Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Kamis, 30 April 2020

Andai Kita Tak Berjarak

Andai dekat pasti kau kan kusayang
Tiada kepalang
Kupetik bintang
Kupeluk dan kubuai dalam sayang
Kukecupi hingga mabuk kepayang

Andai kita berdekatan jarak dan bayang
Kau pasti kuberi rasa dan kutidurkan dalam sarang

2 Anak Remaja

Kedua anak lelaki remaja
Kedua anak lelaki ingin berbahasa
Ingin bercerita
Karena kini mereka berdua yang menjaga

Tetapi diamlah pada malam remang lewati senja
Sang ayah sedang bersenggama
Di bawah ranjang bukan dengan bunda
Suami dan istri yang miliki akta berbeda
Berdua sedang bermanja

Hentikanlah bercerita
Kedua anak remaja tak akan pernah bisa
Sang ayah yang terus cekoki dengan argumen dunia
Lakunya benar walaupun hina

Penis yang terkokang bak senjata
Menghujam terlarangnya vagina

Maka kedua anak remaja
Telah tertipu daya

Rabu, 29 April 2020

Tameng Rasa

Gulali masih digenggam
Penuh gula pada kedua tangan
Tercacah manis
Terkunyah dalam mulut
Begitu indah

Mata mendelik
Bibir saling menggigit
Gemeretak gigi terdengar membuat ngilu
Asam ini tak manis
Pahit ini tak asin
Terasa kecut
Begitu nyeri
Ada tetesan air jatuh dari kelopak mata

Dunia hanya senda gurau
Dunia hanya sebuah kelakar

Bertahanlah pada sebuah tameng
Karena ada persembahan untuk sejatinya sebuah rasa

Bersyukur dan bersabar semoga menjadi suatu perpaduan termegah

Menduakah Cinta Ini?

Berjingkrak dalam nestapa
Termenung pada logika
Semua perasaan bercampur aduk di dada
Menjadi sebuah kain kasa
Rapuh bahkan sedikit koyak terbakar asa
Duhai, Sang Maha
Terlalu penuh dalam mencinta
Pada makhluk ciptaan Sang Maha Esa
Tak berkutik serasa
Menyandarkan harap padanya
Duhai, Maha Raja
Ingin melepas ketergantungan darinya
Agar sujud patuh selalu pada-Mu semata
Merintih dan ketakutan bila cinta pada-Mu telah mendua
Tak mau menjadi menyembah yang tak pantas disembah untuk cinta
Harus bagaimana?
Seolah tak bisa hidup tanpanya
Seolah lemah tak berdaya
Seharusnya mencintai hasil karya-Mu sewajarnya saja
Lalu mengapa ada tangis saat dirinya telah tiada?

Sebuah Pengingat

Sampai kapan bermain-main dengan kebatilan?
Tak mampukah membaca petunjuk pada yang terhampar di atas muka bumi?
Tak takutkah berbuat kelaliman dan kezaliman?
Ada azab bagi pelalim serta pezalim di dunia
Hati yang cemas, ketakutan, malapetaka, kekeringan, kelaparan, kemiskinan, wabah yang merajarela
Bahkan sakitnya saat dicabut nyawa oleh izroil tak bisa terlewatkan

Masihkah bermain-main dengan kesesatan serta kebatilan?
Tak cukupkah risalah-risalah dari sang pemberi-pemberi peringatan?
Karena seorang pendosa tidak akan memikul dosa orang lain

Maaf Untuk Semua Rasa, Puisi Dan Cerita

Andai bisa berdua
Kan kubuktikan sebuah rasa
Cinta
Penuh hasrat dari jiwa
Sebuah rahasia
Hanya kita
Sembunyi dari dunia

Saling berdebar semua
Cukup tutup kedua mata
Dalam ruang berasmara

Kenapa dengan usia
Bila nyaman yang di damba
Tetapi jika dirimu tak mau dalam rasa
Lalu aku bisa apa?
Tak hendak memaksa

Karena sejak dulu nyamanku bersama
Nyeri terasa
Saat kau tak mau berjumpa

Potret tak akan cukup mereda
Kita harus bersua
Lalu saling merasa
Potretku nanti saja
Bila kau dan aku telah menjadi kita

Sulit atas janjimu yang terkata
Mungkin memang tiada cinta
Darimu hanya canda
Lebih baik tak usah saja
Agar tak ada yang terluka
Bila hanya arti sebuah makna
Maka kau bisa dapatkannya
Bukan dari aku saja
Kau bisa dapatkan dari yang kau cinta

Tolonglah untuk percaya
Bila kau nanti berjumpa
Akan kuberi rasa bahagia
Bahagia yang belum pernah ada
Dalam ruang hanya ada kita
Kau akan rasakan suatu nikmat seperti di surga

Tak mau ada kecewa

Jumat, 24 April 2020

Zona Parkir

Terlentang
Berbaris
Semuanya sama saja
Posisi yang dilematis
Segalanya dilakukan
Semata-mata hanya untuk bertahan
Tertekuk
Terkulai
Tak lagi bisa dibedakan
Sistem memarkir bus
Bertahan walau berat
Terus diserang tapi terus bertahan
Sampai kapan?
Entahlah!
Zona parkir

Terima Kasih Telah Hadir

Untuk kamu
Tuliskan sebanyak-banyaknya rasa
Ada terketuk terima kasih untuk semua
Terima kasih telah ada
Temani perjalanan di masa lampau

Masa kini pencarian bahagiamu masih terus kau cari
Melepaskan bentuk ucapan terima kasih
Tiada lagi kenyerian
Tiada lagi dendam untuk membalas semua sakit hati

Masa kini mencari bahagia masing-masing
Masa depan berharap tertawa mengenang selaksa peristiwa yang berbelit

Bila bersama hanya ada luka
Bila bersama hanya ada duka
Pantaskah mempertahankan walau hati-hati ini terkoyak?

Tak lagi sehat sebuah ikatan
Saat memandang jalan dengan sudut pandang yang tak lagi selaras
Untuk apa lagi bila berdusta senyum juga tertawa tetapi tak pernah bersama lagi

Terima kasih pernah ada
Mencoret pada lembar kisah kehidupan

Kamis, 23 April 2020

Kisah Pembagi Birahi

Merepih
Menepi
Jangan dekati
Bila masih berhalusinasi
Bila masih berimajinasi
Tentang cinta
Tentang rindu
Tentang kasih sayang

Berharap perubahan setelah semua yang terjadi
Mungkin hati bisa menyembunyikan
Tetapi hasrat birahi terlanjur turun jangkar
Menipu untuk mereka yang penuh kepolosan

Sebenarnya tak mau lagi terus mencangkok perasaan

Tetapi teringat pada perihnya mengetahui berbagi birahi dengan pasangan orang lain

Dan masih saja tertipu dengan janji-janji penuh tipu daya

Terserah saja
Makan saja sebongkah janji juga kepercayaan

Bila telah berbagi birahi
Maka tak akan pernah mudah melepaskan sahwatnya

Apapun Mauku

Ini mauku
Saat istilahku harus semua menyetujui
Bagiku mudik dan pulang kampung berbeda
Camkan!

Bila saat ini kedua kata maknanya sama
Maka tunggu waktunya
Akan kurubah arti kata tersebut
Agar kata itu sesuai yang kumau

Ini mauku
Bukan maumu

Pulanglah Dengan Bijaksana

Apa kabar?
Membaikkah kehidupan setelah kepergianku?
Kudengar semakin berjalan baik
Sungguh senang mendengarnya
Bila tanpa kehadiranku kehidupan membaik maka tak mengapa
Menghilang demi kebahagiaan yang tersayang bukan masalah
Tak mengapa dunia tak memihak
Kebahagiaan serta membaiknya kehidupan walau tanpaku membuatku merasa lega
Asal jangan lagi memasang jubah agama sembunyikan najisnya suatu hubungan
Asal jangan lagi mengenakan topeng keTuhanan demi sembunyikan laku-laku setan

Senin, 20 April 2020

Aku Minta Ampun

Pada rapuh kumasih berdiri
Pada bersimpuh masih mencoba menghisab diri

Getaran-getaran keagamaan mengerucut mengisi rongga kepala
kepayahan serta kesesakan menohok dada

Ingin menangis karena terasa sembab terasa
Tapi seolah kering airmata

Mengingat begitu banyak dosa
Malu pada Sang Maha Pencipta

Ampunan-Nya begitu teramat luas
Minta ampunku untuk dedosa begitu malu karena hati bak batu cadas

Ingin Tuhan selalu berkalung pada badan
Agar senantiasa berTuhan dalam berjalan



Pintaku dengan rendah diri hanya ampunan dari Tuhan

Mencintai Dari Jauh

Belum terucap rasa
Serasa tertahan sejumput rasa
Kata cinta, sayang juga rindu mendadak kelu
Walaupun sempat terlontar tetapi berputar tak karuan

Tak berani berterus terang jika membutuhkanmu teramat sangat
Rangkaian cinta menjelma pada bait-bait sajak rasa

Menunggu kau jatuh cinta
Mencintaiku dari kejauhan

Minggu, 19 April 2020

Mencurah Yang Terpendam

Kapan?
Kau datang lalu saling cukupi dahaga hasrat

Pada debar
Pada resah
Ada rindu yang ingin segera tercukupi

Kutunggu datangmu
Untuk memadu
Bercumbu dalam kelambu

Penjelasan Apa Lagi?

Tak akan berkata
Karena semua telah ada
Pada yang kubagi petanda-petanda

Menyadari sepenuhnya
Kasih sayang beserta rasa cinta
Tak selamanya bisa termiliki jiwa

Sebuah pengagum rahasia
Sebuah rasa cinta yang rahasia

Tak mau menjelaskan lagi segalanya

Bagiku tak mau kehilangan kenyamanan rasa
Walaupun memeluk serta menciummu ku tak akan pernah bisa

Jarak yang teramat jauhnya
Tak kuasa menemuimu walaupun merindu terus meronta

Menunggu saja
Hingga kau mau dan berkata
Bahwa kaupun mencinta

Maka tak butuh penjelasan lagi tentang cinta

Sabtu, 18 April 2020

Mencintai Dalam Sepi

Menyapu seluruh penjuru
Butiran debu dan dedaunan bak harta karun
Wajah yang letih
Tubuh yang lelah
Jiwa yang kosong

Mencari dalam milyaran bintang pada andromeda
Semalam begitu mengagumkan
Rintihan serta gelinjangan penuh hasrat
Kecupan serta pelukan dalam kehangatan
Meraba kenyataan pada imajinasi khayalan

Mencintai dalam sepi

Mengejawantahkan hasrat dalam angan serta buaian
Betapa nikmat bercumbu dalam lamunan
Mencari pada realita tak semudah perkataan bumi
Betapa trauma terus-menerus menjadi horor
Betapa nyeri mengikuti bagai bayangan yang menghantui

Mencintai dalam sepi

Betapa nikmat bercumbu dalam hasrat asmara
Dalam resah berbagi ciuman juga dekapan

Berharap trauma serta nyeri segera hilang

Jumat, 17 April 2020

Tai Kerbau

Adakah yang bisa mencium?
Ocehanmu seperti bocah ingusan
Ingin semua sesuai kehendak hatimu

Bagiku tai kerbau
Semua yang keluar dari mulutmu

Bagiku tai kerbau
Semua kelicikan dari hatimu

Bagiku tai kerbau
Semua perilaku dusta manis yang terpapar dari keseharianmu

Anjing Betina

Berlagak manis semanis racun
Adakah racun yang manis?
Racun yang tersajikan dari mulut bualmu
Bicara mendayu serta merayu
Menipu dengan sikap dusta kepolosan
Tetapi keruhnya hati menjadi rutinitas sehari-hari
Omong kosong bicaramu masih ada saja yang percaya

Dasar anjing betina!

Jiwamu tertawa karena bisa mendikte segala
Begitu banyak yang tersakiti serta terluka
Kau pikir kebal dari azab Tuhan
Kau mungkin merasa tak tersentuh rasa sakit
Tapi lihatlah orang-orang yang berada di sekitarmu
Derita keluargamu akibat ulah perilaku licikmu

Dasar anjing betina!

Masih saja tak bisa berpikir
Bila memang kau tak tersiksa
Luka itu akan terkoneksi pada anakmu, pasanganmu atau sanak kerabatmu
Mencuri tapi menuduh pencuri
Menyakiti tapi menuduh yang tersakiti
Memfitnah keji tapi menuduh yang terfitnahi

Dasar anjing betina!

Ingatlah!
Ada hidup setelah kematian

Ucapan maaf akan berkorelasi dengan konsekwensi perbuatanmu
Azab dunia juga azab kelak di hadapan Tuhan

Dasar anjing betina!

Itulah mengapa neraka banyak terpenuhi oleh para betina

Kamis, 16 April 2020

Hilang Saat Senja

Esok pagi tetaplah pagi di esok hari
Mungkin sudah menjadi sampah
Jangan pernah berharap ada keutuhan esok hari
Pada senjapun telah hilang

Tak kuasa terhangatkan
Tak kuasa terhidangkan

Diriku yang sedang dahaga serta lapar
Saat senja mulai hilang tergerus malam
Segalanya telah menjadi sampah

Bila memang kau memaksa untuk ada
Maka akan kubawakan walau tak lagi utuh

Karena kenikmatan itu telah hilang saat senja hari ini

Aku Masih Rindu

Mengapa tak kau pikirkan?
Hanya melihat jawaban perasaan
Sentuhlah!
Rabalah!
Lihatlah!

Masih ingatkah saat kau suapiku martabak
Pada remang selepas senja
Di bawah pohon rindang
Beralaskan tikar
Kau cumbu
Kau rayu
Kau hasratiku
Dan martabakpun teranak tirikan

Kini hanya dengan jawabanku saja kau tak mau memikirkan

Apakah harus kubakar kemenyan?
Apakah harus kutusuki boneka vodoo?
Apakah bola santet api harus kuarahkan di atas rumahmu?

Ini malam jum'at
Aku masih rindu

Walau kau sudah tak memikirkanku lagi

Rabu, 15 April 2020

Tuhan Sedang Memilah

Panik
Takut
Menjelma berkecamuk gerogoti jiwa
Menghadapi musuh yang tak kasat mata

Dunia yang sedang kolaps
Sejarah yang akan mencatat
Karena sesungguhnya manusia tidak berdaya

Bertahan semampunya
Berjuang sekuatnya
Karena kehidupan harus diperjuangkan
Tak boleh menyerah bahkan berputus asa
Bahkan bila esok dunia hancur maka tetaplah tanam biji kurma dalam genggaman
Tambatkanlah tali kuda pada tambatan

Tuhan sedang memilah
Pada dasarnya manusia tak tahu yang terbaik bagi dirinya
Kematiankah yang terbaik?
Atau kehidupankah yang terbaik?

Selalu ada pembelajaran bagi para peyakin dan peiman

Tuhan sedang memilah
Rendah dirilah di hadapan Tuhan

Selalu Salah Dalam Penilaianmu

Puitis salah
Tidak puitis salah
Maunya apa?

Cukup nikmati saja
Bila tak menyuka tinggalkan saja

Mengapa begitu banyak pertanyaan yang tak bisa kujawab?
Karena aku bukan Sang Pencipta
Aku hanyalah ciptaan Tuhan

Jangan terus memaksa untuk memberi jawaban yang tak ku tahu jawabannya
Jangan mendorong tubuhku terus ke jurang
Kalian membahayakan
Maka akan berkelit dari pengaruh doronganmu

Kalian datang sesuka hati
Kalian bicara tanpa penyaring pasir di mulut
Kalian seperti tak miliki cermin

Ini bahasaku dalam berbicara
Sudah tak punya empati dan respekkah kalian?

Atau memang bahasa kalian selalu menilai dalam kacamata kuda?

Seteko Air Teh

Air teh yang membingungkan
Persis seperti dirimu
Yang gamang untuk membalas hasratku

Air teh bila diminum dingin akan terasa hambar
Air teh bila dicampurkan gula maka kadar gula darah naik tak kira-kira
Seperti itulah dirimu bak simalakama terhadapku

Air teh terasa nikmat bila diminum hangat
Maka rengkuhlah secepatnya hasratku padamu selagi berkobar

Jangan menunggu waktu yang tak tahu kapan datangnya
Jangan menunggu seteko air teh menjadi dingin
Jangan menunggu seteko air teh terbuang tumpah sia-sia

Untukmu yang di sana bak seteko air teh yang dingin

Masih Tentang Kopi

Kubersyukur kompor gas akhirnya memanas
Seperti panasnya hati saat kau berkelit dengan sibukmu

Lihatlah!
Air panas terjerang
Bahkan telah kuseduh kopi juga sereal
Tetapi kopiku tak sehitam kopimu
Kopimu hitam segelap janjimu

Kopiku capucino
Kopi bercampur coklat nan menggoda
Karena sadari bahwa dirimu hanya berikan angan juga janji kosong

Tidak suka pekatnya hitam seperti kopimu
Karena kopiku berbeda denganmu
Dan yang lebih menyesakkan cintaku berbeda dengan cintamu

Kopi dan sereal telah tandas setelah selesai menyetrika pakaian

Janjimu seperti pekatnya kopi
Janjimu akan merekam suara dan menyanyikan Siti Aisyah Istri Rasulullah
Hingga saat ini tak kunjung kau kirimkan
Katamu "gitaris yang kehilangan senjatanya"

Kopimu sehitam janjimu
Masih tentang kopi
Kopi yang berbeda selera

Secangkir Kopi


Bagimu hari nan cerah
Secangkir kopi tengah kau nikmati saat beranjak senja
Bagiku penuh suntuk
Sedari malam memutar knop kompor tapi tak mau menyala
Gas kompor tak mau menyalakan api
Air panas untuk menyeduh kopipun tertunda
Hingga sore ini belum ada segelas kopi

Kau ingin dan tak ingin menikmati segelas kopi bersama
Kau bilang tak ada waktu untuk bersua

Bagiku cukup!

Kau mempermainkan perasaan
Dan secangkir kopipun kau permainkan
Bila memang tiada rasa
Maka jangan pernah memberi asa untuk minum kopi bersama 

Rahasiakan Saja

Maukah?
Menjadi rahasia dalam sebuah hasrat

Menjadi orang lain
Menjadi yang bukan diri sendiri
Tertawa bahkan tersenyum
Walaupun nyeri menyesakkan rongga dada

Apa itu cinta?
Bila hadirnya bersamaan dengan patah hati
Dirimu yang terlalu sempurna
Dirimu yang terlalu baik
Hingga kesusahan mendapatkan seutas senyum darimu

Tak usah mengumbar cinta
Bila memang dunia terlalu ramai
Rahasiakan hasrat ini dari dunia juga dari pasanganmu

Karena sedang ingin berbagi rasa
Karena sedang ingin berbagi kasih juga sayang

Terkadang dalam malam bertanya
Sedang apakah kau di sana?
Kecemburuan yang tak berhak 

Tetapi rasa ini nyata
Hingga turun hingga ke gorong-gorong
Hingga menelurkan pertanyaan yang terkadang absurd

Datanglah!
Rahasiakan saja
Seutas birahi kala merindu

Selasa, 14 April 2020

Jungkir Balik Mencinta


Jungkir balik mengejarmu
Berlari dan berjalan dampingimu
Terjatuh serta berdiri hampirimu
Bermimpi atau terbangun selalu
Tetapi bila Tuhan tak menasbihkan lalu
Bisa apa aku?

Jungkir balikpun tak ada manfaatku
Secukupnya mencintamu
Secukupnya membencimu
Mampukah aku?

Kejamnya Sebuah Rasa

Kau aktif untuk dan dengan siapa?
Menjadi gila
Dalam kungkungan cinta
Inginkanmu saja
Tetapi kau berhenti tiba-tiba
Kau memporak-porandakan sebuah rasa
Sayang dan kasih pada jiwa
Akankah masih bertahta?

Menetapkan Batas

Ada jarak pemisah
Bukan karena sekedar wabah
Tapi virus kejinya jiwa teramat parah
Diriku yang telah
Diriku yang lelah
Dan mungkin juga telah akui kalah
Tapi pemenang tak selalu mengacungkan galah
Kita berdua membatasi
Pada masing-masing sisi
Batas yang kelak menjadi pondasi
Karena tiada yang akan sia-sia untuk Sang Maha Suci

Senin, 13 April 2020

Ternyata Kosong

Sayang, sayang!
Kepalamu peyang!

Cinta, cinta!
Matamu mungkin buta!

Rindu, rindu!
Dirimu yang ibarat hantu!

Menunggu di suatu tempat
Sinyal rasamu tak terlihat

Hujan yang tak kunjung reda
Terpaku dalam diam bak tak bernyawa

Marahku
Marahmu

Ternyata kita berdua tak saling mencinta
Lalu untuk apa terus bertanya?

Cinta, sayang juga rindu
Basa-basi antara aku dan kamu

Minggu, 12 April 2020

Sepi Menanti

Maaf, untuk cinta ini
Menunggu tapi tak di nanti
Dirimu yang sibuk dengan yang lain untuk dicintai

Melirikmu dan kaupun melihatku
Tak berani berhentiku
Karena khawatir kehilanganmu

Rasa sendiri
Cinta sendiri
Berapa lama lagi harus terkurung sepi?

Cinta terucap dan tak terucap bagiku sama
Karena dirimu memang tak pernah peka
Walaupun bertubi-tubi telah kukirimkan tanda cinta

Sepi
Sendiri
Menanti tapi tak dinanti

Sabtu, 11 April 2020

"Ambyar"nya Bumi

Jalanan lenggang
Tiada lalu lalang
Berjalan membatas pada bayang
Inikah yang dimaui?
Atau kita semua buta juga tuli?
Hingga benar-benar merusak tatanan bumi
Enyah!
Entah
Penduduk bumi sedang terjerembab di pojok lembah
Lantas kezaliman apalagi yang hendak disebar?
Masihkah sombong di atas kepala terpijar?
Bila melawan ciptaan Tuhan yang tak kasat mata kelimpungan membuat "ambyar"


(Ambyar adalah bahasa pergaulan yang dapat di artikan berantakan atau hancur tak beraturan)

Jumat, 10 April 2020

Semalam Bersama Hangatmu

Tak bisakah kau mencintaiku walau semalam?
Tak bisakah kumerangkai rindu di tubuhmu walau semalam?
Ku tak meminta cintamu seharian
Hanya semalam saja hingga terbit fajar
Akan kubuai dan kubelai dirimu hingga serasa di kahyangan cinta
Memeluk tubuh indahmu merupakan pengandaian inginku

Hanya semalam saja

Bergetar tubuh saat rindu telah di ubun-ubun
Tetapi dirimu yang tak pernah anggap ada untuk rasaku
Sejuta berondongan tanda telah kukirimkan
Mercusuar telah memancarkan rasaku
Pistol sinyal telah kutembakkan ke langit agar kau mempeka
Kau tetap diam tak bergeming
Kau masih memeluknya
Padahal hanya ingin semalam saja bersamamu
Tinggalkan sejenak pasanganmu lalu beradu hasrat denganku malam ini

Hanya semalam saja

Semalam bersama hangatmu

Rabu, 08 April 2020

Emosi Yang Mengendap

Ingin menangis
Tetapi serasa tak punya airmata
Ingin marah
Tetapi serasa tak punya keberanian
Semua rasa akhirnya menumpuk di dada
Kekesalan yang tak tersalurkan
Mengendap menjadi bebatuan cadas
Apa yang dilihat tak sama nilainya antara sesama
Apa yang didengar tak sama nilainya antara sesama
Begitulah kehidupan
Niat baik seseorang belum tentu diterima baik
Bila bersedih maka bersedihlah
Bila bahagia maka berbahagialah
Secukupnya rasa sesuai takaran diri
Jika bersedih tapi tak berairmata maka bersedihlah tanpa menangis
Jika berbahagia tapi tak tertawa maka berbahagialah tanpa melebarkan bibir tanda tertawa
Karena setiap yang bernyawa miliki emosi

Selasa, 07 April 2020

Cinta Di Musim Kalut

Bukan takut
Jangan cemberut

Ayo, ikut!
Nanti kujemput
Tetapi untuk saat ini cuaca buat semaput
Pakailah masker juga ciput

Suatu hari kasih sayang kita akan berpaut

Arti Sebuah Kemuakan

Tertawa tapi tak tertawa
Begitu hitam perjalanan kehidupan
Muak dengan tingkah laku "balerina"
Congkak nian bergetar hingga jiwa
Meskipun yang dipertontonkan tarian angsa
Tetapi hentakan hatinya penuh keji
Haruskah membunuhi mereka yang berlaku culas, keji lagi curang?
Telah muak

Minggu, 05 April 2020

Terkunci

Hanya permainan cacing menemani
Bersama puisi
Pada satu sisi
Mungkin tak bertepi
Semilyar rasa pada hati
Adakah bayangmu pada diri?
Tertulis pada puisi?

Entahlah bila tak mengingati
Dirimu tak jua pernah singgah dalam mimpi
Dirimu don juan yang banyak wanita dekati
Tak berani
Menjadi
Yang terdekat sebagai kawan sejati

Satu yang pasti
Jika dirimu sedang galau lalu terkunci
Cobalah menulis lalu bernyanyi
Dalam lirik mengalir satu sisi

Aktifitas fisik menemani

Bangunlah kekasih tak di mengerti

Dalam resah selalu ada hikmah tersembunyi


Lumpur "Sok Suci"

Pergi lalu tinggalkan
Setelah mengeruk pembelajaran atas kesemerawutan rasa
Tak mau lagi berkubang lumpur layaknya seperti kumpulan babi
Bila menyuka maka nikmatilah lumpurnya

Tetapi bagiku sudah cukup
Berlumpur bersamamu terlalu penuh kemunafikan
Pantas saja ada yang mengatakan padamu "sok suci"
Karena memang seperti benar adanya

Sabtu, 04 April 2020

Keranda Rasa

Jangan hubungiku lagi
Bila hanya melukai
Jangan bicara lagi
Bila tak kunjung mencintai

Hanya ingin saling memeluki
Hanya ingin saling menciumi
Dalam debar hati
Saling berbagi rasa untuk menikmati

Maafmu Menyisakan Luka

Tak mudah memaafkan masa lalu
Karena rasa sakitnya masih terasa
Tetapi kehidupan harus terus berjalan
Kehidupan harus melangkah kedepan
Ucapan maaf darimu telah kudengar
Tetapi jangan memaksakan untuk mendengar jawabannya
Karena nila setitik rusak susu sebenggala
Semua tak sama lagi
Rasa itu kini tak seperti dulu
Kini hambar

Telah melarungkan nama-nama pada aliran sungai citarum
Mengenalmu tetapi tak mau lagi menjadi dekat
Ada racun yang mencandu pada dirimu
Ada bom waktu yang tiba-tiba menunggu saatnya untuk meledak

Urusanmu urusanmu
Urusanku urusanku
Karena
"Pemahaman" agamamu bukan "pemahaman" agamaku

Berargumenlah kelak di hari akhir
Saat tiada lagi kebohongan

"Matamu" Katamu

Setidaknya telah berkata
Tentang cinta
Karena tak mau datang bila terluka

Bila padamu bukan cinta
Lalu mengapa selalu mendamba?
Sadar tak mungkin bersama
Ini mungkin sekedar halu yang bertahta
Bahwa
Kuberani menuliskan padamu kumencinta
Walau memilikimu mustahil dan sedikit bertanya
Maukah kau membalas rasa?

Hantu Berdaster


Aku teramat lelah
Kini menyerah
Tak lagi menulis rayuan untuknya
Karena dirinya tak peduli

Hantu berdaster
Terserah

Seharian Bersamamu

Hai, selamat pagi!
Boleh minta senyummu terpotret pada sebuah gambar?
Sejak semalam merindu
Dan saat tidur tak ada mimpi berjumpa denganmu

Kau tahu
Senyum pada wajahmu telah mengalihkan duniaku
Kau yang ketus
Kau yang bersikukuh tak mau dicintai
Aku yang bersikukuh mau cinta
Tak mudah mendapatkan perhatianmu

Hai, selamat siang!
Jangan tanyakan lagi mengapa diriku selalu peduli padamu
Jangan suruh untuk mencintai selain dirimu
Dirimu yang sejurus tiba-tiba datang kemudian pergi lalu datang lagi
Kau membuat hidupku tak karuan
Diriku yang selalu ingin tahu kabar darimu
Kau yang membuat tak fokus pada langkah serta gerak

Kau tahu 
Siang ini terasa begitu terik walau cuaca sahdu
Kau terus-menerus menerorku dengan perkataan kasarmu
Aku ini manusia pecinta
Bila kau tak mencinta tapi jangan larang hakku untuk mencinta
Sadari tak selamanya cinta harus memiliki
Karena cintaku jatuh pada hati yang salah

Hai, selamat sore!
Tiba-tiba kekasihmu mencoba menerorku
Ingin bicara denganku
Jangan memaksa dirimu dalam cinta
Kekasihmu hanya melihat yang terpapar pada akhir
Seharusnya kekasihmu melihat obrolan kita yang terdahulu
Bahwa ada doa dariku untuk kelanggengan hubungan kalian
Tak mau merusak kemesraan hubungan kalian
Aku tak serendah itu

Kau tahu 
Sore ini hujan
Kuberjalan tergesa coba mencari tempat berteduh
Kekasihmu gigih coba hubungiku
Dan aku tak mau mengangkatnya
Untuk apa?
Karena yang kukenal hanya dirimu
Dengan kekasihmu ku tak mengenalnya

Hai, selamat malam!
Tak usah terus coba bicara dirimu
Tak usah terus coba menggoda diriku
Yang kau cinta dirinya yang telah berikanmu kemilau dunia

Kau tahu 
Diriku memang tak semewah dirinya
Dan tak mengapa jika dirimu bercinta pada ruang indah bersamanya
Doaku untukmu
Karena kuyakin cinta bagiku akan datang
Dan telah rela bila malam inipun tak juga memimpikanmu

Kamis, 02 April 2020

Monyetpun Ingin Bahagia

Saat monyet telah berkeluarga
Saat monyet telah dikaruniai anak dua
Saat monyet membasuh selangkangan yang bukan pasangannya
Saat monyet lebih berdiri membela monyet yang lain lagi betina
Monyetpun ingin bahagia
Monyetpun tak ingin dikerangkeng kaki serta tangannya
Biarkanlah monyet bahagia di dunia
Lepaskanlah monyet dari genggaman kita
Jangan halangi pencarian bahagianya
Bila monyet lebih memilih yang lain dalam berbetina

Karena kita percaya pada adanya Tuhan, surga serta neraka

Mengemis Hasratmu

Tolonglah!
Ajari untuk melupakanmu
Tak mudah melenyapkanmu dari rasa cintaku
Walaupun kau mengusir dan memarahi untuk rasa inginku
Berikan saja setetes
Agar dahaga dapat mereda
Kecupanmu
Sentuhanmu
Ketelanjanganmu
Berdua membuat ranjang papan berderit-derit
Rasakan saja rasa hasratku
Bila memang kau masih juga membatu
Membatumu dalam keterlentangan kubuat kau kenikmatan
Pejamkan lalu rasakan saja
Berikan setetes rasa pengasihmu

Janji Lelaki

Seorang laki-laki tidak akan mengkhianati ucapannya
Kata janji telah terucap maka teguh pada segala yang terkata
Terikrar tersaksi di keramaian serta pada Sang Semesta
Tiada niat untuk mencoreng walau apapun terpapar gegoda
Langit setelah hujan
Pandangilah lekat-lekat dengan kedua mata
Arahkan kamera telepon ke atas
Takjub melihatnya
Setelah sekian lama baru bersua
Pelangi melukis di cakrawala
Menggurat langit sesaat mereda hujan
Rindu yang berserakan
Cinta yang berantakan
Saat janji terkalahkan nafsu syahwat setan
Masih pantaskah di sebut pengikut keTuhanan?
Akan tetapi warna pelangi menyilaukan mata
Ingin rasanya segera meminjam selendang terbang meniti pelangi
Mengecupi indahnya
Menggauli syahwatnya
Di sepanjang rel kereta api
Di tepian rel kereta api
Janji lelaki tergadaikan pada fatamorgana warna setelah hujan
Berapapun bayarannya akan dikecupi warna-warninya
Tak peduli pada pasangannya masing-masing
Janji lelaki yang terkelupas oleh pelangi