Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 21 Mei 2018

Rasa Tak Biasa

Begitu jahatnya rasa
Begitu tak berperasaan sebuah jiwa
Perih saat mencinta
Sesak saat dirinya bersandiwara

Seolah mempermainkan rasa
Menangis dan berat melepasnya
Mencoba melupa
Berat dan seolah tak bisa

Sadari cinta ini tak biasa
Sadari cinta ini penuh luar biasa
Selalu berharap padanya
Selalu mencintainya

Rasaku, tolong beri rasa
Karena sangat mencinta

Cinta Dalam Bicara

Takut kehilangan kamu

Nyaman berbincang denganmu
Seolah kantuk menjadi madu
Malam semakin larut tetap menunggu

Tapi sungguh tak tahu
Siapa sebenarnya kamu?

Tapi kebaikan dari bahasamu
Kamu bilang sedang menipu
Ketakutan kehilanganmu

Ingin dekat sekali denganmu
Tapi khawatir marahmu

Menyayangimu
Mencintaimu

Dalam diamku
Takut kamu menjauhiku

Topeng Kearifan

Topeng kearifan
Berkata ibarat miliki kekuasaan
Sedang dekat dengan tuhan
Berwajah dua penuh keculasan
Ada yang disembunyikan
Kedustaan
Setiap perkataan
Tuhan mana yang sedang menjadi sesembahan?
Semua maunya ingin diperturutkan
Sembunyi-sembunyi ganggui kehidupan
Setiap manusia coba dimanipulasikan

Berwajah penuh topeng tiada ketulusan
Ingin didengar tak mau didengarkan
Ringkihnya berpura-pura miliki kepedulain
Demi dirinya saja yang ingin diselamatkan

Mengadukan
Keculasan

Manusia bertopeng serigala kebinatangan

Penuh kebiadaban
Penuh kebuasan

Selangkangan Setan

Menikmati yang terpapar pada selangkangan
Sembari sama-sama bertelanjangan
Sembari sama-sama bergelinjangan
Menikmati setiap sentuhan
Nafas memacu cepat bak pacuan
Otak yang disimpan pada selangkangan
Nafsunya hanya untuk selangkangan
Nurani membuta demi selangkangan

Tertawa kesetanan
Tampak seperti pemenang kejuaraan
Seseorang dikerdilkan
Menghasut lalu mengucilkan
Pembenaran kesalahan
Pembenaran kelaliman
Mencintai kezaliman

Karena membela selangkangan
Perkataan surga menjadi tak didengarkan

Merindukan Juara Piala Kebohongan

Rindu tak tergambarkan
Hingga terangsang di selangkangan
Menggurat cinta pada kahyangan
Sesuatu hal yang pelik untuk dijelaskan
Menikmati suatu keadaan

Tak bisa mengelak pada kerinduan
Saat dahulu mengejar memberi suapan
Mengiming-imingi dengan juara kebohongan
Dahulu menjadi suatu keindahan
Kini menjadi jejak dan diingatnya menjadi sebuah pengharapan

Hidup dan kehidupan
Langkah dapa derap yang telah dilalui menyusuri jalanan
Telungkup pada kerinduan
Mencintai dan ingin berbagi pelukan

Dalam kegaduhan
Pada keguncangan
Sungguh hari ini sedang merindukan

Sabtu, 19 Mei 2018

Menipu Hina

Bila minta maaf hanya kamuflase belaka
Tiada ketulusan dari jiwa
Carilah cermin lalu berkaca
Ada keledai dungu di sana

Bicara seolah bijak berpetuah bak orang tua
Nurani kotor tak terbasuh dalam dada

Biarkanlah saja
Karena hari akhir nyata adanya
Di dunia
Argumen memutar-balikkan fakta

Membaikkan sesuai pusar suatu keadaan
Hilang sejenak lagi melupa
Ada hisab lalu neraka juga surga

Merasa
Bisa berkelit dari Sang Pencipta

Merasa
Tuhan tak tahu yang disembunyikan pada jiwa

Culasnya
Curangnya
Manusia berkedok ulama

Teman Peiman

Berkoar tentang keteguhan iman
Tapi menjadi karibnya keseatan
Mendulang hormat dari kenistaan

Hitam tetaplah hitam
Putih tetaplah menjadi kesucian
Bila memilih abu-abu, silahkan!

Belum mampu berijtima penuh ketawaduan
Merasa kecurangan
Belum cakap rasa keilmuan

Berada pada sekumpulan
Banyak teman
Tetaplah memegang kesetiaan
Meneguh rasa ke-Tuhanan
Hati bernurani yang penuh keanggunan
Akan mampu membaca kata-kata penuh kebengisan terlumuti kemagisan

Jangan pernah berpaling keterbelakangan
Menjadi umat penuh kebodohan
Seperti masa kejahiliyahan

Tak usah mendukung langkah-langkah jahil bertentangan
Berlepas dirilah dari semua ketulian
Sudah mengingatkan
Sudah coba membicarakan

2 tipe sifat kemanusiaan
Manusia mendengarkan
Manusia tidak mendengarkan

Cukupi lalu penuh kesudahan
Rangkul jiwa yang kesepian

Ilmu diri yang kemiskinan
Tangguhlah serta saling nasehat-menasehati dalam kebajikan
Qur'an Al-Asr ayat 3 menjelaskan
Majulah penuh kebersamaan
Rendah hati dalam keberanian

Berada dalam lingkaran
Suatu hubungan kawan-kawan yang beriman
Menentramkan
Bukan kepura-puraan
Dusta yang dilukis pada wujud kesetanan

Rangkul dan peluk dalam iman penuh ketulusan
Bukan iman penuh lekuk drama sandiwara ke-Koreaan

Tetap jadi teman yang pe-iman
Tangguh karena butuh bergaul dalam kumpulan pe-iman
Saat nafsu-nafsu setan menjadi magnet pembenaran

Petangguh iman
Memegang erat pada teman

Sang Penghisap Ingus

Ada kerinduan saat hidung tersumbat
Ingin merasakan dengan hati
Saat mulut ibu menempel di hidung
Dengan kasih penuh cemas menghisap semua ingus
Ingus masuk mulut ibu
Lalu serta-merta diludahkan ke tanah

Rindu hal kecil itu
Kerinduan yang tak bisa diukur dengan uang
Kebahagiaan bila kini mengingatnya

Hal kecil dahulu tapi kini terasa indah
Kenangan tentang ibu tak pernah hilang
Semilyar sayang tak pernah cukup
Hisapan mulut ibu pada hidung melegakan

Tapi apakah kehidupan ini sekarang menyusahkan ibu?

Tiada maksud ibu
Berharap mengerti ibu

Hisapan ibu pada hidung mengalahkan segala materi dunia

Bercinta Dalam Semu

Pagi, Romeoku
Siang, Julietku

Petang, Sang Ramaku
Malam, Dewi Sintaku

Menunggu percintaan pada ranjangku atau ranjangmu
Dalam peluhku atau peluhmu
Saling memacu hasrat memadu
Tersengalnya nafas terus memacu
Bercintalah walau ini suatu hal yang tabu

Cintaimu, duahi kehidupan semu
Badan mengetuk bertalu
Sedang menegang berdiri sekuat kayu
Rengkuh dalam pelukanmu
Tindihlah dalam desahanmu

Meneteslah manisnya keringatmu
Dalam gelinjangmu
Dalam telanjangmu

Memagut bercinta hingga hari berganti waktu
Menikmati setiap pagutan kalbu

Nafsu Mencintaimu

Dalam denyut ubun-ubun ada banyak cinta padamu
Sentuhlah setiap lekuk pada badanku
Nikmati tak usah membayarmu
Karena sungguh terlampau kaitkan asmara padamu

Dalam erangan pada gaduh-gaduh syahwatmu
Berbagi penuhi hasrat sampai melenguhmu

Mengemis Rasa

Haruskah pergi darimu?
Lalu
Kelak bagaimana dengan tiba-tiba rindu?

Aku cinta kamu
Tolonglah, pada cintamu mengemisku
Walau sesaat berikan cintamu

Gamang Untuk Pergi

Bila pergi andai kelak rindu bagaimana?
Bersamapun tak kunjung berbalasan semua kata
Diam menjadi indahnya bahasa

Tak mau terus-menerus bertepuk sebelah tangan dalam mencinta
Pergipun tak mampu ini jiwa

Tak pernahkah dirimu peka?
Akan rasaku mencinta

Otak Udang

Diam, pecundang!

Dirimu sang otak udang
Berdalih memutar-balikkan seolah termalang
Tangan kananmu ada pedang
Tangan kirimu ada pelecut dari ikat pinggang

Sungguh, hatimu miskin rasa sayang
Nurani suci tertutupi hitamnya arang
Kecurigaan lalu terus menjilat lalu terus berdendang

Tertawa senang
Saat berhasil taklukan seseorang

Melompat penuh girang
Saat melihat pejatuh terjun terjungkal ke curamnya jurang

Lebih baik, diamlah otak udang!
Gayamu sudah usang

Cinta Tak Terpegang

Selamat malam, sayang!
Mencintaimu bukan kepalang
Merindukanmu membuat mabuk kepayang
Tak mau terombang-ambing di langit seperti layang-layang

Balaslah, sayang!
Gelisah ini terbentur terus batu karang
Sarungkan kemabli tajamnya parang
Bila memilih sendirimu berdendang

Jangan melarang!
Bilamana kecintaan padamu senantiasa terpasang
Dirimu ibarat pelita penerang
Walau jalanmu bersama yang lain berselendang

Melembutkan kecemburuan yang terpanggang

Sayang!
Dirimu keelokan sejati bidadari-bidadari dari kahyangan

Sabtu, 05 Mei 2018

Seekor Cinta Anjing

Mengeja namamu menjadi rumit
Merangkai kerinduan yang berpelukpun sulit
Sesaknya rasa bak badan oleh kain kencang terlilit
Ucapan manis dari bibirmu terasa pelit
Terluka hati seperti tersilet celurit

Terpuruk dalam pojok ruang lalu menangis tertahan menjerit
Pintu terbuka perlahan berderit
Berlari terus berlari untuk sembunyi di bawah sebuah parit

Tanpa dirimu dan itu "anjrit"



(Anjrit merupakan kata gaul untuk kata anjing)

Cinta Goyah

Aku cinta kamu
Tak mau menyampaikan pada malam
Untaian sayang khawatir tersesat pada jalan
Kuhirup pelan-pelan rasaku
Cintaimu menjadi sendawa yang memabukkan

Kepercayaan Nan Rapuh

Begitu mudah bicara
Begitu mudah untuk lupa
Berkumpul dalam topeng penuh drama
Anekdot aneh terletupkan menjadi surga
Saat manusia aneh dipercaya
Inilah jamannya
Sebuah masa
Waktu yang sedang gila


Stimulus Mengganggu

Rapuh tanpamu
Galau menunggu
Sebuah stimulus menjadi perangsang yang tabu
Mereka semua mengerang bersama di ranjang maha guru
Terangsangi tarian-tarian erotis membius kalbu

Mengaduhku berbulan-bulan karena tahu
Tak bersenggawa bak pasangan bulan madu
Tuhan Maha Tahu

Kelak di hari pembalasan menggugatku

Kondisi Sepi

Tak bisa menyembunyikan diri
Semua kondisi ini
Sama lagi persis yang pernah terjadi

Bereaksi
Manusia hadapi kondisi brengsek terlihat dari suatu reaksi

Bukan sekedar ereksi
Bukan sekedar sekresi

Terbaiklah berTuhan lalu hadapi

Akupun cintai
Dirimu yang berduri