Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Selasa, 31 Maret 2020

Tarip Tinggi

Berapa harus kubayar untuk mendapatkan hangatmu?
Bila taripmu terlalu tinggi maka kutinggalkan dirimu
Dirimu bak cendramata di pujasera
Aku inginkanmu
Jangan bertarip karena kita berdua saling menikmati

Omong kosong bila ada yang mengatakan "kenikmatan palsu"

Minggu, 29 Maret 2020

Kau Membuta Membisu

Kau tahu mendung
Kau tahu kidung
Kau tahu sarung

Ach, kau memang terlalu hidup dalam karung
Hingga cuaca nan bernada pada ruang kau menutup telinga juga hidung

Not Balok

Mereka pikir apa?
Diri yang bermain-main pada tuts piano
Ibu melihat dari kejauhan
Kakak lelaki menyeka airmata

Cukupilah ibu!
Sudahilah kakak!

Mereka pikir tiada kehidupan setelah mati
Mereka pikir tingkah laku perbuatan luput dari Tuhan
Ada kehidupan setelah mati
Masih bisakah mereka menyembunyikan kelicikan yang coba ditutupi?

Ini puisi memang tiada urusannya dengan not balok
Tapi tidak semua paham dengan not balok
Tapi tidak semua paham dengan maksud hidup di kehidupan pada bumi

Mereka berlaku curang
Mengambil bukan haknya
Menunda yang menjadi kewajibannya
Tak tahukah mereka bahwa ada yang menanti
Menunggu kabar yang telah menjadi haknya
Tetapi kewajiban mereka sengaja dan disadari untuk memperlambat bahkan melupakannya
Maka tunggulah saat hari akhir
Saat Tuhan tak bisa dibohongi layaknya manusia

Teruntuk mereka yang tak paham not balok kehidupan di dunia

Anak Pemimpi Basah Di Pandangan Orang Tuanya

Anak orang tua
Setua apapun sang anak tetaplah anak kecil bagi orang tuanya
Sang anak yang telah bermimpi basah
Sang anak yang bercerita tentang keluh kesah hidup penuh drama saat bekerja
Sang ibu naik pitam
Dengan membawa tanda kebesaran di pundaknya
Mewanti-wanti agar tidak menyakiti buah hatinya yang telah bermimpi basah

Seorang anak tetaplah anak kecil di mata orang tuanya
Tetapi tegakah terus-menerus membebani pikiran mereka tentang kehidupan sang anak?

Tumbuhlah sang anak!
Berkembanglah dalam berperilaku

Jangan bersembunyi pada selangkangan orang tua

Mensyukuri Takdir

Saat terucap andaikan ibu bapak hanya miliki sepasang anak
Kakak perempuan dan kakak lelaki saja yang menjadi anaknya
Sempat bertanya "lalu akan menjadi anak siapakah takdir ini?"
Anak presidenkah?
Atau anak keturunan asingkah?
Anak pesohorkah?

Tetapi tiba-tiba seorang teman wanita mengingatkan dan "menegur" dengan halus
"Bagaimana jikalau takdir menetapkan menjadi seekor semut?"
Di saat itu tertegun dan memohon ampun pada Tuhan
Mengucap syukur untuk semua nikmat yang terberi

Diri yang kadang serakah lagi khilaf
Terima kasih telah di kelilingi teman-teman beriman

Saling mengingatkan dalam kebaikan semoga menjadi jalan menuju surga

Aku Boneka Bagimu

Lagi sibuk
Ternyata tiada cinta dan hasrat pada dirimu
Cintaku hanya di jadikan canda dan permainan

Ingin memelukmu
Ingin menyentuhmu
Ingin menciummu

Tetapi kau tiada memperdulikan

Diriku bagimu hanya boneka
Boneka yang apabila telah membosan maka kau tinggalkan

Jumat, 27 Maret 2020

Kecemburuan

Saat kau tak bersamaku
Kau di kejauhan bersama siapa?
Tak bisa menjagamu senantiasa
Tak bisa terus-menerus memeluk tubuhmu selalu
Tak dapat mengelakku bahwa cemburu saat kau tak di sisiku
Karena sungguh tak tahu dengan siapa tubuhmu diekspos
Dirimu yang sintal
Dirimu yang ranum
Begitu banyak dunia yang inginkanmu
Aku hanyalah pemelukmu saat kau di dekatku
Tetapi saat kau tak di sini tersiar kabar bahwa kau berbagi pelukan
Kecemburuan ini
Pada rasa duniawi
Pantaskah mempertahankan ikatan yang telah terkelupas rasa kepercayaan?
Bukti-bukti telah mencukupi
Bahwa kau telah berbagi alat vitalmu
Tapi mengapa masih saja mempertahankanmu?
Membutakah aku pada rasa cinta
Atau takut pada dunia bilamana tak lagi bersama dirinya?
Sampai kapan bertahan dengan permainan cintamu dengan yang lain?
Sampai kapan kehangatan tubuhmu terbagi dengan yang lain?
Dan bertahankah aku dengan maafmu dan pemutarbalikkan realita oleh mulut manismu?
Aku lemah tak berdaya
Aku menerima
Menerima tubuhmu disentuh oleh pasangan orang
Cemburuku ketololanku

Kamis, 26 Maret 2020

Ingininya

Sebenarnya tak mau lagi
Tapi
Selalu terulang kembali
Bak sebuah de javu yang berbeda hari
Hingga akhirnya memunculkan kesamaan tema berpuisi
Ingin melihat seutuhnya
Tanpa busana
Melenguh memohon menggoda
Merindu sentuhannya
Mencium seluruh raga
Membayangkannya sudah membuat bergetar jiwa
Ini bukan marah hanya rindu
Tak tahan ingin bertemu
Memadu
Saling bercumbu
seharusnya tak cemburu
Seharusnya tak posesifku
Karena tak tahu rasamu
Debar rasa
Inikah jatuh cinta?
Takut kau tak peka
Khawatir teracuhkan rasa
Kau yang begitu mempesona
Kau yang teramat menggoda
Ketakutan kau bersama yang lainnya
Buatmu
Inginku
Dalam kamarmu
Dalam selimutmu
Berguling tuntaskan rindu
Yang entah kapan untuk bertemu
Adakah waktu serta ruang untuk bersama?
Mencukupi hasrat semalaman beradu asmara

Selasa, 24 Maret 2020

Antara Diriku Dan Dirinya Bagimu

Lirik lagu yang terasa mengiris kalbu
"Cinta itu tak lagi berharga, semua percuma bila engkau tak punyai harta"
Dan aku bertanya
Apakah kau menjauhiku setelah kukatakan tentang kesederhanaanku ini?
Tak bisa lagi berkata
Cintamu hanya melihat harta
Cintaku padamu sejak pandangan pertama dari potretmu
Dulu dan hingga kini tak bergeser sedetikpun untuk berubah
Apapun sikapmu padaku
Kau meminta kujauhimu maka ku menjaga jarak tapi tak bisa jauh
Karena rasa cinta padamu tak bisa lenyap begitu saja
Rasa kita berbeda
Aku yang teramat mencintaimu dan selalu menunggu
Kamu yang sampai kini tak pernah mencintaiku
Kecintaanmu padanya
Dirinya yang membawamu berkeliling kota dengan mesin yang beroda
Diriku yang tak berharap balasan pada sebuah pesan
Dibaca olehmupun merupakan sebuah kebahagiaan
Karena apalah arti diriku olehmu
Walaupun memang berharap kaumembalas atas semua rasaku
Diriku yang sederhana
Dirinya yang berharta lalu kaupun bersamanya

Jumat, 20 Maret 2020

Naluri Rasa Dan Naluri BerTuhan

Aku merasa tak sempurna
Tetapi Tuhan telah menciptakan sebaik-baiknya
Karena aku manusia
Miliki perasaan
Miliki akal
Miliki nafsu
Semua bercampur menjadi aroma
Aroma yang tergantung bumbu mana saja yang menjadi campuran
Bumbu keTuhanankah?
Atau bumbu kesetanankah?
Jangan pernah berdialog bila telah miliki keputusan
Muak mencerna persepsi-persepsi yang setengah dipaksakan
Bila memang ada kebaikan bagi kehidupan maka lakukan dengan senyuman
Tetapi jangan pernah sumpal mulut-mulut yang berbeda haluan
Tetapi jangan pernah halangi langkah-langkah yang tak searah
Ini dialog atau pemberitahuan?
Aku hanya berdiri menjadi diri sendiri
Tak mau menjadi pengekor yang menurutku tak berTuhan
Karena sudah kukatakan
"Mungkin agama kita tak seirama"
Pemahaman yang berbeda mengakibatkan perasaan lebih berperan daripada keTuhanan
Bukan masalah ego diri tetapi kepentingan duniawi lebih di utamakan
Sungguh tak tahu
Gamang di antara perduaan
Ikuti premis sosial
Atau melepas satu premis sosial menuju jalan Tuhan
Bila harus memilih
Naluri rasa atau naluri Tuhankah yang mana akan menjadi sebuah pilihan?
Bila keduanya yang terpilih
Lantas ego siapa yang berdiri paling tinggi?

Kamis, 19 Maret 2020

Bila Matiku Tiba

Matiku sebuah kepastian
Hanya itu yang bisa kujanjikan padamu
Hanya ingin kebaikan saat berada dalam kalung kematian
Tak ada kegentaran
Tak ada ketakutan
Tapi tak hendak juga menantangnya
Karena mau atau tidak mau kematian pasti datangnya
Hanya waktu saja yang menjadi misteri
Sungguh tiada penyesalan mengenal kalian semua
Kalian telah menjadi pengalaman dalam guratan warna kanvas gambarku
Dan tiada mau merubahnya
Begitu banyak peristiwa
Begitu banyak kesempatan
Begitu banyak yang terlewatkan
Begitu pula yang terkecapi
Indah dan tak indah
Nyaman dan tak nyaman
Nikmati dan syukuri
Ada keyakinan hidup setelah mati
Maka kelak semua gesekan kehidupan kucari keadilan kelak
Karena di dunia begitu banyak cukong juga calo yang banyak omong hingga fakta berbalut belatung
Bila matiku tiba
Apapun penyebabnya ku pasrah
Senang mengenal kalian semua
Maafkan atas ketegasan dalam bertindak
Karena bagiku hidup itu harus berTuhan
Pembeda untuk peiman
Pembeda untuk petaufik
Pembeda di atas garis abu-abu dunia
Bila matiku tiba
Urusan duniaku dengan kalian semua sudah selesai
Menunggu pengadilan Tuhan pada kehidupan kelak atas hubunganku dengan kalian semua

Rabu, 18 Maret 2020

Memilih Tunggangan

Saat kau sebut namanya kuterluka
Kau memilih bersamanya
Kau berada di belakang tunggangan kendaraan bermotornya
Kau katakan dirinya keren
Nyeri juga perih terasa
Berdusta tegar kukatakan "bahagia dan semoga selamanya dalam indah"
Kau katakan "jangan terus ikuti duniamu dan cobalah cari yang lain"
Sungguh tak bisa menjauh darimu
Terlanjur menyayangimu
Khawatir terjadi sesuatu terjadi padamu
Mencintaimu tak pernah padam karena dirimu yang pertama
Dan mencari cinta sepertimu tak mudah
Maka coba saja carikan olehmu untukku sebuah untuk menggantikan dirimu
Yang mencintaiku lalu akupun mencintainya
Cinta aku yang sederhana
Karena aku manusia yang biasa saja

Sekali Saja Cintaimu

Mengapa tak bisa?
Seolah wajahmu menderu berputar di kepala
Bayangan potretmu terus menancapkan aroma seksi tubuhmu

Iya, aku pecandu dirimu
Walaupun telah kau tolak dengan langsung rasa cintaku

Tak bisakah sekali saja kucium bibirmu?
Tak bisakah sekali saja kusentuh seluruh tubuhmu?

Sekali saja
Aku hanya minta sekali

Karena membayangkan kau disentuhinya membuatku lemas

Langit Dan Bumi

Rapuhnya badanku
Saat melihat potretmu
Berdiri menyamping penuh seksi dan montok menghadap belakang
Dengan kaki terangkat bersandar pada titian besi
Tangan menempel pada paha indahmu
Kau mempesona
Kau remukkan panca indera
Saat kau terus hindariku
Saat ku tak miliki kendaraan beroda
Saat ku hanya manusia biasa saja
Kau dicium dia
Kau dipeluk dia
Kau disentuh dia
Kau dibelai dia
Kau dengan sesuka hati membiarkan dia terus menyentuhmu
Hanya karena diriku yang sederhana kau campakkan aku
Cinta itu melihat materi
Sudahlah!
Kau memang seperti itu
Kau tak menyukaiku
Kau tak menyukai kesederhanaanku
Cintaku padamu tak berubah
Kau yang mendongak ke langit
Aku yang menginjak di bumi

Senin, 16 Maret 2020

Izinkan Memelukmu

Kau yang sedang dalam mencintai yang bukan diriku
Karena percintaan tak untuk dipaksakan
Mengertiku

Izinkanlah!
Dalam remang yang menerawang
Dalam ruang yang temaram
Mengecupimu, memelukimu

Walau kau tak mencintaiku
Izinkanlah aku untuk menyentuhi seluruh perasaan

Jatuh Cinta Padamu

Rasanya aku jatuh cinta padamu
Rasanya aku telah menyukaimu sedari awal
Tak tahulah alasan bagaimana untuk menjelaskannya padamu
Karena remuk redam saat kau tuliskan belum jatuh cinta
Cinta tak butuh alasan
Cukup merasakan
Mungkin aku sedang merindukan
Membutuh sentuhan, pelukan juga kecupan

Maaf, bila cintaku membuatmu jijik
Setidaknya diriku telah jujur mengutarakannya
Datanglah dengan segera!
Berdua dalam ruang kubuat kau terbang ke surga dalam kenikmatan

Jangan Ragu

Andai kamu dan aku menjadi kita
Lalu merenda sebuah kisah tanpa duka
Hanya suka
Jangan lagi katakan tak mau untuk raga
Karena teramat mendamba
Satu pelukan rasa
Darimu bingkisan dari surga
Tak usah bilang lagi malu
Karena akupun malu
Kita matikan saja lampu
Lalu
Berdua dalam ruang dan mampu
Tetapi yang terjadi
Keterlaluan cinta
Saat berharap tapi dia tiada
Menggigit erat sejuta pekat dalam rasa
Bila memang tak cinta jangan beri harapan yang mengangkasa

Jumat, 13 Maret 2020

Kepakkan Sayap Garuda

Berhentilah!
Hentikanlah berlari mengejarnya
Karena dia tak kunjung berhenti
Bahkan menoleh ke belakangpun tidak sama sekali

Untuk apa mengejar tetapi yang dikejar tak mau untuk dikejar?

Di dunia ini ada milyaran manusia
Lalu mengapa harus terfokus kepada yang tak mau diperjuangkan?

Hidup ini terlalu berharga bila untuk menanti sebuah harapan nan palsu

Maka kepakkan sayap garuda
Jelajahi bumi lalu carilah sejatinya cinta

Ayah Bunda Beradu

Kedua anak lelaki tumbuh dewasa
Keduanya ingin berdiskusi tentang kehidupan
Tetapi ayah bunda terlalu sibuk

Ayah yang sedang sibuk memeluk istri orang
Bunda yang sedang sibuk menutupi remeh-remeh perdebatan ayah dan pelukannya

Kedua anak yang beranjak dewasa tidaklah bodoh
Mereka bukan anak kecil lagi, paman!
Jangan panggil mereka anak kecil lagi
Mereka sudah mampu memilah yang terpilih walaupun minim perjalanan

Melihat dari kejauhan ayah bunda beradu
Kedua anak lelaki yang telah dewasa tak butuh lagi pelindung
Mereka bisa melindungi dirinya sendiri
Kedua anak lelaki yang telah berjakun

Ayah bunda yang beradu
Kedua anak lelaki hanya melihat situasi kondisi terlebih dahulu
Mereka belum bergerak

Bila waktunya tiba maka kedua anak lelaki yang berjakun tak butuh lagi berdiskusi

Maka enyahkan semua perilaku bobrok yang bersembunyi pada baju Tuhan

Ayah bunda cukupi beradu sampai di sini
Kedua anak lelaki telah muak

Hilang Di Telan Kabut

Begitu indah saat mencinta
Tetapi gemetar seluruh tubuh saat patah hati
Cintanya perlahan mengabur dari pandangan
Cintanya perlahan menipis melayang bagai asap
Keseksiannya memudar lalu menghilang di telan kabut

Kabut dunia meruntuhkan arti kesetiaan
Kabut dunia melunturkan satu ikatan sakral tulusnya rasa

Apakah mencintaimu itu suatu kesalahan?
Apakah perasaan kita berdua berada pada rel yang sama?
Ataukah diriku saja yang terhanyut terbawa perasaanku sendiri padamu?

Mencoba berdamai dalam pagi
Pagi yang berkabut
Kabut pagi yang mengiringi kepergian sebuah rasa

Harus bagaimanaku tanpa cintamu?
Kehidupan dunia terus bergerak

Haruskah menangisimu sepanjang kehidupan?

Berdamai dalam kabut pagi
Kabut pagi yang terlalu penuh traumatik

Dirimu Dan Mantan Kekasihmu

Melihat potretmu semakin menambah rasa
Keinginan berjumpa membuncah hingga dada
Sudah membayangkan tentangmu segalanya
Tetapi seperti katamu
Kau meragu
Mantan kekasihmu ingin bertemu
Aku harus bagaimana?
Mundurkah untuk mencinta
Karena dirimu seolah masih mendambanya
Kau tuliskan tak mungkin cintaiku
Remuk membaca katamu
Harapan yang diapungkan sirna menjadi abu
Katamu penuh malu karena baru mengenal
Atau memang kau malu dan tak mau untuk mengenal
Keinginan bertemumu mungkin hanya pemberi harapan palsu tanpa sinyal
Kata-katamu hanya penghibur saja
Celotehanmu sekedar basa-basi penggembira
Tak sadarkah dirimu bahwa diriku telah memakai rasa?
Bila dia bisa menciummu
Maka bisaku
Bila dia bisa memelukmu
Maka bisaku
Bila dia bisa memberi rasa hangatmu
Maka bisaku
Maafkan,
Jika rasa cintaku
Telah membuatmu malu
Kini aku yang bimbang
Maukah dirimu dibalutiku rasa sayang?

Kamis, 12 Maret 2020

Bohongku Padamu

Tak memikirkanmu
Kubohong

Tak menyayangimu
Kubohong

Tak merindukanmu
Kubohong

Tak mengharapkanmu
Kubohong

Bahkan kutak mencintaimu
Itu juga suatu kebohongan

Harus berapa kalimat lagi kurangkai?
Kebohongan-kebohonganku agar dirimu tak marah

Sudah lelah kuberbohong
Ingin kuberkata jujur

Bahwa aku jatuh cinta padamu

Menerjang Rindu

Kedua mata berkaca-kaca
Tak tahu lagi harus berkata apa
Saat kata rindu padamu terlontarkan
Menantimu pada perempatan jalan
Duduk memojok pada gedung paling ujung
Berharap ada ragamu datang mendekap
Tetapi mengapa rasa rindu ini seperti tak kau anggap
Kau seperti tiada kerinduan
Kau seperti telah miliki kerinduan kepada yang lain
Kau cetuskan alasan bahwa baru saja pulang kandang
Tapi apakah tak sedikitpun kau memikirkan perasaan ini?
Semalampun melihatmu masih terjaga di sepertiga malam
Ingin menerjang rindu bersamamu
Karena nyaman bersamamu
Karena jatuh cinta padamu
Lekaslah datang!
Kesini pada ruang yang terhalang
Ingin menciumi bibirmu hingga melayang
Berbaringlah!
Dalam senyap kenikmatan terpasanglah
Jatuh cinta padamu tanpa celah

Selasa, 10 Maret 2020

Seberapa Pantas Kau?

Terkejut tapi tertahan
Saat tiba di toko kelontong
Tersuguhi harga gula putih yang melesat
Ada apakah ini?
Tak tahukah bahwa aku temanmu
Seharusnya harga yang diberikannyapun masuk logika
Seberapa pantasnya kau?
Iya,
Kau telah menjadi teman
Tapi menyebut namamu di toko kelontongpun tak menurunkan harganya
Untuk apa berteman jikalau kau asyik menikmati rasa manis sendirian
Tak usah lagi bermulut manis
Harga gula putihpun sudah membuat terperanjat
Adakah di surga kelak kau mengingatku
Bila di dunia saja rasa manis gula putih kau nikmati sendirian

Senin, 09 Maret 2020

Inginkan Sentuhanmu

Seperti temaram saat tak dicintaimu
Mencintaimu tapi dirimu belum mencintai
Tergores perih bak luka tersiram air garam
Kau melarangku untuk mencintaimu
Kau tak mau bercinta denganku
Kau menyuruhku untuk mencari cinta yang lain
Andai semudah yang kau suruh
Pencarian pecinta percintaan ini tak mudah

Dirimu yang pertama pesona cintaku
Sebenarnya tak mau berpaling darimu
Tetapi memang mungkin cinta memandang harta
Saat kutunjukan diriku yang sederhana kau hapus semua koneksi di antara kita
Lalu aku bisa apa?
Menangisku?
Bersedihku?

Semua duka telah kutuliskan dalam sebuah sajak berlirik

Menyadari memang begitulah cinta
Cinta datangnya 1 paket beserta patah hati

Maka bila dirimu telah miliki kekasih selain aku
Berbahagialah dirimu!

Karena dirimu yang pertama
Sentuhanmu selalu kunantikan

Masih Berharap

Masih saja jatuh cinta
Masih saja ingin bercumbu denganmu
Datanglah pada ruang
Datanglah pada waktu
Hanya berdua saling mengerang
Hanya berdua saling bergelinjang

Kuberikan kenikmatan hingga kau bahagia
Pada degup
Pada debar
Masih berharap

Walau kau selalu ketus
Walau kau selalu marah
Walau kau selalu bilang "rasa yang berlebihan"

Tetapi inilah cintaku
Saat ini dirimu yang bertahta pada pikiran juga jiwa

Kubilang tidak
Padahal cinta

Kusembunyikan rasa
Agar kau tak marah penuh angkara

Biarlah kutunggu kau pada ruang hampa

Masih berharap
Datanglah segera!

Pada ruang serta waktu hanya kita berdua saja

Omong Kosong Tulusnya Cinta

Kau di mana?
Di mana kau berada?
Masih ingatkah pada kisah cinta?
Jantung berdegup saat mencumbu pada semak samping rel kereta
Keringat bercucuran di ruang ujung kota
saat memadu asmara

Cinta
Hanya rasa
Dahulu hanya 1 kata itu yang dipuja
Kini seolah kau lupa
Kau pergi bersamanya
Terluka

Dunia realita
Cinta realistis memandang harta

Cinta tulus hanya bual mulut manis belaka

Maka
Tai kucing pada ketulusan cinta pada jiwa

Cinta Atau Harta?

Tiada cinta
Tiada harta
Korelasi gila
Tetapi itulah realita
Tulusnya rasa akan kalah dengan banyaknya benda

Jujur saat tak berharta
Perlahan pudarlah rasa suka
Terhapus olehnya cumbu nan rayu penuh goda
Terhapus olehnya sebuah nomor seluler tempat merasa

Dirinya berkata
"Terlalu berlebihan dalam kata"

Mungkin baginya tak layak bercinta
Mungkin baginya percintaan haruslah penuh harta

Benci untuk mencinta
Ingin melupa
Tapi tak kunjung bisa

Benci permainan penuh meliuk bak kereta
Karena di sini untuknya hanya bahagia
Hasrat serasa di surga

Tetapi tak pernah cukup baginya
Karena cinta itu haruslah berharta

Tak mungkin setiap hari memakan cinta

Belajarlah Dari Tuhan

Berguru kepada orang salah
Bicara kepada orang yang tak tepat
Berbuat baik tapi belum tentu diterima oleh mereka
Tertawa dan tersenyum belum tentu bahagia
Menangis dan mencucurkan airmata belum tentu berduka dan bersedih
Ada begitu banyak peristiwa yang tak mudah di mengerti
Melihat dari jauh sebuah pelukan
Mengintip dari lubang reruntuhan bangunan satu kehangatan
Kebahagiannya yang terpenting
Kepergian yang tak disesali
Kepergian ini demi rasa bahagianya
Bila tiada berubah maka tanya nurani
Pantaskah sebuah rasa walaupun menipu Tuhan dengan jubah taqwa?
Belajarlah dari yang benar
Belajarlah dari ilmu Tuhan

Selasa, 03 Maret 2020

Bintang Tapi Binatang

Aku takut
Aku rapuh

Aku marah
Aku lelah

Semua pledoi terdengar seperti batuk
Tak berakar muara sampai ke kedalaman

Yang terjadi maka biarkan terjadi
Ambil pelajaran agar tak terulang kembali

Umpatan
Ujaran benci membungkus perjalanan kehidupan

Mereka yang berkepompong strata masih juga berpola pikir hinaan
Anggapan otak mereka sekedar lelucon tetapi teramat menjadi perusak
Pantaskah berkata dan bertingkah layaknya bintang tapi binatang?

Matilah Jiwa Yang Tenang

Satu suapan terakhir
Lalu tersedak di kerongkongan
Kemudian mati
Ada beragam cara kematian
Sering terlupa bahwa kepastian dalam kehidupan yakni kematian
Merasa merajai limbah belantara
Padahal pengintai bahkan baunyapun tak tercium sedang mengintai
Lebih hangat daripada urat nadi
Hendak kemana akan berlari?
Mampukah para tuhan menjadi penyelamat?
Kepada tuhan yang mana hendak bergelantungan?
Tak pantas membunuh satu kehidupan
Tak pantas memporak-porandakan bahkan menghancurkan menara penggema
Tuhan mengajarkan kehidupan
Tuhan mengajarkan kematian
Tetapi bukan berarti menjadi penindas ataupun pembunuh
Biarkanlah malaikat pencabut nyawa yang bekerja
Tugas manusia hanya menjadi pembawa keselamatan semesta
Tugas manusia hanya menjadi pembawa kebaikan perilaku
Bila memang kematian telah tiba
Bersembunyi pada tebalnya baja tak akan mampu menahannya
Matilah dengan membawa kebaikan
Karena ada kehidupan abadi setelah kematian
Itulah sebabnya manusia hidup di dunia
Berbuat kebaikan rasa keTuhanan agar sentosa pada kehidupan setelah kematian

Senin, 02 Maret 2020

Untuk apa

Untuk apa kunyalakan sebatang lilin bila kau padamkan kembali
Untuk apa kubakar batang-batang hio dupa bila kau siram lalu patahkannya
Untuk apa kudatang untuk menghibur kesedihanmu bila ragaku tak pernah kau harapkan

Betapa berartinya dirimu bagiku
Tetapi bagimu diriku hanyalah duri di atas daging

Lalu untuk apa berbasa-basi dunia bila pada hatimu tiada respek pada sesama

Dunia mungkin dapat kau kendalikan semaumu
Tetapi tak khawatirkah pada kehidupan setelah mati?
Dimana mulut-mulut di kunci dan yang bicara hanyalah tangan-tangan serta kaki-kaki

Lalu untuk apa menjejakkan kaki di bumi bila kematian saja tak bisa di hindari?

Tidurlah Para Pecinta!

Tidurlah sayang!
Malam semakin larut
Apalagi yang kau tunggu?
Bila kehadiranku tak kau nantikan
Kau tetap tak bergeming
Kedua matamu masih tetap terjaga
Meskipun mata lelah dan kepala terasa berat

Kau tak kunjung tidur
Kau masih menunggunya
Kau mencintainya
Dirinya mencintaiku
Diriku mencintaimu

Begitulah cinta
Dengan kerumitannya

Datangnya jatuh cinta berbarengan dengan patah hati
Keduanya satu paket tak terpisahkan

Tidurlah sayang!
Dirimu yang patah hati karenanya
Dirinya yang patah hati karenaku

Dan diriku yang patah hati karenamu

Selarut ini tidurlah para pecinta
Semoga esok bertemu dengan sesungguhnya percintaan

Segumpal Hati Yang Berasa

Cemburuku
Iri hatiku
Kesalku
Marahku
Kejengkelanku
Semua rasa negatif tertuang di awal puisi ini
Tak tahu sebenarnya hendak menulis apa tentang hati
Hati yang miliki rasa
Karena bila segumpal darah ini baik maka baiklah semuanya

Sungguh tak mudah membaikkan
Butuh asupan yang baik pula
Ingin miliki jernihnya hati
Pembelajaran membaikkan hati

Saat perilaku penuh busuk
Maka itu cerminan hati

Segumpal hati yang berasa

Hati yang penuh rasa baik berharap menjiwai
Bukan topeng kebaikan yang selalu dikenakan kemana-mana

Karena hanya hati yang bisa menyentuh hati pula

Segumpal Tanah Yang Bernyawa

Ajaibnya
Maha Kuasanya Tuhan
Menciptakan dengan segala kerumitannya
Sistematis pada tubuh
Tubuh yang awalnya tercipta dari seonggok tanah
Tubuh yang tersusun dari cipratan air mani ke ovum
Tuhan itu ada
Tak mungkin Tuhan tak ada
Karena susunan yang teratur pada tubuh tak mungkin berjalan dengan sendirinya
Tubuh yang terprogram ini pasti ada Sang Pengatur

Antara Urat Nadi Dan Matahari

Dulu iya dahulu
Kita berdua sedekat urat nadi
Semuanya selalu berdua
Kini iya masa kini
Kita berdua sejauh matahari
Tiada kehangatan dalam sapa juga sentuhan
Dulu tertawa bersama
Dulu menangis berdua di pojok tergelap
Dulu saling menguatkan dan memegang pundak
Kini tiada tawa
Kini tersisa hanya tatapan liar berbau sinis
Kini berpapasanpun tak saling memandang
Begitulah perjalanan rasa
Sukar ditebak
Benarlah Ali Bin Thalib berkata
"Jangan mencinta atau membenci terlalu mendalam karena rasa dapat berubah sebaliknya"
Kita dahulu "urat nadi"
Kita sekarang "matahari"