Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Jumat, 21 Februari 2020

Tak Mau Menunggu Tua

Ingin secepatnya melupankanmu
Bayangan cintamu terus mengiris kornea mata
Hasrat mendambamu terus menyobek otak
Ingin melupakanmu sekarang juga
Jangan tunggu hingga usia tua untuk melupakanmu
Nyeri terus-menerus mengenangmu yang tak terpegang
Sakit pada dada
Sesak menjadi luka
Melupakanmu memang membutuhkan waktu yang entah sampai kapan
Masih luka terus berjalan
Masih sakit di hati terus melangkah
Tapi semuanya seolah tak bermakna
Perjalanan ini tanpamu
Bak menari tanpa iringan musik

Kamis, 20 Februari 2020

Tak Menemukanmu

Kamu kemana?
Pintu rumah yang tergembok dari luar
Pintu rumah yang terkunci pada kunciannya
Kamu kemana?
Setiap lintasi rumahmu bak kehilangan
Setiap lewati rumahmu berharap pintu terbuka
Kamu kemana?
Rindu menjadi rasa
Rasa menjelma indah
Kamu kemana?
Cepatlah datang
Jangan menghilang
Tak menemukanmu membuat hari-hariku tak karuan

Selasa, 18 Februari 2020

Cinta Bak Tai Kucing

Tai kucing cinta
Semua atas nama cinta
Cinta pada mahluk pada akhirnya berujung kehilangan
Maka tai kucing cinta
Bila cinta tak bernada keTuhanan maka berujung sia-sia
Percayakah pada Tuhan?
Atau telah memisahkan urusan dunia dan urusan keTuhanan?

Menyakiti Bertopeng Tersakiti

Mereka yang menyakiti
Mereka yang membuat luka
Mereka yang menggerogoti kesabaran
Mereka yang menguliti keimanan
Tetapi mereka yang menghardik
Tetapi mereka yang menyebarkan virus tersakiti
Tetapi mereka yang marah karena rayu serta cumbuannya tercium bak bangkai
Tak punya alat kelamin
Kemaluan yang ditempel pada jidat-jidatnya
Lalu mereka bersilat lidah penuh drama
Tuhan yang terpinggirkan sejenak
Baju-baju iman menjadi perisai penuh dusta
Asyik mashuk dalam ruang remang-remang
Tak tahu polos atau bodoh
Atau masa bodoh yang terpenting nilai norma status sosial terjaga
Para pencumbu serta mereka yang berada dalam lingkaran merasa nyaman
Lalu jangan paksakan kenyamanan itu pada diri
Telah memancangkan pembatas bahwa perilaku mereka menjadi pembeda
Cukupi urusan dunia dengan mereka
Menanti argumen-argumen kelak di hadapan Tuhan
Sungguh akan meminta keadilan Tuhan pada hari akhir kelak
Tuhan tak bisa didustai
Karena Tuhan bukan mahluk

Senin, 17 Februari 2020

Angka Pertemanan

Banyak angka menerka-nerka
Penerka sebenarnya tak tahu angkanya
Angka yang terbatas nominalnya
Karena tak terhingga bukanlah sebenarnya angka
Berapa angka tepatnya lama pertemanan ini?
Tak mau memberikan angka
Karena terlalu penuh nilai makna pertemanan ini

Karena angka hanyalah sekedar angka
Filosofi pertemanan lebih dari sekedar angka

Sejuta Rasaku Tak Kau Pahami

Harus berapa kata lagi kutuliskan?
Tentang rasa
Tentang cinta
Bahkan rintihanku tentang rindu tak kau pahami

Maaf, atas cinta ini
Bila kau tak merasakan seperti yang kurasakan

Kutuangkan sejuta aksara rasa hanya untukmu

Menyakitkan!

Menyayangi sejak dulu
Tapi tetiba kau menghilang bersamanya
Tiada kata pisah terucap

Ratusan malam kulalui dengan nyeri di dada

Tanpamu itu menyakitkan

Diriku saja telah kau lupakan
Apalagi untuk mencintai

Tak berharap karena terlalu menyakitkan

Cintaku Tak Jelas Bagimu

Apakah penting sebuah nama untukmu?
Apakah penting sebuah angka usia bagimu?

Terlalu lelah menanti
Telah lama mengasihi
Tapi kau seolah mati
Tapi kau tak peduli

Bahagialah!
Hanya itu doa tererat dariku

Karena bagimu cintaku terlihat tak jelas

Penguntit Cintamu

Mengendap
Mengintip
Mencuri pandang
Semuanya terarah padamu
Dirimu saja yang tak merasakan

Tetapi sadari bila denganku kau tak bahagia
Bila kelak denganku kau mencumbu yang lain
Tak pantas halangi kebahagiaanmu

Rasa cinta tak akan berubah
Rasa sayang tak akan bergeser

Maka pergilah bersama yang membuatmu nyaman
Bila denganku yang ada hanyalah ketidak nyamanan

Melepaskanmu dengan percintaan yang sedari dulu kau pilih

Aku hanyalah seorang penguntit cintamu

Kau Menghilang

Kau kemana saja?
Pedih pada jiwa
Berjalan menahan emosi yang berkecamuk
Ada airmata yang coba di tahan

Melihatmu tapi kau tak melihat
Mencintamu tapi kau tak mencinta

Lalu harus seperti apa diriku padamu?

Dirimu Menggoda

Tatapan matamu tajam
Bibirmu yang tipis menggoda
Tubuhmu yang indah tinggi merayu
Kulitmu yang menyala membuat nyaman untuk di peluk
Dirimu keindahan dunia
Janganlah menggeleng atau mengelak
Cobalah bercermin tanpa sehelai benangpun
Lalu kau akan mengetahui bahwa dirimu terindah terciptakan
Andai saja ada di sisimu
Sungguh akan kubuat bahagia dirimu dalam pelukan

Rabu, 12 Februari 2020

Inginimu

Bolehkah?
Tak maukah dirimu?
Cinta dan saling mencinta
Genggam dan saling menggenggam
Peluk dan saling berpeluk
Kecup dan saling berciuman

Rasa dan saling merasai

Bara kasih ini tak jua kau padamkan

Atau memang diriku tak layak menyayangimu dalam mengendap?
Atau memang diriku tak diselerai olehmu?

Atau memang kau sedari dulu tak menyukaiku?

Lalu untuk apa aku menunggu di rimbunnya pohon bambu
Menanti datangnya dirimu pada ruang tersembunyi

Cintai lalu mencintailah walau bersembunyi

Inginimu
Entahlah denganmu!

Dua Rasa

Jatuh hati
Patah hati
Dua kata yang saling bertolak belakang
Tapi keduanya mengatas namakan cinta
Lalu

Dimanakah posisiku kepadamu?

Yang Pertama

Terima kasih
Kamu cinta pertama bagiku
Walau tak tahu tentang rasamu padaku
Dalam hari
Pada pagi
Hingga jingga meluas di langit sebelah barat
Menanti
Entah sampai kapan
Karena dirimu seolah sunyi
Tak bisa memelukmu
Tak bisa mengecup ranum bibirmu
Pada keresahan ini
Dirimu yang pertama
Maka izinkan memberikan percintaan pertama ini untukmu

Senin, 10 Februari 2020

Bercintalah Atas Nama Tuhan

Cinta itu ada saat kau masih ada
Bila kau tiada maka lenyaplah suatu rasa
Perlahan mengikis bahkan bisa jadi tergantikan
Haruskah menyerah untuk cinta?
Tak ada kata menyerah untuk cinta
Akan tetapi bila mereka lelah maka lepaskanlah
Biarkan mereka bahagia

Saat tak lagi bersama cinta tak lagi sebesar sebelumnya
Bila raga sudah mati maka cintapun terkadang hanya tinggal kenangan

Selagi hidup maka respeklah atas nama cinta

Bercintalah atas nama Tuhan bukan yang lain

Anjing Dan Babi Sesungguhnya

Malas untuk menulis
Tiada gairah
Sedang kehilangan selera

Karena mereka
Iya, mereka

Mereka yang bilang saya "anjing!"
Padahal mereka sendiri yang menjadi penjilat
Mulutnya yang manis digunakan jilatan hingga ke ketiak bahkan telapak kaki lawan bicara

Mereka bilang saya "babi!"
Tapi lihatlah
Sebenarnya merekalah yang senang bermain pada kubangan setan

Sedang kehilangan hasrat untuk menulis
Karena semua ide pasti bermuara kepada mereka

Mereka yang serta-merta gemar memakai topeng ketuhanan

Hinaanmu

Tatapanmu sinis
Senyumanmu menyeringai
Gestur tubuhmu merendahkan
Ucapanmu tandaskan kau penuh kesal juga benci
Kau pintar bersilat lidah
Hingga semua perilaku busukmu tak kentara

Merasakan semuanya darimu
Tak hendak membunuh karakter setanmu
Karena tak mau mengotori tangan dengan orang sekeji dirimu

Cintamu Palsu

Semakin lama bersama
Seperti ada sesuatu yang berbeda
Rasa ini lebih tajam dari sekedar cinta
Bukan karena cinta yang telah memudar
Tetapi ada gelagat aneh darimu yang sekonyong-konyong menyeruak
Pedulimu palsu
Cintamu palsu
Obrolanmu palsu
Tingkah lakumu palsu
Kau bersamaku untuk apa sebenarnya?
Bila sejak pertama bersanding dirimu tak bersamaku
Tak pernah menyesali setiap jengkal kisah cintaku padamu
Karena aku telah belajar mencintaimu sejak kita bersama
Bila kini kau ingin berpetualang cinta
Maka lepaskanlah diriku
Karena sesungguhnya teramat sakit hidup bersama dengan kepalsuan

Kamis, 06 Februari 2020

Ingin Dalam Kisahmu

Adakah kau menemukan kisahku dalam perjalanan hidupmu?
Adakah kau menemukan namaku terpatri sedikit di hatimu?
Jatuh cinta pada sorot matamu yang tajam tapi teduh
Jatuh cinta pada hidungmu yang penuh pesona
Jatuh cinta pada senyumanmu nan merona
Jatuh cinta pada rambutmu yang berkilau tertimpa sinar mentari
Jatuh cinta pada dirimu yang berdiri sambil memotret
Kau katakan "jangan kirimi pesan terus"
Lantas aku harus bagaimana untuk menganyam rasa cinta padamu?
Aku harus bagaimana kepadamu?
Semakin kukejar kaupun turut berlari
Aku diam tak bergerak perlahan namun pasti kau senyap lalu menghilang
Telah jatuh cinta saat pertama melihat potretmu
Jatuh cinta pada paras di potret
Potret yang telah kusimpan
Tetapi cintamu tak kunjung kudapatkan
Harus bagaimana lagi padamu?
Karena ingin menjadi satu kesatuan dalam kisah perjalanan hidupmu

Rabu, 05 Februari 2020

Serabut Cinta

Aku jatuh cinta
Pada serabut jingga
Satu titik warna
Terpandang jelas di depan mata
Tak ingin melewatkanmu
Karena yakin terindah hanya padamu
Maka jamahlah rinduku
Dalam resah di pojok jalan buntu

Selasa, 04 Februari 2020

Pendosapun Ingin Bahagia

Semoga hati tak terkunci
Dengan iri lagi dengki
Ingin menikmati
Dirimu pada helaan nan suci

Pendosapun ingin miliki
Cinta tulus penuh suci

Pendosapun selalu maui
Kebahagiaan yang sejati

Tak bolehkah seorang pendosa bahagia setelah menghisab diri?

Tepukan Para Penipu Daya

Sungguh tak mengerti
Kesenangan melihat semua yang beraroma mati
Hati yang penuh iri
Jiwa yang selalu dengki
Menghunus dengan sebilah pedang di tangan kiri
Tingkah juga kata beraroma sutra tetapi terselubung caci-caci
Tak pernah memaki
Karena makian hanya milik para labil emosi
Demi konsistensi
Halalkan segala sisi
Semua penjuru terus dirayu demi sebuah posisi
Ini agama yang hanya menjadi selubung diri
Kenyataannya semua topeng untuk menutupi racun pada diri

Beri tepukan yang menggelegar
Melihat semua para penipu daya

Bidikan Kereta Cinta

Melihat hanya berdua
Pada sebuah rindang
Duduk tersembunyi dari mereka yang iri
Berpegang tangan
Saling berdekatan
Bahkan terkadang pelukan juga kecupan tak terhindarkan
Kita berdua sedang bahagia
Bahagia dengan cara sederhana
Suara-suara kereta api yang lintasi seakan menjadi sebuah simponi cinta
Bidikanmu pada laju-laju kereta api
Bidikanku hanya pada satu cinta
Satu cintaku yakni dirimu untuk bidikan rasa
Akankah menjadi nyata?
Atau keinginan berbagi sayang sekedar lamunan tak berujung tepi?

Menantimu Bertandang

Kapan dirimu datang?
Telah lelah menghitung bintang
Angin telah membawa pesan darimu yang kusayang
Angin melihatmu melaju keluar dari sarang
Dirimu terhenti di suatu simpang
Gemerlapnya sejenak melupakanku dari sudut pandang
Kapan dirimu kan ku jelang?
Pada kehangatan siang
Kujanjikan dirimu bahagia dalam gelinjang
Pada pekatnya pagi atau malam dinginnya akan kugantikan dengan kenikmatan bukan kepalang

Segeralah datang!

Cemburu Menguras Jiwa

Mengapa kau lakukan ini?
Setelah diriku mencintai
Tak ingatkah saat berdua di bawah rindang pohon kenari
Bercumbu menuntaskan kisah yang dahulu pernah terjadi
Cemburu ini
Resah di hati
Untuk dirimu yang berkasih terganti
Diriku tersisihkan dan sungguh tiada mengerti
Segala emosi
Menghabiskan seluruh energi
Cemburu pada hati
Sungguh menguras jiwa juga diri

Senin, 03 Februari 2020

Desahmu Bak Perindu

Bicaramu merayu
Bicaramu membujuk
Bicaramu penuh desahan
Bicaramu pelan bak memakai susuk
Semua terpedaya ucapan pelan bak bulu perindu

Bicaramu manis bercampur nanah
Siasatmu penuh licik

Baikmu palsu
Tawamu palsu
Pertemananmu palsu
Terpedaya dengan mulut perindumu
Mulutmu bak memakai guna-guna setan

Mencintai Pasangan Orang

Jatuh cinta
Cinta pada pasangan orang
Awalnya simpati pada curahan hati
Awalnya empati pada cerita rasa
Lambat laun perasaan itu timbul
Bercanda yang menjadi rasa
Merasa menjadi pasangan yang tertukar
Bak judul sinetron di televisi

Mencinta pasangan orang walaupun sudah miliki pasangan
Kisah cinta ini indah bila tak di ketahui
Bila di ketahui maka pura-pura marah untuk sembunyikan rasa bersalah

Karena cinta ini benar menurut pemikiran sendiri
Untuk apa memikirkan pendapat agama serta dunia

Mengendap untuk berhasrat
Ada kecupan pada sekujur badan
Ada erangan pada ranjang di ruang temaram

Mencintai pasangan orang seolah menjadi kenikmatan dalam berpetualangan cinta

Otak di kaki
Kaki di kepala

Kisah cinta ini menjadi benar adanya

Busuknya Drama Melankolismu

Melankolis
Tingkahnya kekanak-kanakan
Bermulut manis namun berhati bau amis
Bersembunyi pada kalimat "penguasa penuh yang memberi titah"
Diam-diam ada penghasutan
Diam-diam menggunting dalam lipatan
Selalu terlihat penuh kesibukan dengan bacotannya yang seperti malaikat tapi berbulu musang
Ada pengakuan ingin diakui tapi semua pekerjaannya beraroma najis
Penguasa terbutakan sekarang
Bila katamu "tak mencari uang"
Lalu mengapa semua tak kau sumbangkan
Memahami manusia sepertimu
"Merendah diri" dengan menginjak titian pada bahu orang lain
Pertemanan penuh kepalsuan
Dirimu lebih rendah daripada kotoran hewan
Kau pengatur siasat penuh tipu muslihat
Muak
Semua perkataanmu hanyalah sampah
Bila tidak terbunuh di dunia
Kutunggu di kehidupan mendatang
Saat semua drama melankolismu tak bisa menipu Sang Penguasa sesungguhnya