Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 30 Agustus 2021

Sindrom Proxy Monchosen

Dan memang berbahaya sekali
Bertopeng teraniaya tetapi berperan antagonis
Inginkan segalanya sesuai dengan yang dikehendaki
Bila tak sejalur maka dimatikan secara bengis

Berdusta lugu
Menjadi pelapor yang bersih lagi berkerah putih
Menjauhlah dari pengidap manusia abnormal tak tahu malu
Jiwanya akan bahagia bila melihat manusia-manusia mengiba dan merintih

Merasa paling berkuasa atas "anaknya"
Tak segan membunuh demi puasnya rasa
Ingin dikatakan dewasa
Tapi racun kotori jiwa

Sabtu, 28 Agustus 2021

Cintaimu Bak Bau Tinja

Aku mencarimu pada dilema
Aku menunggumu pada derita
Mungkinkah kutemui berserakan pada bahagia

Kau pikir dirimu terbaik
Tapi realitanya tingkah lakumu tak lebih dari seonggok "taik"

Bertahun-tahun mendekatimu
Belasan purnama menguntitmu karena kumencinta
Ratusan bintang jatuh kumenanti agar kau mencintaiku
Telah kunyatakan perasaan
Tapi lacurnya dirimu seolah mempermainkan

Pergimu lalu kembalimu dan begitu saja terus berulang
Haruskah berhenti menyayangimu?

Kau tidak mencintaiku
Aku saja yang terlalu terbawa perasaan
Aku yang miliki pemikiran bahwa setiap orang itu baik
Tak pernah terbersit saat bertemu hakimimu sebagai seonggok keringnya sebuah "taik"

Tampilan
Iya, terpesona oleh sebuah polesan
Janji, perkataan bahkan tingginya gelar pendidikan
Omong kosong tertera saat bersinergi simultan
Rapuhnya karakter tercermin dari sebuah tingkah laku yang berlagak percaya diri namun belepotan

Bak pantat yang hanya di lap selembar kertas basah setelah hajat
Semua yang kau lakukan itu jahat
Pergimu setelah di hatiku telah memahat
Terhuyung pada manis mulutmu meski sesaat

Masa lalu merindumu masih tertancap
Meski sekejam hatiku menolak kau yang terbaik
Tetap saja wangi aromamu tak sama dengan seonggok "taik"

Jumat, 27 Agustus 2021

Panca Indera Yang Berkata

Berpura teman
Padahal menikam
Berpura dewasa
Padahal berperilaku bak cicak putih bak intel bak seorang mata-mata

Menikah tak menjadikannya bijaksana
Ada kebutuhan hidup yang menganga
Tak segan mendorong rekan seperjuangan ke dasar jurang
Muka bengis dan hati penuh iri terpancar dari raut muka seseorang

Mulut dibungkam
Langkah dikunci
Perbedaan cara pandang dikucilkan
Pejuang keadilan dihempaskan ke dasar lembah

Diam
Ingin teriak tetapi mulut terbelenggu
Ingin melawan tetapi hidung bertemali bak kerbau pembajak

Mengumpat
Membenci kesewenang-wenangan ini
Nurani yang tak bisa terjamah meski badan tersetubuhi racun pemaksaan

Percaya ada hidup setelah kematian
Hidup abadi yang akan segalanya dipertanggung jawabkan
Siap ataupun tidak siap pasti datangnya kematian

Saat itu mulut membisu tak lagi penuh perkataan
Seluruh panca indera badan akan menjadi persaksian

Jantung berdegup kencang saat ini untuk membayangkan
Dedosa yang terlakukan
Ada tangis yang tertahan

Baikkah hidup yang dijalankan?
Ataukah topeng-topeng kebaikan yang dikenakan?

Di dunia haus pada manusia untuk pujian serta pengakuan
Merasa bersih dari kesalahan

Kelak tak akan bisa mengelakkan
Saat seluruh panca indera sejujurnya akan mengatakan

Sabtu, 14 Agustus 2021

Wanita Mengaburkan Kesesatan

Masih saja kecewa
Karena itu tempatnya manusia
Terulang kembali satu cerita
Meski pemerannya berbeda
Nyeri hingga sesaat surutkan semangat pada dada
Seharusnya dikecewakan manusia tak lantas pudarkan jati diri jiwa

Wanita jalang!
Ini bukan tentang feminisme
Saat wanita diberi keleluasaan kuasa arogansi mulai tercetuskan

Wanita licik!
Berbuat demi kepuasan diri
Surganya pada suami bukan dengan membabi buta membenarkan perilaku hewannya
Hewan jantan yang bersenggama dengan hewan betina pasangan lain

Wanita kejam!
Mencoba mencuci tangan agar selalu tampak terlihat baik pada permukaan
Seluruh keluarga besar dipaksa tunduk pada kemauannya

Wanita bejat!
Merasa yang paling berjasa pada keluarga
Tak segan menendang saudara sedarah yang tak sehaluan atas perilaku barbar sang penis suaminya

Wanita jahat!
Busana juga tingkah keagamaan sekedar kamuflase juga topeng untuk tutupi kesesatannya
Begitulah mengapa di neraka kelak penghuninya kebanyakan wanita

Wanita yang mengaburkan tingkah kesesatan menjadi suatu pembenaran

Jumat, 13 Agustus 2021

Merindu Sendiri

Hanya pada tulisan aku bisa memaki
Hanya dengan tulisan aku bisa mengumpati
Hanya dengan tulisan pula aku bisa memuji
Lalu apakah secara langsung aku tak berani?
Dunia yang sedang berkebalikan hari

Percaya pada manusia-manusia bermuka manis
Hati yang tak terlihat miliki jiwa yang sinis
Merasa paling mengetahui kehidupan sisi-sisi bumi yang tak simetris
Liurnya menetes kehausan pengakuan terlihat terlalu miris
Kedewasaan yang nampak bagiku terlihat pongah serta najis

Cuaca dingin sore ini
Pertemuan-pertemuan denganmu ingini
Lakukan dengan benar dan perlahan kali ini
Menyentuhmu merupakan rangkaian melodi
Nyaman saat kecupi
Hangat saat peluki
Perlahanlah untuk saling menikmati
Hingga kita berdua melenguh pada ruang nan sepi

Lelah perjalanan
Menemaram pada malam terlangkahkan
Hubungimu karena ingin terhangatkan
Tapi malam ini kau tak beri balasan
Aku akhirnya menggigil kedinginan

Rabu, 11 Agustus 2021

Jaman Kebalikan

Banyak tingkah
Terus berulah

Memutar-balikkan fakta juga realita
Menyumbat semua kran nasehat rasa

Gila sanjungan juga penghormatan
Ingin dilihat sebagai keluarga yang berTuhan

Sembunyikan racun
Menikam pengkritisi hingga bertahun-tahun

Pasangan laknat!
Mengabu-abukan sebuah perilaku sesat dan bejat

Anjing!
Bak kue jinjing
Berjamur hanya di satu musim
Masih menyeruak muak melihat pasangan petopeng tuhan yang berpura alim

Jaman edan!
Tak menyukai manusia-manusia yang lurus lagi beriman
Lebih menyukai manusia-manusia bertopeng kebaikan
Tidak baik di jiwa bertutur serta berlaku manis pada lisan

Manusia-manusia yang menyukai keindahan nan tampak oleh mata
Jaman saat teguhnya taqwa terlupa

Senin, 02 Agustus 2021

Cumbuan Para Pesakitan

Makanlah jiwa!
Enyahkan luka!
Endapkan rasa!
Hidupkanlah raga!

Berpetualang susuri jalanan untuk bercinta
Hasratnya membara demikianpun aku membalas rasa
Belumku mengecupmu puas
Kau hentikan percumbuan yang belum panas

Aku tak bisa menolak
Meski hasratku sedikit tersedak
Bercinta yang tertunda
Percintaan yang masih juga belum sempurna

Sedangmu menyendiri
Bolehkah kutemani?
Sedangmu berbalut rasa sepi
Bolehkah kugagahi?

Kecupan-kecupan binal nan nakal mungkin akan sedikit mengobati
Iya, sedikit mengobati 
Nikmatilah dengan lenguhan panjang juga erangan
Jangan pernah berhenti karena kita berdua sebenarnya menahan kesakitan