Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Rabu, 30 Juni 2010

Pagi

Bintang tak lekang
Bintik-bintik kecil di atas langit
Malam yang telah berganti terang
Pekat malam berubah dengan terangnya
Mataharipun tampak

Sejuknya hawa
Embun tampak bertebaran bebasahan
Keoptimisan harus dipegang
Raih hidup bagus di pagi hari ini

Ignore

Tiba-tiba teringat padamu
Dirimu yang telah bersanding resmi
Bahagialah

Lem

Yang sudah terekat susah untuk terlepas
Yang hampir terlepas masih bisa kembali

Terkadang ikatanpun bisa putus
Terkadang ada titik keajaiban
Misteri hidup tak bisa diterka

Ajaibnya dunia sulit untuk ditebak

Keras

Belum juga berubah
Masih sama seperti dulu
Sang pengeras
Sang pengetus
Sang penindas

Waktu belum mampu merubah tabiat
Ternyata masih sama
Waktu perubahan belum cukup

Tabiat busuk-busuk pasti terganti
Kelak kedatangan tak akan lagi sungkan

Dalam Penglihatan

Pagi ini terlihat jelas terang
Sang bapak terlelap pulas di atas rel usang bawah gerbong tak terpakai
Nyaman dalam nyenyak di pagi menjelang siang
Pekerja yang bekerja
Petidur tak tahu apa yang hendak dilakukan

Orang kaya berpura-pura menjadi miskin
Angin pagi terbawa hawa menjarah sendi-sendi sukma
Mencari dalam riaknya berteriak dalam keruhnya
Langit telah menjadi atap
Tanah menjadi lantai

Tatapan tak mengandung arti
Telah terbias arungi dunia ini
Telah menajamkan penciuman
Mempekakan pendengaran
Memperjelas pandangan mata
Melembutkan budi pekerti
Mengeraskan tekad juga kemauan

Membiasakan terlama dalam lelap
Kehidupan dunia yang dijalani
Penglihatan manusia dalam keterbatasan

Error Protected

Peuting anu jempling kacida siga ucing
Poek mongkleng gandeng nendangan kaleng

Ningal bulan anu sapasi asa geuning bau tarasi
Aya hate anu sorangan ceurik saukur borangan

Disauran henteu ngalieuk jiga anu teu gaduh uteuk
Dibejaan kanu alus teu asup teu abus

Saha maneh ayeuna kari remeh
Teu wawuh da katembongna jiga raja galuh

Rabu, 23 Juni 2010

Minus

Gunung tertutup salju
Hujanpun turun
Perjalanan mendaki mencari sesuatu
Bebatuan bukit halangi langkah-langkah

Keinginan melihat pemandangan pupus
Cuaca tak bersahabat
Benda-benda di sekitarpun luluh lantah hancur berantakan
Apa yang terjadi dengan alam ini

Hutan yang rindang
Sungai laut nan jernih airnya
Jalanan tertata bersih nan rapi
Mimpi keindahan yang dirusaki kejinya tetangan tak beradab

Mumipun marah
Mayatpun bangkit
Udara kian terasa tak sejuk
Polusi bertebaran
Pengikisan tanah merajarela
Bongkah es menyusut drastis di kedua kutub

Minusnya laku manusia
Laku busuk yang dikelola

Sayang Sekali

Mata yang
Mulut yang
Ingin menulis tapi tak tahu apa yang akan tertulis
sebelum terbuang sayang
Sair ini kuberi judul sayang sekali

Semoga ada tawa atau senyum saat membacanya

Orang Gila

Bukannya hendak menjadi gila tapi kagum akan orang gila
Di selokan sambil telanjang membersihkan badan masih mengingat Tuhan
Orang gila penuh polos lagi suci
Orang gila jujur kehilangan kewarasannya

Di jalanan tertawa lagi bicara sendiri

Lihatlah orang waras yang berlaku bak orang gila
Menyuap lalu menerima suapan kemudian saling berbantah-bantahan di depan pengadilan
Moral yang hilang
Jujur yang terserabuti materialistis juga keduniawian
Orang waras tapi gila hatinya

Menggelengkan kepala seolah tidak percaya dibuatnya
Kegilaan hati sungguh teramat keterlaluan

My Sweetheart

Kau sayangku seorang
Kau dambaan hatiku selalu
Kau yang selalu ingin kucinta selamanya
Kau tak akan tergantikan dari dalam hati
Bersamamu kedamaian selalu

Mencintaimu membuatku semakin penuh rasa sayang padamu
Inilah kasih
Karena kaulah kekasih hatiku

Manusia Dasi Yang Gila

Bait demi bait hingga jatuh bersimpuh
Keadilan yang terasa menyesak rakyat jelata
Hukum yang disumpal oleh lembaran-lembaran nominal
Hukum yang benar-benar telah buta
Pembuat kebijakan berlomba menumpuk dunianya sendiri
Kampanye-kampanye dijadikan ajang tipu daya semata

Nurani yang tak bersuara
Mata hati tertutupi oleh arogansi
Paradigma saling berebut kekuasaan seperti kontes ratu kecantikan
Politik keculasan dan kecurangan terusung

Makan babi-babi dalam kubangan lumpur
Menari bersama anjing-anjing hutan terjulur lidah-lidah
Bergelantungan bersama para monyet di atas pepohonan

Lepas saja semua busana
Telanjang seperti para binatang
Pertontonkan kemaluan-kemaluan karena hilangnya rasa malu
Kebanggaan lalu busungkan dada saat langkah iblis terturuti
Lagu penindasan terdengar ibarat simfoni klasik
Bumbungan asap pembakaran dosa-dosa coba disembunyikan

Dunia yang bisa ditipu
Tapi tidak dengan Tuhan
Hanya manusia berTuhan saja yang benar-benar miliki kemaluan
Manusia tanpa Tuhan berlaku kesetanan

Manusia dasi penuh ketidak warasan
Manusia dasi tak beretika
Manusia dasi tak berempati
Manusia tanpa rasa malu

Kelak hanya setan tuhan yang dituju

Senin, 21 Juni 2010

Melapuk

Tubuhpun akan menua
Kulit akan mengeriput
Paras yang penuh pesona akan termakan umur
Harta melimpah bila mati tak terkubur bersama jasad
Jabatan yang mengenal pensiun

Alangkah terbujuk nafsu mengikuti mau sahwat
Melodi dunia mendayu-dayu

Penuh Perasaan

Rasa yang tak bersenjata
Hati yang tak bergerigi
Rasa yang diciptakan Tuhan
Sakitnya terasa perih dikedalaman

Walau tak berkata
Rasa sangatlah perasa
Terisak tersedu
Kepada siapa hendak mengadu

Banyak manusia keji
Manusia yang singkirkan hati nurani
Sikap manis terpapar dusta belaka
Hentikan saja

Bila beralih haluan
Tunggulah azab Tuhan

Suatu Harapan Rasa

Tak tahu apa kau merasa atau tidak
Tak paham apa kau mengerti segalanya tentangku
Semua tak kuasa kutanyakan

Kau terhalang satu tembok tebal lagi kokoh
Isarat-isarat rasaku telah tersampaikan untukmu walau tak genap kuutarakan
Ingin menjadi seseorang untukmu
Buatku lebih berarti untukmu

Ingin selalu jadi yang terdekat denganmu
Kusadari kita berdua manusia
Kekecewaan ada
Tapi mengertilah aku selalu ingin bersamamu

Sentuhlah
Dekaplah
Peluklah
Atau paling tidak tegur sapalah aku

Aku mengharap sejentik rasa darimu
Tak banyak cinta yang kupinta
Kucoba mengerti kau berada di balik kokohnya tembok
Kusemilirkan hati melewati selah-selah dan berangin

Sangat memohon
Satu pengharapan cinta kasih darimu

Dosa Sendiri

Masih bersama bintang menyanyi dan menari
Berdansa sepanjang malam sampai pagi datang
Tak pedulikan cibiran mengkerdilkan
Lagi tak bersama Tuhan

Tak malu akan dosa
Hujatan manusia tak terdengar
Ini jalan sendiri
Urusan sendiri
Cinta yang ingin terbagi milik sendiri

Dosa khutbah para pemuka agama di atas mimbar
Gemerlapnya dunia telah meninggikan hati
Tak malu lagi akan dosa

Manusia macam apa

Dosa sendiri
Siksa kelak anggap dongeng belaka

Manusia macam apa

Dosa sendiri

Pembeli

Pudar memudar warna pelangi
Jeroan daging yang tercampur cabe rawit juga tomat
Sekeras usaha memikat hati dan cinta
Nomor selular tak terbalas
Melupakah dia?

Sentuhan-sentuhan kerinduan telah diunjukkan
Pudar letih bak hilangnya pelangi
Aroma nan keras ibarat oseng daging yang pedas
Potret-potret ini tak bisa lenyapkan kerinduan

Hanya menyentuh lalu memeluk yang bisa memuaskan dahaga rasa
Membeli cintamu
Sulit membelinya
Terlalu berada di tingkat tinggi

Tak Boleh

Lantunan doa yang terucap untukmu
Ini tak boleh
Ini tak boleh

Saat melihat wajahmu
Rasa miris di dada
Sakit sekali
Ini tak boleh

Kau tak kuasa termiliki
Ini tak boleh

Tak Jelas

tuhan laksana manusia
tuhan butuh sesajian
tuhan berjenis kelamin
tuhan butuh tempat tinggal
tuhan miliki kerabat

Keanehan
Tak jelas
Tak mengerti
Bencana bumi yang ada tuhan ribut dengan kerabat
Betapa kecilnya sifat tuhan
tuhan yang kekanak-kanakan
Tak jelas

Polosnya sembah yang terhatur melalui perantara
Seolah tuhan cacat
Ketahuilah
Tuhan Maha Kuasa
Tuhan Maha Kekal
Tuhan Maha Esa

Tak jelas tuhan-tuhan itu

Masa Lampau

Apa yang telah terlakukan hingga ada penitikan airmata
Kekesalan menyulut panas dan menegang
Perbedaan pendapat tak terelakkan lagi
Hukum mana yang akan terpegang
Hukum manusia yang selalu berubah
Hukum Tuhan yang konsisten sepanjang masa

Belajar dari masa lampau
Kristal beku tak mengkristal keras di sudut hati
Asasi yang didengungkan segelintir manusia kadang langgar hukum Tuhan
Itukah letak kebahagiaan?
Menghujat hukum teguh Tuhan karena membelenggu langkah kebebasan
Kebebasan dunia sementara

Tiliklah masa lampau
Saat bahtera Nuh berlayar air bah tenggelamkan manusia-manusia
Ketika Luth diselamatkan dari langit yang dijungkir balikkan
Atau kala Musa beserta Harun seberangi lautan merah
Bala tentara Firaun di belakang karam oleh menyatunya lautan

Kebebasan manusia yang ingin jadi tuhan dunia
Jika hidup setelah mati tidak ada mengapa mayat-mayat dibakar atau dikubur?
Mengapa menangisi kenalan yang mati?
Surga neraka tercipta bagi siapa?
Pertanyaan-pertanyaan yang selalu diacuhkan

Berpikirlah tanpa emosi
Jernihkan damal berpikir
Masa lampau sebuah pengajaran

Sabtu, 12 Juni 2010

Cara Cinta Yang Beda

Cara mencinta yang berbeda
Tapi cinta yang tulus lagi setia

Tak pernah memuji
Romantisme sulit terpeluk
Sayang yang menyata dalam hati
Sorot mata katakan akan cinta

Bedanya cara mencinta
Tapi inilah gaya cinta sendiri

Kalung

Relung dalam dada merindu
Untukmu
Padamu

Melingkar setia bak kalung
Inginkan kamu kadang terhuyung
Tetap menyayang sampai rokok menjadi puntung

Bintang Halusinasi

Kebintangan yang mengecil
Memuja dunia terlalu penuh
Bercengkrama dengan hubungan sesaat tanpa terikat resmi
Talah menjadi pencandu
Ketergantungan mengarah kepada penyimpangan

Bintang yang silau akan sinarnya sendiri
Bintang yang terhalusinasi

Insomnia

Lebih baik tak tidur saja
Jika tertidur harus berilusi kotor sebelumnya
Untuk apa memejamkan mata bila pikiran terkeruh titah-titah kepornoan
Lewat tengah malam badan telah lelah
Matapun sayu kecapaian

Otak menyuruh bermastubarsi dulu
Alam bawah sadar mengatakan beronani dulu
Lebih baik tetap membuka mata daripada mengotori dengan sampah
Mengosongkan perut dari fajar sampai petang
Mengingat Tuhan secara penuh

Kembalilah ke arah Tuhan
Pikiran-pikiran kotor melemahkan badan
Persetubuhan saja yang menjadi guru
Persandingan tak selesaikan masalah
Ada yang salah dengan otak

Otak terlalu sering berpikir porno
Benci itu
Rindu itu
Memahami yang harus dipahami
Malam ini terkantuk

Biarlah
Menunggu hingga tertidur tanpa seks dan bercinta

Takut Tak Kuat Iman

Sebenarnya takut berdosa
Ajakannya memburu membujuk merayu mengkasatkan hati dan mata
Takut tak berTuhan
Dorongannya menyuruh melawan
Iman ini tingkat yang awam
Merancu sendiri bergumam

Terkekang dalam pengendalian diri yang ingin sasar
Bukan orang yang barbar
Masih menepis bujukan sesat dengan gemetar keringat dingin
Melemaskan sendi-sendi memporakkan asa dan ingin
Iman laksana roda pedati yang naik turun
Takut tak kaut iman mengurun

BersamaMu Tuhan
Pelindung penjaga iman

Headache

Pusing yang ganggu kepala
Pening yang menyiksa

Sakit tak menahan
Kaupun mati

Dinginnya Cuaca

Jangkrik jangan memanggil hujan
Suhu sedang dingin badanpun kedinginan
Katak berhentilah mengorek
Seolah tak henti mengejek

Bukan tak butuh hujan tapi kondisi badan yang lebam
Jiwapun temaram
Mata yang mengantuk badan yang keletihan
Tanpa beraktifitas belum sempat untuk makan

Badan tak tersiram air
Dinginnya rasa air
Cuaca beranjak siang
Tetap saja hawa dingin yang berkalang

Ingin beranjak pergi saja
Menuju tempat bahagia
Tidak berlari dari masalah
Di sini berkutat dengan kesamaan masalah

Tak mendewasakan
Menjemukan
Pembahasan yang berputar tak berujung
Masih menggigil di sini termenung

Dingin
Penghidupan baru yang diingin

Selasa, 08 Juni 2010

Setan Alas

Setan-setan bergentayangan menunggu kiamat tiba
Para setan sedang mencari kawan untuk kelak temani di neraka

Menyesal

Endapkan rasa yang menggumpal dalam dada
Alirkan raga yang merancu dalam jiwa
Masih di sini membekas
Menyalin luka yang tak kunjung padam

Adakah bintang yang terang
Haruskah terjerembab nista
Tanya yang tak harus ditanyakan
Tanya yang telah tahu jawabannya

Terbang saja kitari dunia yang semerbak indah
Berlari saja lalu bilang bahwa tak kuat lagi
Diam menyepi dalam sendiri
Coba tepiskan ragu juga mimpi yang jahat
Mematung terpaku
Menatap kosong dalam ketakberdayaan

Sesal

Dosa rasa bersalah
Langgar titah-titah
Ampuni
Terangi hati

Tuhanku
di hening malam kumengaku

Bak Medusa

Kalian memuakkan
Tayangan televisi yang tak layak disaksikan
Nasehat kebaikan yang diabaikan

Lelah sekali perjalanan bom waktu ini
Kebusukan dalam kepura-puraan
Mangkatku tinggal menanti waktu saja

Pujaan serta rasa bangga dulu terhanguskan begitu saja
Kacau sekali kalian
Ludahi saja pendosa-pendosa
Usir para pendosa

Tunggulah gairah Tuhan bila keyakinan Tuhan masih terpegang
Ibadah yang tersaji terseret kotor laku dusta-dusta

Pengajaran kejujuran melupakah?
Ajarannya untuk siapa?

Tangis telah menguap
Getir bercampur kesal yang tersisa
Tak sudi jadi medusa
Kalian saja penganut Tuhan tapi bermedusa

Pergilah jiwaku
Mangkatlah ragaku
Bawalah keimanan yang terajut penuh kepayahan lagi kesusahan
Bimbinglah
Dalam kesah kuberTuhan
Dengan nafas satu-satu mencobaku teguh berTuhan

Berikan kebaikan senantiasa bagi yang teguh percaya padaMu

Sepatu Kaca

Puteri dalam dongeng yang selalu ternaungi keberuntungan
Ahir cerita bahagia bersama sang pangeran
Sepatu kaca identitas hayalan sang peri

Berkacalah dengan ketegaran
Tak usah sembunyikan kekurangan dari sang pangeran

Sang pangeran hanya mencinta sepatu kaca
Pemakai tanpa sepatu kaca terabaikan

Bawa saja sepatu kaca ti kau tak akan miliki tulusnya rasa
Dunia yang dipuja

Cintailah bekas-bekas arang yang membekas pada wajah
Tanda hitam sisa kegigihan perjuangan hidup

Putri sepatu kaca masihkah dicintai bila telah kehilangan sepatu kacanya

Penikmat Ketulusan

Lagu macam apa ini terdengar gersang dan sumbang
Nyanyian mengalun tak berirama
Harmoni tak terasa malah lebih menyakitkan telinga para pendengar
Turunlah dari atas panggung lalu tutup mulut untuk bernyanyi

Tomat-tomat busuk telah dipegang menanti untuk dilemparkan
Berhenti menyanyi atau terhentikan oleh lemparan tomat busuk ini

Penilai sedang menikmati
Penikmat ingin terpuaskan

Lagu yang indah terbawakan hanya oleh biduan terbaik
Tulus saat menyanyi lebih menyamankan para penikmat

Penikmat-penikmat butuh akan ketulusan berkarya juga berseni
Jujurlah lalu rabalah hati-hati penuh kedamaian
Lagu-lagu akan terdengar merdu dengan kebaikan budi

Kamis, 03 Juni 2010

Terbaru

Satu titik kemudian dua titik
Satu koma lalu dua koma

Hidup perjalanan waktu yang berputar
Masa yang tak dapat terulang
Beralihlah jadi lebih baik lagi
Berubahlah jadi terbaru dari segala yang baru

Sampah Hanya Aku

Sair ini hanya aku
Kalimatnya dimengerti olehku
Bukan egois
Sair ini pencurahan rasa diri

Sair yang sampah
Sampah tak berbau
Hanya untukku
Bila tak mengetuk hati
Biar saja
Hatiku tak sekeras baja

Sampah

Sair yang sampah
sair yang memuakkan
Kata-kata sampah
Ini sampah

Tak Bisa

Masih belum siap
Garis-Nya pada hidup ini adil
Mungkin bila terpaksakan akan arogan
Masih belum siap penerimaan diri aka hal itu

Bersabar saja
Berjuang saja
Dia tahu yang terbaik
Serahkan segalanya pada-Nya
Berbaik sangkalah pada-Nya
Tutup mata lalu resapi keagungan-Nya

Sedih-sedih menyeruak mencacah hati
Tak bisa mau sendiri
Jalan hidup berbeda
Jalan hidup milik Sang Kuasa
Takdir milik-Nya

Hanya kebaikan semoga jalan hidup yang terjelang

Dangkal

Mau itu
Takut berdosa

Ingin ini
Tak mau ke neraka

Hendak ke sana
Takut akan Tuhan

Ternyata iman masih lemah
Tuhan,kuatkanlah keyakinan ini

Kecil

Saat bersujud kala duduk bersimpuh
Ada perasaan berkecamuk tapi melompong
Mau menangis tapi tak ingin
Kosong kecil sekali diri juga jiwa di wajah Sang Pencipta

Resah

Hati yang gelisah jiwa nan merana
Lumpur bercampur amukan rasa dalam dada
Mata yang berkaca-kaca mengisyaratkan aroma tangkai kaktus

Nyeri sekali tertohok guliran tak berperikemanusiaan
Tak tergubris tapi sangat terasa melekat pada jiwa
Pelarian-pelarian kecil dari dunia yang mengambang

Denyut-denyut tanpa rasa
Nadi telah terputus
Debar jantung tak berdetak
Jiwa sedang kosong

Resah ini
Inilah keresahan jiwa kecil
Resah di lorong gelap tanpa cahaya

Perayaan Tak Putih

Kasih yang putih
Perayaan yang suci
Gaung slogan belaka
Sepanjang tahun hancurkan negeri
Sepanjang masa berusaha lakukan genosida

Intimidasi juga keangkuhan ditebar
Perayaan tak putih
Kidung yang tak menggema di langit biru
Perayaan tak mendamaikan
Damai hanya di hati kelompok tertentu

Manusia bumi ciptakan damai juga ketenangan
Ingin tahun ini benar-benar damai nan putih dalam perayaan

Coklat

Ini bukan cinta kumenolak rasa
Ini bukan rindu gundah yang menggebu
Haruskah kutolak segala rasa yang kian memagar

Tangisku tak berarti
Tawaku tak bermakna
Riuh yang mengganggu
Mata yang tak tajam
Hati yang tak pernah peka

Tak manis lagi rasa cinta
Coklat yang tak lagi berasa coklat
Hambar

Kemuliaan Perang

Kami tidak suka perang
Kami dilarang untuk perang
Kami dilarang untuk berbuat keji juga munkar
Kami tidak diperbolehkan merusak dan menghancurkan

Lihatlah kami

Kami mempertahankan tanah kami
Kami kuat
Senjata tercanggih pecandu perang tak bisa lumpuhkan semangat kami
Bagi kami Tuhan senjatanya
Tuhan Sang Esa
Tuhan yang benci peperangan
Kami terserang maka kami melawan

Perang kami sejati
Perang kami beradab

Kami bukan pengemis
Kami miliki kemuliaan
Kami bukan penikmat perang

Keyakinan terpatri di jiwa
Tembok penghalang juga rumah-rumah pecandu tak surutkan perjuangan
Dengarlah lalu mengertilah dengan damai
Ini tanah kami
Kami bertahan dan melawan atas serangan

Bunuhi kami
Jumlah kami tak akan berkurang
Pertolongan Tuhan turunkan serdadu-serdadu dari langit yang mencengangkan
Kami dan Sang Tunggal