Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Kamis, 31 Januari 2019

Tanpamu Seperti Kemarin Saja

Tiada kesempurnaan
Hanya bahagia
Tiada kebencian
Hanya setitik rasa suka
Sepanjang kebersamaan
Maafkan bila buatmu berduka
Sungguh tak berniatan
Bila cintaku buatmu lara
Deru desah perjalanan
Onak duri madu hidup
Bicara lalu diam mencoba kenikmatan
Terkadang menerang, bergelap ataupun meredup
Tanpamu bak kehilangan
Kata-kata menjadi sulit tertata
Tanpamu menjadi gaung kesunyian
Sepanjang hari hanya kosong walau ada tawa
Di sini masih tempat yang sama
Seperti rangkaian gerbong kereta
Cintamu yang belum tersentuh dan teraba
Walau seperti kemarin tapi masih menyimpan asa
Diammu menyakitkan
Perih saat bicara tapi kau membisu
Terasa membakar dirimu penuh kemarahan
Dan hari ini sama seperti kemarin, tanpamu tapi merindu

Selasa, 29 Januari 2019

Akan Kuadukan Kalian Pada Tuhanku

Teramat sakit rasa pesakitan ini
Perihnya semakin terasa bagai luka tersiram air laut
Ingin berontak serta melawan tapi kaki dan tangan terikat
Mulutpun tak bisa leluasa untuk bicara
Dunia yang sedang tak memihak
Walaupun berjalan teguh di jalan cahaya
Kesewenang-wenangan merajah
Berlaku semaunya
Membuat berantakan setiap jiwa
Membuat tangis setiap jiwa
Memisahkan yang bersatu
Memotong yang tersambung
Menghancurkan yang terbangun
Menginjak, mencaci, menghujat
Menikam, mengkerdilkan, mempermalukan
Memojokkan, memfitnah bahkan membunuh
Kalian lakukan semua secara sadar
Kalian lakukan sembari tertawa tanpa rasa berdosa
Kalian mengaku beragama tetapi kelakuan telanjang tak beragama
Seolah terus membidik yang tak sehaluan
Tiada saling tenggang rasa yang dahulu diajarkan bersama bangku meja
Cibiran kalian seolah untuk menyembunyikan kekurangan kalian
Telunjuk kalian mengarah keluar tapi sisa jemari nan banyak arahkan ke tubuh kalian
Mencari bahkan mengais apapun bangkai yang tersembunyi
Tak cukup sadar mulut-mulut kalian bangkai sesungguhnya, bercerminlah!
Dalam tangis tertahan
Dalam sedih yang membungkus
Aku tak akan membalas menyakiti
Karena aku tak sebusuk kalian
Tunggu saja!
Akan kuadukan kalian semua pada Tuhanku

Senin, 28 Januari 2019

Terima Kasih Pada Tak Bernama

Bolehkah kutulis sajak tentangmu?
Walaupun tak seutuhnya mengenalmu
Tetapi hati seolah dekat
Melihat gambaranmu membuat tercekat

Tulisanmu menjadi sumber rindu
Tak pintarnya diri karena tak tahu
Nama lengkapmu seolah kegelapan
Maaf, bila hariku bagimu hanya sebuah gangguan

Matinya Nurani

Mereka berlari
Mereka tertawai
Mereka bersembunyi
Mereka menangisi
Mereka menari
Manusia-manusia baik yang selalu tersakiti
Manusia-manusia baik yang tak berniat untuk membalas sakiti
Penyesalan tiada arti
Mereka berairmata tapi menyimpan iri
Mereka katakan cinta tapi sembunyikan dengki
Dusta berkata dan bohong berlaku jadi aktivitas sehari-hari
Dunia yang terkecohi
Manusia-manusia baik yang terus tersakiti
Mereka lupa Tuhan tak bisa dikelabui
Mereka pintar bertipu muslihat kepada bumi
Tapi ketahuilah Tuhan Maha Pemilik segala tipu muslihat semua yang berdiri

Masihkah tak mau pelajari?
Ataukah mereka memang sudah mati nurani

Penakut Hati

Takut
Teramat ketakutan
Kehilangan dirimu menjadi momok
Sekian lama berjalan bersama
Menahan segala perasaan yang mulai bersemai
Tak mau membuatmu pergi
Tak mau membuatmu hilang
Tapi seolah semua menjadi sia-sia
Dirimu mulai hilang
Dirimu menjaga jarak
Dirimu selalu mencari alasan untuk tak bertemu

Aku yang jatuh cinta sejak pandangan pertama
Pepohonan merunduk seakan tahu diriku yang mencoba menekan perasaan
Tak pernah terucap betapa cintaku padamu

Aku terlalu penakut

Dikatakan ataupun tidak dikatakan kini kau menghilang

Dan aku letih dalam ketakutan tanpamu

Indahnya

Kau tahu
Kusuka saat menggenggam tanganmu
Kusuka menyentuhmu terasa lebur seluruh peluh
Kusuka saat memelukmu terasa gemetar seluruh raga
Mengecupmu menjadi surga tersendiri di dunia
Bercinta dalam percintaan terindah
Semua tentangmu saat bersama merupakan keindahan
Semua tentangmu sangat menyukainya

Dan tahukah kamu?
Semua tentangmu indah bila bukan sekedar khayalan
Imajinasi yang kutulis sembari terduduk di pojok ruang

Saat ini membenci
Karena semua yang kutulis hanya imajinasi penuh daya khayal

Hanya Tersenyum Bak Potret Monalisa

Parah sekali
Menunggu dirinya di ujung gang
Sudah lama sekali
Diriku termabuk lalu berkepayang

Saling melempar senyum setelah beradu pandang
Berbulan-bulan hanya itu yang bisa kukokang
Menyapanyapun seolah lemas kedua tungkai
Bicara "hai" kepadanya tak kunjung tersampai

Takut dirinya tak lagi tersenyum
Bila kunyatakan rasa kemudian dirinya tak mencium
Menunggunya membuat seluruh hidupku mati rasa
Aku cinta lalu berharap dirinya segera peka

Dinginnya Pagi Bekukan Percintaan

Tuhan,
Air pagi ini dingin
Sejak senja kemarin 
Ada hujan sedikit semalam
Fajar tadipun gerimis membungkus hingga mentari sedikit memunculkan wajah
Tuhan,
Pagi ini tak mandi dari sore kemarin
Sedikit dingin tapi entah kalau siang
Tuhan,
Bagaimana lagi aku berbasa-basi
Ingin bercakap tentang kisah cinta yang sedingin hari ini
Tuhan,
Dirinya yang kucinta tapi tak memuja sepertiku
Dirinya yang menjauh karena menganggap tak seirama seorkestra
Lalu mengapa rasa ini terwujud dalam dada bila tak bisa mewujud?
Haruskah bersembunyi dari Tuhan untuk bercinta?
Kutahu tiada tempat di semesta yang luput dari pandangan
Aku teramat mencintai Tuhan
Akupun mencintai dirinya yang memuja di tempat lain
Bagaimana dengan cintaku yang terdingin ini?
Sungguh ingin terhangatkan segera
Tapi tak mau berpaling dari kasih Tuhanku

Jumat, 25 Januari 2019

Wajahmu Kini Berbeda

Wajahmu kini berbeda
Lakumu kini menganga
Kehidupan yang merubahmu
Tak lagi sama seperti dahulu
Rasa baikmu terkikis perlahan
Kerasnya dunia mengejamkan baikmu
Bak bicara kepada orang asing
Padahal darah tergoreng pada wajan yang sama

Carilah rasa baikmu itu
Rasa baik yang tertutupi kejamnya dunia pada hatimu
Karena rasa baikmu dahulu tak pernah hilang
Rasa baikmu sedang lelah sejenak
Rasa baik yang bersembunyi di nurani berTuhan

Rengkuhlah kembali rasa baik berTuhanmu
Dengan merendah diri di hadapan Sang Pencipta

Hanya Bocah Pendosa

Menari dalam tarian setan
Tertawa dalam senyuman iblis
Bicara dalam desahan kesesatan
Menyantap hidangan dalam buaian api neraka
Menikmati karena melupakan hidup setelah mati

Bocah pendosa terbuai
Arak yang membuat lupa
Nafsu dunia menjadi sebuah pemujaan nan klasik
Seperti manusia-manusia terdahulu
Yang kisah-kisahnya termaktub pada kitab-kitab suci
Ataukah telah menjadi tertutup debu sampul kitab-kitab suci?
Ataukah rumah-rumah ibadah hanya menjadi sebuah museum?

Hanya bocah pendosa
Sedang mereguk dedosa
Sedang melupakan kematian yang datangnya tiba-tiba

BerTuhanlah, wahai para bocah!

Kisah Bercintamu Tak BerTuhan

Jangan memaksakan untuk mencintai kisah percintaanmu
Bila kau nyaman dengan kisahmu maka menarilah di kisahmu
Tak peduli bila kau harus memacu birahi ramai di atas ranjang
Jangan pernah paksa untuk menyetujui
Pilihanmu maka nikmati saja sendiri
Karena setiap manusia miliki sudut pandang dunia
Bila dunia yang kau pandang berbeda maka lakukan saja

Hanya pandangan Tuhan yang absolut
Pandangan manusia hanya berdasarkan hukum kepentingan pribadi belaka

Maka nikmati saja kisah percintaanmu sendiri
Bila tak berTuhan maka tinggalkan saja diriku atas kisah bercintamu

Memilihku Bahagia

Apa yang harus kulakukan jika menemukanmu?
Merengkuhmu dalam pelukan itu yang kuinginkan
Sebenarnya masih menyebut namamu
Samar parasmu masih melekat jelas
Seperti kesusahan untuk memisahkan
Di antara 2 kegalauan
Mencintaimu itu khayalankah?
Atau memeluk tubuhmu bisa menjadi kenyataan?
Malam ini seperti malam nan lalu
Kedua mata enggan terpejam
Wajahmu menusuk dada
Menancap kuat menandai sudut jiwa
Tulisanku tentangmu terkadang membuat pilu
Tulisanku tentangmu masih sebuah rasa kelam
Ingin lekas berganti hanya bahagia saja kurangkai
Tapi ternyata kehidupan tak hanya tampilkan 1 sisi saja
Ada lebih sisi yang mungkin harus terkecapi
Dan pilihan untuk bahagia harus menjadi keteguhan yang menjelma
Apakah dirimu merupakan kebahagianku?
Atau dirimu merupakan fantasi belaka?
Ada atau tiada dirimu yang kupilih hanya bahagia

Kamis, 24 Januari 2019

Lebih Bodoh Dari Binatang

Dasar anjing!

Bicara tak mau kalah
Merasa paling berbakti
Merasa paling berjasa
Merasa paling dibutuhkan
Merasa paling dicintai
Merasa paling diperhatikan
Merasa paling disukai

Bagiku tingkah lakunya lebih rendah dari binatang
Anjing, babi saja tak bicara bahasa manusia
Tapi kelakuan yang dikerjakannya selalu memakai bahasa binatang

Manusia-manusia yang lebih rendah dari binatang
Manusia yang merasa mewah padahal bodoh

Rasa Kalahkan Cinta

Dunia macam apa ini?
Jika kujalani hidup tak bersamamu
Tak usah bicara tentang cinta
Lelah mendengarnya
Anekdot teraneh bagi yang bicara cinta
Bicara cinta tapi tak pernah menjadi kenyataan

Bagiku dirimu merupakan sebuah perasaan
Kita lengkapi dunia dengan kisah kita
Bukan dengan cinta tapi dengan rasa
Walaupun ada sedikit mungkin kelak bumbui dengan hasrat bercinta

Karena dunia bagiku rasa
Rasa yang ingin kubagi denganmu
Rasa yang mengalahkan cinta

Tanpamu

Tak usah datang
Bila tak sayang
Tak usah bilang
Bila tak terpegang

Meregang
Menegang
Berbayang
Terjerang

Kecewa Tak Berjumpa

Kecewa
Saat dirimu tak mau berdua
Bukan untukku ternyata itu cinta
Apalagi duduk saling sayang bermanja
Ingin berjumpa
Membelai dan saling rasa
Kau bilang, "entar kapan-kapan saja!"
Aku kecewa
Kusangka kau ada rasa dan cinta
Ternyata sepertinya kau tiada

Rabu, 23 Januari 2019

Tangisan Masa Kini

Sebuah sisi kelam
Senja yang mulai beranjak malam
Saat kawan sisi jahatnya mulai menerkam

Kumpulan anak buah sekarang menjadi bekas
Tapi keluarga walaupun menjauh tiada kata bekas
Dedaunan kering juga rerumputan liar tumbuh banyak di atas

Menciut nyali
Sudah tiada saling mencintai
Omong kosong belaka walau merindui

Menaruh asa
Terjatuh dalam rasa
Kehilangan sisi yang peka

Dunia dan materi yang dipuja
Empati terkikis lalu perlahan tak ada
Menangis dalam jiwa

Rindu
Tentang kebersamaan di masa lalu
Kini yang tertinggal hanya picik, licik, iri hati terus bertalu

Merindukan
Kebaikan
KeTuhanan



(Inspirasi dari film Preman Pensiun)

Ruang Pemulihan

Rebahkan segala resah di dadaku
Bersandarlah di bahuku
Bila butuh pelukan maka peluklah tubuhku
Saling bercerita tentang masalah nan sendu
Sedikit pilu
Jangan pernah ragu
Karena mungkin telah kau tahu
Akan kuhangatkan ruang-ruang sisi sedihmu

Tapi Bukan Aku

Mendayu-dayu
Penuh rindu
Ranting pepohonan saling beradu
Bak orkestra yang teramat merdu
Tapi bukan aku

Kau Mencintai Cinta Masa Lalumu

Kau tuliskan semakna kalimat
"Tiada tempat bersandar, dirimu terus bersabar
"Walaupun problema kehidupan datang pelan lalu menjalani secara menyabar 
"Semua kau hadapi walau sesekali meratapi"
Dan maafkan aku yang tak berada di sisimu
Kisah cintamu di masa lalu
Hingga saat ini kau masih berdiri memaku
Kau senantiasa mengejar memacu
Cinta yang membuatmu seakan mencandu
Kau berharap bisa menyatu
Dan maafkan aku yang telah memasuki kehidupanmu dan dirinya
Kau berharap cintamu tetap berlaku
Tentang cintamu di masa lalu
Kau memilih diam dan masih memaku
Namun kau teramat menyadari cintamu tak bisa menyatu
Maafkan aku yang terlampau cemburu
Aku yang bukan siapapun
Aku yang bukan apapun
Aku yang mungkin sekedar merindukanmu
Kisah cintamu bersamanya terlihat mendalam
Maka sekali lagi
Maafkan aku yang sedikit cemburu membaca kisah cintamu

Selasa, 22 Januari 2019

Masihkah Boleh?

Apakah diriku mengganggu kehidupanmu karena kecintaan ini?
Masihkah boleh mengenalmu?
Masihkah boleh menulis rangkaian kata tentangmu?
Masihkah boleh memimpikanmu?
Masihkah boleh merindukanmu?
Karena perasaan mencintaimu begitu susah payah kupadamkan
Sibukkah harimu?
Bahagaikah harimu?
Tertawakah dirimu?
Sehatkah badanmu?
Ada meteor-meteor kekhawatiran tentangmu
Karena kabar darimu begitu pelik kudengar
Melintas dirimu di hadapan
Hanya senyum kau berikan
Padahal kuingin lebih dari itu
Dicintaimu
Digenggam tanganku olehmu
Dipeluk tubuhku olehmu
Dirimu betapa kecintaan terdalam bagiku

Senyummu Iris Hatiku

Berjumpa sekelebat denganmu
Dirimu melemparkan seutas senyuman
Senyum yang mengiris hati
Karena senyummu teramat indah
Keindahan yang memporak-porandakan jiwa
Senyummu itu untukku tapi tak bisa memelukmu
Pelukanmu untukku dalam cintamu

Kecintaanmu untukku teramat mencanduku
Tanpa hadirmu kehidupanku seolah biasa
Teringat dahulu saat bersamamu
Kebersamaanku yang mencintaimu
Hidupku menjelma penuh semangat

Tapi kini mengapa hanya seutas senyummu?

Maafkan, bila aku mendamba untuk mendapatkan lebih dari sekedar senyummu
Senyummu tanpa cintamu
Seperti mengiris hatiku saja

Cemburu Dalam menantimu

Cinta kamu
Dan sekali lagi kamu seperti ini tak berkabar
Dan hanya menunggu kamu mau
Walaupun gambarmu masih bersamanya

Lalu aku bisa apa?
Cemburu dalam menantimu

Kabari aku
Walaupun tahu kabarmu tak seutuhnya untukku
Tapi setidaknya kabarmu mampu mengikis sedikit rinduku
Rindu akan penantian dalam cemburuku selama ini

Aku menunggu

Mereka Master Kekacauan

Akhirnya terbongkar semua kedok mereka
Pura-pura mengerti padahal mendua hati
Pura-pura paham padahal bersiap untuk menerkam
Tiada rasa tulus hanya menyembunyikan sikap ketus
Kebaikan yang dilakukan terbungkus ketidakpintaran
Mencoba menutupi ketidakberesan
Mungkin manusia bisa ditipu
Tapi waktu
Waktu tak bisa didustai
Perlahan namun pasti segala kebusukan mereka merebak
Karena waktu milik Tuhan
Dan Tuhan Maha Segala
Tuhan tak bisa didusta

Senin, 21 Januari 2019

Ksatria Bermata Satu

Dalam satu perahu tidak boleh ada 2 kapten
Dalam satu pertempuran tidak boleh ada 2 komandan
Dalam satu pesta para penjilat hanya boleh ada 1 badut

Badut terculas
Badut berhati dengki
Yang memakai topeng tawa tapi sanubari teramat kejam

Melihat hanya dari satu mata
Bak ksatria bermata satu
Dengan pedang terselendang pada punggung
Siap menghunus dan memenggal siapa saja yang tak sehaluan

Pesta masih ramai dengan badut bermata satu
Berlaku seperti ksatria terlucu
Manusia yang berhati kotor

Sulit Merasai

Meruah kekecewaan
Menjelma teramat menjengkelkan
Betapa pelik untuk menjelaskan
Masih tentang sebuah percintaan
Cerita yang seolah tak berakhiran

Mengetahui sungguh teramat memahami
Tiba-tiba saja sulit untuk kata dirangkai
Cintamu bak ilusi
Terkadang dekat lalu sekelebat menjauhi
Saat jauh menggoyahkan seluruh sendi

Teramat yakin
Cintamu membuat tekanan batin
Dirimu sekedar bermain
Tak pernah serius untuk ingin
Bahkan cicipi kawin

Tercinta Tak Mencintai

Jatuh dan terjatuh
Tersungkur dalam perasaan terdalam
Meringkih lalu merintih 
Kecintaan yang sedang bercinta dengan yang lain
Melepaskan selalu ada debar menahan
Seolah menjadi pesakitan padahal mudah melepaskan
"Cukup" hanya kata itu untuk akhiri rasa ini
Rasa cinta sekaligus pedih

Mengapakah?
Tak cukup beranikah?
Sekuat itukah sebuah daya pikat?
Atau memang kelemahan dan menerima tersakiti?
Atau memang?
Terus dan terus berulang sejuta tanya
Hingga akhirnya tak sanggup melepaskan

Mencintai tapi sang tercinta sedang bercinta dengan yang lain
Menyakitkan
Pedih

Haruskah Berhenti Mencintai?

Jatuh cinta padamu
Dirimu yang membuat rontok tiap sendi
Seluruh hari tertuju padamu
Semua perhatian mengarahimu
Mengapa dirimu tak kunjung meraup rasaku?
Dirimu terus mempermainkan perasaanku
Dan sikapmu membuat nyeri

Bila memang dirimu mencintai yang lain, menerimaku
Cukup katakan bahwa "tiada cinta"
Walau menyakitkan tapi akan membuatku berhenti berharap

Sekilas menyukai potretmu
Tak lama kemudian membenci potretmu bersamanya
Walaupun mengetahui kau mencintainya
Hingga memajang potret kebersamaanmu dalam kasta tertinggi
Aku cemburu dan diam
Berpura-pura tak terjadi kegaduhan dalam jiwa

Menjadikanku tak bergairah
Seolah hari-hariku payah
Mencintaimu tapi kau mencintainya

Tiada Pertemuan Lagi

Pagi ini ingin bertemu
Siang ini ingin berjumpa
Malam ini ingin bersua
Hari ini ingin selalu berdua
Tapi banyak alasan terkemuka
Hingga tiada berjumpa

Berharap tak diharapkan
Mencinta tak dibalaskan

Mengiba perjumpaan
Tertolak dengan berjuta alasan
Dan mungkin tiada lagi pertemuan

Kau Menghilang Lagi

Sekali lagi
Berulang kali
Terjadi
Terus terjadi
Tanpa kabar
Menghilang seperti bau kentut

Kau dimana?
Aku rindu

Kau dimana?
Aku cinta

Sengajakah kau membuatku tenggelam dalam kerinduan?

Drama Satu Kata

Cinta
Satu kata yang indah
Satu kata yang riskan
Cinta yang tergenggam lalu sengaja membuangnya
Cinta tak terpegang lalu mencarinya hingga jungkir balik
Memilih mencintai halilintar
Memilih mencintai lahar gunung berapi
Memilih mencintai embun pagi
Memilih mencintai awan yang berarak lembut
Bahkan memilih mencintai tanpa tercinta
Terjebak dalam perasaan
Terus-menerus menimbun asa untuk dicintai
Tersesat di rimba fiksi dan non fiksi
Ribuan hari menanti agar cinta menjadi kenyataan
Penantian yang penuh ketidakpastian
Cinta satu kata penuh drama
Lalu dimanakah kita berada?

Jumat, 18 Januari 2019

8 Tahun Hilang

Jangan panggil baby kepadaku
Benci dengan kata itu
Kata yang telah kuliti hati
Walaupun 8 tahun saling peluki

Kusadari semua takdir ilahi
Namun tetap saja mendayu-dayu sisi hati
Mencabik-mencabik tentang memori
Tak hendak mendebat takdir ini

Hanya benci sebuah kata
Tak kusesali kisah kita berdua
Setiap manusia miliki jalan cerita
Menerimaku kita tak bersama

Muak kata baby bila terus berseliweran
Membuat tersenyum penuh kepahitan
Memahami ada tangan yang mengatur tentang kehidupan
8 tahun hilang pupus kisah percintaan

Kata itu
Sudahilah bagiku

Jalan Hidup

Perjalanan hidup
Semua miliki jalannya
Pertemuan dengan semua watak
Manusia-manusia pendengki
Manusia-manusia iri hati
Sejenak pernah terhasut
Tetapi menyakin bahwa dunia tak kekurangan manusia baik hati

Nasehat kebaikan menentramkan
Tak pernah ada hasrat menjerumuskan
Setiap manusia miliki jalannya

Tinggal memilih
Jalan Tuhan atau langkah setan?

Untuk Apa?

Jangan kembali
Bila terus menyakiti
Di atas bangkai
Terus menari
Tak bernurani
Berotak tapi tak di pakai
Busuk hati
Mulut rusaki
Mata tusuki
Tak berelung hati

Maka sekali lagi
Jangan kembali
Pergi!

Penjilat Menjilati

Menjijikkan
Rasakan
Dengan
Nurani kesucian
Tertawa tapi kehampaan
Bicara tapi penghasutan
Menikam rekan 
Padahal dahulu seiring sejalan
Bekerja hanya topeng kedustaan
Mencari panggung keselamatan
Menjerumuskan
Penuh ketidakpedulian
Bukan lagi bermuka dua tapi berwajah ketidakwajaran

Apakah penjilat pintar menipu muslihat?
Hingga gerakannya mulus tak terlihat?
Ataukah nurani terbutakan para penjilat?
Karena dedoa mereka yang tersakiti lalu diam tak berbuat

Biarlah semesta yang menghukum dengan ridho Tuhan
Karena bila Tuhan telah bertindak penuh keadilan
Tak ada tangan semesta manapun yang mampu menahan

Menunggu lalu lihat dengan tersirat ataupun tersurat

Setiap Hari Membutuhkanmu

Kau kemana saja?
Malam ini tak lagi menyapa 
Pagi tadi tiada berita
Sejentik siang sedikit berkata
Basa-basi belaka saat senja
Intinya tidak ada kata cinta
Untuk apa bicara?
Bila aku saja yang cinta
Sedangkan kau tak miliki rasa

Bukan sedikit waktu ingin bersama
Karena setiap hari bersamamu teramat berharga
Bila memang kau lebih memilihnya
Maka biar dan tak mengapa
Aku menghilang dan pergi saja

Walau di setiap hari aku membutuhkanmu pada segala cuaca

Menunggu Hari Itu

Sebenarnya tak mau lagi membahasnya
Tapi desiran angin seperti deburan ombak
Pelan namun terus menerpa badan
Penjelasanpun tak akan mampu memuaskan tiap isi kepala
Tersenyum lalu mengelus dada
Meninggalkan yang terbusuk
Melangkah kepada yang terbaik

Untuk apalagi dijelaskan
Seperti mencuci otak saja
Membasuh luka di pancuran darah
Anyirnya semakin kencang tercium
Jawaban yang menipu daya
Tipu muslihat ditembakkan
Mual mendengarnya
Membuat muntah melihatnya

Makan saja setiap tetes yang telah diyakini
Jangan pernah mengajak untuk menjadi pendukung setia
Semua yang terucap akan tertuntaskan
Semua laku yang tergerak akan ditunjukan

Bila di dunia bersembunyi di balik kelihaian bersilat lidah
Maka mari bersabar untuk pertunjukan kelak pada hari pembalasan

Batal Berkata Cinta (BBC)

Ingin menulis cinta
Ingin katakan sayang
Tapi seolah kehabisan cara
Amunisipun berkarat
Menulispun kehilangan ide
Beragam tingkah kuperlihatkan
Tapi hatinya mungkin terbuat dari baja
Berjuta dariku pertanda
Tapi rasanya tak peka
Surut untuk katakan
Biarlah kubatalkan berkata
Karena dirinya terus saja tak merasa

Kamis, 17 Januari 2019

Cinta Di Balik Tembok

Menunggu kau di balik tembok
Tak jua datang
Ratusan menit terlewati
Kesibukanmu mungkin telah melewatkanku

Beranjak dari sudut tembok
Berjalan menyusuri setapak
Meninggalkan sudut ruang di balik tembok

Di kejauhan melihatmu tertawa bersamanya
Seraut rona bahagia mencuat dari wajahmu
Ada setitik sedih bahagiamu tak denganku
Ada setitik bahagia melihat yang kucinta tersenyum merona bahagia

Cintaku padamu ternyata hanya sebatas balik tembok
Melihat bahagiamu sembari sembunyi di balik dinding
Kebahagiaanmu bersamanya di bawah rosario
Melihatku di samping menara keTuhanan

Cintaku kepadamu di balik tembok saja
Cintaku terhalang tembok
Tak pernah terjawab

Kau Dan Malam

Sesaat kau datang
Secepat kau pergi
Belum sempat memeluk
Belum sempat mengecup
Memegang jemarimupun tak berbalas
Kau masih tak bergeming
Kau masih tak mencinta
Haruskah pergi dan meninggalkanmu?
Mengapa kau tak kunjung mencinta?
Mengapa kau tak kunjung menyayang?
Adakah kau datang kembali malam ini?
Maukah memeluk serta mengecupku mesra?
Atau kau lebih memilih dia?
Dia yang kau pampang gambarnya
Ataukah kau, malam dan dia sedang bersama?
Menikmati setiap pelukan juga kehangatan dalam ruang termegah

Rabu, 16 Januari 2019

Menitipkan Kunci Surga

Kutitipkan pintu surga pada kalian
Dengan tetes airmata tertahan
Sembab terisak merajam badan
Dahulu bakti dengan pelukan
Kini bakti sedang dengan dedoa peiman
Tak mau beradu argumen dengan kalian
Saling bertikai merupakan langkah setan
Setitik
Menitik
Mengurai nurani merintik
Rindu yang tercekik
Hanya bisa memekik
Dari kejauhan
Semoga kunci surga selalu penuh kedamaian
Tak usah hirau jiwa
Bijak mencoba
Walau perih di dada

Menyerah Untuk Cintamu

Meremang
Membayang
Tak bergoyang
Jiwa gersang
Kering kerontang
Tak kunjung sayang
Perih mengangkang
Bahagia seketika melayang
Cintamu sulit terpegang
Di sudut ruang
Meradang
Diam lalu benci dan menghilang
Tiada balasan sayang

Pagi Tanpamu

Pagi ini 
Lemah diri
Tak berkutik di sini
Tanpamu di sisi

Mengetahui kau bersamanya
Hampa dalam sukma
Pagi tanpamu di dingin cuaca
Itu saja

Cemburu Pada Potretmu

Mesra dalam potretmu
Mengerti bahwa kau mencintainya
Kau berkelit "dia sekedar teman"
Hati kecilku berbisik "teman bercinta"

Cemburu
Tapi tak mampu melarang
Bila kebahagianmu bersamanya
Bila tertawamu dalam pelukannya

Mungkin harus menjauh
Terlalu sakit untuk tak pedulimu
Terlalu perih kau tak mencintaiku

Ciumanmu hanya angan-angan
Pelukanmu hanya punuk rindu pada bulan

Potretmu terlalu kejam
Membunuhi setiap inci perasaan

Aku cinta kamu
Tapi kamu cinta dia 
Dia yang berada di potretmu

Cemburu tapi tak berdaya

Aku pergi saja

Kau Masih Membisu

Aku jatuh cinta
Cinta pada pandangan pertama
Sejak sore tadi hati berbunga
Kau begitu hangat dalam jiwa
Tapi seperti kemarin masih sama
Kau tak kunjung ucapkan cinta
Apakah kau masih meragu?
Dalam pelan sentuhanku
Dalam lembut belaianku
Masih kau membatu
Dan juga untuk malam ini dalam bisu
Hanya ingin pelukan
Hanya ingin sedikit kecupan
Hanya ingin cinta kau katakan
Tetapi malam tetap membungkus dingin
Dirimu masih tak bergeming walau ku teramat ingin

Selasa, 15 Januari 2019

Tak Ada Yang Abadi

Satu-persatu mereka menghilang
Satu-persatu mereka pergi
Saat rasa rindu menjadi bubuk mesiu
Teronggok dan tak bisa diletupkan
Dunia yang menjadi kawan
Dunia yang menjadi sandaran
Merasa hampa saat berjumpa
Merasa kosong saat tertawa
Karena mereka berdusta
Menyembunyikan jujur dibalut dengan polos
Manusia tertipu tapi Tuhan tak bisa dibodohi
Mereka acuh
Satu-persatu meninggalkan yang terlemah
Kepedulian hanya menjadi panggung kamera
Nilai-nilai manusiawi yang terkikis oleh bengisnya jiwa
Rasakan saat berbicara
Rasakan adakah ketulusannya?
Atau tersirat ada kebencian juga dengki dalam berlaku?
Disadari ataupun tidak
Mereka pasti pergi
Karena ini dunia
Berlakulah yang terbaik secara berTuhan
Di dunia ini tak ada yang abadi

Senin, 14 Januari 2019

Pemantik

Kamu dimana?
Mencarimu dari pagi hingga malam
Saat terang kau menghilang
Apalagi malam yang tak terang

Masih ingatkah pada tawa-tawa dulu?
Masih ingatkah pada setiap renyah sesentuhan?
Atau memang kau memilih lenyap bak tertelan bumi?
Sungguh kecapaian mencarimu
Pemantik iman ini tak selamanya tergenggam
Kelelahan mencarimu saat terang
Kau bayangkan saat gelap mencarimu lalu pemantik iman menghilang

Keluarlah dari tempat persembunyianmu
Bila memang cinta
Bila tak cinta maka tolong jangan tinggalkan
Sisakan sedikit saja cinta untukku

Karena pemantik imanku masih saja terlepas dari genggaman tangan

Cinta Sedang Menggeliat (Sebuah Wahn)

Bolehkah kubilang cinta?
Bolehkah kukatakan rindu?
Bolehkah kuucapkan sayang?
Meluap seluruh perasaan padamu
Yang kuherankan kau berlari dan bersembunyi
Apakah rasa ini begitu membuatmu menjadi seorang pecundang?

Bencilah pada pendusta
Kesallah pada para munafik

Jika tak mau akan rasaku cukup katakan
Jangan membuat bimbang
Karena akupun jatuh cinta pada bintang
Karena akupun jatuh cinta pada hewan
Karena akupun jatuh cinta pada pepohonan
Karena akupun jatuh cinta pada kebendaan
Lalu haruskah menunggu mati baru kau sadar akan rasa ini?

Karena aku cinta semesta 
Karena aku begitu ketakutan pada kematian

Jamahlah rinduku
Remaslah perasaanku hingga melenguh

Takut mati cinta dunia
Dan hanya sebuah perasaan dalam jiwa manusia



(Wahn : cinta dunia, takut mati)

Antara 2 Sisi

Setitik airmata menetes di ujung mata
Dada ini sesak pada sebuah kerinduan

Saat dunia hiruk-pikuk dengan sebuah penjilatan
Saat di sekeliling sedang ramai membunuh yang tak sejalan
Seolah tak peduli dengan semuanya
Karena kerinduan ini teramat mendalam

Setapak demi setapak busuknya mulai tercium
Betapapun minyak wangi coba disiram
Dengan tingkah polos serta lugu yang digaungkan
Mencoba menipu penguasa lalu melupa Tuhan 
Sang Pencipta yang tak bisa disuap
Pekalah jiwa
Jiwa-jiwa yang merindukan kasih Tuhan

Dalam airmata ini sungguh tak peduli untuk dunia yang ramai
Karena hanya fokus pada kerinduan ini

Betapa rindu dengan sebuah ketulusan
Betapa rindu dengan hati tanpa dengki
Kerinduan pada kecintaan yang sedang hilang
Lentera ini temaram berharap segera menemukan

Saat nafsu dunia mengukung
Semakin terlihat kebuasan serta kebiadaban
BerTuhanlah

Pencarian atas kecintaan tak lelah
Kerinduan ini ingin segera terjamahkan

Untuk dunia yang hiruk-pikuk
Semoga damai menjemput hati

Bercinta Dengan Angin

Mencintaimu seperti angin
Kehadiranmu terasa tapi tak kentara
Berjuta kalimat tak jua memunculkanmu
Seperti "Satria Piningit" yang tak kunjung datang
Seperti penungguan mentari saat musim penghujan
Seperti penungguan air langit saat panas menyengat
Seperti angin yang terasa tapi tak terlihat

Bercinta dengan angin
Mencintaimu seperti itu

Gerogoti Hari

Ada apa denganmu?
Sampai hati tak lagi menyapa
Sampai hati tak lagi mesra
Sampai hati terlihat ketus
Dan semua sikapmu membuat kelabu

Hanya cinta
Hanya sayang
Hanya rindu
Apakah tak boleh memelukmu?
Menyandarkan semua penat
Ingin penat hilang lalu berganti rasa nyaman

Kabarmu kini tak mudah didapat
Kabarmu seolah tertutup berbintang alasan

Jangan larang untuk mencintaimu
Jangan padamkan untuk merindukanmu
Jangan benci untuk sayang ini

Kehilangan kabarmu seolah gerogoti hari

Kecintaan Bernestapa

Sungguh betapa sakit
Nyerinya terasa teriris
Kecintaan sedang menjauh
Kecintaan sedang kesal
Kecintaan sedang tak peduli
Ada sedih menari dalam dada
Dan tak ingin mempertunjukkan pada dunia
Berjalan gundah
Tertawa tanpa arti
Seolah bahagia ini kedok
Kedok untuk tutupi segala perih
Kecintaan sedang berkabung
Kecintaan sedang tak menyapa
Terlihat tegar namun rapuh dalam jiwa
Semilyar sayang senantiasa terjaga dan tak hilang
Untuk kamu, sang kecintaan yang sedang bernestapa

Jumat, 11 Januari 2019

Jika

Jika cinta mengapa diam?
Jika rasa mengapa tak bicara?
Mengapa harus saling menjauh?
Atau memang ini tak harus terjadi?
Tapi cinta tak bisa dusta
Saat menyuka ketika pertama memandang
Memang saat ini sedang jatuh cinta
Lalu entah untuk selanjutnya
Karena yang di mau saat ini ingin bercinta
Saat cinta terhalang maka ijinkan
Jika tak bisa bersama maka ijinkan
Jika tak selamanya maka sedikit saja
Beri ruang saat ini untuk mencintai

Kamis, 10 Januari 2019

Kapan Berhenti Acuh Itu?

Alasan apalagi yang hendak dikemukakan?
Tak sadarkah bila ada hati yang merindukannya
Mencintai bayangan
Tak kuasa untuk menyapa
Dirinya telah berkata "tak mau diganggu"
Merapuh
Melemah
Jangan diamkan
Jangan berhenti memberi kabar
Jangan marah
Jangan kesal
Karena sedang jatuh cinta
Akan tetapi dirinya mengacuhkan setiap sentuhan
Kapan berhenti acuh seperti ini?
Karena sampai kapanpun tak akan berhenti untuk mencintainya

Rabu, 09 Januari 2019

Stop, Bicara Cinta!

Merekapun bicara cinta
Teramat menggebu-gebu sebuah rasa
Menggemparkan relung-relung jiwa
Mendengarnyapun mata terbelalak terbuka
Jenuh berdiam dalam rasa
Menggapai mimpi sulit dalam meraihnya

Stop, bicara cinta!
Karena tercinta tak lagi bicara

Tiada Kabar Lagi

Kalimat yang tajam dan pasti
Tak akan kabari
Anggap telah mati
Mungkin bagimu kesal melandai

Tak usah untukku terus memujai
Tak usah untukku terus menunggui
Karena bagimu sekali lagi
Bagiku tiada kabar lagi

Dan aku melemah dalam jalani hari

Kamu Begitu

Jangan salahkan cinta
Karena tak pernah salah itulah cinta
Cinta yang dibawa manusia
Manusia yang gagap dalam mengelola
Sebuah rasa dari Sang Pencipta
Akhirnya menebang baiknya
Kamu yang dahulu penuh senyum bahagia
Kini kecut merona
Karena ucapan cinta

Maafkan saja
Atas nama cinta
Hingga kamu begitu terluka

Rintihan Sang Pecinta

Berharap kamu selalu baik-baik saja
Sebuah perasaan dalam dada
Teruntuk kamu yang sedang berpuasa
Kamu yang tak lagi bicara
Menanyakan kabar saja begitu aku ketakutan melanda

Katamu "sedang tak bisa"
Dan betapa merapuhnya
Tak tahu lagi harus bagaimana

Namun bila kamu memang sedang bahagia
Maka tulislah seruas nada
Bahwa kamu selalu tertawa
Biarlah kabarmu kudapat dari angin yang membawa

Dan saat kelak berjumpa
Maka aku tertunduk serta berdoa
Untukmu agar selalu berbahagia

Suatu Malam

Hujan seksi
Hati yang sepi
Membasuhi sudut yang nyeri
Saat semua diam walau hadiri
Tak lagi saling bicarai

Sedang muaki
Sedang murkai
Sedang rutuki
Perasaan yang jahati
Menjauh dari sisi

Karena sedang benci
Jangan pernah sentuhi
Jangan saling tatapi
Karena segala tentang diri
Itu menyakiti

Pergi
Sebuah rasa yang tinggi
Dilarung air hujan yang rintihi

Malam ini
Pertunjukan seseorang yang rindui
Menahan untuk mencintai

Siluet Sang Idola

Jatuh cinta
Terjerembab pada pandangan pertama
Begitu tiba-tiba
Begitu seketika
Wajahmu yang mendamaikan jiwa
Senyummu menyejukkan kedua mata

Jatuh cintaku
Dahsyatnya rasaku kepadamu
Bak anak panah yang melesat cepat itu
Sungguh tak berdustaku
Sungguh tak bodohku
Rasa pertamaku

Rengkuhlah
Peluklah
Sambutlah
Lalu kecupilah
Kamu balaslah
Kamu jatuh cintalah

Sudah Muak

Aku sudah tak mau
Jangan terus bertamu
Segeralah berlalu
Dirimu
Dari hadapanku
Membuat kesalku
Ini bukan cinta suci
Tapi sudah menyakiti
Kau yang terus menguliti
Lihatlah
Aku menghindar sajalah
Kau tak mengerti bahasa "pergilah"
Aku muak
Kau tak lagi enak
Sekarang saatnya menjaga jarak

Kisah Agung Dan Sarkowi

Tahukah kau tentang pagi tadi Saat aku sudah ingati Kepada seseorang yang bernama pak Sarkowi Tentang dirimu yang terus tanyai Dan ada jawaban dari pak sarkowi Akan segera ada pendaftaran tapi nanti Menurutku kelak kau segera akan dikabari Tetap sabari Atau kau hadirlah ke sini Bermain setelah sekitar tanggal 21 Januari Langsung berbincang dengan pak Sarkowi Tentang kisahmu yang kuceritakan hari ini

Jumat, 04 Januari 2019

Nyaman Bersamamu

Untuk apa kunyatakan cinta
Bila pada akhirnya kehilangan yang tercinta
Ucapku padamu "selalu bahagia"
Antara rasa dirimu dan dirinya
Ada sedikit dusta
Bohongku dalam berkata

Menunggu saja
Tak mau berantakan rasa nyaman karena rasa
Bingung antara bukan cinta dan cinta
Biarlah bila menjadi kelu dalam bahasa
Mungkin saja kamu juga telah merasa
Janjiku akan menahan rasa

Tak mau kehilangan rasa nyaman
Tak mau kamu menjauh hanya gara-gara kecintaan
Karena nyaman
Dengan perasaan
Menunggu kamu terlebih dahulu menyatakan
Aku yang saat ini takut kehilangan

Menunggu
Kamu jatuh cinta padaku

Potret Obat Kerinduan

Ingin selalu dekat
Ingin selalu sayang
Ingin selalu cinta
Lalu kaupun melakukan hal yang sama
Serasa tak mudah
Serasa banyak onak
Serasa duri berserakan
Tak mau kau menjauh
Semua potret masa lalumu dilihat
Kerinduan dan kecintaan sedikit terobati
Ingin memiliki lalu menyimpan potretmu kini
Wajah terbarumu
Raut terindahmu
Tapi kau berkata malu
Tolonglah!
Ingin potret terbarumu
Akan dilihat saat merindu
Bila tak boleh untuk memelukmu
Bolehkah meminta potret wajahmu kini?
Bolehkah menyimpannya?
Dan bolehkah memiliki ciuman dan sentuhanmu?
Dirimu obat kerinduan ini

Kamis, 03 Januari 2019

Lemahnya Mencintaimu

Perjalanan kehidupan
Menguak sisi betapa lemahnya diri
Mencintai tapi terselip rasa teramat sakit
Kebodohan mencintai menyukaimu
Sekubik rasa sayang tertumpah
Semilyar doa kasih untuk kebaikanmu
Kau terus bertanya "menyukai seperti apa?"
Dan pertanyaan itu melemahkan
Menyadari betapa lemah mencintaimu

Rabu, 02 Januari 2019

Bohongmu, Cukup!

Jangan datang lagi
Bila dusta menjadi bahasamu

Jangan datang lagi
Bila hanya saat butuh kau merayu

Sungguh bila mencari itu maka hal mudah
Hanya ingin tahu kesungguhanmu
Ternyata kau hanya berayun dalam bohong

Kau pikir siapa?
Terus mempermainkan kebaikan
Alasan bermilyar kau kemukakan
Ketahuilah, setiap orang bisa beralasan
Dan alasan darimu hanyalah omong kosong belaka

Cukup
Hapus saja
Sebelum dihapusnya dirimu di hati

Kau Ketus

Hadir tapi tak menjawab
Betapa angkuh gerogoti diri
Setumpuk tanya tak berbalas
Wajahmu terkecut
Bau aroma anyir

Bila tak suka hapuskan saja
Jangan memberi asa
Jangan memberi harapan
Angin surga yang kau tawarkan dusta

Kau manusia terketus
Kau mencinta tapi berpura-pura berkata tidak