Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Selasa, 30 November 2010

Kesendirian

Saat sepi merayap menelanjangi diri
Tafakur pada Tuhan menjadi satu solusi
Tiada kawan sejati kala duka melekati
Pembuktian apa lagi pada mereka yang menghapus keberadaan diri

Pelarian-pelarian kecil demi satu pembuktian
Kelelahan
Penyadaran saat Tuhan bersanding badan
Inilah kehidupan

Manusia-manusia dengan mudahnya berubah haluan
Bersama Tuhan seharusnya mampu ajari diri senantiasa teguh beriman

Hujan Sedih

Ada luka menganga tergores perih yang menghitam
Kidung malam mencekam menadakan melodi kemalangan
Berlari tapi berputar hingga kembali ke pelukan sang hitam

Dingin yang menggigilkan
Sedih yang bercampur air hujan

Larungkan kesedihan di sungai Gangga
Bakarlah lara di puncak gunung Bromo
Mistis-mistis yang menjadi hantu kehidupan
Tuhanpun dihanyutkan
Kesedihan berawal saat tepikan Tuhan
Petunjuk telah ditemukan masihkah akan diingkari?

Inginkannya

Bila dia terlarang mengapa begitu menggoda dan mempesona?
Sahwat yang kencang
Bisik setan berhembus
Dunia oh dunia

Petunggu

Petapa menyepi
Gua pekat lagi lembab
Bertahun-tahun
Binatang-binatang telah berteman
Agak goyah terhuyung
Akhirnya ambruk tanpa nyawa berkalung

Penungguan yang sia-sia
Pemujaan salah kaprah
Sembahlah satu Sang Semesta
Penungguan itu pasti berujung pangkal

Rabu, 17 November 2010

Hari Rayaku

Terbalut dalam kesendirian
Sepi sekali dalam jiwa
Terkurung sesuatu yang tak pantas diutarakan

Keramaian perayaan tak menyenangkan hati
Sembab gurat tertahan di pelupuk
Dosa-dosa yang dimiliki seakan tak pernah habis

Pekikan nama Tuhan yang berkumandang menyedihkan sanubari
Ada sakit rasa itu di kedalaman
Bahagianya hari raya ingin terkecap

Hari raya kali ini semoga terakhir aku bersedih

Selasa, 09 November 2010

Di Persimpangan

Bimbang saat iman mulai terkikis pelan
Nafsu-nafsu iblis menari di pelupuk menunggu tertunaikan
Agama di persimpangan

Dunia sementara mau tergauli
Melepas Tuhan kegamangan
Mengapa Tuhan memberi celah iblis untuk menggoda?

Masih manusia lemah yang berjuang tinggikan keimanan
Di persimpangan agak goyah
Kegembiraan dunia nan fana
Kegembiraan kelak nan kekal

Telah nyata kejelasannya tapi iblis menabur kabut-kabut sehingga kabur
Berikan terangMu agar tak sesat di persimpangan ini

Mimpi

Cobalah kau taklukan malam ini dengan sejumput asa
Peluh-peluh yang mengucur deras basahi baju-baju
Adakah kegairahan terkecap?
Atau mimpi yang tak kunjung jadi nyata belaka

Tolong

Dikelilingi orang-orang angkuh
Terkontaminasi
Jauhkanlah
Berikan kebaikanMu

Alam Merah

Jangan hukum melalui kemarahan alam
Gunung meletus
Air bah mengamuk
Air laut tinggi menerjang
Semua bencana dunia menyakitkan
Segalanya hancurkan tatanan kehidupan
Nyawa-nyawa terenggut
Bangunan-bangunan hancur rata dengan bumi
Sudahi kemarahan alam ini

Pepohonan di bukit yang jarang
Bakau-bakau di pesisir tak tertanam
Tak dapat redakan lavanya
Saat bencana menerjang adakah niat untuk berdamai dengan alam?
Berbuatlah perbaiki lingkungan alam yang koyak
Selaraslah dengan alam
Biar gempa-gempa dunia dapat menjadi teman yang tak merusakkan kehidupan

Jangan hukum di dunia
Jauhkan hukuman di hari setelah mati

Kesusahan

Dalam berTuhan sering kuterjatuh
Turuti nafsu lalu menyesalinya
Adakah keteguhan iman kudapati?

Kepayahan jalani titah Tuhan
Ampuni dedosaku

Kamis, 04 November 2010

Orang Tua Setengah Dewa

Apakah ayah ibu pernah ajari cara menggosok gigi?
Apakah ayah ibu pernah ajari cara bersembahyang?

Ayah ibu mendidikku untuk mencari semuanya sendiri dengan materinya

Saat tertidurku ayah menghalau nyamuk-nyamuk
Saat sakitku ibu merawat penuh kasih

Terkadang mengharap lebih menganggap ayah ibu titisan dewa
Ayah ibupun manusia
Mahluk berakal tempat khilaf dan salah

Akupun manusia tak luput dari dosa
Ayah ibu bersama nama kalian,
Teguhlah untuk berTuhan

Tuhan Dalam SeruanMu

Maaf, Tuhan
Ampun, Tuhan
Atas sembah yang tak terhatur tepat waktu
Bersujud padaMu tapi berdosa pula
Menyesalinya tapi seperti keledai
Hati tak inginkan itu
Bukan sufi atau nabi tapi selalu untuk berTuhan

SeruanMu menggigilkan sanubari mengecilkan hati
Tiada berdaya
Jagalah Keimanan
Tuhan terseduku dalam seruanMu

Hati Manusia

Hati milik Tuhan
Sekejap mata bisa membalik hati
Berteguh pada keTuhanan lalu berpaling mendukung kesetanan
Tipu daya setan begitu indah membius menggoda

Tersalah nampak lemah lalu kau membela paling keras
Kemana kerasnya hatimu saat mengharamkan langkah-langkahnya yang tidak berkeTuhanan

Hati yang segumpal daging mudah tergores bisikan hasutan rayu iblis
Tangisan pura penuh lemah begitu menipu daya

Berserahlah pada Tuhan selalu kuatkan hati nan lurus
Senantiasa teguh keimanan