Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 11 Oktober 2021

Manusia Anjing

Kukira kau rumah
Ternyata kau hanya tempatku sementara untuk singgah
Tak mengapa di nilai manusia sebagai orang yang kalah
Aku pemenang karena aku yang lebih pahami diriku dan penilaian manusia? terserah

Anjing yang patuh
Anjing yang kehilangan pemiliknya
Manusia yang tak sesetia anjing
Merubah manusia menjadi anjing
Manusia menjadi sepatuh anjing yang berakal
Manusia menjadi berbahaya karena miliki akal meski dididik seperti anjing

Karena tak semua orang akan menyukai
Sebaik apapun laku diri
Ataupun sejahat apapun raga ini
Sudah pasti akan ada yang membenci
Sebuah hukum alami

Fokuskan diri
Teruskan perbaiki
Saling menghargai
Terutama untuk orang-orang yang menghargai serta bertoleransi

Untuk para pembenci
Cukupi!
Tak usah terus menerus memikiri
Tinggalkan saja para penggunjing nurani
Tak usah ladeni
Tak layak diteriaki

Karena sejujurnya berada di belakang kumpulan para penghasut hati
Mereka terus merangkul mencari komplotan "paguyuban" pendengki

Mereka akan terus memprovokasi
Mereka akan terus berkonspirasi
Mereka akan terus mengintimidasi
Bahkan tak segan akan bertindak sebagai "korban" padahal mereka yang utuh telah menyakiti

Waktulah yang akan menjadi bukti
Saat pembenci terus memasang senyum palsu perusak sebuah nurani

(inspirasi dari film Max)

Minggu, 10 Oktober 2021

Tukang Bully

Menangis pada malam
Sembab
Kelam
Nestapa tetapi belum bisa bunuhi sang sebab

Bak Adolf Hitler bila melihat penindas
Seperti Mussolini di Italia yang akhirnya digantung oleh pengikutnya
Ada lagi Aung San Suu Kyi yang berdusta memakai topeng kebajikan dengan meraih nobel perdamaian

Perlu ditegaskan!
Tak ada tempat di dunia bagi tukang rasis
Kemanapun pergi maka hati serta mulutnya tajam pada body shaming

Ketololan yang telah mendarah daging pada tubuhnya

Jauhi!
Orang-orang seperti itu merupakan racun kehidupan

Sabtu, 09 Oktober 2021

Pendosa Yang Mencintaimu

Mereka menyebut "kegilaan" padaku
Karena miliki cinta padamu
Salahkah tentang rasa?
Kuyakin tak pernah salah dalam rasa

Kesalahan hanya pada diri
Salahnya untuk mengontrol percintaan yang tak kuasa
Aku manusia
Dan aku seorang pendosa yang mencinta

Maafkan aku, duhai Sang Serba Maha!

Rabu, 06 Oktober 2021

Miskin Nurani

Dia dimana?
Aku rindu
Kerinduan ini akankah bersegera?

Mencari
Menanti
Cintai

Ibuku berkata "jauhi orang yang kegilaan pada rasa hormat"
Abu Jahal, Abu Lahab bahkan Firaunpun keranjingan penghormatan manusia
Ibuku bukan ibumu
Ayahku tidak pernah bersetubuh dengan ibumu

Agamaku berkata "dilarang memperolok-olok manusia dan jangan memanggil dengan gelar yang buruk"

Mainmu kurang jauh bilamana hanya mempersoalkan kata sapaan
Mainlah ke benua biru saat anak tiri hanya memanggil nama kepada ayah tirinya

Rasa hormat itu dari jiwa
Rasanya akan memancar tulus pada perilaku juga ucap
Penghormatan bukan sekedar bacot

Otak terjejali buku-buku ilmiah
Nurani yang kosong kering kerontang

Bergelar pendidikan akan tetapi miskin nurani

Kasihan!
Tak pantas hidup sebagai manusia

Anjing ashabul kahfi lebih mulia daripada manusia yang miskin nurani

Jumpalit Cinta

Apa yang terlihat belum tentu yang sebenarnya
Ingin terlihat bahagia
Terkadang terlihat menderita
Hanya setan-setan saja yang pintar menipu daya

Lalu kepura-puraan ini seperti setankah?

Bercermin pada ruang seorang diri
Merasa paling indah juga bijaksana
Tapi lacurnya jiwa saat melanglang dunia ternyata aku bukanlah apa-apa
Argumentasi diri berkawan banyak saat berharta di sisi

2 malam berturut-turut bercinta
Penuh nafsu meski sedikit meragu
Melupa Tuhan saat persetubuhan tanpa ikatan terjerang
Lalu berderitlah di atas ranjang

Jumpalit cinta
Seolah semua perilaku benar

Selasa, 05 Oktober 2021

Tabu Nikmatnya

Hanya segitu lezatnya
Tapi seolah candu
Nikmatnya sebentar saja
Tapi senantiasa ingin memadu selalu

Sisi jiwa berteriak "hentikan!"
Tapi sahwat menolak sebab penuh nafsu lalu terus menggelinjang
Tuhan!
Lirih di atas ranjang masih tetap telanjang

Terima kasih telah ditunjukkan
Mengira selama ini ada ketulusan
Bijakmu yang palsu penuh reka-reka
Jalinan yang tersimpul kau anggap bak perdagangan semata

Untung dan rugi kau kedepankan
Perih saat telah percaya melebihi persaudaraan
Tetapi kenyamananmu untuk berteman hanya sebatas untung rugi saja
Rontok jiwa saat kenikmatan nan tabu telah tersuguhkan tak berbayar oleh harta

Usia yang beranjak memutih
Sadari ingin kehidupan damai, tak berkonflik serta tak berselisih
Tetapi kotornya hati saat ucapan tak sesinkron hati
Busuknya jiwa membarakan dengki

Kau berkata "manusia yang selalu pamer rasa mewah!"
Kau jengah
Tetapi sejurus kemudian kau pampang daftar nominal belanjamu
Kau berlagak terhunus lalu menyalahkan tapi semua tandaskan dangkalnya logika karena nominal itu merupakan keharusan miliki harta

Penghormatan semu
Kenikmatan tabu
Penuh dusta
Watak busuk aslimu terlihat kentara

Jumat, 01 Oktober 2021

Kisah Duniaku

Kabut mengaburkan penglihatan
Malam-malam memimpikan
Dirimu yang enggan
Ingin menyentuh tapi tubuh kau hindarkan
Terbangun
Terkejut betapa mimpi telah mempengaruhi dalam tindakan

Iya, sini yang jauh mendekat
Bilamana yang telah dekat mari kesini merapat
Akan kuceritakan perjalanan hidup tanpa persetubuhan
Juga akan kukisahkan betapa mencobaiku menerima sehentak pada perpisahan

Kejahatan yang coba di maklumi dan ditutupi warna abu-abu
Kesesatan yang digaung-gaungkan sebagai kebenaran berTuhanmu
Dan wanita sundel memang idealnya berpasangan dengan lelaki pemuja seks
Nikmatilah kebenaran menurut persepsimu bak penganut sekte

Biarkan ia yang mencari
Aku yang merintih
Lelah ini menjalari
Terdesak dan tanpa tahu mesti berlaku apa sahutku lirih

Akupun berlari
Saat realita tak seide dengan hati
Akupun terdiam
Saat kata-kata dipasung bak kapal yang karam

Bicara lantang di anggap subversif
Diam membisu di anggap berongga dan tak masif
Anjing!
Hingga terkaing-kaing

Untuk apalagi menangis bila airmata tak pernah memberikan jawaban
Bahagialah jiwa-jiwa petualang
Sandarkan!
Segala kisah kehidupan kepada Sang Maha Penyayang