Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Jumat, 31 Juli 2015

Getaran Sesat

Bergetar hebat tubuhku saat menyentuhimu
Bergetar hebat tubuhku saat tak bisa sentuhimu
Semua getaran tak beragama ini disesatkan iblis
Pantaskah bergantung pada bisikan iblis?

Apabila semua getaran ini tak pantas maka lenyapkanlah segera
Dalam berTuhan meneguh maka damailah jiwa

Sungguh Ingin Taqwa

Jika tubuh tak memaksa sungguh tak akan melakukannya
Seolah ada tekanan yang sangat kuat dari dalam dada
Dan betapa lucunya perasaan saat segalanya telah dilakukan
Menyesali saat semua telah terjadi
Nafsu-nafsu yang telah tertunaikan lantas tangisan dan penyesalan tiada arti lagi

Berlarian dan selalu berkejaran dalam sujud-sujud pada Tuhan
Pada hamparan tanah tubuh merendah dirikan pada Tuhan
Kesungguhan berkeinginan agar nafsu-nafsu ini lekaslah lenyap
Otak yang telah terkontaminasi dengan gaya tak berkelas
Memandang hidup bersama tanpa Tuhan menjadi gaya hidup sejati

Masih sibuk enyahkan pikiran-pikiran kesesatan ini
Sengaja menyibukkan diri berjalan menuju rumah Tuhan
Dengan langkah tertatih dan jiwa yang lelah
Mulut-mulut busuk coba untuk padamkan langkah berTuhan ini
Jangan terus jejalkan pengaruh-pengaruh keras kepala kalian pada otak ini

Hanya ingin mencoba teguhi taqwa saja
Sungguh

Ikatan Tak BerTuhan Ini

Tak tahu perasaan macam apakah ini
Terlalu banyak bisik-bisik setan menggoda
Rasa yang tak semestinya namun tetap bersemayam dalam dada
Titah agama hanya dijadikan gurauan belaka

Bukan pasangan di mata Tuhan tapi saling bertatapan mesra
Ikrar berakad tak terucap tapi saling bermesraan dalam pelukan dan genggaman tangan juga tubuh
Berbusana keagamaan hanya sekedar topeng belaka
Ibadah-ibadah yang tersujud pada Tuhan akankah menjadi tipuan belaka?

Tak pernahkah terpikir bahwa Tuhan tak bisa ditipu dengan segala macam tipu muslihat
Mencoba berdalih dengan otak yang dihembuskan bisikan setan
Ketahuilah, para setan penyesat yang paling hebat
Para setan sangat licin mencari celah di antara kesempatan yang ada

Masih juga belum tersadarkan dengan berkata bahwa hubungan tak berTuhan ini tak lewati batas
Buka mata hati juga logika masih pantaskah berlaku mesra tapi tak berijab kabul?
Bila belum layak menikah lalu mengapa memaksakan diri berkecimpung dalam ikatan tak berTuhan?
Berlarilah kepada Tuhan dan berserah dirilah pada-Nya

Semoga Tuhan selalu membantu keseriusan dalam meneguhi iman juga taqwa

Terlalu Merindukanmu

Tak kuat terus menghilang dan mencoba menjauh darimu
Ingin melihat senda gurau itu
Ingin melihat tulisan kata-katamu untukku
Walau kata-katamu tak coretan kata rindu seperti kata-kataku

Bila sekedar potret wajahmu di sinipun masih kusimpan
Yang kumau hanyalah kau katakan bahwa kau rindukanku
Aku di sini sangat merindukanmu
Dalam ruang sepi mencoba menghalaumu namun belum bisa

Ingin segera kembali bersua denganmu
Walau tubuhmu tak bisa kupeluk
Ingin segera menuliskan bahwa aku sangat menyayangimu
Walau bibirmu tak bisa kukecup

Namun aku sadar jika diriku tak teranggap pada hatimu
Saat inipun tak ada sepotong kata rindumu saat ku coba menjauhimu
Mungkin memang benar kau tak pernah peka dan tak berperasaan
Aku yang terlalu merindukanmu

Tersenyum bahagia walau kau bersama kekasihmu yang lain

Sendiri Damaiku

Damai dalam kesendirian
Berlatih tanpa hadirmu
Hadirmu hanya berupa paksaan hati bagimu

Sungguh terlalu mendambamu
Sungguh terlalu memaksamu
Sungguh terlalu menginginkanmu
Sungguh terlalu mau memelukimu

Damai dalam kesendirian
Dirimu yang entah dengan siapa di hatimu

Rabu, 29 Juli 2015

Tak Mau Berhenti Merindu

Berhenti saja
Membanting kursi
Menggebrak meja
Terlalu lelah lagi kecapaian badan ini
Kesuntukan meradang di otak juga jiwa

Berjalan dan berbicara tanpa dirimu
Namun di otak juga jiwa selalu mengalir desis bayangmu
Kegilaan macam apa ini yang terus-menerus memanggil namamu?
Kau yang tak peduli akan segala deritaku menanti sentuhanmu
Aku sesungguhnya merindukanmu terlalu dalam

Kau yang benar-benar sebenar-benarnya tak melirik rasaku
Terjerembab dalam kerinduan dan kecintaan padamu yang tak kunjung berbalas
Tersungkur lagi terasa lelah teramat sangat
Tanpamu seolah dunia ini tak menggembirakan
Berhenti saja dan tak tahu apa yang harus dihentikan

Selasa, 28 Juli 2015

Mencari Tuhan Yang Sejati

Sejak dahulu manusia selalu melakukan pencarian sesembahan
Menyembah matahari
Menyembah roh-roh nenek moyang
Menyembah angin
Menyembah api
Menyembah bulan
Menyembah bintang
Menyembah pohon-pohon
Menyembah gunung-gunung
Menyembah benda-benda yang dikeramatkan
Menyembah dewa-dewa yang dilukiskan menurut angan-angan manusia
Menyembah manusia-manusia yang sesungguhnya sangatlah lemah tak berdaya

Namun selalu ada kekosongan pada sesembahan itu
Karena sesungguhnya ada pencipta dari semua yang disembah itu
Bukalah mata hati-mata hati
Tanyakan pada diri patutkah menyembah sesembahan yang diciptakan oleh Sang Pencipta
Sesembahan yang sangat lemah dan tak bisa berkata

Carilah Tuhan yang sejati
Menangislah kala hening malam
Bacalah tanda-tanda keTuhanan pada alam dan tersurat
Bersimpuhlah sebagai manusia yang tak berdaya

Tuhan sejati semoga tertemukan

Menghilang Sejenak

Mendesah
Menghela
Setiap rasa bercampur dalam bibir

Perasaan yang terus-menerus tak bisa terbendung
Menghilang sejenak dan berharap bisa redakan semua keruh
Jangan pernah mencari walau ada sisi hati yang ingin dicari

Pertikaian diri yang garang
Menghalau segala rindu yang tak digugunya
Aku pergi sejenak dan semoga saat kembali bayangmu menjadi tak berbayang lagi

Senin, 27 Juli 2015

Rinduku Padamu Bermimpi

Di dunia ini kenyataannya dirimu susah kumiliki
Maka ijinkanlah kupeluk dirimu dalam mimpi-mimpi malamku
Di sana kita berdua saling merindu dan selalu tertawa bersama

Tak mau seperti ini lagi
Aku diam bukan sudah habis rinduku
Aku menanti kau bicara maka bicaralah terlebih dahulu

Namun kehadirannya bukan untukku
Semoga bersama yang lain dan berbincang lalu berharap dia tertawa senang

Dia datang
Dia hadir
Tapi tak menyapa maka berantakanlah sisi rindu ini

Cemburuku Tak Pantas Padanya

Dan tak pantas cemburu bila dirinya sedang mengecapi bahagia

Tak mengerti apa yang bergejolak dalam dada ini
Saat dia katakan sedang sibuk berbincang dengan kekasih hatinya
Kutuliskan ikut berbahagia bila dirinya tertawa
Namun sungguh hati kecilku berduka
Cemburukah ini?

Sangat tak pantas mencemburui saat dia bahagia
Dan sungguh pula tiada hak untuk mencemburuinya
Namun rasa rindu ini telah menjalar pada jiwa
Rindu yang sangat tak jelas ini lekaslah berlalu
Walau ada senyum luka dan cemburu ingin dirindukannya jua

Padahal telah awal telah menyiapkan diri untuk perih dan kecewa
Namun aku manusia yang punya hati dan rasa peka

Minggu, 26 Juli 2015

Kangenku Tak Berbalas

Aku tahu dan coba mengerti saja
Sejak awal jumpapun kusadari tak akan bisa memiliki
Kangen ini hanya aku yang rasa dan kau tidak
Hanya berharap kau kangen juga

Tak akan bisa memeluknya
Tak akan bisa memilikinya
Hanya kata yang menjadi pelipur lara
Dalam sepiku kedatangan dirimu seolah menjadi penghapus dahaga

Jangan marah bila kusembunyikan rasa kangen ini
Hanya takut bila kau tak senang dan bahagia atas rasa ini
Kau yang gembira saat bercengkrama dan berbincang dengan pujaan hatimu
Aku mengerti dan bahagia bila memang itu membuatmu tertawa

Dalam rumah ini hanya bisa melihat berbagai potret indahmu
Sungguh hanya ingin ada dalam hatimu
Sungguh hanya ingin ada dalam pikiranmu
Seperti wajah dan namamu melekat kuat dalam jiwa dan otakku

Kau yang katakan segeralah bermain dalam indahnya panorama dunia
Kau yang katakan diriku seperti tak mengenal segala pergaulan
Ketahuilah aku tak pernah mau bermain bila tanpa hadirmu
Aku yang selalu hanya ingin disentuh dalam kata olehmu


Dan percuma saja kuungkap kangenku padamu
Kangenku seperti tak pernah berbalas

Kita Berteman Namun Tak Bicara

Tak ada lagi kata antara kita
Walau pertemanan telah terajut sekian lama
Kau yang tak kunjung mencinta
Karena hanya aku saja yang memendam berjuta rasa
Dirimu dan semua yang melekat padamu memiliki kharisma
Dan sungguh aku terpesona

Tak adakah bicara lagi antara kita berdua?

Aku di sini dengan menggenggam puluhan kata
Pertemanan yang kutawarkan mungkin kamuflase atas nama cinta
Sungguh dirimu yang miliki madu surga
Namun tetap saja mulutmu terkunci tak bersuara
Jangan pandang aku hina
Lihatlah perasaanku padamu yang membara dalam dada

Untuk apa kita berteman namun tak bicara?

Tiada Kangen Darimu

Tak bolehkah aku bicara kangen padamu?

Hari ini aku kangen
Hari ini ingin aku berbincang denganmu
Segenap rasa yang merindu menggumpal pada dada

Terlalu riskan bila kutulis kerinduan ini padamu
Kau yang tak jua merindu
Hanya kebisuan saja yang kau tawarkan seperti biasa

Bila tiada kangen darimu untukku

Aku yang telah siap sejak awal berjumpa
Menyiapkan jiwa saat kau tak peka pada rasa

Sabtu, 25 Juli 2015

Sebuah Tontonan

Tontonan yang menggila
Lalu membuat bosan

Ingin kurekam tapi hati terasa lelah
Kubiarkan saja tontonan itu berlalu seperti angin

Tontonan yang terkadang membuat rindu
Walau tontonan itu tak selamanya terbaik

Aku bosan dengan tontonan itu
Tak ada variatif lagi terlihat di mata

Hanya begitu dan terus begitu saja tontonan yang terlihat
Tak ada keunikan dan hal baru terlihat

Tontonan yang sangat menjemukan
Tontonan yang terkadang pula kurindukan

Rindu Tak Berarti Baginya

Rindu ini sangat menggebu
Rindu ini tapi tak bisa berbuat apa-apa
Rindu yang segera dijawab olehnya terlarang untukku

Selalu bicaraku tentang rasa juga cinta
Dirinya tak segera menjawab dan bahkan menegur penuh marah
Atau dirinya hanya diam saja saat aku bicara

Dia yang telah hadir
Dia yang tak pernah kusesali kehadirannya
Walau kini bicarapun tak sehangat dan seakrab dulu

Karena rinduku mungkin tak berarti baginya

Jumat, 24 Juli 2015

Ajaran Agama Ini

Agama ini mengajarkan tidak minum mabuk alkohol
Agama ini mengajarkan tidak berhubungan badan tanpa menikah
Agama ini mengajarkan tidak berjudi dan tidak mengundi nasib
Agama ini mengajarkan tidak merusak alam dan membunuh seorang manusiapun
Agama ini mengajarkan tidak untuk merusak semesta apalagi badan

Agama ini mengajarkan kelembutan
Agama ini mengajarkan kejujuran
Agama ini mengajarkan berbagi harta benda tanpa dunia harus tahu
Agama ini mengajarkan kebersihan
Agama ini mengajarkan kerendah hatian dalam bertaqwa

Seharusnya membuka logika juga mata hati
Biaskan rasa ragu juga benci yang mewabah dalam jiwa

Agama ini ajarannya sangat tidak kuno
Ajaran agama ini selaras dengan kemajuan dunia
Ajaran agama ini tak pernah usang meskipun dunia setiap detik berubah

Arti agama ini merupakan keselamatan bagi semesta
Maka berpegang teguhlah pada ajaran ini dengan sebaik-baik pegangan

Iblis Terus Menghasut

Mata yang nanar
Tatapan matanya bengis beraroma kepicikan
Nafas yang menderu tak beraturan
Ada amarah dalam berucap
Sekali terpancing maka akan terletup segala marah

Menari-nari dengan pijakan kaki yang tak kuat
Berlari-lari mengejar cinta yang dihembuskan para penghuni kekal neraka
Tak bosan-bosan para iblis menggoda dan menghasut langkah-langkah manusia
Tiap langkah yang tertatih menuju Tuhan maka iblis menebar paku-paku kesesatan
Dan iblis terus menghasut hingga manusia sesat pada Tuhan

Para iblis sedang mencari kawan sepermainan di neraka kelak
Kemarahan yang menjadi mata hati iblis
Ucapan yang tak tertata dan merasa paling benar
Ketegasan berTuhan terkadang di salah artikan menjadi kesetanan
Kelembutan kesetanan terkadang dilelapkan oleh pandangan iblis menjadi kebajikan

Iblis terus menghasut
Manusia-manusia bumi lupa bahwa setan merupakan musuh nyata manusia

Senin, 20 Juli 2015

Tak Berselera

Haruskah dituliskan segala puisi ini?
Sungguh tak mau lagi menulis
Segala yang ada di benak hanyalah berisi kegalauan dan kegundahan
Nabi bersabda "sair itu lebih buruk daripada nanah di sekujur badan"

Lalu haruskah dilanjutkan semua tulisan ini
Karena sungguh sedang tak berselera
Dan kehilangan gairah walau segala ide memenuhi ruang kepala

Selasa, 14 Juli 2015

Cepatlah Berakhir

Hanya ingin semua ini cepat berakhir
Terlalu lelah dan capek dengan semua ini
Segala racun yang terus menjalar pada sekujur diri
Seolah keTuhanan tersingkir
Perjalanan ini tak tahu kapan berhenti

Minggu, 12 Juli 2015

Langkah Sasar Dahulu

Antara 2 pilihan yang rumit
Salah satu rasa yang seharusnya tak bersemayam
Sair-sair yang busuk lebih busuk daripada nanah di sekujur tubuh
Intrik-intrik yang dibisikkan Tuhan mencoba menggapai jiwa
Terjatuh dan semakin dalam terjatuh pada lubang yang sama

Pilihan yang selalu terus berkobar
Pilihan yang terkadang membuta oleh bujuk rayu setan
Setan yang membenarkan langkah-langkah tak beragama
Pilihan ini yang tak ingin dilepas
Selalu saja merindu akan salah satu pilihan yang sasar

Aku tak mau terjatuh lagi

Cinta Tuhanku

Kehilangan lagi dan terus kehilangan
Cinta yang kukejar tak pantas berlabuh di hati yang mentahtakan Sang Esa

Maafkan
Memulai kehidupan yang lebih baik
Inilah aku yang baru
Dan jangan ganggu aku
Jangan dekati aku lagi
Jauhi aku

Hanya ingin mencari cinta atas nama Tuhan

Jumat, 10 Juli 2015

Jangan Marah

Marah dan terus marah saja
Amarah yang kau letupkan menjadi sebuah ledakan besar
Saat kau berkata aku mendengar
Saat aku berkata kaupun mendengar

Maafku Untukmu

Kenapa kau diam saja?
Habiskah kata-kata candamu untukku?

Bahasa yang kita rajut hanya demi gelak tawa
Sungguh tak ada niat untuk membuatmu terluka

Maafku bila buatmu tersakiti dan membuat nyeri

Bila harus akan kutuliskan bermilyar kata maaf untukmu
Tidak hanya sebait maaf untukmu
Milyaran kata maafku akan kugaungkan ke penjuru bumi

Maafkanlah diriku
Aku yang hanya manusia biasa

Kamis, 09 Juli 2015

Kau Dan Janjimu Itu

Pembohong
Pendusta
Itulah gambaran dirimu hari ini
Janjimu tentang kedatanganmu di gelapnya alam hanyalah bualan
Dirimu tak nampak

Aku yang tergeletak dalam nafsu berhasrat
Dan tak bisa untuk membencimu

Karena aku sangat ingin hasratimu

Minggu, 05 Juli 2015

Aku Sang Pendosa

Aku pendosa yang ketakutan
Rasa murung dan rasa cemas memagar dalam jiwa
Dedosa yang terus berulang kuulangi
Dedosa yang seakan menjadi hal biasa bagiku

Ada perasaan salah berkecamuk dalam badan
Pendosa yang sangat takluk pada nafsunya
Seperti keledai dungu yang mengulangi dedosa yang sama
Dosa dan terus berdosa

Limbung saat berTuhan
Bersujud pada Tuhan dengan sejumlah perasaan nyeri
Ibadah ini seharusnya mampu menahan dari laku keji juga mungkar
Tobat ini seperti tiada guna

Aku sebenarnya lelah dengan dedosa ini
Seperti tak bisa berkutik dengan rasa dedosa ini
Ampuni semua dosaku ini
Aku sang pendosa merendah serendah-rendahnya memohon ampunan Tuhan

Malu Pada Tuhan

Malu pada Tuhan
Jangan bercinta bila tak beruang
Percintaan yang terpampang jelas di halaman dunia
Sembunyikanlah percintaan yang tak jua reda hasratnya
Dalam remang pagi buta selalu bercinta

Malu pada Tuhan
Dirinya yang seolah tak mau miliki ruang
Jengah dan tak nyaman bercinta di luar
Ada kelegaan bila bercinta dalam ruang
Walau hasrat ini selalu salah

Malu pada Tuhan
Ada takut bercampur was-was di dada
Masukilah sebuah ruang
Sembunyikanlah percintaan ini dari dunia
Cukuplah Tuhan menyembunyikan perhasratan kita ini

Sabtu, 04 Juli 2015

Asaku

Selalu merindukannya
Berharap dapat memeluknya sepanjang waktu
Panah-panah sakti memaksa untuk berTuhan
Setengah hati masih kuat mendambanya

Dan aku di persimpangan

Bicara Dengan Tuhan Saja

Tuhan,
Hari ini aku lelah
Memang tak pantas aku berkeluh kesah
Tapi kepada siapa lagi aku berbagi kisah
Menulis segala cerita pada sejumlah jejaring sosial bagiku itu terlalu berlebih

Tuhan,
Ada cerita panjang dalam pelarian hidupku
Dan sungguh walau aku tak bercerita Tuhan pasti tahu
Aku butuh berbagi cerita dan berbagi kisah tentang cerita kemarin dan di masa lalu
Dalam sendiri terkadang ingin menangis pilu

Tuhan,
Bagaimana cinta diciptakan tapi begitu pelik untuk bersama?
Bagaimana damai diusungkan tapi begitu susah digenggam panca indera?
Hari ini aku bercerita
Dan berharap tangan Tuhan selalu iringi kisahku selamanya  

Dia Penipu Hidup

Tertipu dengan wajah lugu
Tersentuh dengan seluruh bujuk rayu
Mungkin hati terenyuh dengarkan lirik lirih mendayu
Semua tampilan permainannya sebatas kamuflase penuh rancu

Adakah keterbukaan hatinya?
segala aroma kebusukan disembunyikan dari mata
Tak hendak membagikan kekurangannya
Namun hati ini terlalu peka

Rasa yang tulus akan terpancar tanpa berpura-pura
Kebaikan hati akan meresap dalam sedalam-dalamnya pada jiwa
Dan seluruh panca indera akan sanggup untuk membacanya
Tapi seluruh kebaikan tak ada dalam hatimu yang busuk beraroma

Karena dirimu hanya memancarkan aura kenegatifan
Dan karena dirimu seorang penipu ulung dalam kehidupan


Jumat, 03 Juli 2015

Pencarian Ini

Terus mencari sebuah kecintaan
Semakin dikejar pengharapan-pengharapan itu seolah bersembunyi
Dan hampir saja menyerah

Sudahlah
Tak lagi mencari walau tanda-tanda cinta bertebaran dan terlihat
Karena sudah terlalu lelah

Biarkanlah
Cinta dan sayang yang memeluk erat tubuh ini
Damai dan tentram bila kecintaan yang diinginkan mengecup saat lelah

Damailah jiwa yang kesepian
Rasakanlah cinta lalu bercinta saja saat kecintaan datang
Pencarian ini ingin segera dituntaskan


Tuhanpun Kalian Gadaikan

Suramnya jalan Tuhan
Sepinya rumah-rumah pemujaan
Ramainya rumah Tuhan hanya saat sebuah perayaan

Renggangnya tiap barisan saat pemujaan dalam 5 waktu setiap harinya
Kecuali hari pemujaan massal setiap sudut rumah Tuhan menjadi sesak manusia
Seakan tuli telinga-telinga saat rumah Tuhan menyeru panggilan

Pekerjaan-pekerjaan kantor yang tak ditinggalkan
Toko-toko menjadi rutinitas perdagangan yang melenakan
Waktu-waktu istirahat yang asyik dilakukan

Tak bergetarkah saat sujud-sujud penuh pasrah pada-Nya?
Rasakanlah kebesaran asma-Nya
Rendahkan lalu serahkan semua urusan pada Sang Pencipta

Segala rutinitas dunia tinggalkanlah saat seruan datang
Tak pantas terus bercengkrama saat Tuhan mengetuk sisi-sisi pematang
Sangat tak elok Tuhan menjadi tergadai demi dunia yang penuh rasa malang



5 Juli Menyakitkanku

Aku tahu 5 Juli ulang tahunmu
Dan sengaja tak kuucapkan apapun padamu
Dan sengaja tak memberikan hadiah apapun padamu
Kau berpura-pura tak peduli lalu menjadi sia-sia semua perhatianku

Diammu menyakitkanku
Bila memang tak mencinta dan tak menyayang tak usah kau terus denganku
Pergi sajalah dan menjauh seperti cinta-cintaku di masa lalu
Belajar lagi kehilangan yang tercinta yakni dirimu

5 Juli itu menyakitkanku

Kamis, 02 Juli 2015

Masih Tentang Nafsu Bercinta

Maafkan atas cinta yang bercokol ini
Seolah tak mau beranjak pergi

Saat ingin berTuhan teguh tiba-tiba racun dunia menghasutku
Terjerembab lagi lalu berkubang dalam ketidak pantasan nafsu

Dan melihatnya melintas tepat di hadapan
Perasaan sayang menyeruak tapi dirinya berlalu begitu saja tak memperhatikan

Ketegasan dan kesangaran nan galak terlihat saru juga tipis bedanya
Lantas cinta dan nafsu pada tubuhmu ini apa?


Perempuan Di Rumah Setan

Dia seorang perempuan paruh baya
Dia seorang pendidik yang berlagak bisa menjadi wali
Dia yang merasa bagai putri kerajaan
Dia yang berkata tentang rumah ini bersetan

Perempuan itu telah tempati rumah bersetan ini sepanjang umurnya
Perempuan yang kemarahannya tak cepat padam

Apabila di luar sana perempuan itu dihormati oleh dunia aku tak peduli
Apabila kekayaannya bisa menutupi lautan akupun tak peduli
Bilamana perempuan itu datang ke rumah ini maka hormatilah para penghuninya
Para penghuninya yang perempuan itu panggil setan
Perempuan itu merasa bagai bidadari penghuni surga

Bila membunuh dibolehkan oleh agama
Maka sudah kubunuh perempuan itu

Perempuan yang berkata "rumah ini bersetan"

Iman Bergoyah

Saat iman begitu rapuh
Kepada siapa hati ini patuh bersimpuh?
Terlalu letih dan berpeluh
Selalu merasa diri begitu banyak susah
Lalu bersemayam lagi berkeluh kesah
Terus merutuki diri sebagai pesalah

Iman yang dianyam seolah tak pernah cukup
Berlabuh diri pada kekuatan yang terus melingkup
Tak pedulikan lagi norma agama yang mencangkup

Saat iman ini begitu lemah
Hanya berharap Tuhan segera menjamah

Persembunyian Para Pecundang

Saat rumah terisi para pecundang
Hanya teriakan juga letupan emosi  menjadi bahasa
Saat konsumtif dan matrealistis terus diobral tiada habis
Terus menginginkan pandangan dunia memuji

Berdiam sendiri sungguh merasa tak nyaman
Dalam ruang yang kubuat seindah mungkin dengan kalam Tuhan
Saat pagi berjalan keluar sejenak dari rumah
Hirup udara pagi yang nyaman memeluk sekujur hati dan tubuh

Diri yang penuh dedosa hanya ingin berTuhan
Bila mereka kumpulan pecundang tak mau tersentuh maka rusaklah kehidupan kalian sendiri
Jangan rusak tubuh ini
Jangan lemahkan nafsu berkeTuhanan ini

Dalam sepi mencari kedamaian
Para pecundang yamg masih saja berteriak
Para pecundang yang masih berbahasa angkuh
Diri ini sang pendosa hanya ingin mencari jalan Tuhan