Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Selasa, 30 Mei 2017

Malam Dengan Awan Indah

Malam menatap langit
Malam di kejauhan sembari menengadah
Awan-awan meriak laksana menari
Melihatnya dari bawah langit
Awan-awan yang tertimpa temaram cahaya bulan
Terlihat begitu mempesona
Tersenyum melihat awan sambil duduk terjulurkan kedua kaki
Hingga akhirnya terlentang sambil kedua tangan menjadi bantal kepala
Awan di malam hari tak disangka begitu menawan
Benar-benar seperti perawan dan bujang
Laksana buah teramat ranum nan mewangi
Awan-awan seperti film 3 dimensi atau bahkan lebih
Awan-awan yang membentuk sesuai imajinasi hati
Malam ini hanya berteman dengan awan yang indah
Dan itu saja sudah cukup membahagiakan
Ternyata mahakarya Tuhan benar-benar membuat terlena

(Inspirasi dari status teman FB)

Samaran

Karena kita tak butuh samaran
Meski kita mampu lakukan
Jadi diri sendiri terbaik berTuhan
Inginkannya teramat
Gelorainya menggebu sangat
Nafsuinya menjalari bak tercatat
Dirinya yang menggeliat
Mengigau bak ulat
Bak seorang penjilat
Namun bila mencinta maka benci pudar
Dan sungguh samarannya bak sinar
Silau dan membuat tak sadar
Sungguh seharusnya tak perlu menyamar
Bila baik maka tak akan tersamar
Begitupun sebaliknya bila tak baik maka abaikanlah cadar

(Inspirasi dari film Hollywood "X2")
(Cikampek, 26 Mei 2017. Pkl: 21:29 wib)

Ibadah Tak Putih

Selalu penuh khawatir dengan ibadah ini
Apakah shalat ini telah rapi?
Apakah puasa ini telah sampai ke langit?
Apakah zakat dan sodaqoh berada di sisi Tuhan?
Apakah pergi berhaji ke Mekkah bermabrur tanpa terkontaminasi angkuh hati?
Shalat ini selalu terbersit angkuh dan malas
Puasa ini selalu terbersit dusta dan terpaksa
Zakat dan infak selalu terbersit ingini dipuja dipuji manusia
Berhajipun selalu terbersit hanya ingin mendapatkan pengakuan dari tetangga sekitar
Sungguh khawatir dengan ibadah ini
Apakah mencukupi untuk menggapai karomah Tuhan?
Hingga dengan kasih sayang Tuhan menempatkan diri di surga
Apakah timbangan kebaikan tak kalah dengan timbangan dosa-dosa?
Selalu khawatir dengan ibadah ini
Ingin suci dalam semua ibadah
Ingin putih dalam memuja Tuhan
Dalam langkah tertatih rapuh berjuang melepas keduniawian
Menuhankan Tuhan semata dalam jiwa
Rasa sombong bercampur kikir serta benci meracuni nurani
Rasa yang mengotori tiap jengkal ibadah pada Tuhan
Ibadah ini belum putih
Ibadah ini masih mencari sinaran suci

(Cikampek, 28 Mei 2017. Pkl: 16:57 wib)

Ditohok Cinta

Kusuruh mendekat kau tak mau
Begitu banyak alasan kau ukir
Kata teman "dirimu terlalu baik"
Lalu pikirku mungkin aku yang tak baik
Kusuruh kau jauhiku
Tapi kau tetap tak mau
Jangan beri harapan-harapan palsu
Kau bawa angan-angan cintaku padamu
Tapi tak jua kau penuhi mauku
Maumu apa?
Barusan bertemupun sikapmu hambar
Bisikku mungkin kau telah mencintai yang lain
Hingga semua rasaku tak kau hiraukan lagi
Sungguh lelah dan jengah
Kubayari saja agar bisa tertidur nyenyak
Dan dirimu tak tahu untuk siapa cintamu itu?

Ingini Cintamu

Kenapa berkata seperti itu?
Aku sayang padamu
Tapi sungguh aku tak tahu sayangmu 
Sudahlah terserah padamu
Menangis dalam sepiku
Kurela beri segalanya
Tapi cintamu tak kunjung kau beri jua
Menunggu dalam ruang lagi papa
Potretmu hanya berkhayal dalam sukma
Sampai kapan kau katakan cinta
Tulisan-tulisanmu menyakitkan
Tak hendak kubalaskan
Terlanjur namamu bertahta di perasaan
Suatu saat mungkin akan tersadarkan
Betapa hasratku dalam begitulah kenyataan

Minggu, 28 Mei 2017

Menyisir Nurani

Saat semua pergi mungkin akan terasa
Ada sembab yang terdalam di dada
Pikiranmu sekarang menjadi raja
Tak mau terbantah bahkan oleh Sang Penguasa Semesta
Tak takutkah bilamana datang petuah langsung dari-Nya?
Karena petuah dari Tuhan biasanya berupa malapetaka
Tak melihatkah kejadian-kejadian tersurat pada peristiwa?
Bukalah semua sisi panca indera

Namun bila itu telah menjadi sebuah pilihanmu
Maka berbahagialah dalam duniamu
Salah atau benar tak lantas membuat tertawa kamu atau aku
Silahkan mencobai saja sendiri semua perilaku
Bila memang nasehat manusia tak terdengar olehmu
Karena sungguh kehidupanmu milikmu
"Manusia mendengar atau tak mendengar" ujarmu
Sisirlah segera nuranimu

Pekerja Sahwat

Kubayar cintamu
Jangan mengaduh
Dalam persembunyian dunia semu
Desahan meregang mulutmu merdu mengeluh

Kutinggalkan pasangan serta tanggunganku di rumah
Kau juga tinggalkan pasangan serta segalanya di rumah
Kubayar sahwatmu
Puaskanlah nafsuku

Dalam lenguh mencoba sembunyikan rasa dari dunia
Tak peduli bila terlihat karena rasa malu sudah lepas dari dada
Akan ada banyak alasan karena setan menjadi raja
Sungguh nafas pergumulan ini begitu menggula

Kita bak pekerja sahwat
Mencoba berlari sembunyi saat berkhalwat
Agama hanya kedok
Karena otak juga hati bersahwat teramat jorok

Telah kubayar percintaan ini
Jangan pernah berganti
Karena teramat pelik mencari alkohol cinta
Anakmu anak kita

Tercampur baurnya sperma juga ovum
Lantas menjadi rancu sang anak yang tervacum
Sulit membedakan siapa nama ayah
Karena sahwat yang payah

Sabtu, 27 Mei 2017

Hati-Hatilah Memilih

Jalan yang dipilih
Respek yang menjadi silih
Tak mau berkata mencela walau lirih
Bila itu membuat nyaman maka lakukan
Jangan memaksa yang lain pada sebuah pilihan
Yang lain miliki hati juga otak berbeda maka respek perbedaan
Dan sungguh menanti hari akhir
Saat semua kata terucap hanya kebenaran dan dusta tak ditolelir
Semua konfrontasi dunia menjadi sampah proklamir
Sebagai manusia beriman akan menggugat kelak
Persiapkan alibi terbaik bila masih percaya Tuhan tak beranak
Dusta dunia tak pernah mampu bohongi Tuhan kelak

Memori Itu Tak Lekang

Kulihat pantulan memori dari balik jendela
Dahulu semua bersama
Dalam balutan sedih berbaju canda serta tawa
Semua dilakukan dengan indah berjiwa
Saat ini ketika satu titik tiada
Waktu ini juga yang mengarahkan kenangan kembali menganga
Tapi sungguh tak lagi terasa perih mengemuka
Hanya bingung yang melanda
Hati yang masih mengingat
Walau semua langkah terasa jahat
Kebersamaan dahulu indah bermakna sarat
Lantunan musik membuat senyum terpasang erat
Entah sampai kapan sanggup sendiri
Hidup harus terus melaju ke depan walau sendiri
Sedih memang tapi inilah hidup yang harus dihidupi
Tuhan punya rencana dan tegar untuk menjalani

(Inspirasi dari Film Korea "One Day")

Puasa Tapi Tak Puasa

Sudah tak berpuasa mata ini
Sudah tak berpuasa otak ini
Sudah tak berpuasa mulut ini
Sudah tak berpuasa kaki ini
Sudah tak berpuasa tangan ini
Puasa sekedar menahan rasa lapar dahaga
Sepagi ini sudah membatalkan pahala puasa
Ingin hati menggapai langit dengan puasa
Tapi yang dilakukan mengurangi pahala
Puasa tak batal hanya saja sia-sia
Dan terlihat puasa tapi tak puasa
Karena hanya Tuhan saja yang memberi pahala
Malu sebenarnya jiwa
Tapi masih terus belajar karena manusia
Tetap belajar lurus menuju jalan cahaya
Meneguh puasa dan berusaha jauhi dedosa

Jumat, 26 Mei 2017

BerTuhan Dan Berdosa Berbatas Tipis

BerTuhanpun tak mudah
Berdosapun tak mudah
Kontrol yang susah dikendalikan
Berbuat baik segan
Berbuat tak baik ada sisi yang mengganjal
Begitu pelik untuk melakukan
Perilaku baik juga perilaku tak baik tipis bedanya
Pilihan untuk berbuat kebaikan ada pada jiwa
Bisikan hati yang mampu mengendalikan
Tak usah berbohong pada Tuhan
Mungkin manusia bisa dikendalikan lalu didustai
Namun mampukah membohongi nurani apalagi bohongi Tuhan?
Berbuatlah terus kebaikan berTuhan jangan lelah

Kamis, 25 Mei 2017

Hantu Penuntun

Ketakutan pada rasa hilang
Dan mungkin semuanya akan menghilang
Karena semua pertemuan akan berpisah
Tak datang saat kelahiran
Tak turut berdansa saat pesta pernikahan
Bahkan saat pemakamanpun tak hadir
Karena semuanya tentang rasa takut
Lihatlah sepi menyulam terduduk di sini
Tanpa hadirmu sungguh lemah
Nilai kebaikan menjadi rancu untuk dijalankan
Hantu yang menuntun
Hantu yang menunjukkan jalan
Kehilangan lentera saat kau pergi dan tak pernah kembali
Karena semuanya tak tahu kapan akan berakhir
Tipis sekali ternyata
Rasa memiliki dan rasa kehilangan
Rasa bahagia dan rasa duka
Dalam sendiri terguncang tanpa hadirmu
Tak mau berteman dengan hantu sebagai penunjuk jalan
Bila hadirmu sudah tak mungkin maka tuntunlah dari langit untukku

(inspirasi dari film Korea "One Day")

Dirimu Bak Bunglon

Menanti saat tak mengetahui apa yang kau lakukan
Saat pagi, siang juga senja tak kutemuimu dimanapun
TIba-tiba saat mataku akan terpejam kau datang saat gelap
Dengan wajah indahmu kau katakan "selamat malam"
Untuk apa ucapan itu bila di sisa harimu kau tak menyertaiku?
Apakah kau anggap mata hatiku buta hingga sesuka hatimu berkata?
Angin-anginpun menghembuskan kabar tentangmu
Ada potret-potret beserta semua kata-katamu dengan yang lain
"Selamat pagimu"
"Selamat siangmu"
"Selamat petangmu" bukan untukku tapi dipersembahkan buat orang lain
Kau hanya berikan untukku sisa tenagamu dan berkata "selamat malam" untukku
Dan kau tak pernah perhatikan penungguanku padamu sepanjang hari
Hanya "selamat malam" untukku
Tapi sepanjang harimu bersama yang lain


(inspirasi dari status media sosial FB "RF")

Menitipkannya Pada Tuhan

Titipkan pada Tuhan
Semua kehidupannya
Karena tak bisa menjaganya 
Kekuasaan ini terbatas
Perjalanannya
Petualangannya
Dan jauh berharap dirinya mengingatku
Karena mungkin dirinya sibuk bergandengan dengan yang lain
Karena dirimulah yang telah membuatku jatuh cinta
Tapi lelah dirimu tak jua jatuh cinta

(Cikampek, 19 Mei 2017. Pkl: 21:27 wib)

Cintaimu Dalam Khayal

Cinta kamu
Sayang kamu
Dan hanya mampu sebatas merindu
Karena sungguh tiada keberanian berkata
Ketakutan pada rasa kehilangan
Mencintai tapi tak memiliki
Seperti perih sisa lecutan cemeti tersiram air garam
Tersenyum melihatmu tanpa bisa menyimpan cintaku di hatimu
Sungguh hanya menunggu
Sungguh hanya berharap dirimu peka dan merasa
Semua gundah juga resah ini untukmu
Perhatian yang terberi mungkin tak cukup kau rasakan
Karena tak mau memaksakan agar kau cintaiku
Mungkin kau sedang mencintai yang lain
Melihat senyummu sudah cukup
Melihat sapa juga pegangan tanganmu dengan yang lain sudah cukup
Biarlah rasa cinta juga sayang kusimpan
Hingga nanti kau akan merasa saat tak lagi melihatku
Atau mungkin juga kau benar-benar tak pernah berhati untukku?

Rabu, 24 Mei 2017

Paksakan Terus Menulis

Karena manusia yang bekerja tanpa satra itu binatang
Hanya terus bergerak menggerakkan sebelah sisi otak
Sebelah otak yang lain mati

Teruslah menulis
Bila belum mampu juga menulis
Bacalah sekelumit perkataan indah ataupun tak indah
Perkataan menohok ataupun tak menohok jiwa

Maka akan bertemu dengan keindahan
Rasa indah yang tiba-tiba membuat tersenyum simpul

Lalu serta merta berkata "Ini tulisan atau sampah?"
Lalu tangan akan memaksa menulis
Agar tak menjadi tulisan sampah

Debaran Ini

Apa?
Semuanya berlaku
Semuanya berlalu

Ibarat lendir yang menempel terus bergoyang pada hidung
Menjijikkan

Ingin pergi saja
Lalu bantingkan semua beban di atas tanah
Lalu berkata "kalian bukan masalah"

Lalu apa yang menjadi masalah?
Masalah adalah saat nafsu berdebar ingin berpeluk
Terus berontak
Apalagi saat ada yang berkata "harus bertemu lagi, dan rehat ini hanya sementara"

Akal sehat yang terasa konyol

Debaran ini
Sekedar memuaskan nafsu dunia saja

Kisah Celana

Jahat
Celana hilang
Belum ketemu
Sisa percintaan malam ini
Mungkin di hari terang bisa diketemukan
Karena semua telanjang di ruang gelap
Ruangan terbuka lalu terpergoki manusia
Malu
Kalang-kabut berlarian

Celana itu memang sudah kembali
Tapi celana yang membungkus nafsu belum ada

Sahwat yang meronta
Lalu menjadi hilang kendali
Keduanya berlari

Entahlah
Bagaimana nasib celana itu
Semoga besok saat cuaca terang tertemukan

Ini sekedar kisah celana
Bila esok saat hari terang ada
Mungkin percintaan hendak bertiarap
Sesaat tapi sangat penuh berharap
Percintaan ini ingin berhenti

Sudahlah
Celana itu semoga ada saat benderang



Senin, 22 Mei 2017

Selingkuh Manusia

Lekas!
Carilah tempat untuk peraduan asmara

Cepat!
Tutupi percintaan ini dengan beragam alibi juga alasan

Berlakulah kotor
Berlakulah seperti ahli agama agar terkelupas rasa percaya manusia

Beribu hari persenggamaan ini terajut
Dan ini suatu kenikmatan yang semu tapi lezat
Nama Tuhan hanya baju duniawi saja

Tinggalkan sejenak pasangan berTuhan
Aroma senggama ini bukan binatang
Candu sahwat ini tak terlarang
Karena uang juga kebendaan telah disumpalkan

Sembunyi dari manusia
Bak api dalam sekam
Ibarat bom waktu
Menunggu saatnya tiba untuk dihujat

Sembunyi dari manusia
Mampukah sembunyi dari hukum Tuhan?


Minggu, 21 Mei 2017

Damailah pengganggu

Kututup kuping untuk kebisingan
Saat berada dalam suatu ruang sempit
Hanya ingin ketenangan
Dan anehnya mencari ketenangan dalam tempat setan

Perut yang beraduk
Rasa yang berkecamuk

Maka damailah para pengganggu
Saat ini hanya ingin kedamaian
Agar lancarnya segala yang bergumul dalam pencernaan

Jumat, 19 Mei 2017

Apa Yang Harus Kukatakan?

Apa yang harus kukatakan?
Pada cinta yang tak seharusnya mencinta
Pada rindu yang tak seharusnya merindu
Memendam dalam semilyar sikap diam
Menulis beribu ragam gaya kasih sayang dalam kata
Mungkin hendak membuat dia mengerti
Tapi lacur
Semua sikap juga kataku tak pernah digubris sayang
Karena selalu coba kusembunyikan semua perasaan cintaku
Apa yang harus kukatakan?
Kasih sayangku padamu tak selayaknya bersauh
Sungguh masih belum bisa juga menjauh
Masih menyimpan harapan untuk dicintai dan dimengerti
Terlalu nekat lagi frontal bila kukatakan mencintai dia
Tak mau kehilangan dia
Walau bicara dan menyentuh dia tak kunjung jua
Hanya bisa memandang segala gerak-geriknya lewat media sosial
Hanya bisa melihat wajahnya dari masa ke masa lewat pajangan di media sosial dia
Iya, akulah sang penguntit karena aku mencintaimu teramat sangat
Apa yang harus kukatakan pada dia?
Sembunyikan rasa cinta ini sudah terlampau lama
Bila kukatakan khawatir dienyahkan dari kehidupan dia
Karena cintaku pada dia sungguh keterlaluan
Sekali lagi
Apa yang harus kukatakan?

Terseret Bisik Cinta Dunia Kesetanan

Semalam indah
Tapi tiap sisi hati saling berbenturan
Kenikmatan yang menyetan
Menyeret pada keping-keping luka
Runyam bila tak tersalurkan
Rasa yang sangat keterlaluan
Membuta nurani sisi kereligian
Setan selalu membenarkan nafsu-nafsu cinta setan ini
Mencinta dengan menjaga dan tahu batasan
Logika berpikir
Mana ada kebersamaan mencinta tanpa restu Tuhan
Karena bersama dalam cinta hanyalah atas nama Tuhan
Dalam ikatan berijab dan berkabul
Lalu percintaan macam apa ini?
Bersama lalu menyebut nama Tuhan dalam kisah cinta setan ini?
Nurani yang mati lalu membenarkan bisik sesat
Karena semalam indah
Karena sisi iman menyalahkan
Karena sisi dunia setan membenarkan
Dan sungguh lemah dalam iman
Sedang mencari pegangan terdalam menuju jalan Tuhan
Kuatkanlah, duhai Tuhan!

Wajah Serupa

Setiap kali singgah membenci
Persinggahan yang berbeda
Dan anehnya yang terlihat hanya wajah yang sama
Seraut wajah yang terlarang dirindukan
Seraut wajah yang terlarang dicintai
Wajah yang sangat dicintai
Atau memang diri ini mencintai bentuk wajah seperti itu?
Tak tahulah karena teramat lelah mencinta dan menyayang tapi teracuhkan
Kubawa bersama udara yang berhembus
Setiap rasa cinta juga sayang yang terkemas tak berbalas
Wajah-wajah yang serupa tapi dalam diri yang berbeda
Dan sungguh teramat mencintai wajah-wajah itu

Mencari Ketenangan Jiwa

Adakah sebersit kata sejuk dari bibir?
Mengapa hanya peluh lalu dusta yang menyeruak?
Dan lagi telah bosan atas semua perilaku ini
Semua mengarah pada kesetanan
Ibadah ini cukupkah menghapus dedosa?
Ketakutan bila ibadah ini tak cukup
Masih saja penuh khawatir
Resah dan kesah dalam hidup
Tuhan hanya dijadikan paragraf saja
Nama Tuhan masih coba dibajui dalam jiwa
Mungkin suatu saat ada kebaikan bagi jiwa
Dan masih mencari kebaikan berTuhan
Karena dengan mengingat Tuhan maka hati menjadi tenang

Kamis, 18 Mei 2017

Perlakuanmu Kepada Selain Aku

Haruskah kucemburu padamu?
Kau bukan apa-apaku
Tapi kusayangimu teramat berat
Cemburu caramu memperlakukan yang lain selain aku
Kusemai saja angin yang berhembus
Kupanen agar kulupa pada cemburuku
Tapi sungguh tak kuasa melupakanmu
Setiap kali berpapasan denganmu api membakar
Senyumku padamu kedustaan belaka
Melihatmu memperlakukan yang lain selain aku
Berlari lalu tertawa mencoba tak peduli dihadapanmu
Tahukah kau?, aku menangis di pojok sepi ruang
Lemah dan teramat tak berdaya
Mencintaimu sangat keterlaluan
Dan tak mau membuatmu terpaksa untuk mencintaiku
Kini dirimu sedang nyaman dengan selain aku
Perlakuanmu kepada selain aku
Dan itu teramat menyakitkan jiwa

( Cikampek, 30 April 2017. Pkl : 20:58 wib)

Hari Penampakkan

Jika memang menjadi asap maka terbanglah
Penghormatan yang semu tapi masih diharapkan
Lelah bila harus terus-menerus menjadi pendukung setia
Laku kesetanan yang dibuhuli

Mungkin akan tertawa atau mungkin akan menangis kelak
Cukup menyakini saja bahwa ini jalan Tuhan
Bila jalan Tuhan yang dituju berbeda arah maka hormatilah
Suatu saat dan entah kapan tapi pasti datangnya
Saat semua hal tak bisa lagi disembunyikan

Jangan pernah memaksakan sesuatu yang menyamankan sendiri
Tapi tak membuat nyaman yang lain
Nikmati saja sendiri pilihan itu tanpa mendominasi lagi memaksakan
Sungguh menanti hari saat semuanya ditampakkan
Alibi serta alasan yang dibuat-buat tak mampu menjadi tameng berperisai

Hari pembalasan di padang mashar
Dan menunggu saat hari itu tiba

( Cikampek, 18 Mei 2017. Pkl : 00:52 wib)

Minggu, 14 Mei 2017

Sekedar Tahi Lalat

Tahi lalat pada lehermu
Akupun punya itu
Tapi melihat wajahmu terlalu sangar
Tahi lalatmu hanya satu di leher kanan
Aku miliki dua tahi lalat juga sebelah kanan
Cukup aneh
Tapi sudahlah
Mungkin sekedar kebetulan tak bertuan
Tahi lalat yang aneh

( Cikampek, 11 Mei 2017. Pkl: 22:40 wib)

Kabar Kabur

Kabari suatu kabar
Kabar yang tak kabur
Meremang-remang dalam kisah
Mengaburkan suatu peristiwa dengan topeng
Berlaku bijak tapi kamuflase

Dunia mungkin bisa tertipu
Namun hanya hati nan peka mampu meraba
Ketakutan pada norma-norma susila

Silahkan pertontonkan saja melodrama
Keceriaan yang penuh topeng sandiwara

Suatu kabar indah yang penuh kekaburan

BerTuhanTak Kenal Cuaca

Menangis saat terpuruk
Tertawa saat kemenangan
Dunia yang terus menipu lalu mendaya

Dan berlarian saat bahagia hampiri
Melupa pada Tuhan saat gembira
Mengingat pada Tuhan saat berduka

Jiwa ini manusia
Selalu mencoba berTuhan
Tak mudah tapi layak diperteguhi

Dalam berTuhan suka dan duka

Dalam Tidur Sang Anak

Tidurlah, nak!
Biar ibu yang mendampingi

Tidurlah, nak!
Biar bapak yang menjagai
Berharap Tuhan melindungi

Nyenyakanlah dalam lenguhan nafasmu

Anakku!
Waktu usia batas hidup suatu rahasia
Tak tahu kapan persisnya ajal memotong kehidupan
Tiada yang tahu di antara kita siapa yang terlebih dahulu meregang nyawa

Bila waktu kematian tiba maka teguhlah berTuhan
Jangan pernah ingkari rasa keTuhanan
Dunia mungkin bisa tertipu
Tapi Tuhan Maha Mengetahui isi hati
Setitik dusta dalam jiwa tak mungkin terlewati Tuhan

Tidurlah, anakku!
Ibu bapak menghembuskan dedoa melalui buhul-buhul pengharapan
Pada Tuhan yang Maha Terjaga

Jumat, 12 Mei 2017

Kasih Sang Anak Terbatas

Malam ini terpikirkan untuk pergi saja
Meninggalkan semua kenangan juga kisah
Dan semakin jelas saja
Cinta anak hanya sepanjang galah
Cinta orang tua tak terbatas
Seorang teman mengatakan "jangan pergi"
Lalu mencoba bertahan dan entah sampai kapan

Apakah memang aku yang harus pergi?
Agar semua baik-baik saja
Agar semua normal dan berjalan seperti biasa
Namun begitu banyak rasa cinta pada ibu dan bapak
Sungguh nyawaku dan hartaku tak cukup balas semuanya
Tapi melihat keduanya tak bahagia membuatku merana

Karakterku terlalu antagonis
Pantaskah kutemani mereka?
Pantaskah aku sebagai anaknya?
Tak tegar menjadi tameng
Kepayahan hadapi tulang rusuk yang bengkok
Bila dipaksa terluruskan maka patah
Sungguh hanya ingin keduanya bahagia
Tapi hatiku tak bisa munafik
Aku yang tak nyaman dengan perilaku setan
Mungkin aku juga setan?
Tak tahulah
Malam ini terbersit untuk pergi saja

Tuhan punya rencana
Berserah mencoba
Sembari memincingkan sebelah mata
Mengalir sajalah
Bila terbaik maka Tuhan mencahayai

Sungguh betapa dahsyatnya kasih orang tua
Saat kini berbanding terbaik padaku yang ingin menyerah
Tapi menyerahkah orang tua saat membesarkanku?

Menguatlah jiwa
Pergilah perangkap setan
Dan berikanlah kekuatan untuk menjagai hingga aku mati

( sms dengan seorang teman "Sob")

Ipar Itu Kematian

Semuanya akan baik-baik saja
Seperti air yang tenang
Fokus dengan lebih fokus lagi
Buat bumi meniru laku diri
Jangan biarkan diri meniru bumi
Segalanya akan terjadi jika saatnya tiba
Semua petuah ada dalam semua kehidupan ini
Antisipasi lalu konsentrasilah bersama Tuhan

Lakukan dan miliki sesuai kebutuhan
Karena semua yang berlebihan tak pernah menjadi baik

Tak tahu malu
Amarah hanya menghabiskan energi positif
Masih saja masuk melangkah
Seolah tak pernah terjadi apa-apa
Logika juga nurani yang tertutup pekatnya jalan

Mengatakan "kakak" padahal hubungan yang tercipta kematian

Tak Nyaman Pada Pecundang

Terjadi lagi
Bicara seolah dirinya yang benar
Bicara seolah dirinya yang serba tahu
Maklum paling tua
Maklum merasa paling berharta
Maklum merasa paling banyak memberi harta pada sanak keluarga
Maklum dan itu semua apakah untuk menutupi kebejatan seseorang?

Masih saja tertutupi hatinya
Tak mau mendengar dan hanya ingin didengar
Mempertahankan sesuatu yang tak pantas dipertahankan
Muak dengan sandiwaranya
Seharusnya dirajam hingga mati
Tak tahu adat
Tak tahu diri
Tak tahu malu
Urat rasa malu yang telah terputus

Urusan di dunia telah selesai
Dan menanti pengadilan kelak di padang mashar
Silahkan berdebat dan berargumen lalu beralibi pada Sang Esa
Baik buruk sebesar zarah akan ternampakkan

Dan saat ini di dunia kebersamaannya membuat tak nyaman
Karena ini hati bukan benda mati

( Cikampek, 29 April 2017)

Tiba-Tiba Rinduimu

Tiba-tiba ingat kamu setelah lama tak menyapa
Tiba-tiba ingin pelukanmu setelah lama tak berkata
Namun alangkah kasihan jiwa
Saat coba bicara tak kunjung berbalas kata
Kerinduan yang sia-sia

Mencinta bertepuk sebelah tangan
Merindukan tapi hanya mampu menyentuh dalam angan
Rasanya tak mampu untuk berkasih sayangan
Hanya mampu melihat wajahnya dalam bentuk foto dan khayalan
Dalam mimpi berani utarakan

Dirinya yang diam saja dalam dunia nyata
Coba sentuhi dri dengan rasa
Sungguh tak mengapa bila dirinya mendua
Karena tiba-tiba sedang mencinta
Kerinduan ini datangnya tiba-tiba

Seperti otak telah dicuci
Dunia saja yang terus dipikiri
Bila dirinya bermain di atas ranjang dengan yang lain sungguh tak peduli
Nama Tuhan mungkin hanya sedang dibelenggui
Karena tiba-tiba rindui

( Cikampek, 29 April 2017)

Ujung Dunia Sahwat

Ujung dunia yang hendak dicapai tak pernah ditemukan
Dunia ini tiada berujung pangkal
Dunia yang berujung pangkal hanyalah penancapan tugu oleh manusia
Bertahanlah dalam nafas birahi rasa hewan
Sebagai manusia pembedanya sebatas akal
Berpikir jernihlah lalu bersujud walau gemeretak sahwat terus meronta

Saat tak mampu kendalikan rasa birahi meneguh sajalah berTuhan
Dalam susah bukan kepalang cukup mengingat Tuhan saja
Karena mengingat Tuhan semoga hati akan menjadi tenang


(Cikampek, Ahad. 13 Desember 2015. 17.55 wib)

Kamis, 11 Mei 2017

Akun Cintamu

Mungkin terdengar lawas
Tapi inilah sekelumit kisah
Kapan kutulis "cinta padamu" lewat akunmu?
Akunmu seperti terkunci dan sungguh berharap hatimu tak terkunci
Kunci akunmu tak tergenggam
Penuh kerinduan melihatmu di media sosialmu
Berikanlah sekali saja
Akan kutumpahkan kecintaanku padamu
Pada akun media sosialmu
Lalu kuberi tanda "penggemar terbesarmu"
Bila cintamu tak terpeluk
Izinkan kutulis rindu dengan rutin pada akunmu
Akunmu yang pertama membuatku mencinta
Maka berikanlah kata kunci pembuka akun media sosialmu

( Cikampek, 7 Mei 2017. Pkl: 12:35 wib)

Kamis, 04 Mei 2017

Nikmat Yang Sasar

Nikmat sudah
Setelah semuanya dikeluarkan
Terima kasih
Kenikmatan nan semu
Ingin menangis saja
Menyesali tapi menikmati
Harus bagaimana ini?
Kenikmatan yang seharusnya tak dinikmati
Lihatlah kini menatap Tuhanpun menjadi lemah
Syukur yang salah
Dikeluarkan tidak pada tempatnya
Seharusnya tak berterima kasih
Seolah lapang lalu nikmat
Perilaku-perilaku sesat yang coba "dibenarkan" iblis
Ini semua nikmat dan indah tapi tak berTuhan
Kenikmatan yang sasar

( Cikampek, 28 April 2017. Pkl: 19:29 wib)