Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 26 Agustus 2019

Menghitung Rasa

Sebentar
Kuhitung dahulu sebuah hasrat yang pernah kukecapi
1,2,3,4,5,6,7,8,9
Tak bisa meneruskan untuk berhitung
Tak bisa kembali lagi ke titik nol
Angka semua berputar seperti itu
Sebanyak apapun menghitung rasaku
Rasaku padamu tak pernah memiliki angka

Rasamu yang kunanti
Hasratmu yang ingin segera kumiliki
Pada pagi, siang atau malam
Hitunglah hariku menantimu dalam perasaan

Datanglah dengan hasrat terindahmu
Kita berdua menghitung rasa di mulai dari tanpa keringat

Kisah Rinduku

Menulis kerinduanpun tak kau gubris
Harus bagaimana lagi hidupku tanpa belaianmu?
Malam-malam kulalui tanpa satu pesanpun darimu
Membayangkan dirimu memeluk tubuhkupun tak ada keberanian
Dirimu yang masih juga tak mau
Dirimu yang sibuk dengan kisah cintamu yang bukan aku
Kangenku
Bercintalah denganku dalam diam
Dunia yang membuta
Kisah rinduku padamu hanya untuk kita berdua saja

Kamis, 22 Agustus 2019

Bulan Terbelah

Cinta padamu terpisah jarak
Rindu padamu terhalang benteng
Saling menatap bulan saat malam
Bulan yang sama dengan tempat berbeda
Merasakan getaran kasih sayang melalui bulan
Bulan sabit atau bulan terbelah
Keindahan rasa yang tak akan pernah pudar

Kau dimana?
Kuingin dirasa

Kau dimana
Kuingin dicinta

Bulan sepotong menjadi perwujudan kasih
Sayang terbelah tapi tak akan pernah lenyap

Dongeng Putri Dan Para Dayang Yang Busuk

Kelar
Muslihat
Penuh tipu
Hingga sang ibu suri terpedaya
Kesenangan mempermainkan kehidupan
Selaksa menjadi tuhan saja
Tertawa menyeringai
Terkekeh menohok
Tak peduli
Masa bodoh
Lupa ada hidup setelah mati
Saat ucap juga laku durjana berbalas dari tuhan

Menjijikan saat kalian menyukai membuat kesedihan, kekhawatiran pada raut manusia
Psikopat
Ada topeng-topeng ketuhanan yang merekat

Saat tangan-tangan tak berdaya tak berkutik
Putri dan para dayang terbusuk tertawa di dunia
Maka tertawalah
Hari raya tak bisa menebus dedosa seperti pada bilik pengakuan dosa

Menanti hari itu tiba
Saat tangan juga kaki yang bicara

Belajar Mencintai

Setiap hari
Setiap waktu
Bahkan setiap detik merupakan pembelajaran
Belajar sampai titik kehidupan tidak berdetik
Bagi seorang peiman 
Setiap langkah tiada yang sia-sia
Ada pertanggung jawaban atas setiap langkah
Ada hidup setelah mati
Tak usah khawatir
Bolehkah aku mencintamu dalam hening?
Bolehkah aku menciummu dalam gelap?
Bolehkah memelukmu dalam diam bersembunyi?
Terlalu ramai di luar
Ingin berdua saja denganmu jauh dari hiruk-pikuk
Menggenggam saling berpegang tangan
Memeluk saling berbagi kehangatan pada dingin malam
Kecupan mesra dariku tanda kasih

Melihat potretmu bersamanya
Ada perasaan berkecamuk di dada
Apa yang telah dia berikan akupun bisa
Pelukan
Kecupan
Ciuman
Kenyamanan
Bila kau meminta lebihpun aku bersedia
Tapi kau masih berdusta untuk peka

Maafkan, jika kau kecewa

Bercinta Enyahlan Ketimpangan

Bolehkah mengecup keningmu?
Bolehkah mencium melumat bibirmu?
Bolehkah memeluk tubuhmu dalam hasrat birahi?
Tanpa rasa
Tanpa cinta
Walau aku cinta tetapi dirimu tidak
Begitu murahannya diriku
Mendamba dirimu untuk menggumuliku
Ingin melihatmu walau terakhir agar kerinduan
Tak jadi keterlaluan
Turuni tangga kesedihan
Naiki tangga kebahagiaan
Ingin tidur saja
Karena menggoyangkan pohon kelapa
Berharap daunnya melambai ke udara
Semua usaha hanya sia-sia
Pelajaran moral sudah berakhir
Kelas selesai saat ijazah berstempel
Inilah dunia nyata
Menunggu setelah kehilangan
Kembali pulang tapi tak diharapkan
Menyakitkan
Membuat rasa sesak
Inilah kehidupan
Saat perlakuan tak berkeadilan karena tak sehaluan
Maka kedatanganmu kunantikan
Dalam remang
Untuk percintaan

Jumat, 16 Agustus 2019

Jalan Cerita Cinta

Aku jatuh cinta
Cinta kepada yang ada
Cinta kepada yang tampak
Sayang kepada yang terbersit di dada
Walaupun tak kuasa memeluki rasa
Hanya jatuh cinta
Hanya bisa menyayangi
Tanpa tahu terbalasi
Selamat menikmati perjalanan
Kencangkan dan pasang sabuk pengaman
Berdoa pada tuhan karena hanya itu yang paling mujarab
Menenangkan kekhawatiran kehidupan
Tak pernah tahu bagaimana alam sepanjang perjalanan
Kadang menukik tajam ke atas
Kadang menurun tajam ke bawah
Kadang tenang seperti para pecundang

Bila tak tahu jawan atas cerita cinta ini
Biarkanlah waktu yang mengobati segala luka diri

Biarlah yang terjadi biarkan terjadi
Berikan reaksi terbaik ketuhanan
Ada cerita di setiap cinta perjalanan kehidupan ini

Kamis, 15 Agustus 2019

Cerita Cinta Kita

Cerita cinta
Tak usah berbagi dengan dunia
Percintaan ini milik kita berdua
Jadikan saja sebuah rahasia
Dalam rasa
Saling bercinta
Kecapi setiap hasrat yang ada
Ciuman-ciuman dalam hasrat yang meronta
Pelukan-pelukan dalam birahi yang menggelora
Saling merasai dalam desahan raga surga
Kasih sayang dalam jalinan yang beda
Mendekatlah pada malam-malam gelap tak bercahaya
Saling memuaskan dalam bahagia
Cerita cinta ini nyata
Cinta yang tersembunyi penuh rahasia

Cintamu Berkabut

Jangan katakan rindu
Itu menyakitkan

Jangan katakan cinta
Itu menggetarkan

Semua ucapanmu tak juga di mengerti
Terlalu banyak kosakata yang kau ingkari
Ataukah memang dirimu lihai bermain kata?
Hingga kata bahkan laku tega kau kelabui

Ingin bilang "hentikan segala rekayasa mengada-adamu!"
Tapi seolah kau memang punya kesenangan mempermainkan harapan orang
Setengah mati orang itu jatuh cinta padamu
Jatuh bangun orang itu merindu padamu
Tetapi dirimu hanya memikirkan keperluanmu saja

Kau katakan cinta
Kau katakan sayang
Kau katakan rindu
Dengan sorot mata dan bentuk wajah berdusta
Rasamu tergantung situasi kondisi yang memberi keuntunganmu saja

Kau pikir semua bohongmu tak terjiplak di wajahmu?
Rangkaian kata manismu hanyalah kepahitan

Ada ketidak tulusan dalam ucap juga laku

Bersedihnya orang yang jatuh cinta padamu
Cintamu ternyata hanya sekumpulan kabut
Bila tersapu angin maka lenyaplah kabut itu

Kau mungkin bisa menebak siapakah orang yang bersedih karena jatuh cinta padamu

Kau merasakan cinta orang itu tapi kau memilih menghempaskannya

Dan memang kau berhak lakukan kepada siapa cintamu kau berikan

Tapi jangan terus gambarkan kabut dalam sorot mata dan air muka wajahmu

Pencipta puisi ini bersedih karena sikapmu itu

Senja Versus Malam

Senja menampakkan serabut warna
Begitu tentram di atas sana
Cakrawala seolah hendak menutup layarnya
Burung-burungpun seolah paham terbang kembali ke sarangnya
Mentari tenggelam
Keindahan senja perlahan memudar
Begitu kuatnya pujian pada senja
Karena khawatir bila kegelapan menyelimuti semesta
Malam mengganti senja
Cemas bercampur khawatir melanda
Karena saat gelap menerjang malam
Tak ditemui keindahan
Hanya gelap
Serasa mengerikan bagi para perindu
Serasa mencekam bagi para pehaus kasih sayang
Kejahatan saat malam
Keresahan saat malam
Saat malam dirimu tak ada untuk sebuah pelukan dan kecupan

Puisi Anjing

Sudahkah kubuat tulisan ini?
Atau adakah yang terlihat mirip?
Entahlah
Hanya ingin menulis saja
Saat mereka menunjuk sembari berkacak dada
Iya, di dada bukan lagi berkacak di pinggang
Seraya berkata 
"Dasar anjing tak bertuan"
"Ketololan yang permanen"
Ini puisi anjing
Tak usah dibaca
Cukup ludahi saja cermin
Agar air liur menandai siapakah anjing yang tolol sesungguhnya

Kembalimu Dan Jangan Pergi Lagi

Terima kasih telah hadir kembali
Sapaanmu membuat gembira di hati
Sekian lama menanti
Kegalauan menahun melanda di sini
Tak tahu kabarmu lagi
Kehilanganmu dahulu yang tiba-tiba bak tertelan bumi
Menunggu dan mencari
Resahi
Hanya menyimpan cinta tapi tak tahu kemana harus mencari
Kini
Tolonglah, jangan pergi lagi
Bila memang diriku tak kau cintai
Sangat mengerti
Ingin kau ada di sini
Ingin kau ada di sisi
Setiap malam dan setiap hari
Kau akan kuberi
Rasa bahagia yang tak terperi
Aku telah jatuh hati
Menanti
Kau untuk mencintai

Tunggu Sebentar Lagi

Sedikit lagi sayang!
Akan pulang
Hanya butuh kekuatan tentang
Sesuatu yang pelik untuk di jelaskan karena bimbang

Tak bisa terbangkan layang-layang
Sejumput rasa-rasa nan malang
Tunggulah sebentar lagi tanpa bayang
Begitu banyak kerinduan membuncah tiada kepalang

Jangan meminta sebuah penjelasan berbentuk belang-belang

Pulang!

Rabu, 14 Agustus 2019

Pagi Bahagia

Selamat pagi, secangkir coklat untuk sebuah rasa
Acuhkan semua rasa hina
Nikmati renyahnya hangat dalam rasa

Masihkah kurang secangkir coklat dalam cinta?
Seduhlah lagi secangkir sereal dengan jiwa
Berjalanlah dengan iman pada dada

Hiraukan mereka
Mereka yang mengayuh kebaikan dengan manisnya kata dan muka
Ucapkan "selamat pagi!" senantiasa sepanjang hari berhias dengan bahagia

Selasa, 13 Agustus 2019

Buih Rasa

Gelembung berbagai rasa mulai berdatangan
Memaparkan segala jenis bebauan
Bukan hanya tentang kerinduan dan percintaan
Aneka benci juga rasa kesal membabat jiwa
Buih rasa terkadang perih dan terkadang tidak perih

Kau tidak akan pernah bisa mencukupi
Dan kau tak akan pernah bisa membelokkan
Seberapa keras kau mencoba mengatur sesuai kehendakmu
Bila Tuhan tak berkenan maka kau hanyalah seonggok atom
Buih rasa ini bukan buih rasamu

Kau tak akan bisa mengatur karena kau bukan Sang Pencipta buih

Merdekalah buih!
Bebaskanlah rasa!

Bersama Tuhan jalani warna-warni buih rasa dalam iman

Senin, 12 Agustus 2019

Puisi Rindu

Kemana saja selama ini dirimu?
Kamu mengapa begitu?
Pergi datang sesuka kamu


Tak pernah memikirkanku sedikitpun yang rindu
Kamu, iya kamu
Harus kepada siapa lagi mengadu?


Bila terus tak pedulimu 
Bila terus acuhmu 
Bila memang tak ada rasa sayang di hatimu 


Jangan pernah biarkanku 
Menggigil dalam pilu
Selama ini menunggu
Pernyataan kasih sayang darimu


Sesaat datang lalu
Pergimu
Betapa mudah kau mempermainkan perasaanku


Hancurku
Rapuhku
Selama ini kumerindukanmu

Kau Penuh Kebencian

Kamu tak merasakan
Kamu tak juga memberikan
Seutas perasaan
Selama ini hanya menantikan
Hanya untaian
Kalimat jawaban
Tetapi dirimu penuh ujaran
Dirimu penuh kekesalan
Dirimu penuh kebencian
Pada kalender kutandai kehilangan
Berapa lama waktu dalam penantian
Dan mencintaimu tak ada penyesalan
Untukmu selalu dalam kebahagiaan
Bersama dengan kecintaan
Dan aku mungkin kau lupakan
Kenangan
Aku pada dirimu selalu terngiang
Dirimu bagiku merupakan pertama untuk percintaan

Jumat, 09 Agustus 2019

Konspirasi Licikmu

Sebuah konspirasi
Ada mufakat di balik tirai
Begitu banyak kebencian terhunus
Kata-kata bijak yang amburadul
Petuah-petuah seperti kehilangan arah
Ada apa denganmu?

Begitu pekatnya beban kehidupan
Begitu mahalnya gaya hidupmu
Lalu teganya bunuhi sahabat juga temanmu dengan konspirasi kelicikan
Tak segan menjerumuskan serta memfitnah yang tak sehaluan
Kata-kata bisa begitu menyakitkan
Perilaku busuk yang kau pikir telah tersembunyikan

Kami campakkan dirimu dalam kubangan
Dirimu yang pintar bertipu muslihat
Konspirasi tipu muslihatmu
Kami mengetahui melebihimu
Tak akan membunuhmu
Karena kami bukan sepertimu yang gemar menikam dari belakang

Biarlah tuhan yang menghukum
Saat tuhan telah memberi peringatan
Maka kenistaan abadi untukmu saja

Kami tak mau mengotori tangan dengan dedosa
Karena kami bukanlah sebuah konspirasi licik sepertimu

Kamis, 08 Agustus 2019

Tergelincir

Lambat
Tersendat
Saat semua tak mengalir karena tersumbat
Menari dengan iringan simponi memacu sahwat
Tak mau ketuhanan terpegang erat
Terbisikkan kegaiban suatu kalimat
Terjerat
Semua penjuru arah mata angin menggoda jahat
Timur, utara, selatan hingga barat
Terhempas bak tak berserat
Hingga kiamat

Mendustai

Ada manusia yang bertopeng baik
Ada manusia yang bertopeng penuh peduli
Ada manusia yang bertopeng bertuhan
Ada manusia yang bertopeng penuh rasa sakit

Banyak manusia bertopeng
Bahkan ada manusia bertopeng manusia
Lalu bila manusia bertopeng manusia
Siapakah manusia itu sebenarnya?

Satu titik

Maafkan aku cinta
Jika aku tak bicara

Maafkan aku rasa
Jika aku tak jua berkata
Khawatir kehilangan satu raga
Walau masih tak dipeluknya
Bagiku merupakan suatu kedamaian walau terluka
Mencinta tapi tak jua di cinta
Ingin merasai tapi tak jua dirasa

Sejauh ini hanya bisa berdoa
Karena tak mungkin merengkuhnya
Karena sadar tak akan pernah bisa untuk bersama

Satu titik yang kudamba
Sentuhannya
Pelukannya
Ciumannya
Di cintainya
Di rasainya

Milyaran hari memahat sebuah nama
Pada jiwa
Namamu dalam titik yang menggema

Bercintalah denganku dalam rasa
Menerimaku walau jadi madumu yang kedua

Terompah Terbang

Kutiupkan serbuk guna-guna
Komat-kamit jampi serta mantra
Kukirimkan banyak api berbentuk bola-bola
Tertuju padamu agar celaka
Sekelebat jingga
Langit berwarna
Burung-burung pulang saat hari senja
Terompah terbang untukmu akan segera tiba
Bila malam berselimut duka
Dirimu beserta keluarga
Maka jangan pernah salahkan buhul-buhul mantra
Ada doa-doa
Dedoa yang tak terhalang tirai bagi yang teraniaya
Terompah terbang menghajar dirimu yang arogan membusung dada
Diriku yang teraniaya
Juga mereka
Mengirimkan untukmu kepahitan berupa doa
Dedoa para kaum yang teraniaya

Selasa, 06 Agustus 2019

Waktu Hapus Kesedihan

Bercanda dengan rasa sakit
Menertawai rasa sakit merupakan humor terbaik
Ketika hanya Tuhan menjadi tempat terakhir pengaduan

Saat merasa nyaman dikelilingi para kaumnya yang menari tanpa busana
Karena memang para kaum akan bergabung dengan kaumnya
Para pencela serta pembual bersama gerombolannya
Para pembuat rasa nyeri bersama kumpulannya

Jika diceritakan memang terasa sakit
Tetapi hidup memang berdinamika
Luruslah berTuhan maka akan tertunjukkan kaum penjilat sesungguhnya
Bila memang sedih maka bersedihlah
Tuhan tak pernah tidur
Saat tiada langkah memupus rasa sedih
Maka biarkanlah waktu yang menghapus kesedihan

Penjulur Lidah

Bermulut serta bermuka manis
Berhati penuh duri
Penuh sandiwara
Penuh drama
Ingin tersanjung
Ingin selalu duduk pada anjungan
Merendah untuk meroket
Aktifitas yang ingin serta merta haus pepujian

Seperti sedang menyembunyikan
Ingin selalu tampil sempurna

Maka cacian juga pikiran picik terselubung dari belakang
Menikam teman
Menggunting dalam lipatan
Musuh dalam selimut yang sama
Tertawa saat teman terluka

Berperan seperti terluka padahal sesungguhnya seorang yang memberi luka pada sesama

Lambat-laun kelak terbuka
Segala bangkai akan tercium dan menganga

Mulut berwajah manis
Kelak pasti meringis

Ada topeng
Para penjulur lidah

Kematianku

Siapkah aku untuk mati?
Sedang berbuat apakah aku saat malaikat mencabut nyawaku?
Mengetuk pintukah padaku para pencabut nyawaku?
Atau adakah mengucap "permisi" saat hendak datangnya kematian?
Ide-ide berseliweran pada kepala
Tentang datangnya sebuah kematian pada jiwa
Tak bisa mencegah datangnya kematian
Lalu pantaskah aku selalu angkuh lagi sombong?
Tololnya jiwa
Yang merasa bahwa kematianku masih jauh
Padahal kematian selalu mengintai bak penembak jitu
Kematian datangnya tiba-tiba
Kematian yang tak bisa kucegah kedatangannya
Hanya para malaikat pencabut nyawa tak akan bisa disisipi harta benda
Siap ataupun tidak siap kematianku tak bisa dielakkan

Jumat, 02 Agustus 2019

Bercinta Tanpa Suara

Mencintaimu dalam diam
Maukah saling bercinta lalu bercumbu diam-diam?

Diriku yang telah lama menanti
Tak mau kehilangan ragamu
Saling jamahlah walau di balik semak-semak

Menantimu pada barisan belakang
Memperhatikanmu dari kejauhan
Berpapasanpun kita berdua saling mengacuhkan

Dirimu yang mengetahui bahwa diriku sedang menunggumu
Dirimu yang sengaja tak berada di depanku
Dirimu yang memilih berada di bagian sisi yang lain

Mengecewakan
Menggetirkan
Padahal teramat ingin melihatmu dari jarak dekat

Bercinta tanpa suara
Mengagumi diam-diam
Karena dirimu yang berbeda saat dulu saling beradu tatapan

Dirimu kini telah mengenal cinta-cinta selain aku

Kamis, 01 Agustus 2019

Hilang Tiba-Tiba

Kehilangan cinta saat sedang di genggaman
Kehilangan rasa saat sedang di buaian
Ada angin membawa kabar
Kesedihan berkecamuk bak tertusuk duri mawar

Intimidasi rasamu
Tentang perasaan cintamu
Rasa nyaman bercintamu
Tentang kenyamananmu

Jangan intimidasi dunia dengan citarasa percintaanmu

Teruntuk dirimu yang menutup parasmu saat terpotret
Teruntuk dirimu yang telah berdua dalam tunggangan kendaraan
Teruntuk dirimu yang tiada perasaan cinta kepadaku
Teruntuk dirimu maka kehilanganku
Cinta yang menguap bak embun pagi

Berharap bertemu saat pagi, siang ataupun senja
Tak pernah sekalipun berharap bertemu saat malam tiba
Karena tahu saat malam datang tubuhmu seranjang dengan dia

Dirimu masih juga tak melihatku
Diriku yang masih tak terlihat olehmu

Kehabisan kata
Kehabisan cara

Aku cintaimu
Pahamilah!

Kecupanmu
Belaianmu
Sentuhanmu
Pelukanmu dalam mendesah
Cukupilah hasratku
Karena telah ratusan hari telah kehilangan pesonamu

Betapa kamu itu terlalu menggairahkan

Aku membenci saat mencintaimu
Semakin dalam mencintaimu
Semakin jauh pula kehilanganmu
Haruskah berhenti mencintaimu?
Agar terjadi hukum berkebalikan

Kenyataannya aku tak bisa berhenti mencintaimu
Aku tak bisa kehilanganmu

Kejamnya dunia
Saat cinta bertepuk sebelah tangan
Walaupun bisa membuat kau mencintaiku biarpun kau tak cinta
Tetapi cinta tak seharusnya menyakiti

Bila rasa cintaku tak dicintaimu menyakitiku
Masihkah rasa kehilangan cintamu ini di sebut cinta?

Aku senantiasa menjaga rasa cintaku walau telah kehilanganmu