Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Selasa, 29 Oktober 2019

Hanya Cinta

Malam ini belum bisa tidur
Ada sedikit kekhawatiran tentangmu
Cinta yang masih mengambang
Dirimu bak pesona di ujung khatulistiwa
Merekah mencintai tapi masih tak kunjung merasai
Jangan katakan benci
Karena telah belajar larungi kata membenci
Tak bisakah hanya cinta yang menjadi bahasa di bumi
Ingin semua semesta indah
Tiada pertikaian dan yang ada hanyalah cinta
Mencintaimu merupakan sebuah anugerah
Tak menyesali memberikan hati ini untukmu
Walau kini entah di sisi penjuru dunia yang mana kau berada
Bersamamu ataupun tidak
Mencintaimu sesuatu yang teramat berharga

Diamlah, Cintaku!

Jangan meragu untuk cinta ini
Cinta ini inginkan dirimu
Menyatu dalam kecupan juga pelukan
Erangan-erangan rasa
Sentuhan-sentuhan sayang

Diamlah!
Biarkan kenikmatan menjalar pada tiap sendi
Nikmati peluhnya
Nikmati aromanya

Dalam ruang
Saling berpeluk sayang
Maka cukup diam lalu nikmati dan terus melayang

Senin, 28 Oktober 2019

Posesif Rasa

Kusayang kamu
Semua tentang dirimu hanya untukku
Bicara cintamu hanya untukku
Semua rasa juga ragamu untukku saja

Kau tak boleh bercengkrama dengan yang lain
Kau tak boleh tertawa dengan yang lain

Posesifku padamu hingga kau membosan
Saat kau membosan tapi tidak dengan posesifku
Saat ku membosan maka hancurlah posesifku

Posesif karena terlalu cinta
Cinta yang tak pernah kenal kata tidak
Posesif cinta yang egois

Keterlaluan Kasihmu

Memangnya haruskah mempedulikan pada ujaran penghinaanmu?
Merasa paling benar bertingkah laku
Bicaraku yang gagap juga gemetar tak pernah kau perhatikan
Inginmu pada bicara serta tawamu yang mau didengarkan

Keterlaluan!
Kasihmu hanya mengasihi diri sendiri
Tak ada simpati
Tak ada empati
Terus menerus ujaran benci serta celaan meluncur dari mulutmu

Haruskah kuperhatikan dirimu yang seperti tak miliki cermin diri?

Merendahkan sesama
Menghancurkan karakter orang
Menikam dari belakang
Tawa yang palsu

Saat tertawamu untuk sembunyikan sesatmu

Keterlaluan kasihmu!
Kasihmu yang benar menurut otak kepalamu

Mengaduh

Gaduh
Lalu mengaduh

Maukah seorang penjahat di labeli penjahat?
Maukah seorang penjajah di katakan penjajah?
Maukah seorang pendusta di gelari pembohong?
Maukah seorang yang zalim di sebut Sang Zalim?

Lalu sibuk bersilat lidah
Agar semua tindak juga lakunya termaklumi
Ada juga yang menerimanya

Sudut pandang yang berbeda
Pandangan manusia yang bisa tersusupi
Pola pikir dunia
Pikiran dunia yang bisa tersuapi

Buka sudut pandang terbaru
Jangan hanya mengaduh
Tanya nurani
Adakah Tuhan terpahat pada hati?

Bicaralah, Cintaku!

Ini bibirku maka ciumlah!
Ini tubuhku maka peluklah
Dalam rasa pada dahaga
Hasrat yang seperti biasa terlalu bergelora
Jatuh cinta pada senyummu
Jatuh cinta pada lesung pipitmu
Jatuh cinta pada kejujuranmu
Bila cinta maka bicaralah
Bila rasa maka hasratilah
Cinta ini kita berdua yang rasa
Dalam agungnya sebuah kata
Cinta
Cerita indah nan tiada akhir
Bicaralah!
Karena akupun inginkanmu

Rabu, 23 Oktober 2019

Mengapa?

Apalagi?
Itu saja tentangmu
Karena dirimu tak bisa kulukiskan
Karena dirimu hanya ingin kurasakan
Kenapa?
Seolah dirimu tiada rasa
Seolah hanya penuh pura
Ketakutan teramat kehilanganmu
Mengapa?
Ingin berdua saja dalam ruang tak beruang
Menumpahkan segala macam segi kerinduan
Dirimu mencintalah seperti diriku
Apakah?
Ajaklah dalam hasratmu
Ajari tentang sebuah cinta darimu
Karena dirimu sesuatu yang pertama dalam cinta

Selasa, 22 Oktober 2019

Berdua Dalam Auman

Mendekatlah!
Lalu saling berpeluk
Tiada aroma sewangi ciumanmu
Dalam tidur ataupun dalam terbangun
Kehangatan berdua denganmu pada sebuah alas serta ruang

Tidurlah, sayang!
Jangan banyak merintih
Nikmatilah dalam gelinjang pada malam-malam
Atau merangkullah pada pagi, siang ataupun senja hari
Karena sedang libur
Maka...

Saling merasa pada hasrat yang tak akan pernah selesai

Mendesah Saat Bertemu

Maaf!
Jika cintaku ini kurang bagimu
Hanya ingin bersamamu lalu saling menguatkan
Karena sedang teramat sangat menyayangimu
Kuhiraukan kesakitan dalam perjalanan
Kaki kiri terkilir tak kurasakan
Karena hanya ingin menjadi yang terdekat denganmu
Luapkanlah kekesalanmu
Letuskanlah semua keresahanmu
Bila semua bisa melenyapkan semua memori mantan-mantan pasanganmu
Diriku yang sederhana
Tak hendak menjunjung harta di atas kepala
Karena hanya cinta yang kupunya
Lupakanlah!
Mengunjungi ramainya sebuah pasar malam
Hiburan termewah bagiku
Tak hendak pergi kesana
Bila tanpamu disisiku
Membayangkan dirimu bersama yang lain
Bicara lalu tertawa maka itu membuat perih
Mencintaimu
Menemukanmu
Setelah pencarian dalam ringkihnya rindu
Maukah dirimu kupeluk?
Maukah dirimu kukecup?
Maukah hasrat kita menyatu walau dalam ramainya pasar malam?
Mencintaimu kini, esok dan selamanya
Menanti pertemuan itu
Dan semoga ada desahan dalam kerinduan saat bertemu nanti

Senin, 21 Oktober 2019

Berpura-pura Cinta

Kepekaannya dusta
Kepeduliannya bohong
Semua kata juga perilaku terlakukan untuk kepentingannya sendiri

Nasehatnya sampah
Tingkah lakunya seperti sibuk mencari panggung pengakuan

Ini bukan kebencian
Hanya merasakan ada ketidak tulusan darimu

Biarlah waktu yang menjadi bukti
Bila dunia saja telah kau beli
Cukup menjaga lagi mawas diri
Tak mau menjadi teman terdekatmu kembali

Cukup untuk memgetahui cintamu yang penuh pura-pura
Mencintai tapi pura-pura itulah karaktermu

Pembatasmu

Cinta yang tak berwujud
Mencintaimu dalam lembaran mimpi
Ingin memelukmu segera
Dirimu yang acuhkanku
Menepi dan lelah atas sikapmu
Mengapa tak kunjung juga saling memeluk?
Berbagi kehangatan dalam sedikit gelinjang serta kecupan
Dirimu yang masih saja memasang pembatas atas diriku
Mencintaimu tapi terhalang batas yang kau pancangkan
Kelelahan untuk pengejaran cintamu
Dirimu yang seperti bayang-bayang
Semakin kukejar, dirimu semakin menjauh
Saat ku diam, kau ikut tak bergerak
Batasan apa yang kau terapkan untukku?
Hartakah?
Paraskah?
Status sosialkah?
Sungguh bila dunia yang menjadi pembatasmu maka menyerahku
Karena dunia tak akan pernah puas untuk terkecapi
Hanya Tuhanlah yang menjadi penolongku

Jumat, 18 Oktober 2019

Dengarlah!

Untuk dirimu
Dengarlah!
Mencintaimu
Tak menyentuhmu
Dalam doa memanggil dirimu pada Tuhan
Adakah denting itu sampai kepadamu?

Saling menatap dahulu dan belum terucap cinta
Saling penuh rasa malu bila berpapasan
Dapatkah kita sekarang bersama?
Atau kita berdua terlalu penuh rasa malu dan sungkan?

Sungguh mencintaimu sedari dulu
Tetapi dahulu dirimu di kelilingi para kumbang yang benderang
Lalu menatapmu dari kejauhan
Lalu menggumamkan namamu di sudut hati terdalam

Dengarlah!
Ingin bersamamu
Riak yang semakin kelam akhirilah

Bilang Keluargamu!

Bilang ke ayahmu!
Kita terbang

Bilang ke ibumu!
Kita sekedar bersenang-senang

Dalam ruang
Tanpa ruang
Bak rasa malu yang telah hilang

Saling memaguti rasa
Walau tanpa sahnya sebuah kata
Karena sedang di mabuk asmara

Bilang kepada semua keluargamu!
Kita hanya berpetualang
Bila telah bosan maka tak repot memutus ikatan

Percintaan tanpa ikatan
Maka
Bilang sekali lagi kepada seluruh keluargamu!
Kita sedang kesetanan

Egoisnya

Memikirkanmu
Melamunkanmu
Tak tahulah sampai kapan rasa mengkerdil
Biarlah waktu yang menjadi penyembuh

Dalam rinai hujan berjalan di bawahnya
Menusuk tajam sebuah perlakuan
Berairmata tak kentara dalam hujan

Bila tak tahu lagi harus bagaimana
Biarkan waktu yang menjadi obat
Entah sampai kapan!

Hari Penuh Setan

Sedang bersamanya
Dalam derit ranjang saling mengadu
Sedang bersamanya
Dalam rangkulan tangan memacu berkendara
Desahan birahi saling memacu
Keringat membasahi setiap pelukan serta kecupan

Lebih dari 1 dekade berkecimpung dalam hari-hari kesetanan
Menikmatinya seolah dunia buta pada setiap persetubuhan
Berlaku lugu penuh santun nan polos untuk mencoba sembunyikan persetubuhan kesetanan

Malam setan
Tapi tidak hanya malam saja yang penuh setan
Pagi dan siangpun menjadi setan-setan dalam birahi yang terlarang

Rahim

Aku tak bisa memilih dari rahim siapa aku dilahirkan
Tapi aku bisa memilih kepada siapa penghormatanku diberikan
Hanya orang brengsek yang membuatnya terduduk menangis di lantai
Dan tak pernah melupakan hal itu
Sok suci yang tersematkan kepadanya ternyata benarlah adanya
Berlaku bak pewaris agama tapi keruhnya hati menjalani dunianya
Dari rahimnya ku terlahir
Ku memilih untuk menyerahkan penghormatanku padanya
Kau buatnya menangis maka ku ingat hal itu
Tapi tak akan kubuat "rahim tempatmu berdiam" menangis juga
Tak sudi menjadi sepertimu
Menarilah dirimu dalam dunia silat lidahmu
Sudah muak
Ingin kuhajar lalu kusumpal mulut juga laku kurang sopanmu itu
Tapi tak mau mengotori diriku dengan manusia goblok sepertimu
Bawa saja duniamu
Lalu persiapkan alibi terbaikmu kelak di hadapan Tuhan

Kamis, 17 Oktober 2019

Merindu Keduanya

Merindu basah di musim kering
Menanti derai hujan untuk menghapus segala gersang
Datanglah!
Kerinduan padamu tak bercabang
Merindu panas di musim basah
Hangatnya mentari ditunggu untuk menghangatkan kerinduan
Kunjungilah!
Kecintaan pada mentari mengalahkan segalanya
Lalu memakai topengkah saat berbicara kerinduan?
Kerinduan seolah terobral murah dari hati serta mulut
Saat kecintaan terucap hanya demi kepentingan pribadi semata-mata
Bak tiada rasa syukur untuk semua nikmat
Belajarlah bersujud!
Belajarlah bersyukur!
Belajarlah merindu kepada semua takdir
Tak ada kebetulan yang terjadi
Semua peristiwa telah digariskan oleh Tuhan
Dan merindu hujan serta mentari
Merindu keduanya sebagai rasa syukur pada Tuhan

Rabu, 16 Oktober 2019

Duri Dan Mawar

Apa yang harus disyukuri?
Saat memegang indahnya bunga mawar bertangkai duri-duri
Ada juga yang terpana dan sangat takjub melihat seutas tangkai penuh duri
Tangkai deduri ini yang miliki kelopak-kelopak terindah dipandang oleh mata
Menyingkirkan semua aura negatif
Berusaha tampilkan semua pesona positif
Walau memang tak pernah akan mudah
Tak usah mengeluh
Endapkan keluh-kesah
Setiap manusia miliki cara pandang yang berbeda
Tapi tetaplah berdiri pada jalan Tuhan
Jangan sampai tertusuk duri-duri langkah setan

Selasa, 15 Oktober 2019

Menggugat Persepsi Mereka

Merekapun terus menghakimi
Mereka tahu tentang diriku
Mereka mendengar sepenggal kisah yang terpenggal serta tak utuh
Tapi mereka tak pernah mengetahui tentang latar belakangku
Latar belakang di balik sebuah kisah hidupku ini
Memilih pada jalan yang memang akupun tak mau memilih
Tapi
Untuk apa kuceritakan sebuah peristiwa bila mereka hanya menertawakan
Untuk apa kuseka airmata saat selesai bercerita bila mereka hanya memberikan tawa
Mereka mendengarkan petualangan hidupku bukan sebagai kisah
Mereka anggap kisahku sekedar lelucon ataupun dongeng pereda tangisan anak-anak
Mereka seolah penasehat ulung berbalut seorang motivator
Andai luka-luka perih pada jiwa sama juga kau alami
Tapi kumengerti setiap manusia miliki jalan ceritanya masing-masing
Tiada kemarahan bagi mereka yang terus memutar balikkan fakta serta kenyataan
Tak mau lagi terus berdebat berselisih lagi tentang hal itu
Pendapat mereka milik otak mereka
Pendapatku maka saling respek pada jalan yang dipilih
Tak ada lagi emosi
Hanya satu
Perbuatan mereka akan kugugat kelak di hadapan Tuhanku

Pulanglah!

Jangan lupa pulang, nak!
Rumahmu di sini bukan di sana
Walau gemerlap menyilaukan kau dapatkan
Walau pundi-pundi emas menjadi baju keseharianmu
Tak elok melupakan tempat tertawa serta berbagi kisah
Walaupun sekali lagi jalan kehidupan seseorang miliki kisahnya
Masih ingatkah pada wajah-wajah di sini?
Atau melupakah karena begitu banyak hari yang telah kau lewati?
Tak adakah kerinduan saat tetiba bocah menanti di balik punggung
Bocah yang setia duduk hanya sekedar ingin melihat bagaimana sang rupa kini
Walau teman sepermainannya telah beranjak
Tapi bocah tetap setia duduk menanti yang di depannya berdiri
Bocah perindu
Lalu apakah kerinduan ingin pulang ada terlintas pada benakmu?
Bergejolak jiwa
Membara semua pedih
Pulanglah!
Semua menunggu dengan degup jantung paling kencang

Senin, 14 Oktober 2019

Drama Kesenanganmu

Apalagi yang hendak kau pertontonkan?
Kau sedang dalam lingkaran kesenangan
Bukan berarti bebas melakukan pertunjukan tak bertanggung jawab
Kau selalu bersenang-senang mempermainkan kehidupan orang
Kau melakukan drama kriminal
Darahmu berhamburan seperti adegan teatrikal melodrama di atas pentas
Kau ingin dunia tahu kau telah teraniaya
Kau ingin menutupi semua laku-laku kejammu

Tidak semudah itu
Tongkat kesenanganmu tak selamanya
Kematianmu tak kau miliki nyawamu
Segala kesemerawutan tandaskan bahwa kesenangan harus terlandasi rasa syukur

Apalagi yang hendak kau perbuat?
Ada begitu banyak doa para teraniaya olehmu
Kekuatan doa tanpa penghalang menembus Tuhan
Kelicikanmu membunuhmu serta mempermalukan nama baikmu sendiri
Atau memang kau tak miliki nalar kemaluan?

Otak, nurani serta lakumu tak selaras dengan keTuhanan
KeTuhanan hanya kedok bagimu

Dramamu melankolis
Drama berdarahmu hanyalah sandiwara pemuas rasa aktingmu

Kesenangan pada tanganmu dan kau sedang bermain dengan kesenanganmu itu

Dunia telah muak
Menunggu Tuhan menegurmu
Setelah kami tak jemu mengingatkanmu

Menyimpan Potretmu

Bolehkah kuminta potretmu?
Ada berapa banyak yang menjadi penyukaimu?
Telisik pada antrian yang menjadi pemujamu
Dan terselip ada diriku pada barisan pencintamu
Sejak lama mencintaimu
Dalam diam merindukanmu
Diam-diam memperhatikanmu
Kecintaanku padamu yang kupendam sedari dulu
Karena begitu nyeri memendam rasaku
Telah kubagi rasa padamu
Dalam sebentuk perhatian
Pada rangkaian kata di pesan-pesan yang terkirimkan
Lalu mengikuti kehidupanmu pada dunia maya
Tapi kau acuh
Tapi kau abai
Seperti tak merasai segala bentuk perhatianku
Kau tak peka atas segala rasa cintaku yang tersirat
Kerinduanku pada rasa cintamu tak terobati hanya dengan melihat potret-potretmu
Membuat sedih lalu awan sedih menggelayut saat kau tak kumiliki
Tak mau menyerah pada mencintaimu
Tapi kau masih tak kunjung peduli
Memang benarlah sebuah wejangan
"Cintailah mereka yang mencintai agar bisa membalas sebesar rasa cinta yang terberi"
Aku mencintai
Kau tak peduli
Lalu kecintaan yang lain kucari
Walau namamu masih mengendap dan selalu menanti
Potretmu tak kubakar
Potremu kusimpan walau dalam sebuah peti
Peti hati yang lelah tersakiti