Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 30 Oktober 2016

Waktuku Tulus

Tak mau kehilanganmu
Tak mau kau pergi meninggalkanku
Namun semua dunia termasuk kau yang kucinta tak abadi
Meski kau tak pernah tahu rasaku padamu
Melepaskanmu sekarang atau nanti sama saja bagiku

Terima kasih untuk semua waktu berbagi
Waktuku sekarang untuk tulus
Lembut perlahan melupakan cintamu yang tak terpeluk

Langit Menangis Tertawaku Tanpamu

Menari di bawah langit yang menangis
Tersenyum bahkan tertawa walau langit tetap mencucurkan airmatanya
Tak bisa menebak gejolak isi hati

Semua tubuh lalu penuh basah
Bahkan kedua mata yang menangis tersamarkan karena langitpun menangis

Dalam tawa ada tangis yang tak tampak oleh manusia
Walau isak juga sembab pada dada tak tertahankan

Langit yang menangis
Diri tertawa di bawah langit tanpa dirimu

Kau Hujan Petir Di Sore Ini

Hujan deras sore ini
Petir bergemuruh terdengar lantang juga kencang
Perpaduannya membuat hatiku bergetar takut
Rasa takut yang sama bila kehilangan kabarmu

Jangan pernah tuliskan karena kubaca
Jangan pernah tanyakan walau malu kujawab padamu
Aku tak mau kau pergi
Tapi akupun tak bisa melarangmu bilamana kau telah muak juga jengah

Dan mungkin kini kau telah perlahan coba acuhkan kata-kataku
Dan aku tak bisa berbuat banyak atas sikap acuhmu itu
Hanya berharap terbaik bagi hidupmu

Seperti hujan dan petir sore ini
Ketakutanku kehilanganmu

Sabtu, 29 Oktober 2016

Resahimu Fataliku

Riang hati mengetahui kau tersenyum
Andai senyummu itu tertuju untukku
Merindumu sepanjang waktu
Degup jantung berdetak cepat saat melihatmu
Akankah cintamu dapat terpeluk olehku?
Nun jauh di sana sungguh tak pernah tahu isi hatimu

Flora terindah kusunting di telingamu
Aku sangat menyayangimu
Dalam setiap hela nafas menyebut rindu padamu
Inginkan dirimu berbagi rasa sayang denganku
Lagi dan lakukan saja hingga lemas seluruh tubuh
Aku serahkan segalanya untukmu
Hilangnya bicaramu menjadi resah penantianku

Kehilanganmu Menghantuiku

Karena kusadari dirimu tak kuasa kumiliki utuh

Kukaitkan paras beserta namamu pada bintang
Kala malam nan sahdu cahaya redup bulan dan gemintang

Bila rindu menjelma di pagi juga siang
Maka berharap langit akan temaram saat malam
Agar bisa kulihat dirimu di kejauhan cakrawala

Jujur kuakui takut kehilanganmu
Tapi gemetaran bila kukatakan itu padamu
Tiada cinta dunia yang abadi

Jalan Buntu Cinta

Cinta bumbu dunia
Pelik menyatukan rasa kita
Tak terlalu percaya jalan cinta bila terbentang beda
Jalan mempersatukan rasa kita susah bukan kepalang
Ada kalanya cinta sebatas di simpan pada dada
Karena cintapun terkadang tak kuasa dipersatukan

Bukan menyerah pada jalan cinta
Tapi cinta seharusnya tak memaksa
Bila tak layak disatukan
Cukuplah cinta kita tersimpan megah pada dada

Khawatir Pada Rasanya

Khawatir rindunya bukan untukku
Khawatir pedulinya bukan untukku
Aku yang terlalu salah tingkah bila di dekatnya
Aku yang terlalu merasa semua hidupnya untukku

Dan aku memang terlalu khawatir
Khawatir bila rasanya bukan untukku

Perkiraan Yang Salah

Aku kira ini cinta
Aku kira ini rasa
Aku kira ini kasih sayang
Dan aku terpedaya nafsu
Ini sekedar tak lain sebatas ingin pengakuan saja

Penuh membabi buta berhasrat
Seolah letih tanpa mencinta
Dan ini hanya perkiraan sampahku

Menyayangi dengan menutup mata
Menghasrati tanpa hati
Ini salah

Setelah Kau Mencumbunya

Sungguh tak mengenalimu lagi
Kerendah hatianmu sirna saat bercumbu dengannya
Saling tenggang rasamu pupus setelah kau bersamanya
Seperti telah di cuci otak
Perangaimu teramat kejam kini
Dirinya yang telah mengacaukan hati berTuhanmu
Tak membencimu hanya benci sikap negatifmu kini

Arogannya dirimu
Angkuhnya dirimu
Merasa dan harus kata juga langkahmu yang selalu benar
Hedonisme juga matrealisme telah menjalar di tubuhmu
Kecewa pada sikapmu kini
Berharap Tuhan segera memberi cahaya

Rindu sikapmu yang dahulu
Sikapmu sebelum bercinta dengan dirinya

Hujan Pagi Hari

Bagaimana semua hari tanpa pelukmu?
Hujan di pagi hari semakin gigilkan rindu
Sungguh mencandu dekapanmu seperti masa lalu
Seolah merapuh tanpa sentuhanmu
Cinta tak berTuhan membuat jiwa sedih
Kesedihan pada dunia karena memilih kebahagiaan abadi
Melemah di dunia tanpa bisa memelukmu erat
Merelakan cinta tak berTuhan ini

Pada rintik hujan pagi ini
Sebeku diri tanpamu
Tuhan menghangatkan

Neraka Atau Surga

Berat dan sesak saat bernafas terasa nyeri
Perih pada sekujur tubuh
Sakitnya mendera pada hidung juga dada
Sesal yang menjadi sia-sia

Azab Tuhan bukan hukuman
Azab ini sebagai balasan terhadap manusia zalim
Panasnya neraka kekal
Siksa yang tak pernah terbayangkan oleh panca indera manusia
Azab yang akan berhenti bilamana Tuhan berkehendak
Masihkah mau jauhi Tuhan?
Masihkah memuja sesembahan atau berhala dan bersikap atheis?

Karena surga terbuka atas karunia Tuhan bagi manusia



Cintaimu Teramat Mendalam

Aku menyukaimu tapi kau tak sukaiku
Aku mauimu tapi kau tak mau
Aku cintaimu tapi kau tak cintaiku

Berapapun inginku memilikimu seperti tak berarti bagimu

Maafkanlah atas hasratku padamu jika kau tak seleraiku
Kau pengalaman terhebat cintaku
Walau kau tak sama rasa denganku

Adakah suatu waktu bisa melepas gairahku?
Dalam balutan nafsuku?

Maka maafkanlah aku

Kagumimu Sedari Dulu

Belum pernah kau berikan gambar dirimu
Kau belum pernah berikan gambarmu padaku
Kau hanya pampangkan gambarmu dan aku melihatnya

Aku yang bukan satu-satunya pengagummu
Dan kaupun tiada pernah anggap aku sebagai penggemarmu

Semua puisiku tentangmu
Puisiku yang tak menjadi jejak pada hatimu
Hanya inginkan gambarmu untukku
Gambarmu yang kau berikan khusus untukku saja

Karena sedari dulu telah kagumimu  

Bahasaku Bukan Bahasamu

Pijakanku melemah saat mengetahui kau acuhkanku
Semua bahasamu hanyalah basa-basi tanpa makna bagimu
Saat semua kataku padamu menggurat setulus jiwa
Kau balas dengan bahasa tak bercinta
Dan aku tak bisa apa-apa

Kusadari dirimu berada jauh
Dirimu yang pelik menjadi kekasih

Bahasaku padamu penuh cinta
Balasanmu sekedarnya saja tanpa jiwa

Bahasa cintaku tak pernah bersahut dengan rindumu

Abaikan Aura Negatifmu Untukku

Itu masalahmu

Semua bencimu
Semua muakmu
Semua marahmu
Semua kata kasarmu

Dan bila semua tertuju padaku bukan masalahku
Semua rasa jahat itu masalahmu
Semua dengki yang bercokol di hatimu bukan urusanku
Aku sekedar fokus perbaiki jiwaku
Tak bisa dikte semua maumu
Semua penilaian rendahmu padaku bukan urusanku

Tak mau bersentuhan dengan manusia yang tak berhati
Rasa negatif jiwamu urusanmu sendiri
Dan aku tak peduli pada semua sikap busukmu padaku
Aku abaikan dirimu

Dirimu yang tak berTuhan dan selalu merendahkan manusia

Cemburuku Ingin Dicintaimu

Aku cemburu saat kau di dekatnya
Kau bersentuhan
Kau bersenda gurau
Kau tertawa
Kau berlari lalu berkejaran sembari bercanda
Kau bersamanya dan tidak bersamaku
Kuakui hati terbakar cemburu
Tapi sadari bahwa cinta tak memaksa

Bersamanya kau tertawa
Dan walau tak mudah harus menerima
Tapi sedikit memaksaku karena cinta
Luangkan sedikit dan sisakan secuil cintamu untukku

Aku sangat ingin dicintaimu

Dustaku "Tidak Cintaimu"

Tanyalah kabarku
Maka akan kujawab "baik" walau dusta

Tanyalah kepada siapa kumencintai
Maka akan kujawab "tidak kepadamu" walau dusta

Dustaku tidak cintaimu

Tanyalah terlebih dahulu
Karena dustaku yakni "tidak rinduimu"

Cintaku Di Belakangku

Desah nafasmu terdengar di belakangku
Wangi tubuhmu tercium di belakangku
Diriku yang di depan ingin selekasnya berbalik menemuimu
Tapi terlambatku saat menoleh dirimu telah beranjak pergi
Dirimu tak menunggui

Cintaku yang tak berbekas di hatimu
Dan masih melihat dirimu dengan rasa dari kejauhan

Diam Doa Mencintaimu

Apakah aku boleh mencintaimu dalam diam?
Apakah aku boleh menyayangimu dalam doa?

Luapan gundah juga resah tanpamu
Hanya memandangi potretmu
Sebatas itu beraniku
Katakan cinta padamu tak sanggup
Takut kau pergi lalu remuk jiwaku
Menanti untuk bicara denganmu butuh waktu lama
Dan tak mau hanya karena cintaku semua hilang tak berbekas

Kujaga cinta ini dalam sukma
Dalam diam dan doa kumencintai

Minggu, 09 Oktober 2016

Benda Berkalung Darimu

Terkubur benda pemberian terakhir darimu
Benda sebagai perpisahan kisah asmara
Benda yang bukan tentang cinta padamu

Rasa cinta itu masih ada
Benda itu yang menjadi pembeda antara kita

Tak mampu berikan benda apapun untukmu
Hanya sebaris kata menyusun kalimat untukmu
"Cintailah tuhanmu kucintai Tuhanku"

Cinta sejati milik Tuhan

Benda darimu yang berkalung terpendam
Jangan pernah tanyakan lagi tentang benda itu jika kelak bertemu

Aku mencintaimu tapi tak bisa ikuti jalanmu
Karena aku mencintai Tuhanku

Tak Mau Temuimu

Jangan ajak bertemu
Tak sanggup melihat parasmu tanpa milikimu

Melihat potretmu saja telah gemetar
Membaca kabarmu saja telah berkecamuk rasa sayang tak tersentuh
Kagumimu untuk menutupi rasa cinta dan sayang
Lebih baik menyembunyikan diri dengan membawa rasa tentangmu

Dalam ruang ini menyentuhi segalamu dalam bingkai imajinasi
Ranjang yang beralas kain perca telah disiapkan tapi kau tak datang

Tiap sudut rumah menjadi saksi bisu di dunia sebagai tempat berhasrat dulu
Di sana  juga di sini saat dahulu saling meraba dan merasai

Kini bila harus bertemu tanpa kecapimu sungguh tak kuat
Tuhan dalam jiwa merantai diri

Jangan ajak bertemu kembali
Karena nafsu sesat datangnya bisa tiba-tiba

Memilihku Cemburuimu

Cemburu pada hidupmu
Tapi aku bisa apa?
Jalan Tuhan telah kuambil
Mencoba bertahan tanpa milikimu
Namun kecintaan padamu di jiwa masih ada

Cemburu pada gelak tawamu untuk hidupmu
Dan aku tak bisa apa-apa
Karena tak mau mencintaimu tanpa restu Tuhan

Harga Iman Ini

Saat iman goyang khawatir tersungkur
Saat rasa taat tergerus takut berpaling
Jeratlah taqwa segera walau penuh onak
Paksakan dan terus paksakan berTuhan penuh kesungguhan

Hiraukan pada rayu serta bujuk iblis yang menipu penuh daya
Lelah serta penat di bombardir iblis pada ibadah

Menangislah saat bersujud
Teriaklah penuh iba lagi terhina pada Tuhan

Sungguh hanya ingin "selamat" bersemayam di dada
Dalam sisa-sisa tenaga pertarungan melawan goda iblis

Berjalanlah lurus pada jalan Tuhan
Tak pernah mudah
Tapi bertahanlah

Bermohon pada Tuhan untuk menjagai iman di jiwa

Cinta Tuhan Tak Diduakan

Lagu penuh harmoni seolah penuh sindiran
Lirik dan musik ingatkan padamu
Kecintaan yang mustahil termiliki
Kesedihan menggelayuti kalbu
Dan memilih Tuhan daripada bersandar pada hasratimu

Cinta padamu ini ada dan juga nyata
Tapi tak boleh ada pada jiwa

Tuhan Maha Satu
Tak pantas memalingkan jiwa dari-Nya

Berat dan terasa tak mudah memuntahkan cinta tentangmu
Keyakinan ini ingin tetap terjaga

Sungguh mencintaimu tapi cinta pada Tuhan tak pantas diduakan

Melepaskan cintamu demi cintai Tuhanku saja

Cintailah Tuhan

Pantaskah melepas Tuhan demi cintaimu?
Berjuta alasan semakin menyudutkanku

Cintailah tuhanmu
Kucintai Tuhanku
Dan tak pantas melepas Tuhan untuk cintai cipataan Tuhan

Sakitnya membuat perih
Lukanya menganga bernanah

BerTuhan itu tak mudah
Namun mencintai Tuhan sungguh kelayakan
Cintailah tuhan kita

Saling melepaskan cinta kita berdua
Tak pantas memalingkan cinta dari tuhan kita
Biarkanlah Tuhan yang menancapkan cinta pada jiwa
Kita tak usah paksakan mencinta

Berat lagi tak mudah menghalau rasa
Butuh ribuan hari untuk melupakan perhasratan kita
Melangkah dan terus berpegang pada cahaya
Berbahagialah walau ada satu duri tertahan

Cinta ada yang bisa dimiliki
Cinta ada juga yang sekedar jadi memori

Cintailah Tuhan karena memang sudah sepantasnya dicintai


Kepergianmu Tak Terprediksi

Benci lagu yang kau putar
Karena aku tak mengerti

Benci olahraga yang kau lakukan
Karena keterlaluan kau melakukannya

Kusadari kita begitu banyak beda
Tapi melepaskanmu tak mudah
Seolah ada magnet yang menarikku

Tak pernah bisa menggapaimu
Hanya bisa kagumimu

Bila kelak berpisah maka telah kusiapkan kata-kata indah
Sungguh mengenalmu menjadi penuh gairah
Walau kau tak pernah sekalipun merinduku

Kugurat cinta dalam kata

Cinta rahasiaku

Mungkin kau tinggalkanku tiba-tiba
Dan entah kapan waktunya

Minggu, 02 Oktober 2016

Bicara Dan Berkaca Diri

Bicara menghakimi bahwa orang yang merasa benar itu salah
Padahal dirinya sendiri yang bicara menyalahkan manusia
Seperti menepuk air terpercik muka sendiri

Maka diamlah dan berpikirlah sebelum bicara
Singa yang diam tetap akan ditakuti
Tapi anjing yang terus menyalak akan dilempari bebatuan

Bicaralah tapi berkaca diri sebelumnya

Idola Sesungguhnya

Idolakan yang patut menjadi idola
Jangan terbawa jaman yang kacau

Tunjukkan jati diri
Dengan penuh kerendahan tak usah terbawa emosi
Jangan pernah terbawa suasana yang kacau
Dunia sekedar tipu daya belaka

Idolakan yang patut menjadi idola
Tinggalkanlah bila idola tak lagi mengidolakan Tuhan

Karena idola sesungguhnya yang mengidolai Tuhan sebagai idola sesungguhnya

Mati Bersama Tuhan

Jika harus mati karena cinta dunia
maka matilah

Jika harus mati karena mempertahankan Tuhan
maka matilah

Hanya ingin kematian ini bersama Tuhan

Cinta dunia yang membuat mabuk
Terombang-ambing dan berjalan tapi serasa tak melangkah bergerak

Wajah Yang Sama

Setiap hari berganti
Setiap waktu berusaha bunuhi semua rasa kelam

Dunia yang penuh dosa di mata pendosa
Dunia yang penuh pahala di mata pe-Tuhan
Melihat dunia terletak dari sudut pandang pelihatnya

Dan selalu saja menemukan bentuk wajah yang sama
Wajah yang dahulu saling bercinta dan saling berhasrat
Lemah diri dan berusaha memegang kuat tali Tuhan
Wajah-wajah itu semuanya tampak sama pada mata
Wajah untuk percintaan dan hasrat

Rasa yang sedang dilarungkan seakan terhantam ombak
Tak mudah berjalan dalam balutan Tuhan

Dunia dan setan selalu mencari celah

Wajah yang sama
Dan bagaimana hadapi para wajah?

Melihatlah para wajah dari sudut pandang Tuhan
Bawalah Tuhan dalam setiap penglihatan juga cara pandang

Dalam Doaku

Dalam doa kujaga dirimu
Hanya itu yang bisa kulakukan

Tak mengerti juga dirimu pada cinta ini

Hidupmu hakmu
Saat resah menyergapmu
Diriku tak bisa berbuat apapun
Dirimulah yang menentukan hidupmu

Karena hanya dalam doa saja kujagai kecintaanku ini

Mencari Jawaban

Apakah di rumah ini tempatku?
Serasa tak berkenan hati pada kondisi
Mencari dan terus mencari alasan
Tuhan tempatkanku di sini
Rumah yang membuatku serasa penuh keheranan

Pada setiap desahan mulut
Sungguh tak akan menyesali
Hanya sedang merasa tidak nyaman dan penuh ketidakcocokan saja

Angka Fenomenal

Aku sedang bahagia hari ini
Senyum di wajahku terus merekah
Yang kusayang akhirnya membuka hati
Ingin kukatakan aku sayangi sedari dulu
Flora di taman mengembangkan percikan aroma
Ada getar tak beraturan di hatiku

Fenomenalnya rasa yang dulu sedih kini berbinar
Ada nomor indah yang kusukai darimu
Intimilah ragaku hingga kusebutkan angka tersebut
Rasakanlah kasihku walau sebenarnya malu mengatakannya
Untukmu seluruh raga kuserahkan
Zamrud berkilau mengaburkan angka berbentuk cinta padamu

Mencintaimu Dalam Mimpi Saja

Semalam bermimpi tentangmu
Perasaan berdebar bercampur tak karuan
Serasa berada di puncak rasa nikmat
Dan betapa tak nyaman saat melepas mimpi tentangmu
Terbangun dan sungguh mimpi tentangmu tak ingat lagi
Berjalan tanpamu sendiri letih
Gelora diri tak mau melangkah tanpamu
Tapi inilah berTuhan
Jalan Tuhan yang harus dipilih

Biarlah kurasai dirimu dalam mimpi
Tuhan memberikanmu hanya dalam mimpi
Karena terkadang dalam mencinta dunia ada batas
Batas yang harus menjadi sebuah pembuktian
Mencintaku hanya bila bersama Tuhan

Tak pernah mudah berTuhan
Tapi layak diperjuangkan

Satu Bintang Tipuan

Setitik sinar bintang di langit malam
Kelam lagi mencekam
Tanpa hadirmu di sampingku
Hanya bisa memandangi gambarmu
Kau yang tak tanggapi sinyal rindu kelam ini
Mencekam dalam rindu pada temaram sinaran gemintang

Kecintaan padamu awalnya tunggal
Seiring waktu rasa ini menjadi penuh bilangan
Begitulah kecintaan pada dunia yang tanpa batas
Bak sinar satu bintang yang cemerlang
Tapi menyembunyikan sinaran yang lainnya di balik awan malam
Cinta dunia yang penuh tipu lagi daya