Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 26 Oktober 2020

Kamuflase Riya

Terus beranekdot
Terus memutarbalikkan fakta
Seolah kebenaran hanya berada pada lidahnya
Bersembunyi pada jubah agama
Ada kelicikan tergurat pada pena
Menipu penuh daya karena dunia memang tempatnya
Ada kesakitan pada yang tersakiti
Dunia telah terselesaikan
Mari saling menunggu saat kelak di hadapan Tuhan

Berkata dirimu "tak boleh bertengkar, sesama saudara harus penuh kebersamaan"

Maafkan, jika diriku tak mengetahui cerita kehidupanmu
Karena memang kau yang menutupi latar belakang kehidupanmu
Bila sairku tergores pada panca inderamu mungkin hanya kebetulan saja
Kau hanya mengetahui kisahku tetapi tidak dengan perasaanku
Karena mungkin kau juga sedang berdusta dengan kehidupanmu

Kamuflase tuhan yang kau urai
Bak ada dusta yang menganga

Kamuflase riya itu merendah diri tetapi tiba-tiba berlagak seperti menjadi sang serba maha

Sabtu, 17 Oktober 2020

Kau Akan Pergi

Ingin bertemu sebelum kau pergi

Ingin bercumbu dan saling menghasrati
Agar reda rasa rindu
Meskipun sekejap untuk menghapus airmataku

Tak terbayangkan jika kau tiada kabar
Walaupun pada awalnya kita berdua tak mengenal
Dirimu yang semakin beranjak penuh menakjubkan
Mungkin perlahan akan melupakan

Duniamu, teman-temanmu, kesibukanmu menutupi besarnya rasaku padamu

Maafkan, jika masih belum bisa padamkan rasa mencintaimu

Tak mau kehilanganmu
Tapi sadar kau tak mungkin kumiliki

Dalam resah kerinduan
Hanya ingin sedikit belaian darimu
Karena tak bisa menebak masa depan
Masih ingatkah kau akan rasa cintaku padamu kelak?

Rabu, 14 Oktober 2020

Dariku Untuk Percintaan Kita

Maafkan atas sebentuk cinta dariku

Banyak kekurangan atas semua rasaku
Tak sanggup memenuhi semua inginmu
Walau berat melepasmu


Tapi bila kau bahagia maka rela agar kau bahagia
Walaupun kita berdua tak bersama


Inilah diriku
Dengan segala keterbatasan dalam percintaan


Cinta itu tentang rasa
Cinta itu tentang kenyamanan

Tak usah berdusta bahagia bila senyatanya merapuh


Bahagialah para pecinta
Pupuklah cinta dengan ketulusan

Selasa, 13 Oktober 2020

Tak Berubahkah Kau?


Terulang lagi seperti dahulu
"Suka dan cinta" dari ucapmu
Tetapi kau katakan sembari terus canda gayamu
Aku merasa lelah dari berharap darimu

Semalam kau bilang saat esok pagi
Menunggu dari pagi, siang hingga sore hari
Kau tak kunjung memberi
Kau tak pernah berubah dan terus mempermainkan hati

Kau datang malam ini lalu menyapa
Tetapi entahlah harus bagaimana
Karena kau seolah terus menunda
Di ambang batasku untuk percaya

Menatapmu indah
Bersandar pada sebatang pohon nan rindang
Mungkin bersamaku kau jengah
Maka bahagiaku walau tak kunjung meregang

Malam sederhana
Yang kuingin hanya berdua
Kau tak datang
Kau berdusta pada inginnya rasa sayang

Minggu, 11 Oktober 2020

Bertanya Tentang Maumu

Ingin segera bertemu
Berdua saling memadu
Agar kau tahu
Seluruh raga utuh untukmu
Menunggu
Segeralah datang karena menahun merindu

Sebenarnya bagaimana dengan rasamu untukku?

Merasa Kebal Lagi Tak BerTuhan

Keterlaluan

Miris sekali
Di bahu tersemat dan terlindungi atribut kekebalan juga senjata
Kemudian membabi buta memporak-porandakan tatanan fisik serta pondasi
Gedung kau hancurkan
Nyawa kau tikami
Senjata kau letupkan memberondong ke segala penjuru
Manusia yang tak sehaluan kau lenyapkan keberadaannya


Lacur sekali!
Lebih biadab dari setan
Bahasa yang sama
Ras yang sama
Negara yang sama
Tetapi mengapa perlahan kau hancurkan kedigdayaan negara?

Saat semuanya terlanggar
Saat semuanya hancur lebur dan terkuak
Kau sibuk mencari kambing hitam
Kau sibuk mencuci tangan

Padahal kau yang merusak
Padahal kau yang membunuh


Saat kedunguan bersembunyi dibalik hukum dan kekuasaan
Maka berjuanglah para pejuang

Sejarah akan mencatatnya
Bila tak kunjung terekam oleh media-media
Jangan pernah takut
Ada kehidupan setelah kematian


Dan buat kau
Kehidupan duniamu tak akan pernah sekalipun mendapat bintang di dunia 
Karena kau tak percayai tuhan

Tuhanpun tak kau takuti

Sabtu, 10 Oktober 2020

Panjang Umur Perjuangan

Panjang umur perjuangan

Lenyapkan intoleransi juga pemufakatan jahat
Cobalah memilih yang terbaik dari setiap pilihan
Jangan pulang dengan tangan kosong
Bersungguh-sungguhlah untuk setiap pilihan
Jangan pernah tertawa saat berkata "tak pernah memilih karena semua busuk"

Berjuanglah
Bertekadlah
Karena Tuhan menilai dari kesungguhan berusaha
Pilihlah kebaikan
Yakinilah bahwa masih ada orang baik
Maka pilihlah orang baik pada kumpulan terbusuk

Panjang umur perjuangan
Kebodohan berkerah merajarela
Bukan berarti membiarkan kebodohan tersebut
Karena saling mengingatkan dalam kebaikan serta kebenaran termaktub pada kitab suci

Berjuanglah
Bicaralah yang lantang agar orang dungu tidak merasa pintar

Orang pintar jangan hanya diam
Bergeraklah
Kobarkan dan gaungkan sendi-sendi kesadaran kaum kebodohan

Sirnakan kejahilan
Terangilah kebenaran

Orang pintar jangan diam bak tandaskan lemahnya iman

Panjang umur perjuangan
Memperjuangkan kebenaran yang selalu diputar balikkan oleh kaum kebatilan

Berjuanglah, duhai para pejuang!

Salam perjuangan

Memperjuangkan anti penindasan serta kesewenang-wenangan

Saat bicara terlarang
Saat berunjuk rasa terganjal aturan
Jangan menyerah
Teruslah berjuang!

Saat orang bodoh merasa benar maka berjuanglah untuk memperbaikinya
Jika orang benar hanya diam saja melihatnya maka lemahlah imannya

Berjuanglah!
Walaupun banyak aral rintangan
Jangan menyerah

Dan luka itu ternyata masih belum kering
Masih ada emosi yang meletup kala membahas kebodohan

Bersabarlah, duhai jiwa!
Tenangkanlah semesta

Menohok dalam perjuangan
Menuliskan semangat melawan penindasan serta kebodohan

Jumat, 09 Oktober 2020

Memakiku Pada Nurani Kesetananmu

Ingin memakiku

Berlaku seenaknya saja
Karena sedang berada di tampuk kekuasaan
Karena sedang merasa kaya raya sendiri saja
Menumpuk kuasa juga harta walaupun menyengsarakan orang lain
Tiada respek kepada orang lain
Biadab


Tetapi tiba-tiba teringatku
Kapan kematianku?
Siap atau tidak siap kematian tak bisa ditawar olehku
Berharap telah tertunaikan kewajibanku
Tak mau menggantung kelak roh jiwaku
Bicara agama
Berpakaian selayaknya ahli surga
Tapi tak tercermin pada mulut, hati juga perilaku
Bergaya bak orang kaya tetapi dengan menindas memaku


Cecunguk
Seperti kunyuk
Tertawa menyeringai seolah semua laku tak akan mendapat balasan dari Tuhan

Tetap berlaku seenaknya
Terus menekan orang lain
Tak berempati sedikitpun pada kehidupan orang lain


Ada perut yang lapar
Ada sedih yang tertahan menunggu demi asap dapurnya mengepul


Atau kau memang biadab?
Berjubah dan beridentitas agama tetapi laku setan yang kau kemas

Kamis, 08 Oktober 2020

Sisipkan Empati Dan Simpati

Emosi labil

Bak usia remaja bertindak hanya naluri saja
Tak sekalipun berempati juga simpati meresapi sanubari

Lakukan saja apa yang dimau
Karena surga tak akan pernah salah memilih penghuninya
Jangan mengaitkan perilaku buruk yang terjadi sekarang pada takdir Tuhan
Berubahlah pada kebaikan lalu kaitkan usaha tersebut pada takdir Tuhan

Tak pernah merasakan sakitnya menstruasi
Keringat dingin, nyeri perut yang menghentak lalu sakit kepala yang mencengkram berputar
Memang tak semuanya mengalami tetapi ada yang sampai kehilangan kesadaran
Rasa sakit yang alami nan natural pemberian Tuhan

Empati juga simpati maka sisipkanlah
Perlakukan orang sebaik ingin diperlakukan
Jangan perlakukan orang jika tak ingin diperlakukan seperti itu

Merepih hari
Mengarungi peristiwa
Adakah sisi empati juga simpati tersimpan di hati?
Atau memang sebenarnya memang bebal juga keras kepala seperti setan penghuni abadi dari neraka?

Rabu, 07 Oktober 2020

Menggugat Palsunya Pertemanan

Tak mengerti

Sisi baikkah mereka

Atau kelicikan yang tersinyal pada hati
Terpapar pada perilaku dunia

Seharusnya ada dukungan
Bila memang sejatinya berkawan
Seharusnya tidak bersembunyi dibalik satu posisi
Bagiku cukup mengetahui

Kawan yang senyatanya berteman
Atau kawan yang datang dengan kepalsuan sembari bertopeng
Ada kehidupan setelah kematian
Dan kutagih setiap ketidak jujuran mereka di hadapan Sang Maha Penyayang

Kesedihan Tentangmu

Harus bagaimana hidupku tanpamu?
Mendengar kau akan pergi menjauh 
Lalu bagaimana dan darimana kutahu kelak tentang kabarmu? 
Sadari aku yang senantiasa jatuh cinta tetapi rasa cintamu tak pernah bersauh 

Sedih lagi meremuk pada dada 
Telah kau katakan kita hanya berkawan 
Pahami tentang regulasi bercinta 
Tetapi tetap saja melukakan 

 Bertahun-tahun menahan rasa 
Kini kau seolah akan menghilang 
Aku terjerembab lebih dalam pada rindu yang rasamu tak berada 
Aku takut kehilangan lalu kau benar-benar hilang

Belum sempat dalam pelukan
Belum sempat dalam kecupan
Belum sempat dalam percintaan
Tentangmu sisakan kesedihan

Perpisahan 
Menyakitkan
Tanpa pernah ada sentuhan
Tanpa pernah ada ikatan

Senantiasa mencintaimu walau kau mengacuhkannya

Minggu, 04 Oktober 2020

Tarian Kesedihan

Begitu banyak perih yang dilalui

Penilaian yang tak akan pernah bisa obyektif
Pembenaran opini sesuai kriteria yang diingini
Berdalih telah melakukan riset untuk penilaiannya
Terlalu dan keterlaluan pada kegilaan penghormatan


Topeng kehidupan yang terus dikenakan
Penindasan, pengkerdilan status seseorang lalu dimatikan perlahan kehidupan sosial yang tak sehaluan

Ketidakadilan, kesewenang-wenangan yang terlakukan bersembunyi atas nama kebebasan berpendapat


Hukum dunia yang memihak serta sepihak
Hukum dunia yang dipermainkan sesuai kepentingan ras serta golongan tertentu saja

Bukankah semua di mata hukum semua sama tanpa melihat status sosial serta latar belakang?


Sakit menjadi pesakitan
Nyeri menjadi tak tertahankan
Keadilan yang memihak membuat luka yang menganga
Kesabaran macam apalagi yang harus dikelola?

Tak tahan lagi atas kebodohan argumen yang sekolam kebodohan dan kedunguan


Menari
Menarilah dalam kesedihan

Tak membenarkan perilaku-perilaku kejahatan
Tetapi penjahat sesungguhnya melakukannya dengan berbaju intelektualitas juga berpayung hukum


Penjahat sesungguhnya tak menari
Karena penuh malu yang teramat sangat


Menarilah sekali lagi
Menari kesedihan merubah menjadi keceriaan

Sabtu, 03 Oktober 2020

Sapaan Merindu

Hai!

Apa kabar?
Dirimu penuh kesempurnaan
Bahagia melihatmu baik-baik saja
Setelah sekian lama kehilangan jejakmu

Merinduku pada hangatnya lakumu

Endapkan saja rasa
Karena hanya akan menambah luka
Larungkan lalu mati

Percuma Menikmati Cinta

Tidurlah, setelah kenikmatan yang kita bagi

Tidurlah, dalam dekapan alam
Mimpilah, hadirkan ragaku pada mimpi
Indahilah, pada rasa yang berbalut temaram

Menolakku untuk tidur
Walaupun badan terbujur letih di atas kasur
Merindu sebuah pelukan
Ingini selaksa percintaan

Lagi dan terulang kembali dusta
Cinta yang senantiasa terjunjung tetapi terus tergerus diingkari
Maumu dia tapi tak mau lepaskanku pada rasa
Kau pikir dunia bisa seenaknya kau permainkan dan candai?

Nyeri
Begitu derita luka terasa kembali
Hari ini
Iya, tersentak saat mengetuki seluruh sisi

Apalagi?
Tak cukupkah merutuki? 
Tak cukupkah menjauhi 
Sehatlah selalu dalam lindungan ilahi

Terpisah karena si mulut bengis nan manis di pipi
Masih sakit hati 
Entahlah, sampai kapan menepi
Mungkin menunggu si mulut bengis itu mati