Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 30 Desember 2018

Dustakah Dalam Tak Mengerti?

Aku mencintai
Kau masih tak mengerti
Atau kau pura-pura tak sadari
Harus bagaimana lagi
Hanya ingin sedikit sentuhi
Hanya ingin sedikit ciumi
Aroma dari tubuhmu yang mungkin wangi
Diam ini
Dirimu membuat inspirasi
Masih saja kau tak mengerti
Aku yang menanti
Entah sampai kapan ini
Kerinduan tak bertepi

Fantasi Rasa Percuma

Fantasi mencintai mungkin kini yang terjadi
Alasan yang masuk akal tapi menolak untuk percayai
Deretan rasa terus berjejer mengisi kekosongan relung hati
Endapkan rasa yang benar memunculkan padamu tentang rindu ini
Laripun pasti akan kembali lagi

Rongga dahaga melompong tanpa kasih suci
Ajaibnya masih menanti
Demi apapun masih setia walau kau tak peduli
Ingin dipeluk walau sekali
Terkapar saat kau diam tak bicara membeku dalam sanubari
Yang diharapkan sekedar saling bergenggaman tangan lalu menyayangi
Andai

Pikiran ini
Indah dirimu walau tak sekalipun kau pekai
Rasa ini
Mungkin memang tak pernah bisa miliki
Ambilkan sedikit rasamu untuk hati
Nyanyian kerinduan sekedar hymne tanpa dirimu di sisi

Diammu Melukakan

Mengapa hanya itu?
Tak lagi bincang tercipta
Cinta ini tak sekalipun kau gubris
Itu melukakan

Kejujuran telah terjuntai
Tapi bahasa ini terluntakan olehmu
Acuhmu menyakitkan
Itu melukakan

Dan kini tak lagi kau menulis ataupun berkata

Hanya ingin dicintai
Hanya ingin dipeluki
Hanya ingin dikecupi

Karena sadari tak bisa bersama
Cinta ini tak kau cintai

Jadikan saja cinta ini di balik tirai
Cinta yang tersembunyi

Karena diammu kini teramat melukakan

Apa Itu Cinta?

Mencari arti sebuah kata
Cinta
Menelusuri setiap sel beragam kamus bahasa
Mengerti tetapi masih terasa dahaga
Hampa menggema
Memantul kosong nyaring pada jiwa
Memiliki terasa menggoda
Mengetahui tak akan bisa selamanya
Segalanya
Semuanya
Kehidupan di dunia
Hidup yang tak abadi juga sementara

Mengepak sayap dalam rapuhnya
Menelisik lebih dalam arti cinta

Karena sungguh, tanpa Tuhan maka akan sia-sia
Tanpa berTuhan mungkin banyak skandal cinta

Bersama Tuhan arti sejati sebuah kata cinta

Sedang Kasmaran

Menunggu
Hanya kamu
Dalam semai hujan ada rindu
Dalam panen hangat mentari menantimu
Tak peduli dengan dunia yang bising
Jiwa telah memilih sayangimu tak berpaling
Ratusan "detik" menanti menyalak bak seekor anjing
Kerinduan padamu teramat nyaring
Sedang teramat kasmaran
Tak sadar jika dirimu tak memperhatikan
Terlalu membuta dalam kecintaan
Merapuh dalam kasmaran pada sebuah penantian

Rabu, 26 Desember 2018

Semenanjung Rasa

Kekesalan yang terpintal
Bersamamu mengoyakkan keimanan
Bersembunyi tapi sampai kapan?
Bila rasa yang mengoyak terus bergema

Membuka lembaran baru
Menulis pada kertas putih nan kosong
Semua kata hanyalah kamuflase
Karena pada akhirnya masih inginkan rasa
Sebuah rasa yang menyembul pada semenanjung rasa

Ingin berhenti 
Tapi seolah setan terus mengikat jiwa

Di semenanjung rasa
Setia dengan rasa yang mengoyak iman

Berhenti dari satu kecintaan
Lalu beralih dengan kecintaan yang lain

Kedunguan rasa
Pikiran yang teramat sontoloyo

Di semenanjung rasa
Memegang rasa yang sama
Rasa yang mengoyakkan keimanan

Perjalanan Malam

Aku harus bagaimana tanpamu?
Sendiri
Merepih berjalan dalam gelap
Cahaya yang redup di kejauhan
Rembulanpun enggan menyinari
Sinaran yang temaram tertutupi awan
Terseok dalam perjalanan
Tanpa teman
Terkadang mengabaikan nasehat kebaikan
Merasa yang paling benar
Walau melangkah dalam malam
Hanya kegelapan terpampang
Tak tahu kemana akan berujung pangkal

Terombang-ambing oleh badai malam
Kedinginan oleh gelombang desiran angin malam
Sendiri
Penuh egois
Menafikan petuah bercahaya
Dan perjalanan malam ini semakin menyesatkan

Bosan Padamu

Mencintaimu membosankan
Karena selalu penuh kebohongan
Untuk apalagi dipertahankan
Bila bagimu cintaku hanya sebuah permainan
Dan tak lagi penuh kegairahan
Saat berdua denganmu dahulu bersama nafas berpacu seolah pacuan

Sekali lagi padamu kini ada rasa kejenuhan
Akhiri saja sesegera mungkin dan putuskan
Ingin bercinta dengan yang lain saling berpelukan
Dirimu telah penuh kata yang berdustaan
Membosankan
Bercinta tapi dirimu kedustaan

Aku padamu sedang kebosanan

2H (Hilang Hasrat)

Sudah kehilangan gairah
Tak berselera menjamah
Kedua mata telah beralih
Hasrat berganti dan padamu telah bersilih
Sudahilah
Tak renyah saling bercumbu
Karena tiada selera lagi saat berserah
Sudah bosan padamu
Percintaan padamu cukup
Tak peduli lagi
Karena ingini yang sedang kuncup
Dirimu sekarang saatnya pergi
Jangan datang kembali
Hasrat padamu telah hilang
Dan tak mau padamu lagi
Karena ada yang lain ingin kusayang

Senin, 24 Desember 2018

Sebuah Makna

Sesuatu bisa menjadi tak boleh
Tergantung dari niat yang akan dilakukannya

Bila sekedar hanya untuk bercinta
Maka buat apa melakukannya
Bila sekedar hanya sebagai topeng lalu bercinta dengan pasangan orang lain
Maka buat apa melakukannya

Ini sekedar lebih dari makna
Memaknai sebuah ikatan

Maka berserahlah kepada Tuhan

Gertakan Tai Kucing

Melihat dan masih membuat sesak
Buat apa bila sekedar membuat duka
Lebih memilih bahagia
Bila bahagia tanpaku maka menerimaku
Tak mengapa karena hidup bukanlah untuk urusi sang mulut sambal
Menggertak seperti tai kucing
Bersembunyi di belakang nama besar keluarga
Bersembunyi di belakang panggung karena penuh rasa malu
Lihatlah, muka-muka penuh panik
Bacalah dengan seksama
Tapi memang kebutaan pada kebutuhan menutupi semua
Makan lalu kunyahlah dengan rasa
Nikmati setiap gigitan
Bagiku sekedar tai kucing
Bagiku masih kesal
Bagiku masih menunggu saat tepat
Menyumpal gertakan yang berbau tai kucing itu

Jumat, 21 Desember 2018

Berjalan Lambat

Seperti komedi putar yang kehabisan tenaga
Semua kisah hidup berjalan perlahan
Satu-persatu bertemu dengan dunia
Dunia yang seharusnya tak terjamah
Kehidupan yang menjemukan terlihat di pandangan
Terkadang menafikan Tuhan sejenak
Seperti manusia dungu yang berlagak bisa merubah semua
Berlagak bak tuhan yang kehendaknya selalu benar
Dunia terpegang
Penindasan menjadi mercusuar
Kehidupan penuh drama
Berakting seperti peraih piala sandiwara
Waktu beranjak
Dan kehidupan ini selalu terbentur pada hal yang sama
Seolah waktu tak bergerak
Atau nurani serta otak yang dipaksa diam?
Dan tak bisa lagi menerima semua
Tapi apakah masih ada waktu yang tersisa?
Ingin memilih bahagia saja

Rabu, 19 Desember 2018

Ujung Cinta

Dustamu begitu kentara
Katamu pergi ternyata tidak ke luar kota
Begitu tak berani dirimu untuk berjumpa
Aku yang terlalu ingin bersua
Denganmu hanya berdua
Dalam remang dalam sunyi saling berbagi rasa
Diam saja!
Biarkan kukecupi setiap raga
Di ujung cinta
Tak mau dengar lagi dirimu berdusta
Rasakan setiap sentuhan yang ada
Hanya kita berdua
Kubawa kau kepada kenikmatan dunia

Tak Berani Bersembunyi

Aku pergi Aku akhiri Walau nyeri Walau tersakiti Agar bahagiamu Tak risih karena diriku Tak malu Dan tak lagi mengganggu Dalam cinta tersembunyi Merajut cinta sendiri Tak pernah bersahut bertepi Aku mencintai tapi dirimu hanya berdiam diri

Senin, 17 Desember 2018

Kau Tiada Rasa

Jungkir balik merayu
Menangis darah merindu
Terbalik fungsi kaki dan tangan mencintaimu
Tapi bila dirimu
Terus menulis kata tak mau
Bisa apa aku?

Memaksapun percuma
Karena kesulitan bersama
Kau terus anggap kata-kata canda
Kau yang telah hadir walau tak lama
Segurat bagiku membekas di dada
Kau tetap tiada rasa

Kerinduanku Terbentur

Jelaslah
Karena yakin sudah
Dirinya yang menganggap rinduku sebuah permainan
Dirinya yang menganggap cintaku hal yang biasa

Dirinya telah hadir memberi sebuah tanda
Kenapa melakukan tanda itu?

Betapa perih dan sakit saat rasaku membentur dinding hatinya

Dirinya telah hadir lalu saat ku telah jatuh cinta memilih menjauh

Kerinduanku terbentur
Jatuh cintaku tak terjawab

Dirinya terus bercanda
Dirinya mengusirku mempersilahkan untuk pergi
Dan itu menyakitkan

Topeng Taqwa

Sakit menganga
Perih menggema
Nyeri berkelahi di kepala
Memikirkan yang tak perlu cemas berada
Yang belum terjadi ketakutan tentang sesuatu
Masih berbaring di ranjang ini sang raga
Ada sesak dalam dada
Menangis tapi tak berduka
Tertawa tapi tak bergembira
Ambigu sang rasa
Terakhir berkata
Menjauhlah sang pembawa malapetaka
Tak sudi melihat lagi raut muka
Berjiwa neraka berbadan laku surga
Dirimu penuh topeng rasa taqwa

Hilang Asa

Benci menulis kata
Terlihat sama
Bergerak ke satu nama
Dirinya yang kukuh tak cinta
Sedangkan aku yang teramat mendamba

Sabtu, 15 Desember 2018

Pengalihan Penglihatan

Saat pandangan dipaksa tertutup
Saat pendengaran dipaksa terbelenggu
Saat mulut dipaksa berbelok kata
Saat langkah kaki dipaksa tak berjalan lurus
Saat otak dipaksa dihujami pembenaran kesesatan

Maka saat itu nurani berperan
Tanyakan pada hati nurani
Jangan pernah ikut mati
Karena itulah nilai sebenarnya sebuah harga diri

Saat semua dipaksa mengalihkan nilai-nilai kebajikan berpandangan kedamaian
Tolonglah!
Jangan butakan hati nurani itu

Terus Menulis

Hanya ingin menulis saja
Walau kadang ide tak hampiri
Menulis semua hal dari kacamata sendiri
Gambaran kesedihan ringkasan sebuah cerita
Sebenarnya tak tahu isi yang ditulis
Karena mengalir saja tak bertelaris
Jangan kekang arti sebuah tulisan
Inilah senjata perlawanan
Saat semua sumber daya serta amunisi milik penguasa
Membuat kebijakan yang membuat menggeleng kepala
Tersurat begitu banyak arogansi serta kegilaan
Penuh dusta doa-doa ketuhanan
Menulis saja
Sebarkan tindakan diskriminasi
Menulis pada apapun media
Karena kedamaian berkeadilan yakini bukanlah sebuah mimpi

Jumat, 14 Desember 2018

Mistis Cinta

Porak-porandakan relung jiwa
Saat kau pergi tiba-tiba
Saat kau memilih tak menulis serta berkata
Tapi kau telah membuatku terjatuh dan mencinta
Terus-menerus berujarmu penuh dusta
Menghapus semua pesan dan kata
Karena cintamu tak kunjung ada
Bila memang kaupun mencinta
Tulislah lalu peluklah aku dalam kata penuh rasa
Rasa ini memang menjadi sebuah kemistisan cinta

Kamis, 13 Desember 2018

Jangan Bermain Rasa

Hentikan!
Jangan terus hadir bila melukai
Ceritamu bersamanya membuat luka
Karena hadirmu bukan semata untukku
Diriku hanyalah selingan bagimu
Tersenyumku namun perih di jiwa
Datang dan pergi sesuka hati
Karena kau telah tahu mencintaiku
Kau tetap saja angkuh dengan perasaanmu
Tak kunjung peluki rasaku

Tolonglah!
Jangan bermain rasa

Aku teramat cintaimu
Entah bagaimana ini

Sampai kapan kau tak berasa padaku?

Tiada Lagi Pesan

Malam ini kuhapus semua pesan
Pesan sayang penuh tubi asmara
Betapa kasmarannya padamu
Tapi kau diam tak membalas pesan
Hanya memberikan gambaran ibu jari tanda bagus berwarna biru
Itu menghantuiku dalam penasaran rasa rindu
Satu-persatu kuhapus perlahan pesanku padamu
Cukupi sampai di sini
Lelah menanti kau tuliskan pesan cinta
Malam ini tiada lagi pesan untukmu
Bila memang kau sayangiku
Lakukan semua untaian pesan sayangku
Atau kau memang jengah
Setidaknya tuliskan bahwa kau mau memelukku penuh kehangatan
Saat kau ceritakan pasanganmu kutuliskan "semoga selamanya bersama"
Tapi hatiku terluka
Tapi bila kau bahagia maka tak layak berduka
Yang kucinta bahagia
Walau jiwa ragaku terkoyak
Ingin dicintaimu
Ingin dirinduimu
Ingin disentuhimu
Tapi kini.......
Pesan dariku untukmu sekarang sepi

Selasa, 11 Desember 2018

Tanpamu Harus Bagaimana

Harus bagaimana tanpamu?
Melangkah tapi melayang
Berjalan tapi tak tahu arah
Kehilangan sebuah marka jalan
Dan betapa muak saat tersesat
Tapi betapa menikmati perpacuan indahnya semesta

Harus bagaimana tanpamu?
Terlalu menjadi kecanduan
Wajahmu terlalu dirindukan
Badanmu teramat menggiurkan
Aroma ini memabukkan tapi masih tersadar
Ketakutan menjelma karena begitu mencintai dunia

Takut kematian lebih mencintai dunia
Penyakit "hawn" yang bercokol pada jiwa
Mempertanyakan harus bagaimana tanpa dunia yang tergenggam
Mengesampingkan kebesaran Pencipta sebagaimana harusnya
Tanpamu harus bagaimana?
Mendekati Tuhan tapi jiwa ini masih inginkanmu teramat sangat

Senin, 10 Desember 2018

Bohong Ucapmu

Mana?
Bukan ku menagih
Tapi sudahkah kau lupa?
Semua kata rayumu dahulu padaku
Ribuan jam telah terlewati
Janji dari mulutmu tak kau tepati
Lupakah atau kau memaksa untuk melupa?

Dahulu kau katakan saat semua aral terlewati maka harta materi kau janjikan padaku
Tapi kenyataannya busuk

Tak hendak menagih karena aku bukan seorang penagih
Tapi watak dirimu terlihat dari laku juga ucapmu

Kau penuh tipu daya serta omong besar

Penampilan Menipu Dunia

Penampilan seperti sufi
Penampilan seperti tenokrat
Penampilan seperti berilmu
Tetapi kenyataannya otaknya di selangkangan

Kegirangan saat laku-laku setan tersembunyikan
Beradu argumen terus memojokkan kesucian
Mencari kalimat pembenaran saat laku-laku setannya terkuak

Tidak menerima nasehat kebaikan
Hanya memberi "petuah" bau busuk kesesatan

Ocehan yang terbungkus bagusnya sebuah penampilan

Iman yang menjadi kedok
Keilmuan yang menjadi topeng
Status sosial kebanggaan yang penuh kekotoran

Penampilan yang membuat cinta pandangan pertama

Pekakan hati serta jiwa
"Bersenda gurau" lah dengan Pemilik Semesta dengan rendah diri
Agar miliki sebuah ilmu peka pembuka nurani di balik gemerlap penampilan

Penipu-penipu berpenampilan terbaik tapi busuk dalam berjiwa

Prasangka Cinta

Kusangka mereka cinta
Ternyata tiada cinta
Kusangka miliki sama rasa
Ternyata hanyalah getir yang ada
Mengejar dan bersabar menjadi cambuk
Perih yang ditahan selama belasan tahun
Mereka pikir diri ini polos serta lugu
Ketahuilah
Diri selalu merasakan serta memperhatikan
Berharap ada perubahan
Tetapi kenyataannya semakin menjadi dan mewabah
Cinta yang dijunjung mereka beraroma kemenyan dan dupa
Cukupi
Muak dengan pemutar balikkan fakta serta opini
Pendapatmu pendapatmu, opiniku opiniku
Kelak semua prasangka perasaan kita terbuka di hadapan Tuhan Yang Maha Esa

Sabtu, 08 Desember 2018

Hari Merebut Cinta

Ini hari sabtu
Malamnya malam minggu
Ingin bertemu
Tapi sungguh teramat malu
Hanya bisa memendam rindu
Karena sungguh tahu
Begitu banyak yang menyukaimu
Tak berniat mengganggu
Cukup kagumimu
Nanti malam di malam minggu
Selalu bahagiamu
Bersama tersayangmu

Aku menyerah
Seperti terlanjur kalah
Tak bisa menemukan celah

Pada cintamu yang setinggi galah
Kecintaanku yang tak mewah
Kerinduan padamu teramat parah
Melihatmu bersama tersayangmu membuat gerah
Kerinduanku yang salah
Mencintaimu yang telah berserah
Pelakor sebuah istilah
Pebinor juga hanya kata istilah
Dan rasaku padamu teramat salah

Seolah acara drama di televisi
Dunia yang tak pernah abadi

Begitupun rasa padamu tentang mencintai
Terasa menggebu-gebu karena nafsu menyertai
Memadu kasih pada remang tempat tercahayai
Saling berpeluh paguti
Sungguh mengetahui
Kecintaan ini sewaktu-waktu terpangkas dan bisa mati
Tapi akal sehat ada di selangkangan lalu menari
Tiba-tiba telah tertidur berdua hingga pagi
Nurani yang telah terkunci
Mata hati tertutupi
Wajah tak tahu malu terhalang tutup panci
Dan aku benci