Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 30 Desember 2017

Mencobai Angkuh

Dasar gila
Kau bicara mengada-ada
Bercampur muslihat dan tipu daya

Menginginkan senja
Berharap waktu itu kau tutup usia
Sombongnya jiwa
Seolah bisa meramal masa

Kau pasti akan pulang segera
Lihatlah sabda nabi dengan mata hati terbuka
Hanya waktulah yang tak dipahami manusia
Kematian yang pasti datangnya
Itu berlaku pula padamu duhai manusia durja

Jangan sekali-kali busungkan dada

Itu saja
Makan sumpah serapahmu semua

Burung Camar Penyendiri

Burung-burung camar terbang
Berkelompok di atas samudera
Mengepakkan sayap-sayap seperti simponi tanpa nada

Sesungguhnya burung camar sendiri dalam gerombolan
Tapi tak merasa sedih lagi sepi
Karena selalu ada pemandangan dari atas langit
Kisah ombak dan lumba-lumba
Cerita bumi dan manusia

Burung camar di sudut kota pada kabel yang memanjang memperhatikan
Bila saatnya suara berkelompok memanggil maka patuh penuhi
Dalam sibuk bila sang suara memanggil maka terbang penuhi berkelompok

Dalam sendiri tapi tak kesepian

Malam Bukan Malam

Malam tetaplah malam
Dan malam ini tergantung cahaya matahari
Sebagian bumi gelap atau sebagian bumi terang

Begitupun kehidupan
Susah menulis ide
Karena kebencian memuncak
Baju-baju keTuhanan yang dipertontonkan membuat muak
Tipu muslihatnya terbaca dalam diam bahkan senda-guraunya

Menulis pembelaan dalam sebuah pledoi
Terserah saja dan teruslah berhalusinasi kotor
Halusinasi kotornya tak akan membuat najis
Dirinya sedang berdebat penuh lelucon konyol dengan kawan karibnya

Para setan di sudut lorong sempit nan gelap
Dan itu bukanlah waktu malam
Hanya sekumpulan hati penuh dengki

Bahasa Hewan

Hanya para anjing yang bicara bahasa anjing
Hanya para monyet yang bicara bahasa monyet
Hanya para babi yang bicara bahasa babi
Hanya para sampah yang bicara bau busuk seperti sampah
Namun adapula yang secara diam-diam menguasai bahasanya tapi hanya diam

Mereka tak wajar
Para manusia yang bertingkah bak hewan
Patutkah didengar segala ocehan?
Layakkkah bermuram karena bahasa yang dibicarakannya?

Cukupi saja mengenali mereka
Kumpulan hewan yang bicara di antara sesamanya

Menjauhi mereka
Karena tak paham bahasa hewan bercampur sampah

Penjajah Kiblat Pertama

Berondongan peluru tajam
Menggempur badan-badan anak, para lelaki dewasa dan para wanita
Mereka para penjaga kiblat pertama
Keberanian yang luar biasa terhujam pada dada

Gas beracun, siksaan bahkan kematian yang diacungkan
Sungguh tak sedikitpun menggentarkan iman
Nama Tuhan yang menitis di darah meresap pada tubuh
Senyum-senyum para penjaga mempertahankan tanah suci
Tak sedikitpun ketakutan tergambar pada wajah-wajah

Pesawat-pesawat penjajah coba membumi hanguskan
Meratakan bangunan yang dibangun dengan tangan-tangan iman
Mungkin banyak yang mengira semua intimidasi kejam dan genosida akan surutkan perlawanan

Dan penjajahan di era modern yang bersembunyi di balik punggung "sang ayah"

Keterlaluan para penjajah berjiwa iblis
Bicara kedamaian tapi berperilaku kesetanan
Sejarah akan mencatat
Bumi atas titah Tuhan akan menghukum

Para penjaga tak pernah surut
Para penjaga tak pernah berkurang jumlahnya
Kematian hanya akan semakin menggelorakan suara merdeka dari penjajah

Berjuang demi damainya bumi
Kebebasan kiblat pertama

Sungguh ketakutan penjajah tersirat pada asesoris senjata pembunuhnya

Para penjaga yang dipersenjatai iman
Hinakan para penjajah

Ruang Palsu Itu

Dahulu bersama dalam suatu ruang
Bodohnya nurani
Menutupi semua rasa demi kebahagiaan seseorang
Walau bersama tapi seolah tiada kehidupan
Berpapasan dalam satu ikatan tapi bak mayat hidup
Berbicara tanpa hati
Memeluk tanpa rasa
Merenda ikatan yang rapuh

Endapkan bahkan kuburkan bohong-bohong bahagia yang kamuflase
Namun bila nyaman berenang dalam kamuflase itu maka nurani ini tidak

Cukup sudah bermain dalam kebohongan yang angkuh
Dalam berjauhan saling membelajari jiwa

Bukan ini yang dimaui
Maui bersama dalam bahagia nan tulus
Mungkin memang ini yang sedang dibutuhkan
Karena lebih mencintai Tuhan daripada seseorang

Ruang Menulis

Karena butuh ruang
Sungguh membutuhkan kesendirian
Telah lama tertawa
Telah lama mematung di antara keduanya
Sendiri untuk menulis semua kesah
Peluh yang manis, pahit atau memang peluh nan asin

Walaupun semua emosi ada dalam rutinitas
Namun rutinitas tak mendapatkan sejentik ide untuk menulis
Terlalu kesulitan menulis dalam rutinitas yang menghentak-hentak
Rutinitas yang sesaat menghapus ide untuk berpuisi

Butuh ruang itu
Ruang untuk menulis

Habis Kesempatanmu

Kau tak bisa seperti itu
Dadatng di saat bersedih
Menghilang di saat bahagia
Aku bukanlah samudera nan luas
Aku manusia yang miliki jiwa
Walau tertawa tapi lihatlah dengan rasa
Ada perih berkalung nyeri dalam dada

Ach, tapi buat apa bicarakan ini semua denganmu
Kau yang tiada saat bahagia
Dan tak peduli pada sekitar yang menaruh asa padamu

Pergilah lalu datanglah sesuka hatimu
Namun bila kelak saat bersedih kau tak akan menemukanku
Karena kesempatanmu telah habis

Kumaafkan tapi tak ada kesempatan lagi untuk kau ulangi kesakitan ini

Sabtu, 09 Desember 2017

Blokir Nomormu

Nomor-nomor teleponmu telah kublokir
Aku hanya ingin melanjutkan kehidupan tanpa bayangmu
Namun seringkali kulihat daftar blokir telepon itu
Adakah panggilan darimu?
Adakah kau hubungiku terlebih dahulu?
Aku yang sampai kapanpun tetap merindu
Darah lebih kental dari apapun di muka bumi ini
Hanya saat ini sedang tak mau bercengkrama denganmu
Tabiatmu yang seolah Tuhan dijadikan senda-gurau juga kamuflase belaka

Sungguh ketakutan kehilangan iman
Kusadari iman yang kudapati ini tak mudah
Terjatuh lalu terbangun lalu bangkit demi iman
Disinipun aku berjuang demi iman

Kucari lingkungan tidur nyaman demi iman
Karena bersamamu lingkungan tidurku bersetan

Blokir nomormu terbaik saat ini
Bila hendak berbincang maka di hari akhir saja
Saat semua jujur terkuak

2 Ruang Berbeda

Di ruang baru ini hari-hari terasa panjang
Terasa sekali merajuti temali kehidupan
Berbeda sekali saat berada di ruangan sebelumnya
Ruangan yang waktu seolah memenggal kepala
Walaupun semua ruang sama saja tanpa hadirmu
Hanya mencoba senantiasa berkomplementasi dengan Tuhan

Menunggu dijamahi Tuhan
Seperti Muhammad melalui Jibril
Seperti Musa di sebuah bukit

Dalam secarik kertas menulis doa pengharapan pada Tuhan
Karena sungguh takut kehilangan sebentuk iman

Benarlah petuah-petuah para khotib pada sela-sela khutbah Jum'atnya
"Nikmat yang paling besar juga berharga yakni nikmat iman dan "aslama""

Tuhan,
Dalam ruang walau tanpa sedarah karena berbeda pandangan iman
Kuatkanlah iman pada jiwa
Berikanlah reaksi terbaik berTuhan untuk para setan

Terus Belajar

Belajarlah,
Karena dunia merupakan ilmu untuk dipelajari
Pada tanah, batu, pasir, pepohonan, binatang, awan, matahari, bulan, bintang dan segala yang terhampar pada semesta

Merendah dirilah di hadapan Sang Pencipta
Merendah hatilah pada semua ciptaan Sang Pencipta
Tiada yang digariskan Tuhan menjadi sia-sia
Semuanya selalu ada pembelajaran bagi peiman

Karena Tuhan begitu mandiri tak butuh teman, kerabat dan penghormatan
Semua ciptaan Tuhan sajalah yang benar-benar membutuhkan Tuhan
Dalam sujud pada doa bersimpuh memohon kasih sayang Tuhan

Mungkin saat berjauhan akan terasa lebih bermakna arti memiliki tulusnya sebuah pelukan
Bukan topeng yang selalu digadang-gadang menjadi tameng
Bukan bersembunyi di belakang sebuah nama besar manusia

Belajarlah,
Hingga kematian datang

Kamis, 07 Desember 2017

Menolak Demi Cintaku

Jangan kau minta diriku menulis puisi untuk dirimu
Puisi cinta tentang dirimu dan dirinya
Tanpa ada diriku, kebersamaanmu dengannya menyakitiku

Ibarat seorang penguji dirimu padaku
Dan diriku sungguh tak bisa menolakmu
Tapi diriku sungguh tak bisa menulis puisi cinta dirimu dan dirinya

Bila kutulis puisi cinta untukmu 
Ketahuilah,
Puisi cinta itu tentangku dan dirimu tanpa dirinya

Puisi Cintaku Tak Terjamah

Karena dirimu puisi jiwaku
Mencintaimu membuatku mampu meranumi kata
Memetik nurani menjadi hidangan penuh makna
Kau mungkin tak pernah tahu
Semua puisi cintaku ini tentang dirimu
Dan baru kusadari hari ini
Terlalu banyak puisiku tentang cinta tak bersambut
Karena inginiku hanya bercinta denganmu

Dalam gelap lalu mempekat
Menari dalam rintihan kenikmatan
Bukan sekedar cinta sesaat
Jemari merasai setiap lekuk tubuh
Dan inilah imajinasi liar mencintaimu

Hingga saat inipun kau tak membalas rasa
Perihnya menjagal jantung jiwa

Katakan saja cinta
Tuliskan saja rasa
Hanya berupa rangkaian abjad
Kata "cinta" namun penuh makna

Karena jenuh menulis puisi cinta tak berbalas
Karena ingin menulis ......

Menulis puisi tentang dirimu yang mencintaiku

Kau Tak Bisa Seenaknya

Kau tak bisa seenaknya menulis kisahmu tanpa aku
Kau tak bisa seenaknya membagikan gambar hidupmu bersamanya
Kau tak bisa seenaknya tak memperdulikan perasaanku padamu sedari dulu
Atau kau memang tengah membuatku cemburu dengan sengaja?

Kukatakan "aku cemburu"
Tapi tersadar terhenyak seketika
Ternyata cemburupun aku tak berhak
Ada guratan kesedihan bila mengingat kau tak jua peka

Perasaan yang kutanam sejak dulu padamu lewat sebait kalimat
Memang bukan perkataan cinta karena khawatir kau menjadi jauh dan berbeda sikap
Cinta yang kukemas padamu berupa sekelebat kata
Atau memang kau tak jua merasa?
Karena hidupmu bukan hanya berkutat pada diriku saja

Tapi mengapa dalam kehidupanku hanya ada dirimu?

Menanti Kepastian

"Matahari malam ini" bersinar indah
Tapi diri menanti temaramnya "rembulan pada esok pagi"
Keserakahan pemilik kekuasaan
Berkata lagi bertindak semaunya
Lalu meringkih seolah dirinya yang tersakiti
Sudah hilang kemaluan menindas yang tak miliki persembunyian

Penis yang sengaja di pajang panjang-panjang
Vagina yang terus terbuka mengoceh tanpa rem

Singa-singa yang berjiwa dungu bak keledai

Tak cukupkah yang tersurat?
Tak takutkah yang tersirat?
Ada hari penghitungan amal kelak

Tak Pernah Beranjak

Kehidupanku seolah berjalan di rel yang sama
Sepanjang waktu tak pernah berganti
Diriku yang tak beranjak terus memikirkanmu
Dan tak tahu kenapa setiap waktu melihat tubuh sepertimu
Kulitnya, matanya, hidungnya wajahnya sepertimu
Bahkan wangimu samar-samar tercium
Dan diriku yang masih padamu

Sekuat jiwa melenyapkan rasa padamu
Setajam itu pula hasratimu menggoda rongga hidungku

Akhirnya letih serta lemah merancu bahkan mengigau tubuh
Memasrahkan saja
Bila kelak bertemu lagi maka terjadilah yang terjadi

Tak seutuhnya bisa beranjak

Sabtu, 25 November 2017

Membenci Bayang

Menangis
Berlari
Gerimis
Panas
Hujan
Semua badai tak jua reda
Sendirian dalam bingkai lamunan
Dalam benak selalu menyebut namamu
Dalam khayal berkecamuk sentuhan-sentuhanmu
Ingin menjadi nyata
Dan membenci bayang
Bayangan tentang dicintaimu dan diinginimu

Berharap dicintai dan diinginimu merupakan suatu hal yang nyata

Sabtu, 04 November 2017

Sang Keledai Cinta

Sungguh mencintaimu menjadi keledai bodoh dalam hidupku
Dan aku memasrahkannya
Karena betapa nikmatnya menjadi pengagummu
Melihat semua pesona yang terpancar dari dirimu

Dan betapa bodohnya
Dan betapa malangnya
Saat rasa cintaku tak pernah sekalipun dibalas

Minggu, 29 Oktober 2017

Dirinya Tak BerTuhan

Jijik melihat dirinya
Penuh tipu daya nan licik
Atau memang hati ini terlalu peka
Hingga manusia penuh palsu maka nurani bergetar terusik

Membaca dunia dalam kelembutan jiwa
Meraba dalam perut kosong
Melukis dengan terus mengingat dosa
Berjalan menyebut Tuhan tanpa bohong

Jubahnya menjuntai
Hingga menyapu penuh lantai
Tanyakanlah pada nursani
Watak berTuhan atau iblis tak berhati

Sungguh muak pada sujudnya
Menyembah Tuhan seolah permainan
Tapi mungkin juga dirinya bersahaja
Dan ini semua salah membaca

Yang pasti kebenaran akan terkuak
Ketulusan keTuhanan akan buat terbelalak
Bila tak terbukti di dunia
Tunggulah pada kehidupan kelak tanpa dusta

Pesinis Tersenyum Kecut

Bernyanyilah para kaum kesepian
Dalambingkai pesawat pada tangan yang direntangkan
Kebahagiaan termuat dalam beda penilaian
Kesenangan itu sederhana dan tak perlu kerumitan
Berhati-hatilah akan mereka yang penuh rasa kesinisan
Ibadah palsu topeng keTuhanan
Menghasut lalu memprovokasi penuh kelicikan
Berkoar untuk menutupi segala yang menyelubungi badan

Dirinya menari di atas penderitaan
Berbusa mulutnya "dunia sementara" namun tak sehaluan
Berbeda 360 derajat antara perilaku dan ucapan
Manusia sinis menari namun tetap berkalung kesedihan
Ibadah yang terjuntai mungkin kelak habis membayar piutang penghasutan

Para kaum kesepian
Terus bernyanyi dalam ruang perandaian
Kaum yang penuh kebahagiaan
Karena jiwanya berTuhan ketulusan

Jumat, 27 Oktober 2017

Kau Menyakitiku

Kau tak bisa seperti itu
Terus-menerus membuat perih di dadaku
Membuat terombang-ambing hasratku

Menerbangkan perasaanku ke langit ke tujuh
Namun serta-merta tak kau tanggapi ragaku dengan seluruh
Kau seolah tak jua luruh

Bohongkah atas pengakuan sayangmu?
Bohongkah atas keinginanmu mengecupku?
Bila semua dustamu maka tak lagi menunggu

Sakit lagi perih mencintai tapi tak dicintai
Menunggu tapi tak selamanya karena kau berbeda kini

Sabtu, 21 Oktober 2017

Susah Membatu

Bila menggambar dirimu teramat susah
Bila bersama dirimu menjadi gerah
Maka melepaskanmu menjadi sesuatu yang indah
Selamat tinggal hari nan cerah
Bila dirimu tak lagi mau
Cukup katakan agar diriku lekas tahu
Tapi bila kau tetap diam membisu
Aku lelah dan tak mau terus di anggap batu

Kamis, 19 Oktober 2017

Hujan Tak Bergeming juga

Sungguh perih
Seolah sembilu
Tercabik-cabik
Menggigil tubuh karena mencinta
Merapuh jiwa karena begitu teramat merindukannya

Sudah kubisikkan pada awan
Sudah kukabarkan pada angin
Semua cerita tentang rasa cinta bertabur asmara penuh rindu padanya
Namun tak ada satupun yang menyampaikan kabar gembira

Seolah bumi tak merestui

Satu harapan terakhir
Saat air menetes dari langit
Kugandeng dan kumohon pada sang hujan
"tolong, katakan padanya aku merindukannya
"karena ini kesempatan terakhir"

Dan betapa bodohnya diri
Mencintai dalam diam itu sakit
Menyayangi tapi tak kunjung berbalas itu perih

Dan hujan membawa sebuah kabar
"walau air hujan basahi tubuh akan tetapi dirinya tak pernah peka
"dan mungkin tak ada rasa"

Jawaban hujan sungguh menyakitkan
Karena hujanpun tak membuatnya bergeming akan rasa cintaku

(inspirasi dari status teman medsos MJF)


Kamis, 12 Oktober 2017

Pintu Penantian

Menantimu di belakang pintu
Menantimu di balik pintu
Tertidur lalu terbangun
Sungguh sudah tak tentu rasa
Bertanya-tanya menjadi raja
Degupan jantung berdetak cepat
Janjinya pada kedatatangannya
Datangkah atau hanya sekedar harapan bias nan abu-abu?
Hampir habis dan di ambang batas sabar

Lapar yang sengaja ditahan
Gerah yang sengaja berkeringat
Waktu terus bergerak
Kedua mata terus melihat jarum jam yang berputar
Datangkah dirinya mengetuk pintu?
Atau berjuta keinginan hasrat memadu asmara harus tertahan?

Dan ini sudah terlalu lama
Menyerah saja diriku
Bersandar di balik pintu
Dirinya hanya berikan bunga-bunga palsu
Dan jengah
Dan gilanya menikmati penantian ini

Penghambatmu

Perasa dan sungguh teramat merasakan
Tak mau menjadi "seekor penghambat"
Bila hanya menghambat impian-impianmu di dunia
Aku pergi menjauh
Kemasi saja semua tipu-muslihatmu itu
Dan tak mau mendengar lalu mengalami lagi
Aku bukan keledai bodoh

Jangan ganggu
Jangan umpat
Jangan caci
Jangan saling tanyai
Jangan terus-menerus mencari simpati

Lebih baik saling gugat kelak di hadapan Tuhan
Dan menunggu saatnya tiba
Dimana tiada lagi manisnya bahasa yang menjadi pemenang
Yang ada hanya satu bahasa yakni kejujuran

Jangan saling menghambat di dunia maka lepaskanlah

Jumat, 06 Oktober 2017

Perangkap Cintamu

Bukan ku tak merasa
Bukan pula tak miliki rasa peka
Mungkin telah kebal raga dan jiwa
Ulah bengal yang kucinta
Perangkapmu tentang cinta
Kurasakan tapi tetap kuterangsang
Kekesalanmu tentang rasa
Kubiarkan karena sangat ingin menikmati

Perangkapmu kurasa dan jelas tapi kuterangsang
Lalu kesalmu menjengahkan tapi kunikmati
Karena sungguh keterlaluan diriku untuk merengkuhmu erat
Dalam pelukan

Begitulah cinta
Begitulah sebuah hasrat
Keinginan untuk memelukmu erat
Merengkuhmu dalam pelukan
Kadang kau pergi lalu acuh dan menghilang
Dan diriku yang masih terngiang padamu

Marahi saja
Caci maki saja
Bila itu membuatmu merasa nyaman dan senang
Cintaimu tanpa perangkap cinta dariku
Dirimu yang terus-menerus menebar ranjau cinta

Coba hentikan dulu sejenak
Lihat diriku
Menunggumu dibawah rindangnya pohon jati
Menunggumu pada sebuah jalan setapak
Menunggu untuk mengecup mesra bibirmu

Berharap kau secepatnya berjalan
Temuilah diriku
Balutilah diriku
Tubuhmu menjadi penangkal semua perangkap ranjau cintamu

Sabtu, 23 September 2017

Malampun Menerima Kegelapan

Apa yang harus diratapi dalam kehidupan ini?
Semuanya telah berjalan sebaik-baiknya oleh Sang Maha Pengatur
Kecuali bagi para tak berTuhan selalu ada ketidakpuasan

Tiada tangisan yang harus disedihi
Tiada kebahagiaan yang harus ditertawai
Tiada kekesalan yang harus digelisahi
Tiada suka yang harus menjadi jumawa
Semua cerita kehidupan laluilah dengan iman

Karena malampun tak pernah mencerca menjadi kegelapan

Segalanya di dunia berjalan sesuai dengan takdir Sang Penentu Takdir
Terbaik dari Tuhan walau terkadang sulit untuk dimengerti
Karena bukankah Tuhan akan memberi rezeki dari arah yang tak disangka-sangka?

Percayalah
Dekati Tuhan dengan segala perserahan diri

(inspirasi dari status medsos teman FM)

Tangisanku Membentur Karang

Kau tak akan mampu mengerti
Sepanjang waktu terus mencari
Saat kau putuskan uuntuk berhenti
Kau beralih seolah berlari menghindari
Kau acuhkan diriku yang sedih sendiri
Aku yang tak berhenti mencintai
Sepanjang masa terus mencari
Sepanjang waktu mencoba mengulik keberadaanmu yang tak lagi di sisi
Sempat kutemukanmu namun belum yakini
Dan kutemukan dirimu kini
Tapi kau benar-benar menggurat lukai
Sapaanku tak digubrisi
Dustaku untuk dekatimu tak kau terima lagi
Dan sungguh semua membuat perih di hati
Setidaknya bicaralah bila memang tak kehendaki
Bila dirimu muak padaku maka tuliskan setitik benci
Aku yang selama bertahun-tahun mencari

Saat kau tak peduli
Tangisanku membentur karang teguh menjulang tinggi
Hanya ingin mendengar desah lalu bicarai
Hanya ingin mencium aroma tubuhmu yang dulu mewangi
Hanya ingin melihat paras wajahmu yang dulu memikat hati
Jangan seperti ini
Kau menjauhi
Terberangus tercerabuti

Bicaralah kekasih hati
Sandarkan kepalamu di bahuku lagi
Walau kau berusaha lupai
Aku akan selalu bertelepati
Bergumam dedoa terbaik untuk diri
Namamu terkatup dalam gigi
Kau yang sampai kapanpun tak terganti
Inilah sekelumit percintaan yang belum usaii


Selasa, 19 September 2017

Bersua Tapi Belum Bahagia

Telah kutemui lagi
Kisah cerita yang ingin terajuti
Dirimu yang memang sedari dulu kuyakini
Namun baru saat ini menjadi bukti
Bicara dalam logat tersembunyi

Kadang ada airmata yang tertahan
Kadang ada sembab yang menekan
Tentang perasaaan
Sejuta bintang dan bidadari di kahyangan
Terngiang sebait tentang perkataan

"Besok aku sudah tidak di sini"
Dan ucapan itu mengiris hati
Tersenyum datpi sedih di sanubari
Sepanjang tahun memikirkanmu saban hari
Semoga dirimupun sama merasai

Kini saat berjumpa
Dirimu seolah melupa
Bak hancur jiwa
Berantakan sukma
Inilah tentang kusutnya sebuah cerita cinta

Sabtu, 16 September 2017

Tak Berniat Merebut Kekasihmu

Sungguh tak pernah terpikir untuk merusak percintaanmu
Bila dirimu tak mencintaiku maka bahagialah dengan yang lain
Tak pernah terpikir menjadikan kekasihmu menjadi kekasihku
Karena dirimu tetap menjadi permata bagiku

Sungguh jahat bilamana diriku mencoba merebut kekasihmu
Sungguh tak berhati bilamana diriku ingin melihat kau menangis

Tahukah kau?
Mengenangmu saja telah membuat tangisanku pecah
Dan tak akan pernah kumembuat airmata menetes di pipimu
Kesedihan bila melihat kau tak bahagia

Jangan pernah berkata lagi "aku akan merebut kekasihmu"
Kukatakan "tak berniat merebut kekasihmu"
Karena sungguh melihat senyum indahmu mejadi kebahagiaan bagiku

Namun bolehkah bila kudengar ceritamu dari yang pernah bersamamu?
Bolehkah diriku memelukmu dari mantan-mantanmu?
Karena sungguh dirimu telah menjadi sebuah kerinduan bagiku

Dirimu Cinta Sayang Pertamaku

Dirimu cinta yang tak berpeluk
Dirimu rasa yang tak tersentuh
Mengejarmu bagai menggapai bintang
Menantimu bagai memeluk gunung
Sungguh sebuah cinta juga sayang yang tak kuasa termiliki

Dan menjadi pengagummu merupakan keindahan tak terkira
Tak pernah lagi masuk pada kehidupanmu
Bila tak kau izinkan
Bila diriku hanya membuat bahasa-bahasa kasar penuh marah terlontar

Aku sayang dirimu
Aku cinta dirimu
Dan entah sampai kapan rasa ini padamu hilang

Karena kaulah cinta pertamaku
Dan mungkin aku bukanlah sebuah cinta pertama bagimu

Kamis, 14 September 2017

Belum Mampu Melupa

Bayangmu mengganggu
Mengganggu saat sedang berjibaku
Dalam resah tak bisa memegang kendali
Sungguh kesulitan berkonsentrasi

Bukan ingin melupakan
Hanya sungguh tak mau terus berharap
Saat cinta juga sayang terus bergemeretak
Dirimu terus juga berusaha terus mengelak

Ada apa dengan dirimu?
Belum siapkah mencinta?
Masih ragukah menyayang?

Bila semua rasa dan perjalananku kepadamu tak berarti
Menanti dalam ketidakpastian
Namun selalu saja telunjuk amarahmu mengarah pada hidungku

Kuterima bila memang dirimu ingin aku yang disalahkan
Maafkan atas semua salah

Bila semua perjalanan menanti hasratmu tak bernilai pada matamu

Maafkan masih tak bisa bernafas tanpa bayanganmu
Bayanganmu masih menari-nari di hati

Ingin melupa namun masih cinta

Senin, 11 September 2017

Warna Fatamorgana Dalam Nantiku

Waktu yang akan menjadi bukti
Antara kesiapan ataukah keraguan cintamu
Hancurkan romantisme yang dibangun dalam obrolan
Yang menungguku dibalas dengan harapan palsu
Untukmu tak bisa membencimu karena cintaimu

Faktanya dirimu yang terus mempermainkan
Ikatan yang sedang terajut terus dipermainkan
Rasamu masih penuh keraguan untuk cintaiku
Dengarkan nuranimu saja
Ambil keputusan dengan penuh kebijakan
Usah memaksakan sebuah percintaan
Sedih bila yang ada hanya kebohongan berbahasa

Derap langkahku menuju pertemuan denganmu
Enyahkan lelah dalam perjalanan yang kedua kali
Yang didapatkan kenyerian belaka
Nggak mau lagi terus menunggu bila dipermainkan

Ngobrol dan terus mengobral janji penuh rayumu
Obatilah kerinduanku ini dengan pelukanmu
Valentine-lah setiap waktu bersamaku
Aku menunggu kedatanganmu

Kamis, 24 Agustus 2017

Masih Pantaskah Menyebut-Mu?

Masih pantaskah kusebut nama Tuhanku?
Terlalu malu sungguh teramat besar rendah diri ini
Kerendahan diriku saat ingin menyebut asma Tuhan
Tapi sungguh dungu ingin mendekati Tuhan tapi dedosa masih saja terhirup

Lihatlah, Tuhan
Hanya nama Tuhan saja berani kupanggil
Memanggil nama-Mu terlalu kelu lidah ini
Teringat pada dosa-dosa yang masih saja kuperbuat dan kuulang

Merasa berkuasa
Tak mau mendengar nasehat kebajikan
Menganggap orang lain tak sama walaupun tahu hanya taqwa saja sebagai pembeda
Kotornya bahkan kasarnya ucap juga perangai

Masih pantaskah ku menyebut nama Tuhan?

Muhammad bin Abdullah sebaik-baik panutan
Kerinduan pada beliau sebatas dalam imajinasi
Sebaris hadits lalu setangkup firman coba dirajut
Karena ingin gagah berani saat mengucap nama Tuhan

Sabtu, 19 Agustus 2017

Maaf, Belum Benar

Bila menjadi iblis maka peranilah
Bila menjadi malaikat maka peranilah
Tapi jangan sekali-kali berperan sebagai Tuhan

Karena Tuhanlah yang akan membasmi laku-laku tak benar

Sudah benarkah laku kalian?

Aku Paling "Ter"-semuanya

Kamu tidak baik
Aku baik

Kamu tidak benar
Aku benar

Kamu tak jujur
Aku jujur

Segalanya tentang aku
Aku yang paling tahu

Segalanya tentang aku
Dunia tak berhak ikut campur urusanku
Hanya Tuhan yang berhak

Maka kebenaran terserah aku
Serasa menjadi "anak tuhan"

Kalian semua ingusan
Kalian semua hijau
Kalian yang tak bernilai di hati juga otakku

Lihatlah
Aku mendengarkan ocehan sambil tersenyum-senyum menahan ingus

Lihatlah
Aku berkata tak jernih pada mereka yang tak memihakku dan tak memilihku

Dunia yang coba diputar balikkan keadaannya
Dan merasa sungguh merasa Tuhan menyetujui

Ataukah ini hanyalah sebatas arogansi kekuasaan dan sejumput rendah diri belaka?

Kamis, 17 Agustus 2017

Pemasungan Identitas

Dalam sedih ada bahagia
Menari saat para penyamun pergi
Rindu ayah
Rindu ibu
Saat kerinduan terhalang
Para penyamun yang penuh dusta

Bahasa cinta yang merangsang
Belas kasih yang ingin berbalas
Saat keluguan menjadi permainan
Saat terkuak semua tabir kesetanan
Merajang sebentuk kasih penuh belatung
Kasih sayang karena pemasungan

Rantai membelit hati juga badan
Tercekoki karena pemberian harta
Tak berkutik

Rabu, 09 Agustus 2017

Sang Telunjuk

Saat sang telunjuk mengingatkan
Sang telunjuk tak berhak mengingatkan
Lalu terucaplah "silahkan pukul!"
"silahkan pukul!"
"silahkan pukul!"
"silahkan pukul!"
"silahkan pukul!"
"silahkan pukul!"

Hanya orang gila saja yang mengajak bertikai
Dan hanya orang gila saja yang menuruti ajakan pertikaian

Berlogikalah
Saat sang telunjuk menunjuk wajah
Ingatlah akan kelakuan busuk-busuk
Bertahun-tahun
Menari bersama setan-setan

Bumi melihat
Alam melihat
Saat kebusukan terbuka maka tak ada manusia yang bisa menutupi

Masih membeku nurani
Dan sang telunjuk akan menggugat kelak di hadapan Tuhan
Saat semuanya tak berdusta dan tak memutar-balikkan fakta

Menanti dan sungguh menanti saat masa penghakiman Tuhan

Punggung Nama Besar

Aku berlari setiap ada masalah
Berlari saat lakukan dedosa tak berTuhan
Karena punggung ayah begitu bernilai
Ayah yang mempunyai nama besar

Perbuatanku mencabuli istri orang walau aku sudah miliki istri
Ucapanku menghina atasanku walau aku masih bekerja untuk atasanku sekarang
Aku akan bersembunyi di balik nama besar "ayah-ayah"ku
Karena setiap ada masalah lebih nyaman bersembunyi

Manusia-manusia yang tampak bodoh lagi dungu di mataku
Manusia-manusia yang tak berkelas dan tak layak memberi nasehat

Aku yang benar
Aku yang miliki kuasa

Hidup ayah ibuku karena aku sekarang

Dan gampang saja bila itu semua menurutku aib-aib
Maka agama akan kujadikan tameng pembenaran
Lalu perbuatan dan ucapanku tetap akan girang-gembira kulakukan lagi
Karena setan-setan seolah menari-nari penuh candu berarak bersamaku

Aku yang selalu benar

Karena duniapun tak berhak memberi nasehat padaku
Akulah "anak tuhan"

Aku dan punggung nama besar ayahku

Kau Masih Membekas

Hampir setahun kau pergi
Namun bayanganmu masih membekas
Pergumulan dalam pembicaraan
Saling memberi nasehat dan semangat
Keseruan dalam obrolan yang "tak berkelas"

Ada tawa juga cerita

Kepergianmu karena memang telah tiba masanya
Namun jalinan kita berdua tak akan pernah lengkang

Memang tak selalu tertawa saat bersama
Tapi itulah kehidupan

Kini saat ingin bertemu tak semudah membalikkan telapak tangan
Dirimu yang terkejar-kejar oleh waktu
Diriku yang terkadang lupa memiliki dirimu

Kau masih membekas hingga kini

( Untuk AY, semoga Tuhan selalu menaungi langkah kita berdua)

Minggu, 06 Agustus 2017

Mata Keranjang

Matanya tajam melihat
Sorotnya menjengkelkan
Gerak tubuhnya membuat kesal
Dirinya bak "pemesum berjalan"
Walau aroma keTuhanan terbaju
Aroma busuk mata keranjang menyeruak
Bau busuk pornografi terpampang jelas di muka
Air liur menetes bak anjing liar
Terus mencari mangsa untuk bermesum
Menerjang bahkan menerkam siapa saja yang mengingatkan

Dirinya seorang mesum sejati
Dirinya Don Juan tak bermartabat

Seekor mata keranjang

Jujur Aku

Jujur aku takut kehilangan
Padahal sungguh mengerti bahwa "angin" tak bisa terpegang
Melihatmu kemarin dan tak tahu apakah marahmu sudah reda?
Tak tahu juga apakah kemarin mata juga hatimu melihatku?

Kemarahanmu padaku bak belati
Menancap lalu terlepas dan meninggalkan bekas

Dirimu marah karena puisiku
Dirimu tak nyaman karena puisiku terinspirasi darimu

Kau pergi
Kau menjauh

Dan jujur aku kehilanganmu

Jumat, 04 Agustus 2017

Kelamnya Hatimu

Sungguh jahat bila kau itu saudara sedarahku
Dan terucap lalu terbersit di hati kau ingin melihat saudaramu menderita
Bukankah sebagai manusia berTuhan tak boleh mendoakan keburukan?
Lalu ada apa denganmu?
Apakah kehidupanmu suram lalu berimbas pada hatimu hingga kelam?

Catat kata-kataku
“Aku hanya mengingatkan dan tak ingin sungguh melihat hidupmu sengsara”
Tapi seperti katamu “manusia ada yang mendengar dan tidak mendengar”
Mungkin saat ini kau merasa rendah diri dan malu
Aku sekarang pergi menjauhimu karena tak mau terus berkonfrontasi

Bila tanpaku bahagia hidupmu maka jalanilah
Karena bagiku terasa sesak lagi menyakitkan tak bercengkrama
Jalanmu maka bertanggung jawablah pada pilihanmu
Tak logis juga tak masuk akal mencari para pendukungmu
Saat jasamu ingin berbuah pamrih maka tercatatlah kelamnya hatimu

Kau bukan lagi manusia tua bila tak respek pada semua kata indah
Terkadang kata-kata indah tersampaikan secara perih
Terkadang karakter manusia terlanjur perih saat berucap
Kau saudara terkelam dengan jiwamu yang suram

Saat berkata di mulut dan terbersit di hati “ingini hidup saudaramu berantakan” 

Kusangka Kau Cintaiku

Apa kabar harimu saat ini?
Apa kabar hubunganmu dengannya?
Mungkin terdengar basa-basi karena ada sekelumit rindu bercampur cemburu
Kini berpapasanpun tak saling memandang dan tersenyum
Kini tak lagi saling mencuri pandang apalagi sekedar menyapa

Aku yang memperkenalkanmu pada puisi
Dan kini kau rayu dirinya dengan tulisanmu
Kau kemas tulisan rayuan untuknya
Aku membaca
Aku melihat
Walau getirnya jiwa kucoba hempaskan rasa dengan tawa
Saat coba kuungkit rindu tiba-tiba kau menjauhiku
Dan itu sangat menyakitkanku

Kusangka kau cintaiku
Kukira kau inginiku walau dalam diam dan sembunyi dari dunia juga darinya

Kau masih tuliskan kata-kata manismu untuknya
Dan aku membaca juga melihatnya dengan teriris-iris
Kapan kau tuliskan rayuanmu untukku?

Sungguh hanya ingin berdua dan tak peduli kau masih bersamanya

Karena hanya ingin kau tuliskan puisi cinta untukku

Patutkah Berbangga Karena Dunia?

Limpahan harta-benda
Mapannya kehidupan sosial
Tak sadarkah itu sekedar sebuah istibraj?

Tuhan memberikan kesenangan
Tuhan ingin melihat bagaimana reaksi pada sempurnanya kehidupan
Terkadang terlena lalu berkecimpung dedosa dalam senangnya dunia

Patutkah berbangga karena dunia?
Apa yang dibanggakan pada semua dunia yang sementara?
Bila sempurna dan baik hanya pandangan manusia saja

Karena baik menurut manusia belum tentu baik di mata Tuhan
Karena tidak baik menurut manusia belum tentu tidak baik di mata Tuhan

Dekatilah Tuhan dengan hati

Karena Tuhan Maha Mengetahui isi hati

Asyik Menyembunyikan Rasa

Sang betina meninggalkan sejenak anak beserta suaminya
Sang pejantan meninggalkan sejenak anak beserta istrinya
Kedua sejoli memadu hasrat dalam sebuah gubug
Kedua pasangan memacu berpeluh di bawah rindangnya pohon
Di atas ranjang sebuah penginapan hingga menimbulkan suara berderit-derit

Bertahun-tahun asyik lagi khusuk menyembunyikan rasa
Lalu saat rasa terketahui sibuk mencari sasaran tembak untuk menyalahkan
Gilakah rasa itu?

Dan jangan terperangah kaget jika sekonyong-konyong ada yang mengetuk pintu
Lalu mengaku bahwa “anak dari rasa tersembunyi”

Jangan sembunyi di balik nama besar keluarga
Mungkin sang bentina dan sang pejantan merasa rendah diri di hadapan nama besar keluarganya
Dan merasa keduanya merupakan “pasangan yang tak berjodoh”
Sebuah ide gila yang terus dipancangkan

Sejenak rehat karena rasa sudah terketahui khalayak
Lalu tunjuk seseorang untuk mengalihkan rasa yang coba disembunyikan

Merasa diri lebih tinggi status sosial

Hei, gilakah?
Dalam Sang Esa ide status sosial sudah sirna
Dan yang ada hanya jauhi dedosa lalu patuhi Tuhan

Tanyalah jiwa

Rasa yang asyik disembunyikan sudahkah “menyenangkan Tuhan?”

Kau Tak Berhak Hina Guruku

Sebodoh-bodohnya guruku sungguh kau tak berhak menghinanya
Sehina-hinanya guruku sungguh kau tak berhak mengetusinya
Dan kau lakukan itu semua didepanku
Seakan kau lupa akulah muridnya
Kau terus mengoceh dan berkata semaunya
Hanya karena guruku tak berada menjadi pendukungmu

Lupakah kau bahwa hanya hati yang menangkap bahasa hati
Bagaimanapun sikapmu
Bagaimanapun perilaku yang “seolah baik” kau praktekkan
Sekali lagi hanya hati yang mampu membaca hati

Bila hanya penghormatan manusia sungguh betapa rendahnya dirimu
Dan mulutmu sungguh tak pantas berkata mencap guruku “sang pencapmu provokator”

Sudah bercerminkah hatimu?
Atau cermin hati nuranimu retak
Hingga merasa hanya Tuhan saja yang pantas menilaimu


Kau tak berhak hina guruku

Kamis, 27 Juli 2017

Tobat Sesungguhnya

Maafkan aku, Tuhan
Bila maafku belum sempurna
Tobat yang kulakukan seperti terus memantul
Terlalu banyak dosa yang kulakukan berulang-ulang
Dedosa pada Tuhan bahkan pada sesama manusia

Sungguh aku yang penuh rasa
Sungguh aku yang penuh emosi
Sungguh aku telah memaafkan
Sungguh aku menunggu saat nanti bertemu dengan-Mu
sungguh urusan di dunia kuanggap selesai tapi tidak di kehidupan abadi

Masih penuh rasa sakit
Ada nyeri yang masih terus berdenyut
Semua lakuku ini atas perlakuan sebelumnya
Semua ucapanku ini atas rasa yang kuterima selama bertahun-tahun
Rasakan saja semua perih

Maafkan aku, Tuhan
Karena aku seperti seekor keledai

Maafkan aku, Tuhan
Hanya ingin bertobat secara sempura

Selasa, 25 Juli 2017

Bocah Tangguh

Susu yang diminum bersama keluarga
Kebersamaan yang tak tergerus harta benda
Ada ikatan yang tak akan pernah putus
Kasih sayang tulus tanpa berharap balasan apapun
Saat pemberian ingin berbalas maka tersesatlah jalan

Kereta api yang menjauhkan dari kesayangan
Airmata yang tertahan dan ini menyakitkan
Mencari yang tersayang di tengah kerumunan nan ramai
Sungguh dahaga sekali
Dan hanya ingin pulang

Bingung mencari jalan pulang
Lapar juga haus menjajah tubuh
Hidup di jalanan tak mudah
Tidur beralaskan kertas-kertas tebal
Bersembunyi dari kejahatan yang terlaknat

Karena percaya kebaikan nan tulus akan bersanding
Berbaiklah lakukan kebaikan dengan berhati
Karena hati yang akan menyentuh hati
Berlari dan terus berlari dari jeratan sesat
Lelah tapi tak pernah padam

Lalu pencarian ini sungguh akan berujung bahagianya dengan cara Tuhan

(inspirasi dari film "Lion")

Senin, 24 Juli 2017

Para Penjaga Benteng

Dalam berangus angkara penjajah
Asap hitam mengepul
Todongan senjata, umpatan juga cacian
Ancaman lalu celaan
Desingan peluru dalam udara panas

Para penjaga benteng tak surut hadapi penjajah
Ini tanah kami
Ini masjid tempat kami memuja Sang Pencipta
Kami menjaga dengan batin bahkan nyawa kami
Ini negara merdeka Palestina

Palestina negara yang hadirkan para pejuang tangguh
Penjajah tak bisa padamkan
Penjajah tak bisa musnahkan
Kematian kami untuk Sang Tunggal
Dalam penjagaan Tuhan para penjaga benteng menjaga Sang Kubah Emas

Para murobithat tak pernah gentar

Tangisan para penjaga benteng bukan untuk dunia
Tangisan, jeritan bahkan kematian para penjaga benteng semata-mata untuk Tuhan

Kuatlah para penjaga benteng
Karena Tuhan selalu bersama
Keyakinan para penjaga benteng di sebuah tempat di Gaza

(Salut dan berdoa untuk rakyat Negara Palestina)

Sabtu, 22 Juli 2017

Menikmati Perjalanan Kehidupan

Selalu ada lelah dalam setiap peristiwa
Selalu ada pembelajaran dalam setiap pergumulan
Selalu dan selalu ada nilai bagi mereka yang benar-benar mencari
Tapi mungkin ada sebagian yang menyelendangkan rasa jumawa dan angkuh di bahunya
Hingga merasa kekuasaan tak dapat menyentuhnya
Hingga tak semua orang berhak memberi nasehat
Karena merasa yang paling memiliki kebenaran
Ataukah ada segugup ingkar untuk menutupi kebobrokan lakunya?
Ataukah merasa gemetar dan rendah diri lagi cemas bilamana bumi mengetahui bobrok hidupnya?
Hingga merasa hanya Tuhan sajalah yang berhak menghakiminya

Sesungguhnya aku sendiri tak mau bila Tuhan harus turun tangan
Karena melihat kisah nabi rasul yang soleh
Bilamana Tuhan telah menasehati maka yang datang hanyalah kehancuran
Kaum Nabi Nuh dengan banjir bah terbesarnya
Kaum Nabi Luth dengan jungkir baliknya tanah dan hujan batu panas
Kaum Nabi Soleh dengan cuaca yang menghancurkan badannya lalu batu besar hantami badannya
Kaum Nabi Syuaib dengan hawa terpanas lalu mematikan walau berteduh di peteduhan
Kaum Nabi Sulaiman dengan menenggelamkannya melalui bendungan termegah kaum Saba
Bukankah telah jelas tersirat lalu tersurat
Maka nikmat Tuhan mana saja yang akan kamu dustakan?

Dan nasehati saja jiwa
Karena nasehat-menasehati dalam kebaikan tersurat
Tak peduli berapapun usianya
Bila yang datang nasehat maka gerakkanlah nurani
Kembali saja pada firman Tuhan serta sabda Nabi
Bila merasa ingin serta-merta dihormati maka berlakulah keTuhanan
Bila laku keTuhanan saja terabaikan untuk apa ingin penghormatan
Apakah merasa penting penghormatan dari manusia?
Lalu mengabaikan Tuhan?
Seimbangkanlah jalan Tuhan dan jalan manusia

Menikmati perjalanan kehidupan ini dengan citarasa Tuhan saja

Jumat, 21 Juli 2017

Wanita Pemisah Kasih

Wanita yang terus bicara
Wanita yang manis dan halus tapi tajam dalam berkata
Wanita yang telah memisahkan ibu dan anak laki-lakinya

Bukankah sudah dikatakan "pilihan jalan surga yang berbeda"
Bukankah sudah dikatakan "pilihlah tapi jangan terus memaksa menjadi pengikut jalan surgamu"
Karena jalan surga kita berdua berbeda

Dan sungguh masih nyeri di dada
Dan sungguh akan menuntut kelak atas semua ini di hadapan Tuhan
Bila dunia bisa terus-menerus wanita itu permanis dengan kiasan dan majas bahasa
Tantanglah keadilan kelak di hadapan Tuhan

Kepergianku menyakitkan
Tanpa melihat dan menjagai jalan surgaku

Wanita itu yang telah menjadi pemisah kasih

Mengapa tidak wanita itu saja yang pergi dan ikuti jalan surganya bila dia yakini
Atau wanita itupun berada dalam kebimbangan dan keraguan yang nyata?

Kamis, 20 Juli 2017

Wanita Jalang

Dan sungguh tak habis pikir
Mengapa halangi jalan surga ini?
Bukankah wanita jalang telah memilih jalan surganya
Lalu mengapa harus terus mengganggu jalan surgaku?

Bila memang bermoral lalu malu
Telan saja sendiri laku amoral
Apakah perilaku wanita itu karena penuh rasa malu?
Lambat laun bumipun akan mencium semua amoral

Dan aku bukan salah satu pendukung ide gagasan wanita jalang itu

Dahulu lantang berkata
"Walau sedarah bila bejat tetaplah bejat"
Tapi penyakit manusia sedang kambuh
Sekarang menjadi tersenyum bersama para bejat

Wanita jalang sedang terkelabui
Jalan surgaku mungkin hanya satu dihalangi
Wanita jalang bersama para bejat

Aku mencoba jalan surgaku yang lain
Dalam nyeri berusaha meraih jalan surga yang lain

Sungguh senyatanya menanti saat kehidupan kedua
Saat Tuhan menjadi Sang Maha Adil
Saat kata tak bisa berdusta
Saat bahasa kejujuran menjadi landasan bernada
Saat ucapan tak lagi penuh tipu muslihat

Bagiku telah cukup berdebat di dunia
Urusanku selesai dengan wanita jalang ini

Jumat, 14 Juli 2017

Cintai Hasrat Terselubung

Satu-persatu benang kusut mulai terjulur
Terpintal dan tak lagi menjadi benang
Kekusutan yang telah lama membuat pusing kepala
Menggaruk semua gembira
Meminta perjudian dan berharap dipuja-puji oleh dunia

Bermain asmara dalam ruang yang coba disembunyikan
Dalam ikatan berTuhanpun masing-masing mencari celah percumbuan
Dalam hitam
Dalam kelam
Argumen dan permainan kata terus didengungkan coba menyembunyikan hasrat

Silahkan saja
Sudah cukup
Perilaku yang tidak dilakukan sehari atau sebulan
Perilaku percintaan setan yang bertahun-tahun akut menggelayut
Mulut dan baju agamis coba menyelubungi

Bila tak terjerat kesesatan maka menyalahkan
Bila terjerat kesesatan maka berdamai dengan kesesatan

Anak-anak kecil yang memajang kemaluan tepat di balik punggung orang tuanya




Kepergianku Menyakitkanku

Terusir dari sebuah rumah mungil
Rumah yang dahulu dijadikan tempat berbagi tawa
Bahkan dukapun mampu diredam

Kini semua berbeda
Setiap jiwa telah terkontaminasi serta miliki kemauannya sendiri
Tiap penghuni ataupun yang bertandang ke rumah terus memaksakan kehendak

Kebenaran yang tak lagi menjadi pijakan
Duniawi juga harta benda membutakan panca indera dan nurani
Lalu terasing saat memilih sebuah haluan yang berbeda

Tak diharapkan menjadi perisai yang melindungi
Bahasa-bahasa lembutnya mengiris tajam menyayat hati
Ada ruang tersembunyi di balik kata-katanya manisnya

Kepergian ini teramat sungguh menyakitkan
Tak hendak lagi menanyakan
Tanyakan mengapa aku yang harus pergi?

Cukup yakini saja semua kejujuran akan terkuak
Dan menanti dengan kesungguhan pada kehidupan abadi kelak
Saat semua kata tak dapat lagi berdusta

Kamis, 13 Juli 2017

Merendahkan Diri Pada Tuhan

Saat ingin bertanya pada Tuhan lalu merasa rendah serendah-rendahnya
Begitu banyak dan kuat nikmat yang telah diberikan Tuhan
Masih pantaskah berkeluh-kesah atas semua yang "teranggap diri" sebuah ketidaknyamanan?
Malu pada Tuhan
Sesungguhnya penuh rasa malu
Tak elok bila terus-menerus meratapi kehidupan yang "menurut jiwa" tak berkenan
Bukankah bagus menurut manusia belum tentu bagus oleh Tuhan?
Begitupun tak bagus menurut manusia belum tentu tak bagus oleh Tuhan?
Dalam ringkih lemah memuja teguh
Dalam rintih menyebut asma tuhan sembari tertatih
Tak hendak lagi bertanya pada Tuhan
Karena semua penjelasannya tersurat dan tersirat
Melembutkan hati kemudian mempekakan jiwa
Dalam hina dina di hadapan Tuhan
Dan bersimpuh

Minggu, 02 Juli 2017

Fasihkah Cintamu?

Kenapa dia?
Mungkinkah dia bosan dengan aku?
Kenapa dia?
Mungkinkah dia ada cinta yang baru?
Semua rinduku lama tak terjawab
Mata dan hati ini menjadi sembab
Dia yang selalu berakrab hingga larut bersama teman
Seolah tak pedulikanku yang ingininya sejenak di taman

Mamah

Begitu banyak puisi tercipta 
Apapun yang kulakukan sungguh tak pernah cukup
Tak pernah meminta hanya sekedar berharap
Harapan ingini yang terbaik serta berjalan lurus
Semua harta, semua laku balasan tak akan cukup mengganti
Benarlah kata pepatah
Baru terasa kini
Kasih mamah sepanjang jalan dan tak pernah putus
Kasih anak sepanjang galah

(Inspirasi dari status FB teman inisial H)

Jumat, 30 Juni 2017

Bertahun Merindu

Menulispun tak lepas
Lepaspun tak bebas
Menunggu hari berbincang dengan dia
Walau paham dan sungguh pahami
Walau selalu mengingat hari lahirnya
Dalam senyap menunggu perbincangan

Tapi kini kehidupan bukanlah kegalauan
Dia dan diriku miliki hidup masing-masing
Saling menghormati
Saling mendoakan

Walau tak bisa dipungkiri masih ada sekilas
Sekilas memoar kerinduan pada dia

(Inspirasi dari chatt grup WA SACI 2598)

Dendam Menguap

Kehilangan seseorang membuat merana
Menjadi belati yang mencabik-cabik kulit tubuh
Hidup tapi tak hidup
Harus ada seseorang yang bertanggung jawab
Walau seolah mengesampingkan Tuhan sejenak
Semua peristiwa telah tersusun oleh Tuhan
Hanya ingin menyalahkan seseorang
Arogankah?
Sombongkah?
Egoiskah?
Sungguh dendam tak akan menyelesaikan sedihnya jiwa
Menguapkanlah semua kesumat

(inspirasi dari film "Aftermath")

Senin, 26 Juni 2017

Penculikan Rasa Baik

Dalam ruang sempit kita hidup
Dunia yang telah dicuri
Tak lagi mengenali alam raya
Kehidupan yang telah dicekal
Otak dan hati harus seirama
Kebersamaan yang rancu

Tatapan jahat
Perilaku jahat
Pepohonan rimbun kini gersang
Getaran mobil yang melaju
Berputar mencari seseorang
Dunia luar yang terasa aneh

Rumput, pagar, dedaunan
Dunia yang berbeda dari tampilan televisi
Gambaran televisi hanya menunjukkan kebaikan sepihak
Garis kebaikan yang dilukis memaksa manjakan

Seperti menginjak dunia yang baru
Seolah terbelenggu selama ini
Seolah harus membenarkan perilaku sasar

Mungkin yang diputuskan salah
Mungkin yang diputuskan benar
Haruskah hidup kembali dalam ruang sempit?

Dunia yang terbelenggukan oleh kebahagiaan semu

(Inspirasi dari film "Room")

Belajar Indah

Menata hati menjadi indah
Bila memang angkara menjadi jumawa maka matilah
Bila memang keserakahan menjadi raja maka musnahlah

Sungguh tiada kebaikan yang bisa bersanding dengan ketidakbaikkan
Namun masih ada doa-doa yang mengiris tatanan langit menaik tegak lurus
Memaafkan merupakan jiwa yang indah

Jangan pernah lagi terus-menerus bicara lembut tapi menghujam
Seperti setan yang berpakaian malaikat
Jalanmu maka jalanilah tanpa terus memaksakan semua menjadi pemujamu

Sedang mengindahkan jiwa walau masih teringat pada sang raja dan permaisuri
Semoga raja dan permaisuri dijagai Tuhan
Belajarlah karena setiap peristiwa pembelajaran bagi orang beriman

Minggu, 25 Juni 2017

Tak Pernah Sampai

Sayangi 
Hasrat hati ingin bersama
Tapi seolah dunia tak memihak
Restu bumi serta merta menolak
Besarnya cinta tak mampu kalahkan perasaan
Perasaan yang tak kunjung peka pada cinta ini


Makhluk Tuhan terindah
Tersentuhpun tak kuasa
Melihatnya dari kejauhan
Betapa girang hati saat melihatnya
Kegirangan yang tak ditunjukkan
Sungguh dirinya makhluk Tuhan terindah


Sungguh sayang padamu
Sungguh lelah padamu
Tak mudah buat dirimu mengerti pada cintaku

Keras berusaha melupakanmu dari jiwa
Menyibukkan dengan segala aktifitas pada raga
Namun tetap saja otak dan hati terpaut dan melupa tak kuasa

Selasa, 20 Juni 2017

Berkedok Baik

Benarlah apa yang dikatakan ibunda
"Dasar sok suci!"

Benarlah apa yang dikatakan ibunda di hadapan khalayak ramai
"Dasar anjing!"

Terbukti sekarang di dunia saja banyak fakta yang direkayasa
Memberi tapi berharap pamrih
Otoriter lagi merasa paling berjasa
Bukankah sang mantan pengagum pernah berceramah lewat toa
"Ada setitik saja rasa angkuh dan sombong dalam hati, itu tidak boleh
karena kesombongan merupakan selendang Tuhan"

Di surga Menanti Tercinta

Seutas tali kekang yang coba dipegang
Kerinduan yang tak kuasa terjalin
Meratapi segala usaha yang tak pernah sampai
Berjalanpun seakan rapuh
Sungguh tak kecewa saat tak mendapatkan
Hanya perih yang seolah menusuk batin
Ada airmata tertahan terasa enggan jatuh
Ingin menangis tapi cinta tak untuk dipaksakan
Doa dan bersimpuh hanya itu yang bisa
Karena bicarapun bila terbentur karang maka sia-sia
Mengadukan segalanya saja pada Tuhan
Lalu menanti kehidupan kelak
Semoga bila di dunia tak jua dicintai ada terbersit harapan
Berharap di surga kelak ada pengganti abadi

Sabtu, 17 Juni 2017

Berhentipun Tak Bisa

Aku sudah berhenti
Kututupi semua pintu setan dalam balutan semen di bawah lantai meja kerja
Semua kenangan bersama yang terindah dalam potret
Tapi seakan rasa jahat masa lalu masih membekas
Terus menguntit seolah parasit

Ambil semua yang tersisa
Bakar semua tempat naungan
Hanguskan potret kebersamaanku
Tapi ingatanku tak pernah pupus
Walau coba mencuci otak lagi membersihkan semua rasa

Jangan coba-coba membangkitkan raja singa
Kesabaran yang ditahan agar tak terpantik
Perang yang kau tawarkan menjadi amarah
Ajakan malaikatmu bak musang berbulu domba
Dan kupahami dengan menolaknya

Kau hancurkan semua yang kupunya
Kau tahu lambat-laun kematianmu akan tiba
Bila tidak denganku maka arwahku yang akan membunuhmu
Aku sudah berhenti dari rasa jahat
Aku ingin lurus berjalan ke arah cahaya saja

Jangan pernah membangunkan rasa sabar ini

(inspirasi dari film John Wick Chapter 2)

Cemburupun Tak Berhak

Saat kau memanggilnya sayang
Saat melihat potret kebersamaannya
Saat melihat potret-potretmu
Saat kuberkata lalu kau menampiknya

Aku cemburu
Tapi cemburukupun tak berhak

Perih
Sakit

Saat cinta benar-benar tak benar-benar dicintai

Suami Orang Dan Istri Orang

Suami orang menyantuni istri orang
Istri orang mengasihi suami orang
Bertahun-tahun memadu kasih dalam lubang senggama
Kamar-kamar peraduan menjadi rajutan persembunyian
Dan tak pahami anak-anak yang terlahir bernasab pada siapa?

Kebenaran hanya milik Tuhan
Tapi bukan berarti membenarkan laku-laku sesat
Kebohongan serta alibi coba diapungkan
Urusan di dunia sudah beres maka menunggu di kehidupan abadi
Saat semua kata hanya kejujuran yang terurai

Suami orang yang membiarkan keluarganya dalam lingkup kemalangan
Istri orang yang menyembunyikan tiap sentuhan sesat dari keluarganya
Berlagak menjadi ahli agama tapi rapuh di jiwa
Bertopeng memajang keberhasilan dunia tapi keropos dalam iman
Masalah yang seperti ingus seolah terulang dan kembali berulang

Bagi sebagian orang ada pemaafan bagi penis yang menerobos vagina milik orang
Bagi sebagian orang laku tak termaafkan hanya bila ada kekerasan dalam fisik juga kata
Kerancuan dalam logika
Setiap manusia miliki pendekatan masing-masing
Nikmati saja tak peduli bila di ranjang ada percintaan 3 atau lebih orang

Tak peduli pada pendapat manusia walau nasehat-nasehat telah dimintai
Hati yang arogan
Mata yang penuh nafsu sahwat
Berkata sehalus seorang psikopat
Berlagak sejernih profesi jabatan seraya hanya merekalah yang pantas dihormati

Suami orang dan istri orang sedang asyik bercinta dalam bilik-bilik asmara setan

Bertukar Raga

Ayah, mengertikah akan jalan pikiranku?
Ayah, aku ingin semuanya sesuai yang aku mau
Ayah, aku bukan putri kecilmu karena aku telah dewasa
Putriku, sungguh tak mau kau salah melangkah
Putriku, ayah ingin menjaga dirimu saja
Putriku, dirimu masih ranum biar kuterangi jalanmu
"Bertukar tubuh saja, biar kalian berdua mengerti isi hati masing-masing"
Sukar dipercaya satu atap tapi tak saling bicara
Satu meja makan tapi hanya diam membisu menjadi menu
Di bawah pohon ginkgo menyebut harapan
Tiba-tiba terkabullah segala asa
Tak mudah menjadi orang lain
Maka saling memahamilah

(inspirasi dari film Korea "Daddy you, daughter me)

Birahi Bercinta

Hari ini ketakutan
Ketakutan sekali
Tapi biarlah
Karena menikmati setiap inci
Tak mau sudahi
Hasrat yang seringkali hinggap hingga ubun-ubun
Pelan-pelan saja dan waspada
Pada ruang juga pada setiap gerakan
Birahi yang indah

(Cikampek, 14 Juni 2017. Pkl. 10:22 wib)

Minggu, 11 Juni 2017

Baik Yang Tak Baik

Saat kebaikan berubah menjadi kejahatan
Tak bisa lagi yang dapat membendung
Walaupun dahulu ikatan darah terpatri mengental
Walaupun dahulu ikatan persaudaraan keras berdengung
Apapun alasannya rasa tak baik harus dijauhi
Tapi seolah nilai-nilai kebaikan menguap dan sirna begitu saja
Jelaskan saja alasannya memilih rasa jahat
Atau memang hanya ingin berbeda saja
Atau memang sedang di bawah ancaman dunia
Hingga tak punya banyak pilihan
Menafikan kebesaran Tuhan
Sungguh bila memang ada yang disembunyikan maka sembunyikanlah
Karena lambat laun semua akan tersingkap
Keluarga yang lebih penting
Tapi bila satu anggota keluarga menjauhi Tuhan
Maka sadarkanlah
Tapi bila tak bisa serahkan saja pada Tuhan
Pergilah
Karena Tuhan Maha Pembolak-balik hati
Sebelum terlambat
Manusia ada dua "yang mendengar dan tidak mendengar"
Bila dunia bisa menyembunyikan semua yang tak kebaikan
Maka menunggu saatnya kelak di hadapan Tuhan
Sembunyikanlah sekuat baja bila mampu
Karena sesungguhnya Tuhan tak akan pernah bisa diperdaya

(inspirasi dari film The Fate And Furious)

Mobil Berhantu

Tanpa manusia
Tanpa pengemudi
Berjalan lintasi jalanan tanpa hati
Terjun dari tempat ketinggian
Berkonvoi dan menabrak sesuka hati
Bermesin yang dikendalikan dari kejauhan
Dari tempat yang jauh dan bersama setan



(inspirasi dari film The Fate And Furious)

Sayang Tak Cukup

Saat rasa sayangnya tak cukup lagi
Karena semua perhatian juga waktu tak dapat terbagi
Mampukah mengusir segumpal darah yang pekat?
Ataukah harus memilih di antara keduanya?
Kasih sayang sepertinya tak bisa dibagi
Benarkah tak bisa dibagi?
Atau semua itu hanya ocehan-ocehan tak beraturan di otak?
Berondongan peluru memuntahkan kesakitan
Hempasan-hempasan membuat riskan tak beraturan
Kehidupan terus berjalan
Dan bila memang rasa sakit terasa saat salah satu pergi
Maka bila memang yang diinginkan semua rasa sayang
Silahkan saja rasakan semua rasa sayang
Mungkin nanti hanya bisa melihat dan berdoa dari jauh
Keegoisan dan kebutaan nurani menutupi sucinya hati
Sikapnya telah menjerat semuanya dalam kubangan benci
Sesal dan terus penyesalan tak akan pernah cukup
Maka sayang tak bisa terbagi
Lalu menerima saja menjadi satu bagian
Bila terasa tak nyaman berlari saja atau sembunyi
Hentikan memprovokasi agar satu haluan
Karena sesungguhnya bila kasih sayang manusia tak didapat
Berharap Sang Pengasih dan Sang Penyayang yang memberikannya

(inspirasi dari film The Boss Baby)

Jumat, 09 Juni 2017

Robot Rasa

Robot berjalan dengan remote
Empati yang tak bernyawa di hati
Yang kumau cinta bukan terpaksa
Sampaikanlah seutas rindu
Arahkan angin kasih kepadanya

Rinduku seolah tak bergayung bersambut
Entahlah bila dirinya kini membisu dan diam
Namanya mencuat menjadi doa
Aku hanya mengagumi dalam diam
Tanpa berusaha terus memaksa cinta darinya
Akulah sang robot tanpa remote yang cintainya

Selasa, 06 Juni 2017

Kungkung Nafsu

Saat nafsu sudah mencapai selangkang
Pengetahuan agama hanya menjadi bayang
Berlomba tunaikan dedosa dan terus berkalang
Menuruti semua kesesatan setan sembari mengerang
Selaksa kebodohan walaupun belenggu Tuhan terpasang
Dalam gelapnya lorong cahaya remang
Terburu-buru waktu saling memacu dan menyerang
Ingin hasrat lekas terpasang

Dan lihatlah hasil dari jeratan nafsu
Sesaat bercinta tuntas dipacu
Ada sesak dalam dada mengganggu
Antara baik dan tak baik menggelayuti kalbu
Percintaan yang beraroma arak seakan menjadi candu
Di ubun-ubun iblisnya nafsu
Tuhan sekedar menjadi topeng penuh bumbu
Berjubah keTuhanan padahal penuh muslihat juga tipu

Melebur Cinta

Meleburkan rasa
Menyublimkan segala cinta
Karena tegar di permukaan tapi rapuh pada jiwa
Melepaskan kasih sayang yang tak terjamah
Cara hebat mendidik hati
Berharap rindu tapi bertepuk sebelah tangan


(Cikampek, 31 Mei 2017. Pkl: 05:01 wib)

Bohongmu

Apakah sudah kutulis sair tentang dustamu?
Bohongiku terus dan terulang lagi
Alasan yang membuat gusar
Tapi sungguh selalu tak menang
Hati dan hasrat selalu berarah padamu
Bohong-bohongmu tak bisa membuatku menjauh
Terlanjur terpaku hati
Walau lelah lagi kesal dibohongi
Mungkin kau membagi rasa
Dan alasan-alasan ambigu
Tak pergi juga darimu
Bohongmu tak membuat jera
Karena diriku mencinta

Minggu, 04 Juni 2017

Mimpi Rasa

Ingin menulis semua rasa tentangmu
Tapi serasa rasa tentangmu tak termiliki
Rasamu yang kau bagi bersama yang lain
Padahal ratusan hari berharap dapat merasakan sentuhan
Dirimu yang dikejar namun selalu menghindar
Mungkin jengah pada rasa sayang ini
Atau mungkin tak peduli
Berharap suatu masa tangan saling berpegang
Berharap suatu waktu ada semangat desah cinta
Berharap suatu saat dirimu berada di sampingku
Berharap suatu kali dirimu selalu memikirkan
Dan harapan itu selalu dipupuk
Walau entah kapan tercapai
Mimpi rasa dan berharap sungguh bukan sekedar mimpi

Tempat Asing

Menunggu seperti kegilaan
Melihat dari luar jendela
Berjalan berpapasan tak bicara
Tempat-tempat telah menjadi jejak
Baunya semerbak meninggalkan aroma
Seperti tak mendengar
Karena hati telah tertutupi hasrat
Menjadi racun lalu rancu
Ajakan menjadi suatu hal yang lucu
Tak jua datang
Rebahkan badan
Dalam tidur malam
Berkutat dalam sendiri tapi tak kesepian
Lorong-lorong yang terpakai oleh hal-hal menjijikkan
Mungkin mencari tempat-tempat yang tak berjejak

Cinta Bak Debu

Beberapa kali terjatuh
Beberapa kali menangis
Beberapa kali tersungkur tak berdaya
Beberapa kali mencari
Kerinduan serta kecintaan memercik kehidupan
Jika memang tak mudah tapi rasa ini bermekaran
Tak kunjung diraih dalam kenyataan hidup
Dalam mimpi tak sekalipun wajah tercinta hadir

(Inspirasi dari paduan suara inggris The Missing Choir)

Jumat, 02 Juni 2017

Kepalsuan Dunia

Dibohongi yang kucinta
Didustai yang kusayang
Tak bisa bergerak
Tak bisa menolak
Karena selalu mendamba setiap nafasnya
Karena walaupun perih masih berharap pelukan
Mencintai dunia
Membuat terlena
Mata hati membuta
Senyuman mencoba beri harapan
Seutas asa mungkin kepalsuan
Hingga goyah asma Tuhan
Kesal lalu coba menjauh
Kupadamkan sinar agar gulita
Terserah bila tak lagi mencari
Telah lelah
Jingga menari saat ditolak bercinta
Hingga hanya menanti ajakan bercinta
Ternyata hati masih memendam cinta dunia

(Cikampek, Kamis, 01 Juni 2017. Pkl: 09:44 wib)

Melihat Tak Terlihat

Melihat tapi tak terlihat
Mencintai tapi diabaikan
Tak pernah sekalipun nyatakan sayang
Walaupun ingin rasakan belai
Terlalu takut kehilangan
Karena Melihat kebahagiaan orang yang dicintai sungguh utama
Tak pernah sekalipun coba mendekati
Walau setengah hati berharap didekati
Tak memaksakan kasih karena tak pantas dipaksakan
Bertemupun tak bertegur sapa
Berhadapanpun berpura-pura tak menyukai
Bila memang miliki rasa maka cintapun akan peka
Biarlah melihat cinta tapi tak terlihat
Biarlah merasakan mencintai tapi tak kunjung dicintai

Selasa, 30 Mei 2017

Malam Dengan Awan Indah

Malam menatap langit
Malam di kejauhan sembari menengadah
Awan-awan meriak laksana menari
Melihatnya dari bawah langit
Awan-awan yang tertimpa temaram cahaya bulan
Terlihat begitu mempesona
Tersenyum melihat awan sambil duduk terjulurkan kedua kaki
Hingga akhirnya terlentang sambil kedua tangan menjadi bantal kepala
Awan di malam hari tak disangka begitu menawan
Benar-benar seperti perawan dan bujang
Laksana buah teramat ranum nan mewangi
Awan-awan seperti film 3 dimensi atau bahkan lebih
Awan-awan yang membentuk sesuai imajinasi hati
Malam ini hanya berteman dengan awan yang indah
Dan itu saja sudah cukup membahagiakan
Ternyata mahakarya Tuhan benar-benar membuat terlena

(Inspirasi dari status teman FB)

Samaran

Karena kita tak butuh samaran
Meski kita mampu lakukan
Jadi diri sendiri terbaik berTuhan
Inginkannya teramat
Gelorainya menggebu sangat
Nafsuinya menjalari bak tercatat
Dirinya yang menggeliat
Mengigau bak ulat
Bak seorang penjilat
Namun bila mencinta maka benci pudar
Dan sungguh samarannya bak sinar
Silau dan membuat tak sadar
Sungguh seharusnya tak perlu menyamar
Bila baik maka tak akan tersamar
Begitupun sebaliknya bila tak baik maka abaikanlah cadar

(Inspirasi dari film Hollywood "X2")
(Cikampek, 26 Mei 2017. Pkl: 21:29 wib)

Ibadah Tak Putih

Selalu penuh khawatir dengan ibadah ini
Apakah shalat ini telah rapi?
Apakah puasa ini telah sampai ke langit?
Apakah zakat dan sodaqoh berada di sisi Tuhan?
Apakah pergi berhaji ke Mekkah bermabrur tanpa terkontaminasi angkuh hati?
Shalat ini selalu terbersit angkuh dan malas
Puasa ini selalu terbersit dusta dan terpaksa
Zakat dan infak selalu terbersit ingini dipuja dipuji manusia
Berhajipun selalu terbersit hanya ingin mendapatkan pengakuan dari tetangga sekitar
Sungguh khawatir dengan ibadah ini
Apakah mencukupi untuk menggapai karomah Tuhan?
Hingga dengan kasih sayang Tuhan menempatkan diri di surga
Apakah timbangan kebaikan tak kalah dengan timbangan dosa-dosa?
Selalu khawatir dengan ibadah ini
Ingin suci dalam semua ibadah
Ingin putih dalam memuja Tuhan
Dalam langkah tertatih rapuh berjuang melepas keduniawian
Menuhankan Tuhan semata dalam jiwa
Rasa sombong bercampur kikir serta benci meracuni nurani
Rasa yang mengotori tiap jengkal ibadah pada Tuhan
Ibadah ini belum putih
Ibadah ini masih mencari sinaran suci

(Cikampek, 28 Mei 2017. Pkl: 16:57 wib)