Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 23 Agustus 2020

Primadona Diri

Satu-persatu menghilang dan pergi

Mencintai yang tak seharusnya dicintai
Merindukan yang tak semestinya

Keluarga menepi
Saudara memilih pilihan hatinya
Teman serta kawan seperjalanan meninggalkan dunia

Lirih yang tak terdengar
Kedukaan dalam merindu dan mencinta
Pahit bercampur masam suatu aroma yang penuh ketidaknyamanan

Mereka yang kian beranjak tinggi serta dewasa
Diri yang kian menua dan mulai meredup
Pengalaman mereka yang begitu maha hebatnya

Diri ini merasa tak hebat
Karena memang memilih untuk tak menjadi yang terhebat
Hidup hanya sebatas menyamankan sendiri serta alam

Tak hendak membuktikan apapun dan pada siapapun di muka bumi ini
Karena sebenarnya sedang menunggu kehidupan kelak setelah kematian
Melangkah dengan rendah hati selalu menjadi primadona diri 

Jumat, 21 Agustus 2020

Aku Bukan Permatamu

 Tidak semua manusia ingin menjadi permata

Definisi kesuksesan manusia akan berbeda-beda penalarannya
Tak akan pernah cukup mengejar dunia
Sementara waktu terus membunuh tak memandang jiwa

Uang tak akan bisa membeli rasa bahagia
Uang tak akan bisa membeli arti sebuah ketulusan
Hanya akan menjadi kata dan perilaku dusta bilamana terus memaksa
Uang tak akan mampu membeli singgasana kelak di surga

Tertawa karena merasa sukses di dunia
Bak akan hidup selamanya saja di bumi
Semena-mena untuk keTuhanan dalam memuja
Memporak-porandakan susunan terbersih pada nurani

Mengapa Tuhan menciptakanmu penuh pesona?
Mengapa tak kunjung kau izinkan daku untuk mencinta?
Apakah definisi permata yang terpoles masih menghantuimu?
Hingga diriku tak juga mendapat ruang di hatimu

Aku tak secemerlang permata itu
Aku hanyalah seorang perindu
Menunggu
Entahlah bila kesuksesan telah mencandumu

Ternyata kita berdua memang tak bersatu
Kau dengan keteguhan permatamu
Diriku yang hanya manusia biasa 
Aku bukan permatamu dan memelukmupun tak akan pernah bisa

Hasrat Alam Menggoda

Tak sanggup mengelola rasa

Karena yang selalu menyediakan hasrat adalah semesta
Selalu tergoda
Bercampur pekat keinginan untuk bercinta

Kepayahan untuk bertahan
Melakukan apa yang ingin dilakukan
Karena akhirat tak pernah salah
Tetapi tak mau juga kehilangan arah

Berbohong pada hati
Tersenyum dan berbahagia padahal dikedalaman jiwa merapuh
Mengapa melakukan hal-hal yang melukai?
Sejauh itukah melakukan kecintaan demi penghormatan dunia yang tak ampuh

Merasa dekat juga merasa telah mengenal lama
Hingga seluruh masa tercurah sia-sia untuk membuatnya menjadi peka
Ratusan purnama hanya mengejar sebuah kecintaan yang ambigu
Terdengar klise tetapi inilah realita tersungkur lalu terbunuh waktu

Senin, 17 Agustus 2020

Kereta Apimu Lewatiku

Bagaimana bisa?

Dahulu saling mencinta
Kini mencaci dan memaki yang ada
Lenyapkah rasa cinta yang dahulu membara?

Tak tahu malu
Saat sudah puas memarahi oleh ocehanmu
Tiba-tiba kau datang lagi penuh rayu
Dan aku yang masih menerima serasa otak telah menjadi dungu

Kau sakiti
Kau melukai
Tetapi masih saja aku tak berkutik
Bak naifku walau kau penuh picik

Dahulu kau penuh sayang
Kini kau bersikap semaumu saja
Kau datang sesukamu lalu buatku mabuk kepayang
Kemudian sekonyong-konyong kau pergi tanpa pesan juga kata

Kau bak kereta api
Begitu saja melewati
Cemoohmu bak asap yang membumbung dari cerobongnya
Kau telah membuat luka

Sadarkah kau
Atau memang tak peduli kau?


Anomali Kehidupan

Bak sebuah kisah menggelikan

Sebuah anomali yang membuat kesal bercampur tawa

Kau tuliskan ingin memeluknya
Kau dekat tapi tak kuasa untuk saling berpeluk
Kau sungguh tak berperasaan

Dahulu saat kita bersama
Berdua hanya kau dan aku dalam ruang
Kau tak sekalipun menyentuh bahkan memelukku
Padahal saat itu diriku sangat menginginkanmu

Mengapa kini kau berbeda dengannya?
Peristiwa apa yang telah merubahmu?

Denganku kau tak pernah menciumku
Kini saat bersamanya kau sangat ingin menciumnya

Sebuah anomali darimu
Kau tak benar-benar mencintaiku dulu

Aku hanya sebuah permainan dari perjalanan kisah kehidupanmu

Kau sang anomali


Minggu, 16 Agustus 2020

Kehilangan Rasa Cinta

Jatuh cinta

Tapi entah pada siapa
Seperti lelah menghirup udara
Sesak terasa pada dada

Mencintaimu dalam gelap mencintaimu dalam terang
Bak drama satu babak bertemakan perang
Ingin merengkuhmu lalu bersama dalam pelukan
Ingin datangimu pada jarak yang terhempas nun kejauhan

Maafkan atas hasrat yang melanda
Keinginan padamu serasa tak tertahan
Jawabmu yang seperti tak mau bercinta
Lirih bercampur sedih saat mengetahui kau sekedar bercanda

Tidak harus terkenal untuk menjadi pahlawan
Diriku yang tak seterkenal pesohor berkilau yang berjalan di atas karpet merah
Dan diriku olehmu terabaikan
Dirimu tak mau bercinta denganku tetapi cintaku padamu tak pernah salah

Lalu mengapa menyakiti diri sendiri dan lebih mengutamakan penilaian orang lain?
Memilih menyingkirkan kebahagiaan sendiri hanya untuk sebuah status dan pengakuan sosial
Dirimu yang sebenarnya egois berlagak bak sebuah lilin
Menerangi ruang tetapi menghancurkan badan seperti orang yang sial

Mengapa membenci air hujan?
Bukankah setelah hujan terkadang ada pelangi yang mengindahkan
Air hujanlah ciptaan pertama dari Tuhan
Dan tak tahu sebenarnya sedang jatuh cinta pada siapa

Seperti harus memilih pada banyaknya rintik hujan untuk dicintai

Minggu, 09 Agustus 2020

Uangmu

Dengarlah!

Atau kau sedang menulikan pendengaran

Kau punya uang
Tetapi hanya karena kau sedang punya uang
Janganlah berlaku sewenang-wenang
Janganlah berusaha mengubah orang lain semaumu

Setiap manusia punya harga diri
Setiap manusia punya kebebasan berargumentasi
Jangan memaksakan kehendakmu karena kau mahir menyisipkan pundi-pundi uangmu pada lipatan setiap sisi otak dan hati orang lain

Perbuatanmu teramat begitu menjijikan

Bila di dunia tak terbalas maka kelak di hari akhir akan menjadi sebuah pengadilan untukmu

Bunga Kantil

Saat kata susah untuk terangkai

Seolah bumerang yang menjadi permainan 
Cukup menangisi
Teringat semakin dekat pada kematian

Tak mau lagi bertemu
Denganmu
Memadu asmara yang tak pernah bersauh
Kini jarak yang menganga lagi jauh

Memanggil setan-setan
Pada dupa yang terbakar
Terkadang tercium bau kemenyan
Terasuki makhluk astral kemudian langkahpun menjadi sasar

Mengapa aku harus jatuh cinta padamu?
Kepayahan menaklukan agar kau mencintaiku
Mengapa kau masih saja menyapa?
Bila sapaanmu hanya ejek dan canda

Menjadi lelah bukan kepalang
Saat ragu menjelma
Bak tiada kemampuan untuk melangkah lalu serasa melayang
Aku padamu terpantik cinta

Uangmu tak akan bisa membeli kebebasan pendapatku
Uangmu tak akan bisa memasung pikiranku
Uangmu tak akan bisa membeli pilihanku
Uangmu yang kau pikir bisa membungkam nuraniku

Ingin melihatmu utuh
Pada lekuk tubuhmu menyeluruh
Tanpa pembatas membatasi
Karena kuyakin dirimu mahakarya sempurna yang terjadi

Indah
Andai bisa bertemu
Guncangkan seluruh hasrat

Keinginan bercinta bak bunga kantil
Misterius tetapi nyata harumnya

Minggu, 02 Agustus 2020

Potret Sangkar Besimu


Melihat potret wajahmu dalam sangkar besi
Menciumi potretmu
Saat ingin memiliki tapi telah kau hadang dengan kata penolakan

Mencoba memahami maksud hatimu
Tetapi ingin sekali saja

Sekali saja bertemu
Sekali saja memeluk
Sekali saja mengecup
Sekali saja bercinta

Ingin memberitahumu seberapa besar hasratku padamu

Gila
Satu kata untuk menggambarkan keadaanku saat ini
Kegilaan padamu

Apapun tentangmu telah menjadi sebuah candu
Racunmu telah menjalar lalu menjadi sebuah gairah yang menggelora
Kegilaanku padamu menyita semua hariku
Tetapi dirimu yang tak maui cintaku

Gilakah diriku?
Aku mencintaimu tetapi kau tak mencintaiku

Memberi Tak Harus Menerima


Ketulusan tak di dapat dari pamrih
Memberi tak berarti harus dipublikasikan

Bilang cinta saat butuh perhatian
Bilang sayang saat menginginkan pemberian puja dan pujian
Cinta dan sayang yang terucap dan tertulis sebatas tipuan
Tiada ketulusan

Terperanjat saat rasa cintaku tertolak olehmu
Karena cintamu lebih besar kepadanya yang telah meninggal
Mencoba mengertiku
Kecintaanmu padanya akan selalu kekal

Dan diriku tak mampu untuk menggantikannya
Bahagialah dirimu
Walau selalu berharapku pada cinta
Tetapi rasaku tak boleh memaksamu

Kau telah mematahkan hatiku
Tetapi bila kau bahagia maka lakukanlah
Tak mengapa kau tak mencintaiku
Akan kukemas rasaku padamu dan masih berharap suatu hari nanti kau mau membukanya

Aku yang berpamrih
Aku yang ingin terpublikasikan

Seharusnya jika tulus mencinta maka terimalah apapun keputusannya