Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 29 April 2019

Menunggu Sang Pertama

Melangkah pergi
Semua cara tak membuatnya cemburu
Karena dirinya telah memilih
Dan dirinya bahagia dengan rayu-rayu dari yang lain
Sedih membayangkan saat dirinya berpelukan
Sedih membayangkan saat dirinya berkasih sayang
Tapi aku bisa apa
Menemukannyapun merupakan kebahagiaan
Memang berharap akan cintanya
Sedikit saja dirinya mencumbu
Lalu sisihkan waktu untuk bercinta dengan teratur
Karena memang dirinya yang pertama
Tak mudah terlupa
Pencarian juga obrolan hanya sekadarnya
Karena dirinya sedang tertawa bersama yang lain
Dan hanya menunggu di sini
Hingga dirinya mau

Minggu, 28 April 2019

Keur Hayang

Raheut
Mun kakereut
Da, lain simet
Lain oge anu dipikamemeut
Ngan keur mibutuh anu haneut
Cai-cai nu matak mabok seep di leeut
Cing, ageuhan anu matak moal rieut
Kusabab aya anu di awak keur sekeut

Berbaju Biru Pertamaku Mencinta

Kurasa telah jatuh cinta
Kenyamanannya telah memikat
Tapi meragu mungkinkah dia merasa?
Karena dia begitu banyak asam garam bercinta
Dia yang memikat begitu banyak manusia
Sungguh tak percaya diri untuk berkata
Mengatakan kutelah jatuh cinta
Sejak pertama melihatnya
Dalam foto berbaju biru senada
Berdiri dengan indahnya

Berikan rasa
Berikan petanda
Bahwa memang rasanyapun sama

Kebiasaan Manusia Biasa

Melihat paras elokmu
Melihat indah tubuhmu
Serba menggairahkan
Hasratpun meronta
Tali yang dikekang ingin terlepaskan
Pecandu bercinta
Ingin bermesraan hingga terpuaskan
Tetapi saat nafsu syahwat sudah terpuaskan
Timbul kebosanan dan enggan untuk bersama
Ingin merasai cinta-cinta yang lain
Menjemukan saat cinta tak tersiram ketulusan
Hanya keinginan untuk memuaskan libido semata
Manusia
Hanya manusia kebiasaan
Bukan manusia biasa

Sabtu, 27 April 2019

Pintu Surga Ditutup Olehnya

Berbeda dengan apa yang dirasa
Berusaha untuk lebih tenang saja
Tapi saat melihatnya gemuruh serta gejolak masih ada
Kusangka hanya butuh sedikit waktu belaka
Tetapi ternyata memang butuh kebesaran jiwa
Seorang tokoh berujar dalam pelan
"Terkadang masalah bisa selesai tidak dengan dibicarakan
tetapi biarkanlah waktu yang menyelesaikan"
Dan ternyata selain waktu butuh kebesaran jiwa
Saat jalan surga ditutupnya
Pemaksaan kehendak jiwa
Dan percaya ada kehidupan setelah mati
Saat segala laku dunia akan dimintai
Menanti
Teramat menunggu saat itu tibai
Saat waktu dan kebesaran jiwa tak mampu lagi menjawab
Mendoakan sang pintu surga dari jauh dan tersembab

Cintaimu Telah Bosan

Tak tahulah
Sekian lama kebersamaan
Tiba-tiba rasa muak mulai menyeruak

Sentuhan, rayuanmu tak lagi menggairahkan
Ingin mencari percintaan yang lain
Terbersit begitu saja

Haruskah bersembunyi darimu untuk bercinta dengan yang lain?
Haruskah akhiri kisah cinta denganmu?
Haruskah memperbaharui ikrar akad kita lalu lakukan bulan madu lagi?

Tak tahulah
Aku bosan denganmu
Aku manusia yang ingin merasakan adrenalin lain

Mencintaimu kini telah membosankan

Sedingin Malam Sehangat Pelukmu

Apa kabar cinta?
Malam ini dingin
Dari senja hingga menjelang tengah malam langit menangis
Udara dingin selimuti ruang
Badanpun serasa menciut tanpa nyali
Tiba-tiba malam ini inginkanmu
Sedingin malam ini
Serasa ingin terhangatkan olehmu

Jumat, 26 April 2019

Tudung Rindu

Titip semua rasaku untukmu
Orang-orang tak akan pernah merasakan perasaan ini
Mengetahui bahwa dirimu tak menyukaiku
Yang terdahulupun pernyataanku dihempaskan olehmu

Relung cintaku masih terus mengikutimu
Inginku hanya sentuhan, peukan juga kecupanmu
Virus rasaku padamu telah menahun
Andai saja dirimu merasa seperti rasaku
Lebur semua hasrat yang telah lama membelenggu
Dalam ruang tersembunyi saja bila kelak saling merasa
Impianku yakni dirimu dan masih menyimpan rindu yang tertutup oleh sebuah tudung hati

Antara Rindu Resah

Aku seorang pemimpi
Ribuan hari telah mencari
Inginkanmu yang tak mungkin kumiliki

Rindu yang tertahan sejak lama
Iramanya meledak saat menemukanmu
Kehadiranmu walau masih kelu telah mengobati
Ikrar rasa yang ragu untuk kuucapkan

Ringkih menyebut namamu
Aksara menjadi letupan segala kasih juga sayang
Menyerupai seorang pemuja yang tak punyai foto yang dipujanya
Aku mungkin terlambat menemukanmu
Dirimu yang kini telah bahagia kecapi rasa bersamanya
Hatiku akan bisa berdusta tertawa melihatmu bahagia
Antara kerinduan nan lama dan keresahan ini setelah menemukanmu
Nikmati hari ini dan semoga hari denganmu esok juga masih ada


(maaf, bila tak berkenan. Hanya saking bahagia bisa chatt dan dapat kabar)

Sabar Lalu Lepaskanlah

Tak usah membalas
Lepaskan segala sakit hati
Tak usah berdebat tiada ujung
Cukup tinggalkan lalu menjauh

Bilamana laku terburuk diputarbalikkan dengan kata-kata terbaik
Tak usah dengarkan lalu berlalu dan biarkanlah saja
Bila petuah bijak membentur karang keras
Begitulah topeng-topeng kebajikan laku keras di pasaran

Tak mau menjadi rekan karibnya
Hidup duniawinya hanyalah bersenda-gurau dalam kesesatan 

Ada hidup setelah mati
Tak akan ada yang tersembunyi dari Tuhan walau seatom

Biarkan alam yang memberikan hukuman
Biarkan Tuhan yang memberikan teguran

Luka

Memar
Lebam
Biru-biru
Tapi sakitnya tak seberapa
Ada luka nan perih bercampur sedih
Luka 

Iya, luka yang teramat dalam
Duka yang melebihi luka pada badan

Saat kau pergi
Saat kau menghilang
Saat kau katakan tak jatuh cinta padaku

Memang rasa cinta tak bisa dipaksakan
Tapi bolehkah minta setitik ruang di hatimu
Karena telah terlanjur menambatkan rasa padamu

Luka diacukanmu
Luka saat kau tak lagi peduli
Itu nyeri sekali

Tapi walau terlukaku tetap saja masih jatuh cinta padamu

Puisi Sampah

Cabul
Kotor
Cacian
Hinaan
Amarah
Susunan kata yang berantakan
Makna yang benar-benar kosong

Puisi sampah
Sair tiada mewah
Payah

Nafas Cinta

Semua serba prematur
Tapi nikmat
Semua serba terburu-buru
Tapi indah

Dalam deru
Dalam resah
Dalam lenguhan
Keringat saling membasahi bebadan

Terlihat gerbang tertutup
Ada pakem yang harus diikuti
Semua perilaku sesatnya harus diikuti
Lewat kata-kata yang konstan serta kontinyu

Nafas cinta yang terbuang 
Nafas cinta yang hampir sama gerakannya
Nafas cinta ini salah tapi nafas cintanya benar
Opini yang dibuat untuk membentengi nafas-nafas cinta yang telah terbagi

Haruskah bermain bersama dalam ranjang yang sama?
Agar nafas cinta ini terbenarkannya?

Angka Nol

Kau biarkan mereka menghapus angka nol
Bagimu angka nol tiada arti
Karena bagimu angka nol di depan bukanlah sesuatu yang indah

Kau terus menghapus angka nol yang tercantum di depan
Kau tak inginkan angka nol di depan
Kau inginkan angka yang lain asal bukan angka nol

Dan aku yang teramat mencintaimu
Tapi aku tersisihkan oleh mereka
Karena kau hanya melihat dengan mata
Kau memilih menutup mata hatimu

Aku bagimu tak berarti
Aku bagimu sebuah angka nol

Janji Manis Pesenggama

Mereka datang sesuka hati
Mereka pergi semaunya diri
Tak sedikitpun memikirkan ada yang tersakiti
Tak pernah sekalipun berkaca diri
Cermin yang retak pada hati
Melangkah dan berlari sekehendak diri
Berbincang seolah menjadi kesayangan surgawi
Hubungan darah terkelupas
Terserabut oleh manisnya janji-janji
Kebahagiaan yang terpaksakan
Terbutakan oleh eloknya rasa dunia
Sepasang anak yang kehausan
Seorang wanita yang kesepian
Seorang pria yang mashuk dalam persenggamaan
Mata hati tertutup oleh nikmat fatamorgana adegan ranjang
Melupa pondasi iman
Melupa ada orang-orang yang kehausan lahir serta batin merintih
Tawa bisa menipu
Sedih yang tersembunyi
Sebuah janji tipu daya atas perilaku sesat belasan tahun

Di Hati Namamu

Ada sedih memang menyeruak Tangisan saat Tuhan merindukan Tapi inilah kehidupan Kematian dan kehidupan dua sisi yang pasti terjadi Kenangan bersamamu indah Memori semuanya terekam pada jiwa Aku mencintaimu Aku menyayangimu Akupun tinggal menanti kapan waktuku tiba Tunggu aku di dalam surga Kurajut dulu banyak kebaikan agar bisa bersama di surga Tangisanku sendiri Kelemasanku sendiri Tiada tempat meredakan rasa lelah kehilanganmu Waktu yang akan obati rasa Kehilanganku Di hatiku selalu ada namamu Di jiwaku selalu bersemayam kenanganmu Di doaku mengalir untukmu Aku memang kehilanganmu Tapi bahagia karena Tuhanlah kini yang menjadi penjagamu

(Untuk MA atas rasa dukanya kehilangan yang dicintainya, sabar! Akupun menyayangimu)

Kamis, 25 April 2019

Rasa Perasaan

Sekuat apapun kumencinta
Sedalam apapun kumenyayangi
Dirimu tak pernah akan menjamahi tubuh
Karena dirimu terpisah ruang, waktu dan juga situasi nan rumit

Telah kukatakan cinta 
Telah kuberikan rasa-rasa
Dirimu tak bergeming
Dirimu saat ini tak membalas rasa-rasa

Kau Pintar Bermain

Drama yang kau mainkan
Berucap tak ada bagiku kecintaan
Tapi kau berkasih sayang di ruang kegelapan
Bila diriku tak sesuai selera badan
Setidaknya sedikit sentuhan
Maka segeralah berikan
Sungguh teramat sudah tak tahan

Kau Pintar bermain melodrama percintaan
Hanya saja aku tak ikut serta dalam susunan
Aku tersisihkan

Untuk Apa Penantian Ini?

Tiada pernah mencinta selama ini
Menanti tanpa dipeluki
Menunggu tanpa didatangi
Lemas seluruh badan saat serasa dijauhi
Bila ada orang lain maka jujurlah dari hati
Tak usah ditutupi
Gelagatnya terbaca sedang mencintai
Tak selera lagi
Bicarapun bak gagu membisu bumi
Mudah saja berkata "jangan mencintai"
Tapi merapuh perlahan pada diri
Ucapannya gerogoti
Semangat meredup tak terang lagi
Harapan juga asa menjadi mati
Kesabaran selama ini
Terkesan tak berarti
Lalu untuk apa penantian lama selama ini?

Selasa, 23 April 2019

Kaupun Tak Peduli

Sudahi
Menetes di pipi
Nyeri di hati
Cinta ini
Hanya mainan bagimu lalu tertolaki
Semua kuingini
Jawabmu yang sakiti

Dia Saat Ini

Lega perasaan
Setelah mengatakan
Segala bentuk percintaan
Walau tak sesuai harapan
Setidaknya sudah ada keberanian
Walaupun dia berlari dan menggelengkan
Katamu "langitpun indah hari ini"
Kau bersama dia di sisi
Aku hanya diam saja kini
Tiada lagi
Untuk menanti
Dia yang tak anggap diri
Satu yang pasti
Tak pernah berkurang dalam mencintai
Mungkin suatu hari
Dia akan pahami
Dia akan mengerti

Menulis Sayang Untukmu

Kau mau tulisan sayang tertuang padamu
Apakah kau tak kunjung merasakan arti debaranku?
Dalam setiap langkah kehidupanku
Kurangkai huruf demi huruf menjadi kata
Kususun kata menjadi kalimat
Kugubah kalimat berharap kau merasa peka
Kepekaanmu bahwa diriku teramat mencintaimu
Bukan sekedar sayang belaka
Sayang hanyalah sebuah kata

Lihatlah
Telah kujalin kalimat cinta untukmu
Di semua jalan hidupku
Di seluruh puisiku terdapat namamu
Tak pernah kutulis langsung padamu
Karena kusiratkan semua rasa pada semesta
Inginku kau merasa serta membaca

Bila hanya kata sayang yang kau butuhkan lalu tertulis untukmu
Kusadari tak mampu bersaing dengan para pencintamu

Karena kuhanya mampu berikan tubuh yang terbalut hasrat 
Hasratku maukah kau cintai?

Dan Waktu Denganmu

Jarak yang membentang kini
Membuat kelabu biru pada hati
Malam- malam hanya berhasrat di udara nan sepi
Denganmu terasa membawa damai di nurani
Berharap padamu seolah tak bisa mati

Ingin segera bertemu karena jenuh bermimpi
Ingin saling menyentuhi
Ingin saling merasai
Denganmu yang berpengalaman dalam mencintai
Sediakan ruang serta waktumu untuk dicicipi
Berhasrat dalam rasa lalu bercinta sampai tiba pagi

Resah serta limbung dalam menanti

Ingin ruang dan waktu denganmu maka diriku tolonglah kau beri
Bak pengemis cinta pada diri
Karena sebenarnya memang ingin diriku segera untuk kau ajari

Pengharapanku padamu tak pernah padam walau terengah mati suri

Jarak yang membentang kini
Ruang serta waktu bercumbu dalam tersembunyi lagi sepi
Ajari!
Datang segera, jangan meragu karena aku menanti!

Denganmu Saja

Mungkin kau telah mendengar dari desiran angin
Mungkin kau telah melihat cerita pada sketsa awan-awan
Tentang diriku yang pertama kali jatuh rasa
Tentang rasaku yang ingin dibalas olehmu

Kau yang miliki wajah mempesona
Kau yang miliki perilaku menawan
Kau pula yang dicintai oleh banyak semesta
Dan kau yang dikelilingi oleh semesta yang menjadi kesukaanmu

Aku tak bisa menjagamu
Aku yang terbentang jarak denganmu
Kecemburuanku sangatlah menggelikan
Cinta pertama perasaan yang sangat memabukkan

Kau tak pernah mengharapkanku
Kau tak masukkan aku dalam kesukaanmu
Pengalamanmu yang luas dalam percintaan
Dan aku ingin merasakannya denganmu

Pengalaman pertamaku saat ini hanya ingin olehmu

Denganmu saja yang memainkan orkestra percintaan pertamaku
Entah kapan tapi berharap saat itu secepatnya tiba

Karena aku kepayahan melenyapkan harapan padamu

Kau Sang Arca

Terengah-engah
Berlari hingga terjerembab di sawah
Melayang membawa sedikit marwah
Ach.....
Diapun acuh

Polosnya Pengalaman Pertamaku

Teringat saat malam
Pertama kali merasakan
Sebuah rasa walau terbentang jarak
Ada gairah juga perasaan
Bagiku teramat luar biasa
Karena hatiku seolah ingin merasakannya kembali

Tapi bagimu seolah hambar
Karena pengalamanmu seluas samudera

Dan polosnya rasaku yang inginkanmu
Tapi ternyata dirimu tak pernah anggap diriku nyata

Tahukah kau!
Saat ini ingin memberikan pengalaman pertama hanya bersamamu

Mengetuk Pintu Hatinya

Cinta ini hanyalah kegirangan sementara
Rindu ini bak menatap matahari saja
Sayang yang tak pernah terlihat pada hati serta mata
Sekuat apapun berteriak katakan cinta
Tapi dia hanya dengan mudah berkata
"Tak usah terlalu berharap padanya"
Perkataan
Hanya secarik tulisan
Itu menyakitkan
Tak tahukah bahwa aku setiap malam memimpikan
Ingin melupakan
Tapi terlanjur hati menambatkan
Kini
"Berpura-pura" tak peduli
"Berdusta" tak cintai
"Berbohong" tak ingin hasrati
Walau pada kenyataan diri
Ingat padanya selalu menetes menangisi

Selasa, 16 April 2019

Tak Sekedar Menatap Langit Malam

Lihatlah ke atas langit di malam hari
Adakah bulan di sana?
Adakah bintang-gemintang di sana?
Bila mereka tak tertutup awan mendung, lihatlah
Walau kita berdua terpisah jarak
Setidaknya kita berdua masih melihat langit yang sama
Setidaknya kita berdua masih melihat bulan dan bintang yang sama
Lihatlah sekarang!
Akupun di sini sedang memandang langit malam
Aku penuh gundah
Aku penuh resah
Segala rindu berbalut cinta ingin tercurah
Bertemulah segera
Dalam remang
Dalam ruang
Persembunyian tanpa terang
Memacu hasrat laksana berperang
Dalam semak belukar
Melepaskan segala sayang yang mengakar
Sediakan waktumu
Sediakan tempatmu
Ingin menggenggam erat jemarimu
Lalu memgecup punggung tanganmu
Penuh kemesraan yang mendalam
Ingin bertemu
Karena tak mau hanya sekedar menatap langit yang sama disaat malam tiba

Jumat, 12 April 2019

Cumbu Tak Bersauh

Bercumbu dalam sepi
Berhasrat dalam mimpi
Saat ingin bersama tapi hanya sendiri
Dirinya di kahyangan karena seorang bidadari
Aku manusia biasa yang tinggal di bumi

Saling cinta tapi terpapar jarak
Saling rindu bagai anjing terus menyalak
Sungguh rasa kasih sayang ini teramat banyak
Ingin bersama lalu berdua saja bak di barak
Luapkan semua rasa hingga pupus dahaga dan serak

Dirinya merasa malu
Bila kukatakan sayang dari kalbu
Padahal hanya berdua yang tahu
Saat dirinya perih memeluknyapun ku tak mampu
Dirinya yang memadamkan lampu-lampu

Cemburu Hanya Angan

Dia nyata tapi bukan untukku
Cemburuku hanya dijawab "oh!"
Rinduku tak pernah berbalas
Sakitnya membuat khawatir
Tak bisa selalu menjaga di sisinya
Dia yang banyak disukai
Aku hanyalah seorang pecinta
Aku hanyalah ingin dicintai
Dia masih tak peduli
Cemburukupun tak dianggap
Dia yang cintanya bukan untukku
Mengapa tak mencoba bercinta denganku?
Dalam dingin cuaca
Dalam temaram malam
Tuntaskan semua kecup dan sentuhan

Senin, 08 April 2019

Mencintamu Tak Berbalas Rasa

Aku jatuh cinta
Padamu yang di sana
Padamu yang tak pernah tahu rasa

Biarlah
Kau rasakan sajalah
Segala desah

Dalam kata
Dalam tanda
Kau mungkin telah tahu bahwa aku cinta

Kau tak menjawab
Kau diam tanpa sebab
Matakupun menjadi sembab

Menjauhmu
Saat telah berkata cintaku
Porak-poranda jiwaku

Aku Hanya Obat Hatimu

Kau lagi
Hadir kembali
Setelah tiba-tiba pergi

Kau tahu sekali
Aku tak bisa membenci
Padamu yang kusayangi

Kau seperti tak sesali
Pergi dan datang sesuka hati
Kubodoh yang tak mampu halaui

Dalam pelukan kutangisi
Karena tahu kau bisa saja pergi
Saat resahmu telah terobati

Aku bagimu pengobat luka hati
Padahal aku ingin dicintai
Akhirnya menerima bila kau menghilang kembali

Tanpa pesan lalu berairmata pada pipi
Rinduku belum tergenapi
Karena aku tak dirindui

Aku bagimu penghibur hati
Penyembuh saat kau terlukai

Seseorang Kucinta

Teruntuk seseorang di sana
Seseorang yang telah meruntuhkan hatiku
Seseorang yang menitikan airmata saat berjauhan
Seseorang yang membuat kerinduan bertambah parah
Seseorang yang selalu kusematkan petanda-petanda kasih

Karena cintanya diriku melihat indahnya semesta
Demi cintanya diriku melangkah memandangi di kejauhan

Cinta tak selamanya tentang kebersamaan
Cinta ada juga saat rindu berkecamuk karena lama tak bersua

Satu yang pasti diriku selalu mencintai
Tak peduli walaupun kini sedang tak bersama

Tiada yang salah dengan cinta
Karena cinta tak pernah salah
Yang salah adalah kita yang penuh pura-pura

Terpaku Padamu

Apalagi yang harus kutuliskan tentangmu?
Seolah sinyal cinta untukmu dariku telah habis
Dan kau tak kunjung mengerti
Dan kau tak juga ungkapkan cinta
Haruskah aku pergi menjauh darimu?
Walaupun nanti ada setitik di kedalaman hatiku terluka
Mencintaiku tapi tak kunjung dicintai
Bagai menanti hujan di tengah padang tandus
Kering, perih juga nyeri
Telah lama tak berjumpa
Hatiku teriris
Dan melihatmu saja dari kejauhan
Dirimu yang telah terkontaminasi dengan ocehan temanmu
Bila cinta maka bercintalah
Bila sayang maka hasratilah
Dirimu seolah meninggalkan seikat perih
Datangilah diriku dengan pelukan terhangatmu
Aku masih tak bisa melupakanmu

Jumat, 05 April 2019

Dirimu Pertamaku

Takut kamu pergi
Takut kamu menghilang
Pertama seperti ini
Bagiku indah
Mungkin diriku bagimu bukan yang pertama

Tak mudah bagiku
Mendapatkan sebuah kenikmatan

Andai pelukanku bisa mewujud
Andai diriku bisa hasratimu dalam peluh

Ajari aku bercinta
Ajari aku kecupan

Khayalanku tentangmu ingin segera menjadi kenyataan

Dalam desahanmu
Dalam hasratiku

Andai semua ini bukan perandaian

Tertawaan Dunia

Tertawa cekikikan
Tertawa terbahak-bahak
Tertawa simpul penuh muslihat
Tertawa 

Hanya sekedar tawa di permukaan
Melap semilyar nestapa dalam dada
Menyembunyikan perangai asli pada jiwa

Cobalah
Belajar dari alam
Semesta tak diam
Tuhanpun tak tidur

Terdiam berdiri paling pojok
Melihat para pesenang bersenang-senang
Dalam dunia palsunya
Dalam tawa ceria dustanya

Diam saja
Jangan banyak bicara
Tak perlu membalas segala luka
Karena tawa penjajah akan terdiam mati dengan jentikan Tuhan

Tuhan tak tidur
Tuhan tak tertawa
Tuhan tak miliki sifat ciptaanNya
Karena Tuhan tak bisa dibodohi dengan tawa

Sekawan

Berlari
Berkejaran
Saling melindungi
Sekawanan kuda
Sekawanan gajah
Sekawanan rusa
Lalu apa yang terjadi?
Sekawanan manusia penjilat
Sekawanan manusia pendusta
Sekawanan manusia penjahat
Menikam dengan dusta keluguan
Membunuh dengan dusta kepolosan
Muak
Di kerak
Pada neraka
Makan semua bangkai manus

Kamis, 04 April 2019

Tanyakan Saat Malam

Kamu dimana?
Tiadakan bintang membawa
Atau bulan yang bercerita
Tentang aku yang sedang bermuram durja

Seharusnya tak usah melibatkan perasaan
Tapi nurani tak mau penuh kebohongan
Semoga harimu penuh keindahan
Karena pada bulan serta bintang pesan telah kutitipkan

Tunggulah saat malam tiba
Tanyakan kepada mereka
Tentang aku yang terbelit rasa
Terasa susah untuk mereda

Tak cukup keberanian untuk berkata
Bahwa aku telah jatuh cinta
Hari-hariku selalu namamu yang terbawa
Tapi sadar bahwa dirimu tak kunjung menyuka

Malam akan membawa
Diriku yang bersembunyi dalam rasa
Pesan telah kuurai kepada para penghuninya
Aku menanti dirimu untuk segera jatuh cinta

Sinyal Rasa

Apakah kau masih tidak mengerti dengan semua "sinyal rasa" dariku?

Ratusan menit menjadi penguntit dalam kehidupanmu
Sungguh tak sevulgar itu kunyatakan cintaku
Karena dari hasil pengamatanku padamu
Dirimu banyak dikagumi oleh para pengagummu
Dan cintaku padamu bak membentur terjangan ombak
Keras, dingin membuat nyeri dan basah di kedua mata

Andai pintu langit terbuka untukku
Sudah kuterbang ke sana dan kupinta pada Tuhanku
"Aku inginkan dirimu menjadi pendampingku"

Tapi cinta tak egois
Ada perasaan-perasaan yang tak boleh tersakiti oleh percintaan
Sekuat apapun sinyal rasaku padamu
Tapi antena pada dirimu tak kunjung kau tegakkan

Sinyal rasaku hanya akan memutari hatiku saja
Menangis dengan sinyal ini

Tak mau terbelit dengan sinyal rasa selamanya

Tolonglah
Tegakkan antena penangkap sinyal rasamu

Ingin kaupun merasa segera atas semua sinyal rasa cintaku padamu

Tapi cinta tak boleh menyakiti sejumlah perasaan
Walaupun kelak antena rasamu menangkap semua sinyal rasaku

Perih untuk sinyal rasaku padamu

Memimpikanmupun Susah

Aku diam
Aku lelah
Mencintaimu dalam angan
Berharap padamu bak memeluk bayang
Menungguku untuk dicintai
Akan tetapi diriku seperti kasat mata bagimu

Kita berdua saling memandang
Kau tersenyum tapi bukan untukku
Senyum manismu
Paras terindahmu
Wangi aroma tubuhmu
Semuanya bukan untukku

Tak kuasa menyentuh memelukmu
Kau menjauh lalu menjaga jarak

Kau seperti tak mau kucintai
Dan aku habiskan waktu tertidur sambil berharap memimpikanmu

Sair Kepalsuan Perasaan

Mencintai kepalsuan
Cintaku penuh rasa
Menyayangi kepalsuan
Sayangku segenap jiwa
Memang kusadari bahwa dunia penuh tipu daya
Tapi entah mengapa
Terjerembab dalam sebuah fatamorgana
Dunia cintaku memakai rasa
Dan naifnya diriku saat mencintai
Seolah menerima saja apapun segala bentuk kebohongan
Bentuk cintanya hanya dongeng
Memasang semua pemain sandiwara
Akting yang memikat tentang percintaan
Tapi aku tak sedang bermain peran
Karena aku sendiri yang mencintai
Nasihat mengatakan
"Bila berani jatuh cinta maka berani juga untuk berpisah"
Bagiku tak pernah berpikir dalam mencinta
Karena bila sedang mencinta maka bercinta saja
Tak pernah memikirkan tentang sebuah perpisahan
Ketulusan yang kuberi dalam percintaan
Perpisahan sekejap pada hari ke-45
Perih
Menukik hati
Menyadarkan bahwa masih ada dunia yang luas
Yakini masih ada orang-orang baik tanpa bertopeng
Yakini masih ada cinta sejati di dunia untukku
Cinta sejati yang entah dimana akan kutemui
(Inspirasi dari film Love For Sale)

Senin, 01 April 2019

Berhujan Dalam Airmata

Kau tahu
Airmata tak akan bisa membangkitkan yang telah mati
Karena mujizat nabi tak dimiliki
Tak usah menari di bawah hujan
Berdusta sembunyikan airmata pada bebasahan air hujan yang menempel pada wajah
Rasa cinta selamanya tak akan pergi
Walau raga tak lagi bersama
Ada sesak menahan tangis pada dada
Bila menyakin pada cinta maka yakinilah
Biarkan dunia melihat "rasa nyaman"
Tak usah memaksakan "kenyamanan" fatamorgana
Bila menyakin cinta yang kau semai akan membawa ke surga maka setubuhilah rasa cinta
Jangan halangi jalan surgaku
Kunyah rasa cintamu
Kukunyah juga rasa cintaku
Tapi jangan menari di bawah hujan
Bila untuk dusta menyembunyikan airmata kepahitan cinta

(Inspirasi dari film "Dancing In The Rain")

Airmata Kerinduan

Airmata cinta
Guratan kerinduan kering tetap berjalan
Melangkah di tengah derai para penjilat
Memuakkan
Ada secuil kegemasan mengetahui para penjilat sedang menari
Merasa tersalahkan padahal kerusuhan dimulai olehnya
Airmata tetaplah sebagai airmata
Tak peduli walaupun banyak pengganggu
Fokus dan tak terganggu saja
Acuhkan saja
Karena kerinduan tetaplah sebuah kerinduan
Karena kecintaan tetaplah sebuah kecintaan
Tak berkurang setitikpun
Rasakan saja rasa
Maka geliatnya akan indah
Lalu sesaat bertanya
Adakah kerinduan tentangku?
Ataukah senantiasa merajut kerinduan sendiri