Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 26 Februari 2018

Bombardir Cinta

Kubombardir cinta
Pada setiap manusia
Bahkan sekalipun pada seekor kuda
Berharap ada yang membalas rasa

Besarkah bergelimang dosa?
Menjadi karibkah dengan para pendosa?
Hingga semua dentuman cintaku sia-sia?

Karena tak jua ada yang peka

Brengseknya Harimu

Jika hari ini kau rasa bertemu dengan satu orang brengsek
Camkanlah!

Tak pantas lalu kau pukul rata semua orang pada hari ini brengsek
Mungkin hatimu terutama nuranimu penuh kebrengsekan

Cinta Absurd

Sungguh menyukai dicintai saat dirimu mabuk alkohol walaupun bau menyengat
Sungguh merindukan saat disayangimu ketika kau terpengaruhi psikotropika

Dan membencimu saat kau tersadar dari lamunan
Kau tak mengenaliku sama sekali

Dicintaimu dalam kepalsuan menentramkan
Sungguh aneh

Cintai Rahwana

Saat cinta menjamur pada otak
Saat cinta kehilangan akal sehat
Saat alat kelamin berpindah tempat
Saat nafsu birahi menghasrati menggerogoti nurani juga iman

Tak malu dan berbangga hati saat berkecamuk dalam percintaan tak berTuhan
Membenarkan yang salah berTuhan
Menyalahkan yang benar berTuhan

Agama hanya dijadikan sandal jepit
Agama hanya dijadikan candaan senda gurau belaka

Tersirat dalam kitab Tuhan semua perilakunya
Dan hanya yang beriman dan terpanggil patuhi titah Tuhan

Tak Pernah Berhati

Tembok ambruk lalu reruntuhannya menimpa badan
Masih berdiri

Bendungan jebol ditambah hujan yang mengguyur deras dan selokan tersemen erat
Amukan banjir menyeret badan timbul tenggelam
Luka tergores pada sekujur badan oleh ranting
Badan lelah berusaha dengan sisa tenaga menggapai yang tergapai
Masih berdiri

Bukan kuat yang terjawab
Bukan lihai yang terlihat dalam bertahan

Kacamata yang berbeda
Perspektif yang sejalan dengan logika

Tak pernah memakai hati

Minggu, 18 Februari 2018

Tidurlah, Anakku!

Tidurlah, anakku!
Karena esok hari tak bisa menerka apa yang terjadi
Tak pandai menebak dan menerka
Hanya sebagai merencanakan sesuatu yang tak bisa dipegang
Karena bukan seorang cenayang

Tidurlah, anakku!
Dalam ramai malam bagi para peaktifitas
Dalam landai sepi bagi para peistirahat
Dunia penuh pekik cacian untuk pembenci
Tak elok kau melihat lagi mendengarnya

Tidurlah, anakku!
Para pembangkang sedang merajut jahat menjadi sebuah kebaikan
Banyak kebaikan dipoles dipaksakan padahal berselubung kejahatan
Tentramkan nurani
Damailah dan jujurlah dalam berTuhan

Tidurlah, anakku!
Bila memang tak kuat bersama para iblis
Bila memang harus menjdai pendukung kesesatan
Menjauhilah dalam tidur yang nyenyak
Melangkahlah dalam tidur yang berjalan