Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 25 September 2016

Tampangmu Manis Hatimu Pahit

Hari ini gelap
Langit mendung
Udara terasa dingin tapi panas
Hujankah hari ini?
Terlanjur hatiku tersangkut kasih padamu
Hatiku yang terjangkiti mencintaimu
Walau kegelapan saat ingin bersamamu
Mengenalimu memberikan hangatnya cinta
Sore menjelang malam langit masih digelayuti gelap
Begitupun aku tanpa pelukanmu lagi

Aku tak mau berteman akrab denganmu
Bicaramu merancau bak pemabuk
Mengenalmu tak apa
Tapi menjadikanmu kawan akrab tak mau

 Mungkin akupun harus menjaga bicaraku
Enyahlah dari hadapanku
Agar diriku tak terkotori olehmu

Wajahmu yang teramat memancarkan pesona
Tapi tak selaras dengan kotor dan kasarnya bahasa
Jenuh berdekatan denganmu
Tak terbiasa terus bersamamu

Kau memang temanku tapi bukan kawan akrabku
Karena kawan akrabku haruslah berjalan seiring menuju Tuhan

Ayolah!
Melangkah bersamaku menuju cahaya Tuhan
Karena ingin selalu bersama
Karena hanya ingin wajah, mulut juga hatimu selalu indah dan manis berTuhan

Bertahan Pada Dunia Yang Tak BerTuhan

Aku lelah
Tapi ombak tak peduli
Angin berhembus begitu saja
Dunia yang terkadang memihak dan tidak memihak
Hidupku harus ditentukan olehku sendiri
Berpijaklah teguh pada Tuhan

Tak pedulikan dunia hendak berkata apapun tentangku
Selama nama Tuhan menjadi jangkar jiwaku
Cambukan dunia terasa perih membekas saat terkena air hujatan
Karena dunia bukan acuan hidupku lagi

Sungguh hanya ingin selalu berTuhan
Mengenali Tuhan penuh kesungguhan
Telah terlalu lama tercekik buai iblis
Iblis yang membaikkan semua perilaku dedosa

Aku sesungguhnya sudah lelah berdosa
Maka menjauhlah iblis
Aku sedang ingin meneguhi Tuhanku dengan indah

Sabtu, 10 September 2016

Ingin Menulis Kisahmu

Adakah ceritamu yang bisa kutuliskan?
Cerita perjalanan hidupmu yang terindah atau mungkin tak indah
Cerita hidupku seperti biasa saja
Cerita kehidupanku hanya berusaha meneguhi utuh Tuhan

Ayolah, ceritakan kisah hidupmu
Hari ini ingin menulis sejentik kisah
Kukemas dalam intrik bercampur imajinasi

Ini sekedar tulisan
Dan mungkin tak terindah dalam tulisan
Tak mengapa dan biarlah
Karena tulisanku memakai rasa

Bersabarlah Penunggu Cinta

Telah sampai pada satu titik
Aku seutuhnya tidak menyukaimu
Mengharapkanmu tapi tak sekalipun diharapkanmu
Dan itu rasanya seperti teriris jutaan pisau tertajam

Saat sendiri sedih nan galau
Lalu saat cinta mulai berdatangan bingung melanda

Sabarlah
Semua cerita hidup ini sesuai ketetapan Tuhan


Rindu Bak Belukar

Rindu saat bersamamu
Namun kini bayanganmu tak kulihat lagi
Kabarmu seperti tak terbaca
Rindu desah nafasmu
Rindu semua yang terjiplak pada dirimu

Tampak belakangmu penuh pesona
Tampak depanmu membuat debar di dada
Kerinduan ini ingin lekas terpenuhi kembali
Ingin kebersamaan denganmu lagi
Tapi sungguh rindu ini seperti semak belukar
Rindang tapi penuh duri


Sabtu, 03 September 2016

Trauma Tapi Memaafkannya

Ikat pinggang itu lalu dilecutkan mengenai punggung dan berbekas
Raungan tangis pecah dan tak digubris

Rambut yang dijambak lalu dibenamkan muka ini ke kolam ikan
Dan tangispun terjadi lalu sedih melilit pada jiwa

Guyuran air pada kepala dari atas pintu yang terkunci
Terbersit hendak pergi tapi tertahan oleh para pemilik rumah

Dan masa kecil yang tak mengerti atas segala perilaku ini

Para pemilik rumah yang kecapaian atas perjalanan hidup
Diri ini hanyalah anak kecil yang sedang berpetualang

Bukan hendak menyalahkan tapi ketakutan di masa depan
Tak mau bila segala laku kasar ini menjadi perpanjangan
Tak mau bila keturunan diri menjadi pelampiasan atas kekasaran

Menyesali bukan karena terlahir pada keluarga ini
Menyesali pada semua perangai serta tabiat kasar ini

Kini sedang menata hati agar tak larut dalam segala trauma



Binatang Cemburuku

Siapa itu yang kau panggil binatang ?
Kau yang menampilkan aroma ceria saat menulis namanya

Binatang penggembul tanah yang membuat kau tersenyum
Binatang yang telah membuatmu rela menantinya

Akupun bisa memanggilmu dengan binatang terindah
Bagiku kau "belibis putih"ku

Kau masih menanti binatang itu
Dan dirinya yang kau panggil binatang adalah cemburuku

Aku diam saja dan terpaku melihat kebersamaan kalian

Pembunuh Bayaran

Harus dibunuh dirinya
Karena dirinya telah melukakan
Kesusahan untuk membunuhnya dengan tanganku sendiri

Seperti tak kuat untuk menikamnya
Harus menyewa seorang pembunuh bayaran
Karena sudah letih pada dirinya

Dirinya telah kacaukan hari-hariku

Dirinya tentang rasa cintaku
Dirinya rasa cintaku padamu
Dan tak kunjung berbalas darimu

Aku hidup tapi seakan mati

Remukku Acuhkanmu

Diam dalam rasa yang berkecamuk
Tak paham pada rasa di jiwa
Ingin bicara tapi sebelah hati menahan
Tak mau ikut serta di duniamu
Tak hendak ganggui rencana masa depanmu

Dirimu yang hendak melanglang buana terbang jauh

Dan tak mau menjadi sakit dan pesakitan
Tak bicara saja denganmu, diriku sudah remuk
Apalagi kehilanganmu

Kurangkai cinta dalam fiktif dan imajinasi
Biarlah cintaku padamu sekedar fiksi saja

Acuhkanmu sudah meremukkan hatiku
Tak terbayangkan tak dicintaimu

Melumut Menanti

Dia tak kunjung datang kembali
Ku setia menanti

Dia tak juga menyapa hati
Ku tetap berdiam menanti

Dia tak mencintai
Ku masih setia berdiam diri menanti

Dia tak juga sama merindui
Ku bersabar dan tetap menanti

Dia hanya berjalan melintas lewati diri ini
Ku berharap suatu saat ia akan mengerti

Dia acuh dan tak pernah berhati
Ku tak sadar jua dan masih menanti

Dia tetap berjalan dan tak berhenti hampiri
Dan aku tak bosan tetap menanti

Mungkin cintaku padamu tersimpan di hati hingga mati

Makanlah Dengan Jiwa

Hari ini makanlah dengan lahap
Tak bisa mengingatkanmu setiap saat
Tak rela melihat tubuhmu dalam kelemasan

Cukuplah mencobaku menyadarkan
Karena sebenarnya tak miliki kuasa apapun padamu

Dirimu yang punya kendali pada tubuhmu sendiri

Makanlah dengan jiwa terbersih
Setiap manusia miliki kendala dalam hidupnya
Tak harus kalah lalu lemah dalam bergelut dengan kendala dan susah

Tak lagi mencoba mengusik menyadarkan tentang makan

Menunggumu Bicara

Tak betah diam tanpa guraumu
Namun sungkan kumemulai
Khawatir akan gangguimu

Mulailah bicara terlebih dahulu

Kurindu pada setiap sentuhanmu
Bicaralah kau padaku segera
Jangan hanya diam dan menyukai dalam keremangan

Rangkuliku dalam fiksimu
Karena bersama dalam cerita non fiksimu kuyakin tak akan bisa

Hanya menunggu kau bicara
Dan itu teramat menyiksaku

Merinduimu tapi kau asyik dengan duniamu

Sedih bila kau pergi tanpa seutas kata

Ajarimu Meresahiku

Kau minta diajariku
Kau pikir diriku siapa bagimu?

Tak pernah sekalipun kau hadirkan aku di mimpimu
Kau datang dan pergi sesuka hatimu

Dan kini kau mau kuajari ?
Dan betapa tak pintarnya diriku yang tak bisa menolaknya
Karena terlanjur mengenalmu
Karena terlanjur mencintaimu

Walau kau seperti acuh padaku

Dirimu Yang Dewasa

Lelah
Terserah
Mungkinkah menyerah ?
Lalu mengalah

Dirimu yang beranjak besar
Segala nasehat seperti temui jalan buntu
Didengarkan tapi tak dilakukan

Dirimu tahu yang terbaik bagimu

Tak bisa awasimu dari dekat
Menjagamu dari kejauhan

Tak mau masuki duniamu yang sedang terselimuti bahagia

Dirimu yang "dewasa"