Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Kamis, 27 Juli 2017

Tobat Sesungguhnya

Maafkan aku, Tuhan
Bila maafku belum sempurna
Tobat yang kulakukan seperti terus memantul
Terlalu banyak dosa yang kulakukan berulang-ulang
Dedosa pada Tuhan bahkan pada sesama manusia

Sungguh aku yang penuh rasa
Sungguh aku yang penuh emosi
Sungguh aku telah memaafkan
Sungguh aku menunggu saat nanti bertemu dengan-Mu
sungguh urusan di dunia kuanggap selesai tapi tidak di kehidupan abadi

Masih penuh rasa sakit
Ada nyeri yang masih terus berdenyut
Semua lakuku ini atas perlakuan sebelumnya
Semua ucapanku ini atas rasa yang kuterima selama bertahun-tahun
Rasakan saja semua perih

Maafkan aku, Tuhan
Karena aku seperti seekor keledai

Maafkan aku, Tuhan
Hanya ingin bertobat secara sempura

Selasa, 25 Juli 2017

Bocah Tangguh

Susu yang diminum bersama keluarga
Kebersamaan yang tak tergerus harta benda
Ada ikatan yang tak akan pernah putus
Kasih sayang tulus tanpa berharap balasan apapun
Saat pemberian ingin berbalas maka tersesatlah jalan

Kereta api yang menjauhkan dari kesayangan
Airmata yang tertahan dan ini menyakitkan
Mencari yang tersayang di tengah kerumunan nan ramai
Sungguh dahaga sekali
Dan hanya ingin pulang

Bingung mencari jalan pulang
Lapar juga haus menjajah tubuh
Hidup di jalanan tak mudah
Tidur beralaskan kertas-kertas tebal
Bersembunyi dari kejahatan yang terlaknat

Karena percaya kebaikan nan tulus akan bersanding
Berbaiklah lakukan kebaikan dengan berhati
Karena hati yang akan menyentuh hati
Berlari dan terus berlari dari jeratan sesat
Lelah tapi tak pernah padam

Lalu pencarian ini sungguh akan berujung bahagianya dengan cara Tuhan

(inspirasi dari film "Lion")

Senin, 24 Juli 2017

Para Penjaga Benteng

Dalam berangus angkara penjajah
Asap hitam mengepul
Todongan senjata, umpatan juga cacian
Ancaman lalu celaan
Desingan peluru dalam udara panas

Para penjaga benteng tak surut hadapi penjajah
Ini tanah kami
Ini masjid tempat kami memuja Sang Pencipta
Kami menjaga dengan batin bahkan nyawa kami
Ini negara merdeka Palestina

Palestina negara yang hadirkan para pejuang tangguh
Penjajah tak bisa padamkan
Penjajah tak bisa musnahkan
Kematian kami untuk Sang Tunggal
Dalam penjagaan Tuhan para penjaga benteng menjaga Sang Kubah Emas

Para murobithat tak pernah gentar

Tangisan para penjaga benteng bukan untuk dunia
Tangisan, jeritan bahkan kematian para penjaga benteng semata-mata untuk Tuhan

Kuatlah para penjaga benteng
Karena Tuhan selalu bersama
Keyakinan para penjaga benteng di sebuah tempat di Gaza

(Salut dan berdoa untuk rakyat Negara Palestina)

Sabtu, 22 Juli 2017

Menikmati Perjalanan Kehidupan

Selalu ada lelah dalam setiap peristiwa
Selalu ada pembelajaran dalam setiap pergumulan
Selalu dan selalu ada nilai bagi mereka yang benar-benar mencari
Tapi mungkin ada sebagian yang menyelendangkan rasa jumawa dan angkuh di bahunya
Hingga merasa kekuasaan tak dapat menyentuhnya
Hingga tak semua orang berhak memberi nasehat
Karena merasa yang paling memiliki kebenaran
Ataukah ada segugup ingkar untuk menutupi kebobrokan lakunya?
Ataukah merasa gemetar dan rendah diri lagi cemas bilamana bumi mengetahui bobrok hidupnya?
Hingga merasa hanya Tuhan sajalah yang berhak menghakiminya

Sesungguhnya aku sendiri tak mau bila Tuhan harus turun tangan
Karena melihat kisah nabi rasul yang soleh
Bilamana Tuhan telah menasehati maka yang datang hanyalah kehancuran
Kaum Nabi Nuh dengan banjir bah terbesarnya
Kaum Nabi Luth dengan jungkir baliknya tanah dan hujan batu panas
Kaum Nabi Soleh dengan cuaca yang menghancurkan badannya lalu batu besar hantami badannya
Kaum Nabi Syuaib dengan hawa terpanas lalu mematikan walau berteduh di peteduhan
Kaum Nabi Sulaiman dengan menenggelamkannya melalui bendungan termegah kaum Saba
Bukankah telah jelas tersirat lalu tersurat
Maka nikmat Tuhan mana saja yang akan kamu dustakan?

Dan nasehati saja jiwa
Karena nasehat-menasehati dalam kebaikan tersurat
Tak peduli berapapun usianya
Bila yang datang nasehat maka gerakkanlah nurani
Kembali saja pada firman Tuhan serta sabda Nabi
Bila merasa ingin serta-merta dihormati maka berlakulah keTuhanan
Bila laku keTuhanan saja terabaikan untuk apa ingin penghormatan
Apakah merasa penting penghormatan dari manusia?
Lalu mengabaikan Tuhan?
Seimbangkanlah jalan Tuhan dan jalan manusia

Menikmati perjalanan kehidupan ini dengan citarasa Tuhan saja

Jumat, 21 Juli 2017

Wanita Pemisah Kasih

Wanita yang terus bicara
Wanita yang manis dan halus tapi tajam dalam berkata
Wanita yang telah memisahkan ibu dan anak laki-lakinya

Bukankah sudah dikatakan "pilihan jalan surga yang berbeda"
Bukankah sudah dikatakan "pilihlah tapi jangan terus memaksa menjadi pengikut jalan surgamu"
Karena jalan surga kita berdua berbeda

Dan sungguh masih nyeri di dada
Dan sungguh akan menuntut kelak atas semua ini di hadapan Tuhan
Bila dunia bisa terus-menerus wanita itu permanis dengan kiasan dan majas bahasa
Tantanglah keadilan kelak di hadapan Tuhan

Kepergianku menyakitkan
Tanpa melihat dan menjagai jalan surgaku

Wanita itu yang telah menjadi pemisah kasih

Mengapa tidak wanita itu saja yang pergi dan ikuti jalan surganya bila dia yakini
Atau wanita itupun berada dalam kebimbangan dan keraguan yang nyata?

Kamis, 20 Juli 2017

Wanita Jalang

Dan sungguh tak habis pikir
Mengapa halangi jalan surga ini?
Bukankah wanita jalang telah memilih jalan surganya
Lalu mengapa harus terus mengganggu jalan surgaku?

Bila memang bermoral lalu malu
Telan saja sendiri laku amoral
Apakah perilaku wanita itu karena penuh rasa malu?
Lambat laun bumipun akan mencium semua amoral

Dan aku bukan salah satu pendukung ide gagasan wanita jalang itu

Dahulu lantang berkata
"Walau sedarah bila bejat tetaplah bejat"
Tapi penyakit manusia sedang kambuh
Sekarang menjadi tersenyum bersama para bejat

Wanita jalang sedang terkelabui
Jalan surgaku mungkin hanya satu dihalangi
Wanita jalang bersama para bejat

Aku mencoba jalan surgaku yang lain
Dalam nyeri berusaha meraih jalan surga yang lain

Sungguh senyatanya menanti saat kehidupan kedua
Saat Tuhan menjadi Sang Maha Adil
Saat kata tak bisa berdusta
Saat bahasa kejujuran menjadi landasan bernada
Saat ucapan tak lagi penuh tipu muslihat

Bagiku telah cukup berdebat di dunia
Urusanku selesai dengan wanita jalang ini

Jumat, 14 Juli 2017

Cintai Hasrat Terselubung

Satu-persatu benang kusut mulai terjulur
Terpintal dan tak lagi menjadi benang
Kekusutan yang telah lama membuat pusing kepala
Menggaruk semua gembira
Meminta perjudian dan berharap dipuja-puji oleh dunia

Bermain asmara dalam ruang yang coba disembunyikan
Dalam ikatan berTuhanpun masing-masing mencari celah percumbuan
Dalam hitam
Dalam kelam
Argumen dan permainan kata terus didengungkan coba menyembunyikan hasrat

Silahkan saja
Sudah cukup
Perilaku yang tidak dilakukan sehari atau sebulan
Perilaku percintaan setan yang bertahun-tahun akut menggelayut
Mulut dan baju agamis coba menyelubungi

Bila tak terjerat kesesatan maka menyalahkan
Bila terjerat kesesatan maka berdamai dengan kesesatan

Anak-anak kecil yang memajang kemaluan tepat di balik punggung orang tuanya




Kepergianku Menyakitkanku

Terusir dari sebuah rumah mungil
Rumah yang dahulu dijadikan tempat berbagi tawa
Bahkan dukapun mampu diredam

Kini semua berbeda
Setiap jiwa telah terkontaminasi serta miliki kemauannya sendiri
Tiap penghuni ataupun yang bertandang ke rumah terus memaksakan kehendak

Kebenaran yang tak lagi menjadi pijakan
Duniawi juga harta benda membutakan panca indera dan nurani
Lalu terasing saat memilih sebuah haluan yang berbeda

Tak diharapkan menjadi perisai yang melindungi
Bahasa-bahasa lembutnya mengiris tajam menyayat hati
Ada ruang tersembunyi di balik kata-katanya manisnya

Kepergian ini teramat sungguh menyakitkan
Tak hendak lagi menanyakan
Tanyakan mengapa aku yang harus pergi?

Cukup yakini saja semua kejujuran akan terkuak
Dan menanti dengan kesungguhan pada kehidupan abadi kelak
Saat semua kata tak dapat lagi berdusta

Kamis, 13 Juli 2017

Merendahkan Diri Pada Tuhan

Saat ingin bertanya pada Tuhan lalu merasa rendah serendah-rendahnya
Begitu banyak dan kuat nikmat yang telah diberikan Tuhan
Masih pantaskah berkeluh-kesah atas semua yang "teranggap diri" sebuah ketidaknyamanan?
Malu pada Tuhan
Sesungguhnya penuh rasa malu
Tak elok bila terus-menerus meratapi kehidupan yang "menurut jiwa" tak berkenan
Bukankah bagus menurut manusia belum tentu bagus oleh Tuhan?
Begitupun tak bagus menurut manusia belum tentu tak bagus oleh Tuhan?
Dalam ringkih lemah memuja teguh
Dalam rintih menyebut asma tuhan sembari tertatih
Tak hendak lagi bertanya pada Tuhan
Karena semua penjelasannya tersurat dan tersirat
Melembutkan hati kemudian mempekakan jiwa
Dalam hina dina di hadapan Tuhan
Dan bersimpuh

Minggu, 02 Juli 2017

Fasihkah Cintamu?

Kenapa dia?
Mungkinkah dia bosan dengan aku?
Kenapa dia?
Mungkinkah dia ada cinta yang baru?
Semua rinduku lama tak terjawab
Mata dan hati ini menjadi sembab
Dia yang selalu berakrab hingga larut bersama teman
Seolah tak pedulikanku yang ingininya sejenak di taman

Mamah

Begitu banyak puisi tercipta 
Apapun yang kulakukan sungguh tak pernah cukup
Tak pernah meminta hanya sekedar berharap
Harapan ingini yang terbaik serta berjalan lurus
Semua harta, semua laku balasan tak akan cukup mengganti
Benarlah kata pepatah
Baru terasa kini
Kasih mamah sepanjang jalan dan tak pernah putus
Kasih anak sepanjang galah

(Inspirasi dari status FB teman inisial H)