untuk menyantap sesembahannya?

Bila dewa masih perlu sesaji
Bila dewa masih mampu tergambar oleh panca indera
Pantaskah di sebut pemilik semesta?

Sesungguhnya dewa yang asli tak akan pernah bergantung pada ciptaannya

Anjing, Babi, Monyet

Ada apa dengan mereka?
Mereka hanyalah tiga ekor binatang
Tiada kesiaan Tuhan menciptakan makhluknya
Anjing, babi dan monyet merupakan salah satu makhluk Tuhan
Lalu mengapa memandang kehinaan?
Mereka terhormat
Lalu yang terhina adalah sekumpulan manusia tapi berlaku seperti binatang
Anjing, babi dan monyet lebih terhormat di bandingkan mereka
Manusia-manusia bengis berhati, berotak serta berlaku melebihi binatang
Menjilat melebihi anjing
Mencari penilaian melebihi seekor babi yang manja
Lalu memanjat cakrawala sambil menginjak para rekan melebihi mahirnya panjatan seekor monyet
Anjing, babi dan monyet lebih terhormat di bandingkan kumpulan manusia bertopeng kelurusan

Senin, 24 Juni 2019

Satu Masa Dua Rasa

Waktu berlalu sejak pertama kali mengenalmu
Masihkah sama dirimu dengan dahulu saat ku menyentuhmu

Kokohnya
Lembutnya
Sejuknya
Berbaur saat dulu

Kini merasa samar saat memandang
Apakah itu dirimu atau yang lain?
Karena belum sempat kutandai dirimu dengan cinta

Hanya ada dua rasa saat ini
Kerinduan serta menyayangi

Dalam satu masa ada dua rasa
Rasa yang ingin tereguk bersamamu
Sembari mengenang memori suka ataupun duka

Dasar Najis!

Mereka bilang aku anjing
Mereka bilang aku babi
Mereka bilang aku monyet
Dasar najis!

Bertahun-tahun hati terpaut
Tak kuasa melepaskan
Aku memikirkan tapi mereka tidak
Aku yang masih terpaku tapi mereka bergerak maju

Duniaku seolah berhenti tak bergerak
Melihat mereka yang terus mengataiku dengan dengusan najisnya

Mereka melangkah sedangkan diriku diam
Masih memperhatikan mereka
Tapi sadari bahwa mereka tak sedetikpun perhatikanku

Aku yang kuntiti mereka
Aku yang mencari mereka

Dan mereka masih terus berkata kepadaku
"Dasar anjing, babi, monyet!"

Mencintai Cermin

Hei, kamu!
Apa kabarnya sepanjang hidupmu?
Dirimu yang berwajah persis denganku
Katanya bilamana wajah mirip berarti berjodoh
Maka kuberanikan diri menyatakan
Maukah aku jadi kekasihmu?
Tentu saja
Betapa bahagia nan miris
Sejak hari ini menjadi kekasih hati
Semoga cermin tak retak
Menyatakan rasa di depan cermin seorang diri
Berkata cinta sendiri
Menerima cinta sendiri
Mencintai cermin

Kamis, 20 Juni 2019

Entah

Aku jatuh cinta
Tapi entah bagaimana mengungkapkannya
Aku miliki rindu
Tapi entah bagaimana menyampaikannya
Aku ingin berkasih sayang
Tapi entah bagaimana mendapatkannya
Berdekatan denganmupun teramat malu
Selalu butuh waktu yang lama
Karena memang cintaku penuh hasrat
Karena memang rasaku penuh gairah
Dan entah bagaimana caranya supaya kaupun mau bercinta denganku
Hanya dengan tulisan kuutarakan rasaku
Tak ada keberanian memelukmu dengan untaian gairah
Sebenarnya teramat takut kehilanganmu
Lalu entahlah!

Rabu, 19 Juni 2019

Pengganti Bahu

Terkesan saat malam
Sengaja tidur malam yang di percepat
Karena sedang membutuhkan bahu
Bahu untuk sandaran
Tetapi saat tidak ada bahu
Maka tak pernah takut kehilangan
Masih ada lantai atau tanah tempat bersujud sebagai sandaran
Mengadukan semua
Mengeluhkan segala
Menceritakan perjalanan kehidupan
Karena memang sebenarnya muak
Terus-menerus berdiri mewakili
Muak pada sikap bahu-bahu yang serasa menjadi bintang besar

Selasa, 18 Juni 2019

Terpendam

Kau tahu
Aku tak berkutik
Serasa mati kutu di hadapanmu
Sungguh tak berdaya mencintaimu
Meninggalkanmu selaksa tak menguat
Ratusan hari berusaha melupakan kecintaan ini
Tapi masih tak bisa
Tak mau berganti iman
Dirimupun tak mau menukar tuhan
Lalu masing-masing menjauh pergi
Ada nyeri juga sakit
Dan sepadan lebih memilih mencintai tuhan kita
Walau diriku teramat sakit
Walau kini dirimu telah bersanding dengan yang seiman
Bisik hati kecilku tak layak terus menguntitmu di dunia
Tuhanku, bantulah diriku!

Senin, 17 Juni 2019

Menerka Kehidupan

Tak kunjung selesai
Cerita hidup yang dijalani
Berkutat pada tempat yang sama lagi sepi
Ujung kerinduan tak pernah padam dan mati

Lihatlah, duhai sang bumi!
Saat berjalan, melangkah tapi tanpa arti
Makna yang tertinggal di dasar hati
Berteriakpun kesiaan karena seperti bergaung sendiri

Jiwa penuh kecintaan ini
Jiwa tak mau menyerah bermimpi
Saat mimpi
Saat asa dicegat sang pemutus sanubari
Kesedihan menyeruak di diri
Tapi
Kehidupan harus terus dihadapi

Tak dapat menerka kehidupan ini
Perkiraanpun akan jauh dari kesempurnaan nan hakiki

Hadapi
Geluti
Bila memang ujung rindu tak bertepi
Bila memang raga terlanjur mati
Jangan pernah sesali

Sesungguhnya telah menabung pesan suci
Pesan-pesan untuk menggugat kelak di hadapan Sang Maha Pemberi
Bagi arogannya para pemutus sanubari

Kembali Terulang

Aku jatuh cinta padamu
Entah cinta seperti apa yang kurasakan
Apakah cinta yang membabi buta?
Hingga berlaku seperti babi
Dan bertingkah seperti buta
Hasrat ingin memelukmu dalam kepasrahan
Hasrat ingin mencukupi rasa ketagihan asmara
Dan ini terulang kembali
Tapi dengan objek yang berbeda
Rasa cinta yang seperti binatang 
Berperilaku bak binatang nan binal
Inikah cinta?
Ataukah cinta pada dunia hanya sekedar perangkap setan belaka?

Kembali terulang mencintai hasrat dengan kesetanan

Masih Tentang Rindu

Kau kemana saja
Sudah lama tak berjumpa
Sudah lama tak saling bertatapan mata
Sudah lama tak saling tebar pesona
Tentang rasa
Tentang hasrat mencinta
Dan tentang rindu yang teramat menggelora
Apakah karena hari raya?
Hingga kau lupa
Hingga kau tak lagi menyapa

Di sini masih tentang rindu membara
Adakah dirimu merasakan hal yang sama?

Berlebihan Menikmati

Masih terasa sesak
Begitu banyak yang dirasa
Makanan yang membuat kenyang "kesakitan"
Minuman yang membuat reda dahaga tapi"kekembungan"
Serasa menjadi kekasih dunia
Serasa menjadi manusia yang paling dibutuhkan
Padahal jiwa sebetulnya gersang
Begitu banyak muslihat jahat dan iri bertebaran
Lupa diri untuk mensyukuri kehidupan
Lantas tercoreng dengan kata kufur nikmat

Pesona Indahmu

Kau tercantik
Kau terindah
Gairah muncul saat bertatapan denganmu
Bicaramu bak desahan malam pertama
Itulah mengapa selalu tundukkan kepala saat berhadapan
Tak kuasa
Tak kuat
Libido serasa naik ke ubun-ubun
Ingin mencumbu
Dan hingga saat ini bermimpi denganmupun belum
Maka kenyataanlah yang ditakuti
Khawatir kau pergunakan semua hartamu
Menjamah
Melenguh
Dalam ruang tersembunyi

Ingin Disentuhi

Merindukan sentuhan
Mencandu belaian
Dari fajar hingga mentari
Dari senja hingga malam baluti

Ingin saling berpelukan
Dalam hasrat saling memuaskan
Entah dimanakah gerangan
Sang pengobat hati yang sedang kasmaran

Teramat ingin
Menghangatkan pada jiwa yang dingin
Ingin disentuhi
Sedang menanti

Tak peduli lagi pada harga diri
Harga diri tidak ada harganya
Dan ini
Hanya ingin segera bercinta

Tipu Daya Dunia

Tertawa
Bersenandung sembari menghamburkan lembaran uang ke udara
Menyisipkan uang-uang pada saku di ruang yang tersembunyi
Menaiki beragam wahana saat rekreasi dengan segelintir kesayangan
Memberikan hadiah-hadiah dengan hasrat birahi dunia
Masa bodoh dengan sekitar
Kebodohan yang dipelihara
Senang dengan pepujian sementara
Naif dengan mulut busuk termanis dan laku penuh tipu daya

Para Penjilat Beserta Kumpulannya

Mereka bicara cinta
Tapi terasa dusta

Mereka bicara peduli
Tapi tidak terasa pada hati

Tiada empati
Seperti bukan manusia sejati

Menipu
Terlihat seperti ada yang disembunyikan

Tak usah menghakimi
Biarkan alam yang bertindak
Lambat-laun serta perlahan kepalsuan akan terkuak

Muak
Dengan semua ocehan mereka

Para penjilat beserta kumpulannya
Lalu selekasnya ingin pergi menghindar saja

Bermalaikat Atau Bersetan

Saat kata tak bisa membuka
Saat laku tak juga merubah
Maka doa menjadi senjata
Mengadukan semua pada Tuhan
Malaikat-malaikat yang selalu baik
Setan-setan yang selalu jahat
Manusia yang bisa baik ataupun bisa tidak baik
Di sisi mana akan berada?
Seperti malaikat?
Atau seperti setan?

Rabu, 12 Juni 2019

Tulisanmu Untukkukah?

Tulismu dalam susunan kata
"semenjak kamu hadir dan membuatku nyaman,
aku tidak tertarik dengan siapapun selain kamu"
Bagiku sama
Dahulu hingga kini masih berasa
Getaran dalam dada
Indahnya
Tapi kuyakin dirimu padaku tak mencinta
Dirimu lebih memujanya
Dan seperti kuberkata
Melihatmu bahagia
Bagiku sebuah hal yang utama
Atau mungkin semua kabarmu hanya sebuah angan bagiku?
Dirimu memang menuliskan semua itu
Tetapi tulisanmu
Tidak tertuju kepadaku
Kau tambahkan kata dosa
Bagiku penuh harap saja
Berharap saja
Semua kabar darimu untuk jiwa
Bahagiamu
Walau tak juga memilkimu

Kebaikan Air Terjun Itu

Dalam resah membasah
Dalam merenung bertafakur
Dalam basah pada rinai bebasahan sang air
Air-air yang terjatuh dari ketinggian
Rinai merindang pepohonan
Air yang tercurah pada air terjun
Curamnya lembah
Maka merendah hatilah
Tak seyogyanya membusungkan dada
Teruslah berbuat baik
Hiraukan yang membenci
Karena air tetaplah terjun pada musim berair walau ada yang tak menyukai
Berbuatlah baik seperti air terjun hingga musim kematian menerjang

My First Love

Mencintai makhluk depan rumah
Senyumnya, tatapan matanya, aroma tubuhnya menggila
Resah saat tak berjumpa
Bila berjumpa kami berdua menjadi salah tingkah
Menanti dan sungguh saling menanti pada ciuman pertama
Jatuh cinta dan sungguh saling jatuh cinta
Malu dan sungguh teramat malu pada keramaian
Ada getar tak karuan bila saling berpapasan
Lalu bersikap penuh pura tak saling berharap dan tak saling mengenal
Mencintaimu sedari bermain tanpa alas kaki
Dan kudengar angin membawa kabar bahwa kaupun mencinta
Tapi kita berdua masih menanti
Dan saling menanti
Berharap waktu penantian itu tak akan lama
Ciuman pertamaku hanya ingin denganmu

(Inspirasi dari film Hollywood Flipped)

Selasa, 11 Juni 2019

Mencintaimu Dalam Luka

Menyerahku untuk buatmu mencintaiku
Semakin besar berharap agar kau cintaiku
Semakin jauh kehilangan cintamu
Karena cinta seharusnya tak memaksa
Menyerahku untuk membuatmu jatuh cinta padaku

Aku yang pertama melihatmu
Wajah mempesonamu
Indah lekuk tubuhmu
Aroma wangimu

Lacurnya hidup
Aku yang tak kuasa mendekapmu
Walau pertama menemukanmu saat mengintip dari balik jendela
Kini kau memadu kasih dengan yang lain

Sekali lagi aku yang pertama kali melihatmu lalu jatuh cinta
Cinta yang tak pernah kukatakan

Seharusnya sejarah kutulis dengan darah
Seharusnya memberanikan berkata sebelum jadi jenazah

Tapi memilihku berdiam dalam mencinta
Memilihku mencinta dalam luka

Menggugat Para Pemikir Pendewasaan

Mereka tak pahami
Mereka tak mengerti
Seolah bisa menebak isi hati
Bicara terus walau terasa nyeri

Berdalih paling mengerti
Berasumsi lebih dewasa dalam diri
Kedewasaan yang diukur dari persetujuan semua perilaku mereka dalam menetes hari-hari
Tak peduli
Karena dosa-dosa tak berTuhan merasa dapat dimanipulasi

Pergi
Biar kelak saling gugat di hadapan Pengadil Sejati
Semua kata juga semua perilaku akan terungkapi

Di dunia kedigdayaan tak termiliki
Kelak di hadapan Tuhan semua setara dan sama sangat yakini

Akan mengadu untuk mereka kelak saat datangnya suatu hari nan pasti

Teman Saat Kematian

Merekapun menulis sebuah kidung
Merekapun menulis sebuah sair
Mereka telah pahami hakikat kehidupan di dunia
Tak ada yang abadi
Tak ada sesuatu yang di miliki untuk di sombongkan
Bilamana kematian telah memenggal badan
Tak dapat di mundur majukan kedatangannya
Tak bisa dicegah juga ditolak tibanya sang ajal
Kematian bukan untuk ditangisi
Bagi mereka kematian merupakan sebuah kerinduan
Karena pertemuan dengan Sang Pemilik jiwa raga mereka
Mereka meyakini selalu ada hikmah pada setiap peristiwa
Kain kafan telah ada
Keranda telah bersiap
Liang lahat telah terukur
Bersiaplah jiwa nan rapuh
Bukan pada kematiannya
Namun pada amal-amal kebaikan keTuhananlah yang akan menemani kelak