Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Kamis, 31 Desember 2020

Kagumimu

Syukurlah, dia telah miliki kekasih 
Kekasih yang semirip wajahnya
Dan bolehkah diriku mencintaimu?
Mengagumimu sedari dulu
Dan kini hanya ingin sedikit berbagi pelukan
Cinta sejenak
Cinta nan abu-abu
Berdua dalam ruang hanya kau dan aku


Rabu, 30 Desember 2020

Sisa Hujan Tadi Sore

Hai, teman!
Selamat malam duhai kawan!
Dinginnya cuaca sisa sore-sore berhujan
Mengetukku karena ada yang ingin ditanyakan

Sepasang pengantin yang belum banyak pengalaman
Tapak-tapak janur karena belum terlalu lama selesai kendurian

Udara malam ini serasa ingin terhangatkan
Lalu biasanya apa yang para istri lakukan?
Serasa ingin perut nan kosong terkenyangkan
Memasak sesuatukah para istri tuan?
Atau menanti para anak terlelap lalu bergoyang di atas ranjang kemudian?

Istriku pelik bukan kepalang nan riskan
Seolah tak mau kompor untuk dinyalakan
Dinginnya malam begitu terasakan

Rokok-rokok tak bisa terbakarkan
Karena diriku bukan perokok kawakan

Indro Warkop menyesali istrinya terkuburkan
Rokoknya berakibat kanker melalui asap yang terpaparkan
Lindungi keluarga dari bahaya-bahaya yang mengintai dan mematikan

Kumemanggil istri dalam ruang tapi tak kunjung terjawabkan
Padahal hanya tersekat tembok untuk 2 ruangan
Dinginnya malam ingin terhangatkan

Istriku diam seolah beku untuk percintaan

Lalu malam ini apa yang dilakukan para istri tuan?

Terprovokasi "Anak Setan"

Aku tak kuasa bicara
Aku tak bisa bertindak
Ringkih perih menusuk kalbu
Tak ada orang bodoh yang bisa di bodohi

Diam karena tiada pilihan saat seluruh panca indera dijerat
Kebaikan yang seperti ampas
Begitu mudahnya terprovokasi oleh sang provokator
Kotor
Pesilat lidah nan ulung
Anak, istri, harta merupakan ujian Tuhan
Tak layak mengancam manusia dengan kesinisan dan kebingungan

Hitam
Pekat
Aku limbung
Kehilangan kebaikan yang dahulu didengung-dengungkan
Terlalu banyak kata hujatan dan kata cacian

Tempat provokasi
Sampah!
Membenciku tapi tak berkutik ragaku
Mengecam dan hanya bisa meraung pada jiwa

Hatiku tak mudah untuk terprovokasi busuknya sampah

Selasa, 29 Desember 2020

Bidadari Terkoyak

Hari yang tak berselera

Karena tahu tak ada lagi dirimu untuk berbagi kisah
Tempat ini tak akan sama lagi nikmatnya

Rasanya telah jatuh cinta padamu


Nafas yang mendebar
Jantung yang memacu
Kata yang bernafas
Hidung yang bicara

Ach, entahlah!
Mengapa jadi salah tingkah serta gugup begini dalam merangkai kalimat?


Jatuh cintaku
Perhatianku
Segala basa-basiku
Tetapi dirimu diam
Menyukai kabar darimu
Menyimpan foto-fotomu
Dirimu masih membisu
Memang cintaku kelam
Tetapi bisakah saling merasai pada sunyinya ruang?


Entahlah!
Mengoyak batinku

Mengutuki
Rasa yang terus menggerogoti
Kecintaanku padamu bak tak terberi
Darimu yang kukuh tak bergeming mencintai


Terkoyak
Bidadari yang hatinya terkoyak

Minggu, 27 Desember 2020

Di Kedua Ujung Jalan

Pagi ini

Tercium bau menyengat
Hidung tersengat
Aksara tanpa senjata
Untaian kalimat mampu membuat luka


Jalan turunan nan curam esok hari
Di kedua ujung jalan tak terlihat lagi kalian
Kesedihan menjadi tanda dilematis


Pagi ini sebenarnya tak ingin terjelang pagi
Biarlah terus malam kudekapi
Biarlah tidur menjadi perantara istirahat bunga-bunga tidurku
Karena saat pagi tiba kutahu tak melihat kalian lagi
Adakah kalian menantiku di kedua ujung jalan itu?
Atau kalian telah pergi menata kehidupan kalian bersama orang-orang terkasih?


Masih mendakiku di turunan jalan ini
Pagi ini
Siang ini
Adakah semangat kehidupan akan kudapati

Penantian Para Kaum Terkalah

Menyerahlah cinta!
Untuk rasa yang tak kunjung didapatkan

Menyerahlah nurani!
Untuk kata-kata yang terus diputarbalikkan maknanya


Berjalan tak menapak
Tertawa tak berjiwa
Menangis tak berairmata
Segala perih telah menumpuk setelah sekian lama memandu kehidupan


Debar jantung terpompa
Kegelisahan mencuat
Kegetiran menjadi bumbu memporak-porandakan sisi iman


Menyerah saja!
Hari ini di dunia kalian menjadi juaranya
Percaya pada hari pengadilan di titik terakhir


Sungguh, sangat menanti hari itu

Sabtu, 26 Desember 2020

Scary Night

You are not alone
When night falls
When afraid to ambush
Black isn't always black
Patient!
Although who knows how long

Haji Mugni

Kesederhanaan tak meruntuhkan nilai kemanusiawian

Bahasa kejujuran menjadi titik ukur pembicaraan
Berkata tak dimanipulatif
Memperlakukan bumi serespek mungkin


Terlalu kasar diri ini
Begitulah penilaian dunia memperlakukan


Bahasa jujur
Laku jujur
Maaf, bila tak bisa menikmati semua bentuk diri
Terlalu arogan
Terlalu kasar
Saat bahasa kejujuran jiwa termanifestasikan oleh dunia


Tak mau bertopeng
Maka inilah watak diri
Watak diri yang tak bisa membahagiakan kalian


Entahlah!
Selalu saja ada titik-titik peka saat bicara dengan dunia
Terpatik tentang ketulusan saat sedang duduk bicara kehidupan


Menyepi
Bak seorang sufi

Seperti sang guru Haji Mugni

Sakit Hati Kalian Basi

Dahulu menjilat

Menjadi penjilat
Dahulu berada di sisi kanan penguasa
Menjadi "sang tangan kanan"


Kesedihan merajam bila mengenang masa itu
Saat kalian tertawa menertawai keadaanku
Saat kalian "bermandikan uang" serasa menghujam jiwaku


Nyeriku
Perihku
Kebutuhan duniawi meruntuhkan moral terbaik kalian
Saatku menggoncangkan kesadaran kalian
Dahulu kalian seolah sedang berada di kursi ternyaman
Tak sekalipun menoleh untuk bicaraku


Kini kalian bicara tentang sakit hati
Mungkinkah aku yang telah terbiasa sakit hati?
Memahami kalian hanya ingin dilihat sebagai yang tersakiti
Kalian sama saja seperti idola-idola kalian itu

Bicara tentang tersakiti padahal kalian sendirilah yang menyakiti


Mari cari tahu kelak di hadapan Tuhan
Saat hati nurani tak akan bisa mengelak


Kalian yang tak lagi mengidolakannya


Maka idolailah kebajikan Tuhan
Camkanlah itu!

Hipnotis Bahasa

Banyak tipu daya

Banyak tipu muslihat
Sadar tetapi hanya diam
Selemahnya iman
Tak bisa berbuat banyak


Ada pengekangan 
Ada bicara lantang kemudian dimarjinalkan

Bahasa penindasan
Selamat datang di dunia nyata

Di mana bahasa-bahasa kejam terlontar dari para pejubah agama

Begitulah realita


Begitulah bak seperti tersadar
Teringat neraka adapula bagi mereka yang mempermainkan agama


Menangislah yang menangis
Tertawalah bagi yang tertawa
Setiap inci kejadian hari ini mungkin terasa pengap hari ini
Tetapi belajarlah!
Dan mungkin di masa depan kita akan menertawakan tiap inci kejadian ini


Saat bahasa menghipnotis
Muak pada perilaku kelaliman
Dahulu mengenal sebuah slogan "lawan penindasan!"
Hari ini di dunia nyata saat semua kata harus terkatrol penguasa-penguasa nan bengis


Bahasa hipnotis
Saat kata-kata menyimpang dari keTuhanan

Jumat, 25 Desember 2020

Menguat Sendirian

Seolah kehilangan kata

Susunan kalimat yang tak lagi miliki sebuah makna
Satu-persatu pergi setelah sekian lama bersama
Tersenyum mencoba sebagai penghiburan diri
Nyeri
Tetapi itulah kehidupan


Saat ada pilihan maka pilihlah!
Berjalan bak melayang
Berkata bak tak bersuara

Penikaman ini!
Penindasan ini!
Digerogoti rasa sabar ini mengikis pelan-pelan


Manusia tak baik selalu ada
Bila menuruti nafsu maka tak mau lagi bersentuhan dengan ketidakbaikan
Menjauhi lalu menguatkan bersama keluarga
Makna keluarga terasa saat berpapasan dengan masa suram


Bertahanlah jiwa nan kesepian!
Tersenyum saat terluka pada jiwa


Tercabik!
Berduka!
Menguatkan dalam kesendirian

Selasa, 22 Desember 2020

Titisan Orang Menikmati Irama

Terima kasih telah hadir

Dekat tapi jauh
Bicara lalu terdiam

Kabarmu merupakan gempita jiwa


Tak menyukai warna kulit yang putih atau hitam
Lebih menyukai bagi mereka yang menghargai apapun warna kulitnya
Tak menyukai banyaknya gelar akademik yang tersemat pada pigura-pigura ijazah
Lebih menyukai bagi mereka yang menghormati sesama manusia dengan santunnya bahasa serta etika


Kau mengapa terdiam?
Ingin sekali mendekap dirimu dalam kasih
Manalagi kabarmu yang kau janjikan?


Kehilanganmu
Merindukanmu
Menyayangimu


Menikmati irama dunia
Dan ingin merasakannya dengan bersamamu

Senin, 21 Desember 2020

Pelangiku Untuk Para Buta Warna

Kapan potretku terpajang pada harimu?

Malukah kau terhadapku?
Atau mungkin sudah tak ada lagi cinta darimu?


Katamu "nanti akan kupajang jika kau bersamaku"

Janjimu teramat manis
Rayuanmu begitu membuatku teramat takjub


Jangan pernah berjanji
Bila ucapanmu kelak berganti
Bila ucapanmu sekarang sekedar untuk menenangkan hatiku


Waktumu
Ruangmu
Kini terlalu banyak rindu-rindumu bersama yang lain

Kebersamaan kita berdua yang teramat mustahil


Kulukis gambar hidup dengan warna-warni
Kutertunduk lesu
Seolah sia-sia

Menggurat pelangi di hadapan mereka yang buta warna


Sudahlah, jiwa!
Tak perlu terus menunjukkan kepada dunia
Akan lelah bila terus berusaha menari di atas panggung

Cukuplah menjadi baik dalam keTuhanan
Berikan manfaat sebanyak mungkin untuk dunia

Tak usah menunggu balas budi


Lapangkanlah jiwa yang resah!

Karena pelangi tetaplah pelangi di hadapan mereka yang buta warna

Bahasamu Tak Pantas

Bicaramu tak di mengerti

Maksudmu apa?
Ingin di akuikah sebagai seorang cendikiawan?


Dirimu membuat bingung lingkungan
Orang yang pintar tak sekalipun ingin terlihat pintar


Menunjuk dengan telunjuk bahwa lingkungan tak pantas berbahasa denganmu
Bahasamu tak pantas
Saat bahasamu menindas yang tak sepemikiran denganmu


Dimanakah sikap mengayomi?


Bahasa yang tak beretika
Bukankah bahasa itu harus beretika dan respek?
Bahasa tidak untuk menyudutkan yang lain


Berbahasalah yang pantas
Atau diam itu lebih baik

Minggu, 20 Desember 2020

Cintaiku Tak Bisa Darimu

Jika dia bisa menciummu

Akupun bisa


Jika dia bisa memberimu pelukan
Akupun bisa


Jika dia bisa memberimu kehangatan pada sepinya ruang
Akupun bisa


Kau dan dia saling mencinta
Sedangkan aku yang mencinta tetapi kau tidak
Aku yang tak bisa memaksa untuk kau membalas cinta
Itu yang aku tak bisa


Pada sendiri masih berharap kau datang untuk menjamah
Memberikan kecupan
Kemudian akan kuberikan kenikmatan surgawi dunia


Merintih sunyi
Masih menanti

Keyakinan Hakikat Keluarga

Agama itu tameng
Agama itu benteng
Watak serupa dengan keluarga
Darah mengalir dalam keluarga

Letupan amarah itu tak akan sirna
Saat sang ayah beradu asmara dengan istri orang lain
Saat sang istri mencoba mengerti dan berharap perubahan dari sadisnya perselingkuhan 

Dan aku tak sudi keturunanku mengganggu pasangan orang lain
Itu menyakitkan
Itu terlalu bermental rendahan

Agama mengatakan kebaikan manusia dilihat saat terakhir dari kehidupannya
Tetapi pikirkanlah oleh otak juga nurani untuk sang istri
Kau berharap ada perubahan
Kau hidup di dunia bersamanya tapi hati kalian berdua mati
Yang kau pertontonkan kepada lingkungan hanya topeng 

Sang istri bersikeras bertahan tetapi persenggamaan sang suami masih terlakukan dengan pasangan orang lain
Dengan sembunyi ataupun secara terang-benderang

Untukmu, duhai sang istri
Yakinilah yang membuat dirimu yakin
Karena penghormatan dunia sebatas fatamorgana
Dan pilihanmu di dunia akan menjadi pijakanmu kelak di hadapan Tuhan

Tiada yang salah dengan sebuah keyakinan
Karena ini tentang sebuah keyakinan

(inspirasi dari film korea "The Murderer")

Sabtu, 19 Desember 2020

Petanda Nan Arogan

Wanita itu yang kucinta 

Semua geraknya selalu miliki nada
Wanita yang duduk di tengah bangku taman kota
Di apit oleh kedua temannya
Pancaran matanya
Senyum di bibirnya
Selalu saat makan siang kumenuju taman kota
Terpesona 
Riskan untuk menyapa
Terlalu mewah untukku dirinya
Mencuri pandangku sesekali di bawah pohon kamboja taman kota


Pria itu yang duduk di atas rumput taman kota
Di bawah rindangnya pohon kamboja
Sembari memakan dengan lahapnya
Aku bersama kedua temanku sengaja
Iya, temanku tidak tahu alasannya
Tak mau berpindah ke tempat lain untuk sekedar bercanda
Dudukku di tengahpun sengaja
Agarku leluasa
Melihat pria itu yang berwibawa
Melihat pria itu yang sederhana
Kapankah pria itu menyapa?
Bisakah pria itu untuk mencinta?
Karena aku telah jatuh cinta

Musik Cinta

Musik yang menghentak

Bak kerasukan
Tiba-tiba bergoyang
Tapi bingung
Badan yang diam
Jiwa yang menari ikuti musik yang diperdendangkan


Jatuh cinta pada sesuatu yang abu-abu
Kebingungan untuk memilah rasa cinta atau rasa kagum


Mengenalmu takjub
Sapaanmu pesona

Menariku pada tarian cinta untukmu


Aku jatuh hati
Maukah kau bersamaku berpelukan di bawah hujan?
Ada musik menemani saat kau mau memberi hangatnya sebuah pelukan

Planet Pembuangan

Senang jadi tahu

Setelah lama tak tahu
Menahan rasa rindu
Bak air yang mengeras menjadi salju
Membatu
Membeku
Kini hadirmu
Sedikit obati pilu


Derap kaki-kaki kuda silih saling memacu
Pandanganpun terbatas tertutup debu-debu
Pekikan rasa cinta ribut terus beradu
Ada yang lirih merindu
Ada yang kejam menjauh dan tak mau

Mengukur kata sayang dari seorang perindu
Terpental karena tak pernah menyayangi dari yang dirindu
Memintal kasih dari tipisnya bulu
Lama telah menunggu

Tersiksa dalam sebuah sair nyeri tapi tak berdarah untukmu


Pada ruang sendiri, ada "halu"
Di planet pembuangan semua dikumpulkan bak kamp konsentrasi lagi di palu
Ditekan sedemikian rupa hingga tanggalkan sedikit demi sedikit cinta padamu

Perjuangan yang panjang tak berbekas untuk mencintaimu


Di planet pembuangan melihatmu 
Nyeri saat kau tertawa tanpa diriku
Tetapi begitulah hukum cinta termasuk padamu

Tak bisa memaksakan rasa walau telah bahagia ada kabar darimu


Aku cinta kamu
Di ruang sepi dan sendiri menunggumu

Jumat, 18 Desember 2020

Membenci Yang Tak Lazim

Aku benci malam

Kegelapannya yang pekat
Saat banyak tipu muslihat yang dibuat
Ada kejahatan yang bersembunyi pada malam


Para zombie bergerak mengendap mencari cahaya dan suara

Mereka bergerombol menyerang, menggigit serta menyakiti
Mencari pengikut agar seirama seperti mereka
Bak netizen lihai menggiring opini hingga orang-orang yang benar menjadi terinfeksi karena sebuah gigitan


Bila malam telah reda maka terbitlah matahari
Seolah cahaya memberi kekuatan bagi para zombie
Menyerang lalu membunuhi dengan buasnya


Aku membenci gelap serta terang
Lalu pada cuaca seperti apa aku harus bertahan hidup?

Ternyata bukan sekedar cuaca untuk bertahan hidup
Tetapi bertahanlah hidup dengan cara berTuhan
Jangan membenci yang tak lazim
Karena pagi, siang dan malam merupakan sebuah anugerah dari Tuhan


Dan itu bagi yang mempercayai Tuhan

Kamis, 17 Desember 2020

Sedang Memuncak Rasa

Aku sayang kamu

Aku cinta kamu
Rasa yang menggebu
Ingin bersamamu
Dalam rintih pada ruang nan sahdu


Bertemaram sinar saling memagut dan memadu
Ada desah silih memacu
Menikmati setiap hela nafas bak sepasang perindu
Sejenak melupa pada hal-hal yang di anggap tabu


Sedang bertalu
Percintaan yang seakan di gadang-gadang berpalu

Rabu, 16 Desember 2020

Merasa Terbaptis

Berpura baik
Berpura berTuhan
Katanya "ikuti bila berTuhan dan jauhi bila tak berTuhan"
Tetapi perkataannya lacur
Tingkah lakunya tak berTuhan kemudian bersembunyi di balik agama

Agama di jadikan senda gurau semata
Keterlaluan!

Sistem yang paling mutakhir
Berpikir tiada cacat
Berpikir semua tercatat
Mempercayai teknologi
Menepikan Tuhan
Sedikit sirik pada dunia

Tuduhan palsu yang terlarang oleh agama
Merasa sebagai kekasih Tuhan
Hanya merasa

Kaum yang merasa terbaptiskan

Negara Menakuti, Rakyat Tak Takut

Tuhan, apakah ketakutan ini melebihi dari takut pada Tuhan?
Zaman yang semerawut saat agama hanya di jadikan sarana pemuas sahwat
Setelah sahwat tercapai maka agama di jadikan guyonan
Bahkan agama di anggap mati
Zaman yang meracun
Berkata semuanya ada hukum negara
Tetapi perangkat serta infrastruktur negara disetel agar sesuai kehendak penguasa
Negeri nun jauh di sana penuh pilu

Tak mau menduakan ketakutan selain daripada Tuhan
Tak takut pada kelaliman

Hukum negara sedang dipermainkan
Semua perangkat hukum seolah tutup mata
Ada ancaman dari negara yang tak terlihat
Rakyat tak bodoh

Kematian tak menjadi ketakutan
Jeruji besi tak akan menghinakan
Bila berTuhan kukuh lagi tetap digandrungi badan

Minggu, 13 Desember 2020

Tiada Salah Dengan Takdir

Tiada yang salah dengan airmata

Jika ingin menangis maka menangislah
Tapi secukupnya saja dalam tangis


Tiada yang salah dalam amarah
Jika ingin meletupkan angkara maka lepaskanlah dengan cara elegan
Tak berlebihan pada emosi kemarahan


Tiada yang salah pada rasa lelah
Jika terasa lelah maka beristirahatlah sejenak
Pulihkan jiwa raga atas rasa lelah


Bila semua rasa kecewa serta resah telah hilang ataupun berkurang...
maka bergeraklah kembali sembari menebarkan hal-hal yang positif
Berjalanlah dengan membawa nama Tuhan
Karena jiwa bukanlah hidup tanpa Tuhan
Tuhanlah yang membuat meyakin atas semua kekecewaan yang menjerat


Saat kesusahan menerpa maka kemudahan akan menggantinya
Begitulah firman Tuhan yang tersurat


Jangan pernah menyalahkan takdir tak baik yang terjadi
Berjalanlah dan lakukan yang terbaik bersama Tuhan

Bila tak tergapai di dunia maka jemputlah semua duka kelak di hadapan Tuhan
Karena sungguh mempercayai hari penghisaban


Tiada yang salah
Maka lakukan saja bersama Tuhan

Sabtu, 12 Desember 2020

Kisah Sepasang Tangan

Tangan ini mulia

Tangan ini yang berikhtiar mencari penghidupan
Bersama raga yang terkadang terantuk letih
Tangan yang kasar merupakan gambaran perjuangan kehidupan


Banyak caci, sinis tak akan menyurutkan mencari rezeki di bumi Tuhan
Berjuanglah para pejuang kehidupan
Niatkan karena Tuhan
Karena kelak saat mulut tak bisa lagi bicara
Maka seluruh panca indera akan menjadi saksi juga bicara
Termasuk kedua tangan ini


Maafkan, atas perilaku tak baik oleh tangan-tangan ini

Jumat, 11 Desember 2020

Musuh Dalam Selimut Negara

Pembunuhan macam apa ini?

Gaya siapa yang melakukan penghilangan nyawa seperti ini?
Seperti berkaca ke zaman terdahulu
Saat para revolusioner terkubur pada sebuah lubang


Alibi apalagi yang akan dikemukakan?
Alasan apalagi yang akan disiarkan?
Mengajak tokoh publik untuk bersama-sama menggiring opini menjadi satu kesamaan


Bobrok
Terlihat ancaman yang masif
Terlihat ada penggerusan kepada satu pihak

Dan entahlah apa yang sedang disembunyikannya

Kondisi para jenazah sangat tersakiti


Lalu masih bisakah mereka yang membunuh disebut pengayom penjaga bangsa?

Saat terselusupi roh-roh kebinalan
Semua menjadi boleh dilakukan
Bersembunyi dibalik hukum lalu merasa kebal tak tersentuh

Jahat sekali
"Apa yang mereka lakukan sungguh tak berperikemanusiaan?"


Ancaman nyata bukanlah yang buta pada hukum
Ancaman yang nyata yakni mereka yang mempermainkan hukum
Mereka yang bersembunyi atas nama hukum
Mereka melihat hukum tetapi seolah menjadikan hukum sebagai alat kebenaran untuk melakukan "gaya pembunuhan terkejinya"


Saat para penegak negara telah mempermainkan hukum
Lalu negara akan bertahan bagaimana?


Keropos negara
Saat digerogoti musuh dalam selimut

Kamis, 10 Desember 2020

Kehausan Bernurani

Hausnya diriku

Tolonglah badan, jangan seperti ini
Seperti hilang kendali
Terseret arus
Bergerak tetapi pusing berputar di kepala
Lemas menerpa tubuh


Ada segenggam kekesalan
Tetapi bila diperlakukan tak baik haruskah berlaku tak baik juga?
Sudahilah dendam kesumat ini
Lepaskanlah tunggakan-tunggakan yang mengikat jiwa
Cukupi untuk mengetahui bahwa ada yang kesetanan dalam berperilaku
Tak tahu malu
Atau memang telah kebal dari rasa malu?


Layakkah untuk dikasihani?

Entahlah!
Diriku sedang kehausan
Hingga badan lemas tak berdaya


Untuk yang kesetanan dalam melangkah
Terima kasih telah memberi makna siapa dirimu sebenarnya

Rabu, 09 Desember 2020

Biadab Sang Arogan

Senjata terkokang

Nyawa-nyawa terburai
Alasan yang klise karena khawatir kursinya patah

Alasan-alasan terkemukakan ke publik
Mulai dari keamanan, kesehatan bahkan hingga pelecehan
Kemudian karena hak senjata terpegang maka terletuskan pelurunya


Dialog buntu
Komunikasi hanya memaksakan kehendak


Biadabnya sang arogan
Sungguh memamerkan arogansi senjata-senjatanya
Hanya fokus pada ketakutan kehilangan kursi
Tak sedikitpun membahas saudara yang hendak pindah dari rumah


Seluruh media terkunci
Media informasi seolah menjadi kacung sang arogan


Ketahuilah!
Kematian pasti terjadi
Tak ada kekhawatiran pada kematian


Karena lebih baik mati membela kebenaran berTuhan daripada...
mati saat berkalung serta memuja pada biadabnya sang arogan

Tebarkan Rasa Baik

Karena tak tahu dengan amalan mana masuk surga

Jangan remehkan kecilnya berbuat baik

Sarkowi pernah berkata "jangan lelah berbuat baik"


Tak mudah untuk konsisten berkebaikan
Selalu ada intrik lagi pertentangan dalam hati
Tetapi begitulah hawa nafsu setan
Iblis selalu memandang salah terhadap kebaikan
Iblis selalu menafsirkan dapat termaklumi terhadap kesesatan


Begitu berat kala kebaikan hendak terjamah
Bisikan larangan memacu ragu pada relung
Ada egois
Ada sombong
Semua rasa merantai untuk menahan berbuat kebaikan


Paksakan saja berkebajikan
Karena sesuatu hal yang baik layak untuk dipaksakan

Hallo, Bos!

Hallo, bos!
Selamat bercuaca hari ini
Apapun kondisi harinya "sebutan hari dalam selamat" terserah bos

Hallo, bos!
Sudahkah makan pada hari ini?
Atau bos inginiku sebagai hidangan penutupnya

Di dalam mobil limusin termewah
Di dalam kamar teristimewa pada hotel ataupun rumah nan megah
Di dalam kabin pesawat pribadi ataupun kapal pesiar
Ataupun di bawah kolong jembatan
Diri beserta seluruh badan siap menina bobokan bos

Hallo, bos!
Terangsangkah pada mulusnya keadaan?
Tergiurkah pada nikmatnya pergumulan kenikmatan tak tersentuh?

Saat mentari tak terik
Saat senja tak gelap
Saat hujan tak dingin
Ataupun saat berdosa tetapi tak merasa
Remang-remang merupakan ruang ambigu yang kita gumuli

Hallo, bos!
Semoga hari ini ada peraduan yang kita berdua retas
Dalam desah pada keringat
Karena mungkin dosa tak bertuhan sedang tak kita pedulikan

Nikmati saja, bos
Karena gelinjangan tubuh kita sedang membara

Belajar Untuk Berhenti

Bersyukur atas semua karunia Tuhan

Lalu berhenti untuk menjadi tamak


Rendah hati atas semua bisa dan pencapaian
Lalu tak perlu memberi unjuk bila miliki taji dengan bahasa agar dihormati


Penuh kesungguhan memuja Pencipta dan bersujud pasrah sedalam-dalamnya
Lalu tak menyewa desainer untuk memanut busana menyembunyikan kesetanan dengan baju kemalaikatan


Hari ini belajar untuk berhenti
Berhenti atas semua perilaku penuh tipu daya iblis
Karena semua laku di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak

Bila di dunia masih saja mengelak
Melupa bahwa Tuhan tak bisa di bohongi
Dan menunggu saat Tuhan menjadi Sang Hakim

Selasa, 08 Desember 2020

Kau Tak Pantas Dapatkan Apapun

Ternyata memang kau seorang pengacau

Kau tak layak mendengarkan kisah hidupku
Kau keterlaluan brengseknya
Kukira kau berbeda dengan orang-orang yang telah berlalu lalang pada kehidupanku
Kukira kau sejatinya seorang teman
Tetapi kau bak kucing yang sedang mengintai ikan asin di atas piring

Kau tak mendukung sedikitpun atas keringatku mencari nafkah
Kau membuatku sungguh terperanjat
Ribuan hari tak cukup untuk mengenalmu

Kau tak pantas dapatkan apapun
Bahkan seorang temanpun tak pantas kau dapatkan


Membencimu?
Kecewa padamu? Atau
Marah padamu?

Tak ada kekesalan lagi padamu
Semua rasa negatif padamu telah menguap
Karena sia-sia memperlakukan kebusukan padamu

Kau tak pantas dapatkan rasa apapun dariku
Bahkan rasa negatifpun tak pantas kau dapatkan


Seringaimu
Langkahmu
Lambaianmu
Bicaramu
Tipu muslihatmu
Semua kejelekan yang kau rencanakan senyatanya akan berbalik padamu


Karena Tuhan tak pernah tidur
Kau tak pantas dapatkan apapun atas watak Yudasmu

Sabtu, 05 Desember 2020

Secerah Nasi Goreng Buatan Mama


Kau tak akan bisa menemukanku dalam kegalauan


Elang yang terus membumbung terbang di atas awan kala hujan deras
Elang yang berteduh di atas awan saat hujan
Tak lazim tetapi begitulah karakter yang terjalin
Latar belakang kehidupan telah merajut watak


Tak usah berpahit lidah bak air telinga
Sungguh percakapan yang merusak jiwa terlontar dari hati yang busuk
Tak layak berlaku tawar bak air liur
Karena tingkah laku merupakan cerminan karakter diri
Asinnya jiwa mengeroposi nurani meskipun ditutupi oleh manisnya kata juga tingkah laku


Kepura-puraan tak akan bertahan lama

Kepedulian yang palsu
Rasa kemanusiaan yang palsu

Menyobek lalu melukai jiwa yang sedang berpetualang bebas di atas dunia


Kekhawatiran, kegetiran, keraguan juga kecemasan membalut rapuh pada sendi-sendi ringkih jiwa

Ingin berteriak bila semua teriakan bisa melenyapkan segala nestapa


Rindu kecerahan pagi
Seperti mama yang menghidangkan nasi goreng putih tercerah dari sisa nasi semalam

Karena sungguh kasih mama sepanjang jalan
Kasih anak sepanjang galah

Kamis, 03 Desember 2020

Mereka Sang Muflis

Jangan ketuk pintu rumahku dulu

Sedang berkabung
Ada pita hitam melingkar di lengan atas
Ketamakan yang terbungkus kedermawanan
Kebengisan yang tersamarkan oleh senyum canggung penuh kamuflase


Tampak terhormat tetapi kotor hati dalam merasa

Gila penghormatan
Gila pemujaan


Kesetanan tapi berlagak kemanusiaan

Agama seolah tameng untuk menyembunyikan tipu muslihatnya

Kejamnya diri saat bercinta serta bergumul dengan pasangan orang lain


Lihai 
Membelai
Tak jua kunjung mengerti
Karena iblis telah merantai alat-alat kelamin nafsu sahwat mereka


Tajam, serakah lalu pintar bermuslihat

Pemutihan hanyalah jalan pemerkosaan keadaan
Bersilat lidah menjadi jargon terdepan

Tamak, bengis dan juga jago bermain api 


Itulah mereka

Para pendulang kesesatan yang bersiap menjadi muflis kelak


(Muflis yakni saat hisab amal soleh yang habis untuk membayar dedosa)

Selimut Luka Terbaca


Kuhadiahkan kalian buku
Inginkan kalian gemar membaca
Wahyu pertama dari Tuhan yaitu "bacalah!"

Dahulu buku-buku dariku tergeletak begitu saja
Dan tak bisa menasehati sebab kalian miliki orang tua yang "angkuh"


Merindu
Mencinta
Kusebut kalian dalam baca serta doa

Rabu, 02 Desember 2020

Kerdilnya Gerombolan Fasisme

Maaf, cinta

Pada nafas yang membara
Ataupun untuk nafas yang tersengal-sengal
Hingga hasrat bercinta terpuaskan dan terpenggal


Menghamba ditindas
Teriak ditikam
Teman terculas
Masih pantaskah bersemayam?


Karena pikiran dan penghinaan 2 atribut yang berbeda
Fasisme yang sempit
Kesalahan dalam rasa percaya
Terlena pada sanjung meskipun bau silit


Kebebasan berpendapat dan berpikir
Selalu bersembunyi di balik jubah ilmu dan kemajuan
Sebenarnya miskin hati, kusut otak lagi kikir
Tiada respek pada sesama hanya membabi buta untuk semunya sebuah penghormatan


Menjilati dengan lidah terjulur hingga menetes sekujur badan dengan air liur
Bersandiwara memainkan peran


Fasisme yang brengsek