Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Rabu, 25 November 2020

Ilmu Versus Moral


Saat orang-orang baik satu-persatu pergi
Berurutan menghadap Sang Robbi
Resah bercampur sedih kehilangan manusia-manusia terbaik
Saat tingkah laku diutamakan melebihi ilmu dan itu langka terjadi


Tak bisakah menyentuh masa lalu?
Berapa banyak gelar yang beradu taji lalu bersalah dan menghuni jeruji besi?
Moralitas seharusnya lebih utama daripada ilmu
Bila harus memilih di antara keduanya maka pilihlah dengan hati


Para penyampai pesan Tuhan diutus untuk menyempurnakan moral
Tetapi banyak yang bersilat lidah bahwa yang berilmu pastilah bagus dalam bermoral
Bermainlah ke penjara
Berapa banyak orang bergelar tak bermoral berada di sana


Seperti tak belajar dari masa lalu
Saat dibodohi oleh yang miliki ilmu
Mempertinggi keilmuan tapi rentan dalam agama
Perlahan menjadi racun dalam jiwa


Tak ada korelasinya antara ilmu dan tingkah laku
Ilmu hanya sebatas pada lembaran kertas yang terpajang
Padahal ilmu yang bermoral di dapat dari pengalaman kehidupan seperti guru
Sungguh persepsi keilmuan yang terlalu di awang-awang

Sabtu, 21 November 2020

Tuhan Tak Tidur

Maafkanlah, jiwa!

Lepaskanlah semua
Walau tak mudah tetapi biarkanlah mengalir
Bak angin yang semilir


Tak bisa memilih kehidupan yang diinginkan
Jangan sampai menghujat Tuhan
Lapangkanlah!
Terimalah!


Mengalir seperti air
Tak goyah walau terkilir
Keyakinan tetaplah sebuah keyakinan
Tak akan tertukar meskipun telah memaafkan


Berdamailah, gundah!
Endapkanlah resah!
Tak perlu merasa terganggu dengan dunia yang menunjukkan wataknya
Teruslah berbuat kebaikan karena Tuhan Tak Buta


Kekesalan, kebencian
Emosi yang menumpuk berkarang maka larungkanlah
Emosilah sewajarnya secara kemanusiaan
Karena jalan Tuhan tak pernah salah

Kamis, 19 November 2020

Sebuah Taklid

Telah lelah

Pada langkah
Telah meragu
Pada bait-bait lagu


Menangis
Serasa rasa serta jiwa perih teriris
Senyum ataupun tawa sama saja
Pada kedalaman hati tetaplah terluka


Berhenti!
Tak mau tersakiti
Tak hendak memberi bukti
Tak ada faedahnya terus menguntiti


Sebuah taklid teryakini
Menyerahkan patuh tunduk diri
Tersesat pada rimba belantara  karena mengikuti
Butanya sebuah taklid diri

Senin, 16 November 2020

Semesta Terbuka Tapi Terdiamku

Mengapa terdiam?

Ketika semesta memberikan hasrat


Mengapa tak direngkuh?

Ketika cuaca sedang bersahabat


Seperti mereka yang sedang duduk di atas singgasana

Berlaku ngawur pada tiap-tiap kelelawar keluar dari rumah


Mengapa tak bercinta di balik semak-semak?

Ketika ekosistem sedang senyap


Mereka berbuat kerusakan tak mengenal Tuhan

Diam ini walau terbuka kesempatan tak mampu berbuat kenistaan


Karena Tuhan Maha Melihat

Malu juga takut pada Tuhan bila berbuat kebinalan

Minggu, 15 November 2020

Pribadimu Dalam Nominalmu

Kecewa padamu

Dirimu yang dahulu menjadi primadona
Dirimu yang menjadi acuan hidupku
Nila setitik rusaklah sebelanga susu


Watakmu terpantul saat tak menghargai setiap tetesan keringat
Keringat usaha kerja dalam pencarian materi
Kau mempermainkan nilai uang


Bak komedi putar terus kau berputar beralasan

Hilang kemaluanmu
Terpampang jelas karaktermu saat memperlakukan uang
Kewajibanmu yang senantiasa kau ulur waktunya
Hingga menandaskan seberapa rapuh kepribadianmu


Bukan karena kau miskin harta
Tapi kau miskin nurani


Watakmu terpantul dari caramu memperlakukan nilai sebuah nominal

2 Ikatan Yang Berbeda

Ingin menulis sajak cinta

Tetapi pengalaman kisah cintaku tak seluas samudera
Kisah cintaku masih berkutat pada satu rasa
Setiakah atau kebodohankah?
Ataukah diriku sekedar memanipulasi dunia dengan kisah cintaku?


Itulah sebuah sajak
Saat tepi halusinasi dan tepi nyata saru untuk diterka


Momen langka
Saat hatiku terperanjat pada rasa cinta
Karena sungguh tak bisa memilih pada cinta yang timbul di hati
Cinta menyembul pada jiwa
Sekuat tenaga menahan rasanya karena tak pernah berbalas
Ada tirai pembatas menjulang memisahkan


Cinta tak bisa dipilih tapi bisa dikendalikan
Pernikahan bisa dipilih dengan siapa mengarungi kehidupan percintaan


Bersabarlah jiwa yang mencari
Pada hela
Pada langkah

Karena Tuhan Maha Tahu seberapa pantas waktunya untuk bertemu
Diri yang haus rasa
Tuhan yang Maha Penentu
Tiada yang salah dengan takdir Tuhan
Jangan pernah menyalahkan Tuhan untuk segala kondisi


Cinta dan pernikahan merupakan 2 ikatan pilihan yang berbeda
Semoga bila waktunya tiba cinta serta pernikahan datangnya serempak

Sabtu, 14 November 2020

Kalah Tak Bermakna Hina


Membiarkan adik tersayang menjadi juara dalam lomba lari yang bisa kumenangkan
Kebahagiaan bukan semata menjadi seorang pemenang
Melihat yang terkasih tertawa sudah menjadikanku sebagai juara


Begitulah cinta terkadang tak terlihat dan kasat mata
Saat diri terhujat, dicela, diprovokasi, difitnah, dipergunjingkan
Segala cara kotor tak membuat lemah dalam bernurani


Para penjilat sedang mengatur siasat
Para petopeng kebaikan sedang berbisik-bisik membidik target
Dunia yang diingini tak menyertakanku dalam bingkai foto keluarga


Tiada dendam
Karena dendam hanya milik kaum tak berTuhan
Setiap kelicikan akan berbalik kepada pelakunya sendiri

Seperti bumerang


Dikelilingi penjilat dan petopeng kebajikan
Diriku tak mau berkontribusi pada lembah kesetanan

Bila dunia dapat kalian genggam dengan cara kelaliman
Maka sungguh menanti pengadilan kelak dengan hakimnya Sang Pencipta Semesta

Jumat, 13 November 2020

Mengalir Amarah

Kebencian yang beronak

Kekesalan yang mengombak
Rapuh dalam simpuh
Hatipun menjadi keruh


Saat raga tak bisa bergerak
Saat tubuh tak kuasa berontak
Tetapi merdekalah hati
Karena menjadi orang baik merupakan pilihan bernurani


Sekuat apapun dunia meruntuhkan
Bila Tuhan tak berkenan
Maka tak akan terjadi apa-apa
Tetaplah menjadi jujur-jujur pada jiwa


Tak pernah merasa pintar sendiri
Karena dunia hanya persinggahan sementara
Hanya ingin kebaikan yang terbagi
Bila terbalas tuba maka itu masalah mereka


Diri berbeda dengan mereka
Dunia tempat segala tipu daya
Segala kelicikan tumpah ruah menjadi sebuah hidangan
Tidak lagi bermuram durja tak beralasan


Percaya pada kehidupan setelah kematian
Semua perilaku akan dipertanggungjawabkan
Dan sesekali tak akan bisa berkelit
Karena Tuhan tak bisa disuap ataupun diancam sebuah celurit

Senin, 09 November 2020

Kau Bengis Terkejam

Menyangka itu cinta

Saat setia dan rasa terabai dan tersia
Lusinan bulan menjadi tak bermakna
Saat kau hempas dan kau bakar kenangan indahnya


Kebengisan
Keserakahan
Segala nafsu dunia termaktub pada panca indera
Kau tak bergeming membalas rasa


Semua tentang masa depan katamu
Kau arogan lagi keras kepala
Tak sedikitpun membagi sedikit cintamu
Kau kejam sekejam-kejamnya


Mata tak melihat tapi hati bisa merasakan
Kau bertindak demi diri sendiri dan menumpuk kekayaan
Hanya hati mampu mengetuk hati
Tapi untukmu, masih punyakah hati?


Nama Tuhan dijadikan candaan
Cinta dan setiaku masih kau lewatkan
Kau sungguh keterlaluan
Atas lakumu sekarang maka kutuntut kelak pada Pemilik kahyangan

Jumat, 06 November 2020

Diriku Yang Kosong

Aku masih belum cukup baik

Aku yang berlalu begitu saja
Melihat batu, hewan mati, ranting pohon di tengah jalan dan tak mau ambil peduli
Kucing melintas di tengah jalan menghalangi lalu lintas dan masih tak peduli


Merasa paling baik
Merasa paling bersahaja
Merasa paling pintar sendiri
Merasa mengetahui segalanya
Merasa paling agamis
Kenyataannya diriku yang hampa lagi kosong


Betapa kejamnya diriku
Apa yang sedang dipikirkan?
Ketakutan-ketakutan meronta-ronta dalam dada
Khawatir tertabrak kendaraan
Khawatir di cap sebagai orang baik

Maka sedikitpun tak melakukan kebaikan yang sesederhana itu


Aku yang masih belum cukup baik

Berubahlah, aku!
Jadilah orang baik

Jangan menjadi orang yang terlihat baik di permukaan tetapi iblis pada jiwa

Selasa, 03 November 2020

Kau Pergi Dan Tak Kuasa Menciumi

Katamu kepergianmu masih lama

Tapi ketakutan kehilangan nyata menjelma

Entahlah!
Saru lagi susah untuk memilah
Tapi rasa ingin berdua lalu bercumbu telah di ubun-ubun kepala
Kau yang tak pernah peka lagi menolak sekeras baja
Sekali saja
Saling merasa dan bercinta
Membuat kenangan 
Sebelum kau menjauh tanpa bayangan

Tiada yang salah dengan cinta
Karena datangnya saat nyaman telah menjelma
Diriku yang nyaman bersamamu
Tetapi terus berputar dan mencari alasan ketak nyamanan tergurat padamu

Kau akan pergi
Dan tak kuasa menciumi