Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Selasa, 27 Juli 2021

Katakanlah Kau Menginginkannya Lagi!

Setitik kecewa menyergap
Makanpun tak berselera juga tiada lahap
Kau katakan tiada tempat untuk bertukar hasrat
Kau membuat batinku sedikit terperanjat

Aku yang tak mampu melupa
Kau yang melakukan itu untuk  kali pertama
Hingga kini kenangan itu masih bergetar terasa
Indah dan ingin lagi senantiasa

Berharap kaupun miliki keinginan yang sama

Namun entahlah seperti hujan malam ini
Segala perasaan bercampur aduk berbalut dinginnya malam membekukan hati
Lirihku menginginkanmu seperti seorang pemuja keindahan yang hakiki
Kesempurnaan tubuhmu merobohkan setiap inci sendi-sendi

Hujan semakin deras
Hasrat birahiku padamu mengencang juga mengeras
Selalu bertanya dan bertanya
Apakah kau menginginkan pula hal yang sama?

Semalam Indah

Mungkin ia kecewa
Mungkin ia tak suka
Aku yang keterlaluan mendamba
Maafkan jika aku tak bisa

Hanya setitik rasa
Berharap ia bahagia
Aku yang menggantung pada rasa
Meragu akankah bisa kembali berjumpa?

Aku yang menggebu
Tetapi ia tak bertalu
Aku yang mencium sembari berdegup kencang
Tetapi ia yang menciumku lembut penuh sayang

Tak paham harus bagaimana bercinta
Karena ia ajari yang tak kusuka
Aku hanya ingin membuatnya bahagia
Bersimbah kenikmatan yang tiada tara

Tak Nampak

Bagaimana mencintai yang tidak nampak?
Bukankah Tuhanpun tak nampak?
Bukankah udarapun tak nampak?

Terus-menerus berfokus pada materi
Keadaan psikis manusiapun terkadang menipu
Manusia dengan gangguan jiwa tak mudah terbaca suasana hatinya

Tak nampak
Begitulah terkadang keadaan yang terjadi di dunia
Mencintai yang tak nampak hanya butuh pada rasa percaya

Yakini!
Resapi!
Rasakan!

Ada kebaikan pada cinta yang benar untuk ketidaknampakan

Senin, 19 Juli 2021

Memikirkan Yang Tak Nampak

Keterlaluan
Banyak sekali yang dipikirkan
Entahlah sampai kapan
Mungkin hingga badan
Iya, badan ditutupi kain kapan

Bercumbu dengan ragu
Bermain dengan imaji serta berbagai hal halu
Menangis tapi terus berusaha jauhi semua hal tabu
Lelah menjamu

Tanah masih basah, lukapun belum kering
Mengingat tentang rasa yang masih sering

Pertama Merasaku Denganmu

Padahal ingin seperti dulu bercinta terukur
Mungkin ia sedang sibuk walau aktifitasnya sedang libur

Ia yang pertama
Tak bisa memberiku mungkin ia kecewa
Karena aku kesakitan sungguh tiada tara
Tapi izinkanku yang memberi rasa

Sungguh kangen padamu yang pertama memberiku rasa

Aku mau
Tetapi tak mau
Aku Ingin
Tetapi tak ingin

Kuncup-kuncup bunga yang tak bermekaran
Ach, serasa jadi pujangga yang kesiangan

Tak pantasku saja
Karena memang dirimu tak membalas rasa

Berlalu
Bertalu
Kemudian membatu
Pertamaku denganmu
Merasaku bersamamu

Membiruku
Ingini lagi saling berpadu

Tak cukupku untuk merindu
Dirimu yang tak kunjung kembali mau

Sabtu, 03 Juli 2021

Kita Sedang Tak Baik-Baik Saja

Tentang rasa kemudian lenyap tak bersisa
Ikhlaskanlah, damaikanlah karena begitulah cinta
Terkadang ingin menulis sebuah cerita
Tapi kisahnya terendapkan begitu saja
Lalu aku bisa apa?

Mengendap-endap di keremangan
Cahaya lampu tempel samar-samar penglihatan
Dunia sedang tak baik-baik saja bahkan...
Sibuk melindungi bahkan memperkaya kerabat oleh para pemangku kekuasaan
Terlarang berkata ujaran, kritikan bila terlontar maka memaku stempel kebencian

Kebakaran jenggot saat semua cadangan keuangan sedikit tersisa
Mengeruk dari rakyat maka pajak-pajak yang antah-berantah untuk segala
Simpanan ibadahpun tak luput dimanipulatif kata-kata
Fasilitas kesehatan menggedor-gedor agar terbayarkan segera
Sedang tak baik-baik saja ini negara

Negara langit yang dipimpin tapi seolah tak terpimpin