Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 28 Januari 2018

Sayang Tak Disayang

Nyeri bila harus berkata
Perih bila harus jujur
Melihatmu tapi tak kuasa dipeluki
Semua tanya ini tak pernah kau jawab
Menangis setiap malam menahan kerinduan
Namamu tak kukenal
Tempatmu menulis tak tertebak
Potret-potremu tak bisa kudapat
Padahal sedari dulu kuminta
Padahal sedari dulu kubertanya
Kau terus saja mempermainkan rasa
Kau bilang cinta ini ibarat "wanita jadi-jadian"

Tak mengertikah dirimu?
Selalu ada debaran saat melihat melihat gambarmu
Menegang hingga seluruh tubuh
Tapi mendekapmupun tak bisa
Dekatimupun dirimu tak mau jua

Dalam ruang sepi tersembunyi masih sepi
Terasa berdenyut nyeri
Cemburu melihatmu bersama yang lain
Sayangimu tapi tak juga disayangi

Mengenal Tak Menyesal

Bukan ucapan selamat malam yang kudamba
Bukan pula kata selamat pagi dan siang yang dinanti
Kalau ucapan seperti itu petugas supermarketpun melakukannya

Apakah kau masih tak merasa?
Apakah kau tak membaca?
Atau memang kau yang telah miliki cinta?

Ketahuilah
Kau pertama yang membuat berdegup kencang di dada
Cinta pada pandangan pertama saat melihat potretmu
Saat menulis puisi inipun perasaan suka tak pernah berkurang
Ada sisi tubuh yang menengang
Menahan cinta tak berpeluk
Mengenalmu tak menyesal
Mengerti bila kau masih diam

Maafkan atas cintaku yang seolah memaksa
Menangis tapi tak menyesali berbincang denganmu

Selamat tinggal cintaku
Kau cinta pertamaku
Cinta yang mendalam dan berkesan
Tak menyesal
Itu yang selalu dan terus kutanamkan pada hatiku
Tentang mencintaimu dan tentang sedikit mengenalimu tak kusesali

Selamat tinggal cinta pertamaku yang tak pernah tersentuh

Menyakitkan Tapi Mencinta

Kau menghilang tak mengabari itu menyakitkan
Kau hadirpun tetap membuat nyeri
Ada atau tak ada dirimu tetaplah sama
Keduanya menyakitkan
Keduanya membuat menetes airmata
Lalu untuk apa dustamu itu?
Bila memang hadirmu membuat nyeri maka pergilah
Tapi saat kau pergi hati ini rindu bercampur sakit maka datanglah
Hadir dan hilangnya dirimu membuat dilema

Dirimu yang menyakitkan
Dirimu yang tercinta
Dirimu yang tak peduli atas rasa ini
Suka ini bagimu sekedar permainan
Tulusku tak pernah baik di penglihatanmu
Bagimu diriku hanyalah pengganggu
Balaslah cintaku walau sejentik
Potretmu tak kumiliki juga
Nama indahmu tak bisa kueja jelas
Kau merahasiakan semua tentangmu
Kau tak pernah serius pada cintaku
Menyakitkan tapi mencinta
Bilang segera "cintai juga"

Makhluk Kece

Makhluk-makhluk kecepun mulai bermunculan
Dalam remang pada pojok pinggiran jalan
Sebuah rutinitas sederhana tanpa media internet
Ada yang benar-benar bergaun
Adapula yang baru saja "bergaun"

Sebuah realita sosial tentang makhluk kece
Makhluk kece mencari penghidupan
Karena melihat alam dari sudut pandang berbeda

Pengampunan Tak Bersekat

Dalam ampunan mencari tempat pengampunan
Bilik-bilik doa dalam bercakap bersekat
Tak mau lagi bicara pada tuhan lewat penghubung
Bila tuhan butuh penghubung maka cacatlah dia

Kenabian telah selesai
Kini saatnya menyembah sesuai kitab
Percayai semua kitab
Kitab yang tersempurna dari semua kitab tuhan
Ajaran yang indah

Dalam tempat bersekat lalu beranjak pergi tinggalkan penghubung
Mencari tempat lapang untuk pengampunan

Sabtu, 20 Januari 2018

Menahan Rasa

Haruskah bertemu dan ucapkan cinta sayang pada dia?

Merutuki hati yang tak punya keberanian
Memilih Tuhan sebagai sandaran jiwa
Mengunci setiap pintu agar tak pernah terjerat kesesatan setan

Karena agama ini diturunkan untuk memperbaiki tingkah laku manusia

Dan sungguh menahan rasa ini atas kecintaan pada dia
Sakit lagi perih melihat bahagia dia

Bila menahan rasa ini menjadi bukti betapa besarnya rasa pada dia
Maka ingin bertemu dan membuktikan rasa ini

Rasa yang harus ditahan
Entah sampai kapan

Senin, 15 Januari 2018

Cinta Memantul

Semilyar cinta untukmu tapi kau masih saja diam
Tak ada tanggapan yang diharapkan oleh jiwa ini
Hati bak terbantai oleh sikapmu
Bicara ini, perhatian ini juga sindiran cinta ini tak pernah membekas di hatimu
Semuanya terserah padamu
Kau yang masih asyik khusuk dengan permainan-permainanmu

Dan membesarkan hati sendiri
Melihat kau bahagia sudah cukup
Tanpa dicintaimu

Malam menjadi saksi bisu dunia
Helaan nafas menahan pelukan rindu
Pernah ada airmata untukmu
Tapi rindu ini tetap bertalu-talu
Cinta yang tak pernah menemukan tempat bersauh

Dirimu yang bebas memilih
Dirimu bersanding dengan pilihanmu
Tak bisa mencegah kehendakmu

Sepertiga malam menjadi tempat peraduan terakhir

Mengaitkan cinta kerinduan ini pada doa berTuhan

Tangisan Kecil

Terlalu berat menulis sesuatu yang teramat sakral dan keramat
Bila memang perintah Tuhan harus menyembah maka menyembahpun
Tapi terkadang kehidupan dunia harus saling menghormati
Tapi terkadang kehidupan dunia harus saling menghargai
Seperti Kan’an dan Nuh
Seperti Azar dan Ibrahim
Seperti Fir’aun dan Musa
Seperti Abu Thalib dan Muhammad

Teramat dalam kecintaan
Tapi Tuhan tetaplah diusahakan menjadi suatu hal yang utama
Sair-sair adat seolah menasehati berpetuah
Adat istiadat yang mungkin bercampur animisme dan dinamisme
Bagaimanapun juga kecintaan ini tak pernah memudar
Darah lebih kental daripada apapun

Bila bersama menikam jiwa maka sementara mengalah saja
Ada doa-doa serta airmata dari kejauhan
Tiada kebencian
Belajar berdamai dengan semua kondisi kehidupan
Terdengar seperti sebuah pembelaan

Karena hidup memang pilihan
Terdengar jelas tersirat saat itu “jalan surga” memilih
Tak mau lagi melihat bergulingan pada tanah
Tak mampu sungguh membalas rasa cinta

Bila waktu dunia masih ada semoga perlahan membaik
Bila hanya pengadilan Tuhan kelak menjadi akhir maka bersabarlah menjadi kunci

Pemahaman agamamu agamamu dan inilah pemahaman agamaku agamaku

Sabtu, 13 Januari 2018

Dewasa Bocah

Merengek manja
Meraung berguling-guling saat menangis
Selalu saja inginkan benda yang terpegang orang
Bicara seolah-olah diri pantas dihargai
Membicarakan sesuatu rahasia yang tak lagi rahasia
Sendiri dalam lamunan terkotor
Kekayaan dan penghormatan semu manusia selalu didambakan
Ruang sunyi dalam hati

Ada tawa namun sembab pada dada
Sikap ketus lalu serta-merta tertawa bak orang mendapat undian milyaran
Badannya memang dewasa tapi otaknya segar karena tak pernah di pakai
Bilamana otaknya dilelang maka akan mendapatkan harga tertinggi
Berpikir tapi tak memakai otak dan tak memakai hati


Dewasa tapi kekanak-kanakan

Menggapai Cinta Di Dasar Jurang

Pesonamu meluluhkan pertahanan rinduku
Wajahmu, suaramu menjadi keinginan di sepanjang waktu
Mungkin dirimu tak menyadari ada sepasang mata menatap punggungmu

Kekaguman ataukah kecintaan serasa tipis bedanya
Dan tak berani beradu pandang saat dirimu berbalik badan
Terlihat kikuknya diriku saat dihampirimu
Wangi tubuhmu menjadi voltase listrik mengejutkan tapi menyamankan

Mencintaimu menjadi sebuah bimbang
Dirimu yang menuliskan angka-angka penilaian

Menyayangimu tapi tak kuasa memilikimu
Cintaimu yang di dasar jurang tercuram

Dirimu sang guru yang kusayangi


(Inspirasi saat SMU di kelas 3-IPS-2 untuk Ibu guru “A” mata pelajaran IPS) 

Pendengki

Makan saja semua dengki
Masukkan iri hati
Pikirkan hingga mati
Bungkus dan tanamkan dalam hati

Tak ambil peduli
Tak penting sekali
Memikirkan manusia yang tak bernyali
Menghasuti
Mengiris semua hati
Watak yang terpancar dari gerak-gerik diri
Seperti ada yang disembunyikan
Ketidakmampuan mengurusi diri
Perilaku tak terdidik sedari dini
Amalan surga terkikis penyakit hati

Manusia kotor bercelana neraka bergamis dustanya suci

Merasa Perasa

Merasa bijak
Merasa benar
Merasa pintar
Merasa paling berTuhan
Merasa paling pantas didengar
Merasa dan sekedar perasaan saja
Sebenarnya omong kosong

Kasarnya sikap
Kasarnya bahasa
Berkaca segera
Atau mulut yang monyong bak keledai bodoh
Irama rohani tak bermanfaat

Mari saling jauhi
Mari saling jaga jarak
Kita tunggu sidang hari akhir kelak

Karena percuma menjelaskan pada manusia pekak

Kumpulan Manusia Jahil

Getir saat harus berganti rupa
Wajah terbusuk berhati dengki
Keirian menari dalam jiwa
Penyembahan pada Tuhan tak berbekas pada langkah
Merasa tersakiti tapi bak tak miliki cermin
Terus-menerus mengoceh ibarat penjaja sahwat yang menjajakan tubuhnya

Hanya hati tulus mampu meraba hati
Senyuman palsu bertemali dalam pergunjingan tanpa batas
Gerogoti daging saudaranya sendiri
Manusia-manusia mungkin bisa tertipu dengan ulah manis penuh tipu daya
Lantas masihkah pantas sujud pada Tuhan?

Busuknya mulut
Busuknya hati

Karena tak mau berteman dengan manusia-manusia jahil


(Inspirasi dari QS. Al-Qosos : 55)

Imajinasi Nakal

Memintal hari dalam kesendirian
Menikmati suatu keadaaan ini
Pada dasarnya manusia memang sendiri
Lalu membina hubungan dan mencoba memelihara
Karena dengan menguatkan suatu hubungan maka keberkahan menghujani
Saat hubungan retak maka berlindunglah di bawah payung Tuhan

Tanggalkan topeng
Bukalah nurani
Kata tak lagi berkoar
Jiwa bergemetar
Meronta terus meraung merejang penuh kenikmatan
Selimut dan yang terhampar sebagai alas tidur sudah tak beraturan
Terus bermain-main dalam hubungan tak kasat mata

Hubungan nan retak
Meretas menjadi sebuah nikmat

Sendiri yang nakal
Bersama imajinasi termewah yang pernah ada

Bergelut Rasa Yang Mencabik

Diam semuanya diam
Tertawa tersirat dalam potret
Tawa yang dipaksakan
Muak melihatnya
Kasihan melihat nestapa pada sorot matanya

Nilailah raga-raga dalam gambar diam yang membisu
Sorotan mata lalu sunggingan senyum
Ada rasa pedih jelas di sana
Sampai kapan berjibaku dengan rasa yang mencabik?

Setiap manusia punya pilihan
Jangan pernah memaksakan pilihan pada semua orang
Tak mau bersama bergambar dalam senyum-senyum kegetiran

Jiwa ini miliki rasa bebas
Dan tak bisa ditunjuk bak guru yang memegang penggaris kayu nan panjang

Tak ada masalah dengan jalan kehidupan
Setiap manusia miliki jalan hidup
Pemberian Tuhan jalan kehidupan manusia tak pernah sama

Diri ini tak mau lagi berurusan dengan rasa yang mencabik
Tak akan biarkan siapapun merongrong nurani

Jika nyaman dengan pencabik maka nikmati saja

Tapi nurani ini memerdekakan

Renungan Diriku

Rasakan semua getar dalam suka yang membara
Ambil dengan hati semua kasih sayang yang ada
Khawatir pada cinta yang tak bisa dikendalikan
Angkuhnya jiwa menghapus kenangan walau perih pada badan

Damainya saat melihat bergurat-gurat gambarnya
Waktu terus berpacu dan mungkin akan memudarkan perlahan
Izinkanlah melihat potret-potret saat rindu memuncak
Kemilaumu selalu di jiwa walau kau anggap rasaku suatu hal yang lucu
Inilah sebuah rasa suatu anugerah Tuhan dan mencoba diam dalam rasa

Selasa, 02 Januari 2018

Melangkahlah Cinta

Kau terindah dalam cerita
Bersamamu memang penuh bahagia
Sungguh tak mau bila harus tak menjaga
Tersungkur sangat tak berdaya

Merekat dalam firman Sang Esa
Sujud kita dalam gedung yang berbeda
Tak hendak memaksa
Cinta sejati haruslah pada Tuhan kita

Melangkahlah cinta
Dalam kebaikan walau perih coba merela
Indah bersama
Tapi tetap Tuhan kita yang lebih utama

Renungan Diriku

Rasakan semua getar dalam suka yang membara Ambil dengan hati semua kasih sayang yang ada Khawatir pada cinta yang tak bisa dikendalikan Angkuhnya jiwa ini menghapus kenangan walau perih pada badan Damainya saat melihat bergurat-gurat gambarmu Waktu terus berpacu dan mungkin memudarkan perlahan rasa Izinkan melihat potret-potret saat rindu memuncak Kemilaumu selalu di jiwa walau kau anggap rasaku hal yang lucu Inilah sebuah rasa anugerah Tuhan dan mencoba diam dalam suka