Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 30 September 2019

Secuil Harimu

Apa yang harus kulakukan?
Jika ku jatuh cinta tapi kau tidak
Jika ku bicara rasa tapi kau berdiam rasa
Jika ku terus mengejar pelukanmu tapi kau berlari menggubris setiap sentuhan

Untuk melepaskanmu selaksa tak berdaya
Karena begitu banyak waktu melukis kerinduanmu
Kau tak bisa memaksakan kehendak untuk semua kemauanmu
Begitupun diriku yang tak berhak memaksakan untuk dicintaimu

Tapi dahagaku pada belaianmu
Bila memang tiada cinta darimu
Selipkan saja walau secuil harimu untuk rasaiku

Urusanmu Tak Mau Kuurusi

Saat kubilang cinta tapi mereka menjawab "tidak"
Saat kubilang kasih juga sayang tapi mereka menolak menerimanya
Perjalanan waktu yang akan memberikan jawaban
Bila kata juga laku tak mampu lagi kendorkan hati dan akal yang telah tersumbat
Biarkanlah!
Relakanlah!
Lepaskanlah!

Mereka berkata karena mereka tak mengalami sebuah peristiwa
Mereka menilai karena mereka hanya sekedar menerka-nerka
Argumen yang dikemukakan maka respek dariku terjuntai
Lalu apakah mereka respek pada sikapku yang telah diambil?

Sungguh tiada kebencian
Rasa itu telah lenyap saat jalan yang direngkuh berbeda
Hanya respek dariku
Dan wajar bagiku bila tak nyaman pada jalan yang tak searah

Silahkan bicara!
Silahkan mengambil keyakinan bila memang teryakini!

Jangan mengatasnamakan agama bila agama hanya dibuat sekedar "topeng penutup kesesatan"

Tuhan menutup
Maka berhenti padamu
Aku berhenti mengarah berjalan padamu

Cukup!

Panggilan KeTuhananku

Maafkan aku, cinta!
Aku yang terlalu merasa
Teramat sedang berjibaku
Dalam pencarian cinta yang tak kunjung bersatu
Kirabkan putihnya bendera
Dan menolak akan hal itu
Terenyuh pada
Jiwa yang terkadang lelah mengaku
Tutuplah mulut-mulut yang berkata penuh palsu
Lepaskan topeng-topeng saat sedang beribadah serta berlaku
Atau sedang hilang rasa malu?
Sehingga menyembunyikan rendahnya moral dalam suatu tipu-tipu?
Membutuh sentuhan
Tapi tak juga dengan setan
Walaupun perih serta nyeri nan berkarat
Saling mencinta dalam keTuhanan semoga lekas tersurat

Jumat, 20 September 2019

Sesaat Tak Bernyawa

Bila puisi tak mampu luluhkan
Maka ingin berhenti menulis
Perih saat mengetahui kematianmu
Sunggingan senyum serta dekapan sekedarnya
Sesaat tak bernyawa

Walau sadari kematian suatu hal yang pasti datangnya
Kematian yang datangnya tiba-tiba
Kematian yang tak mengenal istilah diskriminatif

Sehat atau sakit
Berkuasa atau teraniaya
Bertipu muslihat atau terjujur berlaku
Berharta atau berselendang saja
Bila waktunya tiba maka kematian memisahkan dunia
Tak bisa di tawar ataupun dijejali suapan

Sesaat tak bernyawa
Ragaku berhenti berjingkrak
Saat kabar matimu menusuk berserak

Puisiku tak bisa lagi menghidupkanmu
Dan suatu saat bila waktuku tiba maka matiku terjawab

Sakitmu Eranganmu

Kehadiranmu untuk siapa?
Ingin sekali bersamamu lalu kupeluk serta kukecup semua tentang namamu
Bisakah?

Ternyata memang benar adanya
Diriku yang keterlaluan mencintaimu
Tetapi dirimu untuk menyentuh dirikupun tak kunjung dilakukan

Laju motor mengencang
Lidah-lidah-lidah seolah tercekat
Bruk......
Menghantam truk baja yang melaju
Badan kecil yang melayang
Badan kecil yang terkolong
Badan kecil yang terlindas
Mengerang lalu pesakitan lenyap seketika
Saat beratnya beban truk melindas pipih ringkih tubuh
Sakit juga perih

Ada airmata tertahan di pelupuk
Ada sembab menggenang pada dada
Belajar menjadi manusia
Belajar lebih empati

Tawamu yang renyah terngiang
Senyummu yang menawan membekasi
Tubuhmu yang mempesona mengenang

Doa dan hanya itu yang kubisa
Ada nyeri menari
Dirimu yang dulu tak kupeluk
Dirimu yang belum sempat kurengkuh dalam kasih juga sayang
Tapi Tuhan Maha Pengatur
Tuhan Maha Mengetahui

Sakitmu Eranganmu

Sedihku kehilangan
Bahagiaku karena meyakin atas takdir dari Tuhan
Termasuk kematianmu pada sepenggal jalan

MilikMu Semua

Tubuh ini milikMu
Raga ini milikMu
Hati ini milikMu
Harta ini milikMu
Seluruh yang termiliki ternyata memang milikMu
Apalagi yang hendak dibanggakan
Bila hanyalah kerapuhan yang tersembunyikan
Agar bahagia saja yang termunculkan

Karena sesungguhnya dunia sekedar persinggahan
Tak layak sombong menjadi jubah hidup
Milik dunia ternyata hanyalah kepalsuan belaka
Hibahkan semua milik dunia karena semua milik sekedar titipan

Lihatlah saat Ibrahim rela melepas Ismail
Dan juga Ibrahim yang tak segan menyimpan Hajar dan bayi Ismail di tempat tanpa keramaian
Lihatlah saat Khadijah rela menghibahkan seluruh harta benda
Lihatlah saat Ayyub rela melepas kesehatan tubuhnya
Juga Ibrahim yang tak gentar terbakar api yang tersulut dan tersuluh
Lihatlah Adam serta Hawa yang terpisah dalam perjalanan di bumi
Lihatlah saat Muhammad di tinggalkan kematian oleh anak-anaknya, istrinya dan pamannya dalam waktu hampir bersamaan

Semua petanda menegaskan
Milik ini semua MilikMu

Nyanyian Merduku

Saat semua bilang tak bagus
Pada suaraku yang tak bernada
Bak kerbau yang "mengaum"
Kerbau yang tak pahami lenguhannya
Suaraku tak bernada
Suaraku seperti amatir di ruang karaoke
Suara yang masih belum mampu menyanyi
Tapi seni tak semuanya bernyanyi
Ada nada-nada yang masih bisa di sampaikan
Mulailah merajut rangkaian lirik dalam kalimat
Rasakan kepuasan dalam batin juga otak
Lakukan!
Cukup nyanyikan lirik kalimatku dengan "nada duniaku" sendiri saja
Dalam panggung ku "bernyanyi"
Nyanyian yang membuat jiwaku merdeka

Jumat, 13 September 2019

Ritme Kehidupan

Makan
Tidur
Mencari penghidupan
Kemudian kembali ke ritme pertama

Apakah hidup di dunia hanya sekedar itu?
Adakah yang melebihi ritme itu?
Katakan segera!
Agar bisa menikmati ritme yang lain

Melupakah pada kehidupan hidup setelah mati
Bagi yang percayai maka ritme berkeTuhanan teramat penting
Bagi yang tak percayai maka betapa malangnya sistem "trial error"nya
Bila benar adanya dan tak percayai maka merugilah

Cobalah berjalan pada satu cahaya
Cobailah ritme alunan keTuhanan
Rasakan

Bukalah nurani!

Tak Ada Cinta Pertamaku

Haruskah berhenti menulisku?
Cinta pertama yang tak meninggalkan jejak apapun bagiku
Karena bagiku kenangan yang terpenting
Kenangan saat bersama orang yang dicintai
Ketahuilah!
Tak hendak membalas semua perilaku tak baiknya
Tak ingin mengotori tangan ini
Diri ini sangat berbeda dengannya
Biarlah Tuhan yang memberikan nasehat padanya
Kenanganku tak bersama dengan cinta pertamaku
Kenangan-kenangan terbaikku yakni bersama orang yang kucintai
Bagiku tak penting memaknai kisah cinta pertama
Bagiku teramat penting menjalani kisah bersama orang yang teramat kucintai
Kuyakini cintaku teramat mendalam padamu
Merajutlah dalam pintalan kasih sayang walau sedikit meragu untuk mencintamu
Berikan sedikit ruang percintaanmu untukku
Tolong!
Sedikit saja
Aku mengiba
Aku lupa pada cinta pertamaku
Karena aku saat ini sedang jatuh cinta padamu

Rabu, 11 September 2019

Mereka Jahanam

Merekapun bicara
Merekapun terdiam
Merekapun berkasak-kusuk
Dalam rimba belantara
Terus masuk hingga ke tengah hutannya
Terjebak dalam gelap gulitanya walau tertampak penuh gemerlap
Mereka kosong walau bicara
Berkata tanpa makna
Menulis tanpa arti
Menjejali setiap sudut ruang
Tidurlah!
Mungkin mereka lelah
Berharap mereka terbangun lalu bisa memaknai dunia
Atau setelah tertidur lalu mereka tak terbangun lagi?
Di manakah kebanggaan mereka?
Jikalau mereka tak mampu mengendalikan nyawa mereka
Lalu mereka bertindak ingin menjadi pengendali dengan perkataannya?
Belajarlah!
Karena bumi serta semesta ruang luas untuk belajar

Selasa, 10 September 2019

Tak Layak Tergodai

Menari tapi tak bisa meliukkan badan
Sesaat tubuh seirama dengan musik pengiring
Dengan kedua mata memerah
Dengan senyum manis tapi dipaksakan
Dilempari bebatuan hingga 3 kali banyaknya sembari menyebut nama Tuhan
Berlarian menjauhi bolak-balik hingga 7 kali
Tetapi seolah kadung menempel
Selalu menngodai serta mengikuti
Jangan rayu bujuk kesesatan pada diri
Karena diri terlalu hina dina di hadapan Tuhan
Diri yang sedikit ilmu tentang keTuhanan
Jadi tolonglah para setan
Jangan ganggu ibadah-ibadah ini

Senin, 09 September 2019

Joker

Serasa jadi selebritis
Bicara sembari terkekeh sendiri
Mencoba selalu lucu
Perut buncit, pantat besar
Hidung kemerahan
Wajah bersemu merona
Pakaian beratribut kebesaran tapi tak jarang kekecilan
Kedua mata memerah persis mata para pemabuk
Pemabuk tipu daya
Pemabuk haus kekuasaan dengan aneka muslihat
Bahkan bila harus membunuh maka haus akan darah
Menjilati dengan lidahnya beribu kue tart

Badut sedang melucu
Bertindak seperti raja lalim
Padahal tak pantas menjadi raja
Karena hanya ada satu sang raja badut
Selebritis pelucu hanya seutas pengekor
Tak layak bersanding dengan sang joker
Raja dari segala badut
Dan mungkin kamu hanyalah sebuah sumpalan kotor
Tapi kamu banyak tingkah hingga berlenggok seperti badut malam

Kau hanyalah badut kotor biasa
Kau bukanlah joker

Merdekakan Rasaku

Mereka bilang "menangislah!"
Mereka bilang "tertawalah!"
Tapi tak bisa melakukan itu semua
Rasaku tak bisa disetir oleh mereka
Rasaku milikku sendiri
Hanya itu saja yang di miliki

Airmata, senyuman, kesal, cemburu, marah semua rasa
Iya, semua rasa yang ada pada perasaanku
Perasaanku sendiri dan hanya aku yang merasakannya

Mereka tidak pernah mengetahui yang bergejolak di jiwa

Mereka tahu masa kecilku tapi tidak masa dewasaku
Ataupun sebaliknya
Ataupun keduanya

Rasaku milikku sendiri
Merdeka dengan rasaku
Jangan bungkam rasa-rasaku dengan sikap diktator mereka

Takutmu Tentang Kehilangan

Kau tak akan bisa mendapatkanku hanya karena gara-gara ketakutan
Ketakutanmu menjadi bumerang
Berdirilah lalu berlarilah jika kau membutuhkanku
Jangan hanya menangis di balik pintu yang tertutup
Tunjukkan emosimu
Jangan kau sembunyikan semua rasamu
Ketakutan yang kau pendam tentang kehilangan jangan dipendam terus-menerus
Tunjukkan!
Katakan!
Bahwa kau takut kehilanganku
Walaupun kita berdua tahu kehidupan dunia bukanlah untuk selamanya
Membenci saat "usia dewasaku" kehilanganmu
Membenci saat "tingkah kekanak-kanakanku" membuat kau ragu utarakan
2 sisi yang sesaat menjadikanmu dalam limbung kebingungan
Tanyakan pada cintamu di hati yang terdalam
Bila ketakutanmu tentang hilangku maka rengkuhlah aku
Kejar lalu peluk serta cegah diriku untuk pergi darimu
Diriku dengan semilyar hiruk-pikuk yang menempel pada diri
Inilah diriku yang membuatmu menangis penuh gamang
Yakini keyakinan pada jiwamu bahwa diriku memang menampilkan pesona serta ketidak pesonaan saat berkehidupan
Diriku yang menampilkan diri apa adanya bukan ada apanya
Maaf, jika pesona diriku kau anggap tak baik
Inilah diriku
Bila kau memang takut kehilanganku maka....
Sekali lagi peluklah tubuhku!

Kamis, 05 September 2019

Mencoba Untuk Bahagia Lagi

Tertatih setelah lama letih
Merambat setelah lama tersumbat
Tak mudah walau dunia berkata sebaliknya
Sudahlah yang merasakan luka-luka itu jiwa
Tak hendak mendebat ataupun menerima
Biarkanlah dunia berkata serta menilai sesuai opininya
Karena tak bisa mendikte mulut, hati serta otaknya
Respek
Bila kebaikan maka resapi
Bila jahanam maka tinggalkan
Bahagia seperti apa yang dicari?
Nilainya ataukah rasanya?
Sudahkah berbuat baik menurut Tuhan?
Pantaskah mendapat kebaikan Tuhan setelah semua laku yang dijalani?
Mencoba untuk memetik hikmah
Mencoba untuk terus belajar hingga mati
Dan mencoba untuk bahagia lagi seperti saat kecil
Saat tiada resah pada semua rasa juga ketakutan
Saat tak ada masalah untuk penilaian dunia pada jiwa
Tuhan,
Tuntunlah!

Rabu, 04 September 2019

Sebongkah Kesejatian

Cinta sejati tetaplah disebut cinta sejati
Kalian tak pernah tahu berapa banyak sakit untuk mendapatkannya
Ada tangis dibalik senyuman
Ada senyum dibalik tangisan
Semuanya bisa menjadi kebalikan demi cinta sejati

Telah lelah mengejar
Terlalu letih menanti
Cinta sejati yang entah bermukim dimana

Telah sampai di satu titik
Dengan mata terpejam
Sembari menghirup udara patah-patah melalui hidung
Tuhan, memasrahkan semua hidup pada-Mu

Sang Dingin Versus Sang Hangat

Mengapa?
Ingatkah saat berjalan berdua
Kita bergenggaman tangan
Tangan kita yang berbeda suhunya
Kurasakan tanganmu begitu dingin
Kusangka dirimu memang teramat dingin
Dirimu yang teramat kesepian
Jangan pernah lepaskan genggaman
Jangan pernah khawatir akan pendapat sekitar
Kisah cinta kita berdua indah
Berjalan susuri jalan setapak
Melangkah lurus berTuhan

Karena dirimu bukanlah "sebuah" hantu
Dinginmu bukanlah "sebuah" yang bangkit dari kematian
Dirimu hadir untuk melengkapi kisah perjalanan kehidupanku

Rasa dinginmu bertemu dengan rasa hangatku
Walau penuh beda tak mengapa
Karena memang harus belajar mengenai saling respek pada sesama

Untukmu sang dingin
Dariku sang hangat
Jangan menyerah pada kisah cinta kita
Terjalinlah segera dengan indah

Merindu Celoteh

Kemana saja kalian?
Mengapa lama tak bicara?
Bosankah dengan rumah ini?
Ataukah muak dengan para penghuninya?
Ataukah kesibukan kalian membelenggu hingga tiada kelakar lagi di sini?

Guratkanlah!
Tuliskanlah!
Walaupun sedikit tapi cetuskanlah

Pengingat untuk dunia yang pekat
Membagi senyuman untuk kehidupan yang penuh warna

Merindu celoteh kalian
Bermakna dalam setiap tulisan

Kita semua tidak muda lagi
Hanya kata-kata perekat yang mampu memudakan kita semua

Merindu kalian walau lewat kata gurauan
Merindu kalian untuk saling menunggu di pelataran surga

Bicaralah dalam iman
Menua bersama dalam taqwa

Rantai Bercinta

Izinkan aku memelukmu dalam derai hujan
Izinkan aku mengecupmu dalam kerinduan
Debaran rasa menghujam sanubari
Membuka setiap inci hati yang terkunci
Menolehlah
Lalu bilang boleh
Saatku menginginkan kata menjadi tindakan
Berkasih sayang pada bunker persembunyian
Dalam senyap saling merasa
Rindu yang tercurah ingin segera terlaksana
Dalam getar semua raga
Merasai tiap titik pendulum rasa