Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 26 Februari 2017

Teman Rasa Sayang

Kita ini teman
Terlalu ketakutan pada rasa kehilangan
Menyayangimu dalam bentuk perhatian
Tak mau kehilangan segalanya dari dirimu
Kegemaran kita yang berbeda tak bisa dustai rasa suka
Kita ini teman
Namun entah mengapa begitu banyak rasa sayang
Selalu ada doa menghujam kalbuku
Berharap Tuhan menguatkan jodoh dalam restu-Nya saat dewasa hingga maut tiba
Saat ini saling berjalan hiasi dunia kita masing-masing
Sebagai teman tapi selalu ada sayang dan rasa
Melihat kabarmu ada membuncah bahagia
Kita sekarang teman tapi akan selalu ada rasa sayang dan cinta

(Inspirasi dari status teman wanita "S O A" di media sosial sewaktu membahas tentang "G K")

Pesonamu

Begitu banyak pesona terhampar diluar
Berjuta keindahan terpapar di depan mata
Namun tak tahu mengapa diriku selalu berarah padamu
Bersama dirimu bahagia walau sekedar memandangimu
Pesonamu meluluh-lantahkan setiap sendi jiwa
Ingin selalu ada dalam hatimu
Karena wajahmu selalu menjadi sandaran hariku
Cinta padamu telah bersemayam dalam jiwaku
Saat ini dan waktu ini hanya ingin terus bersamamu
Pesonamu telah memenjarakan cintaku dari mencintai yang lain
Karena pesonamu dan tak tahu mengapa
Kurasa aku telah jatuh cinta padamu
Bagaimana dengan dirimu?
Samakah rasamu seperti rasaku?
Atau diriku yang cinta sendiri?
Hari ini dan tak berpikir tentang hari mendatang
Jeratan pesonamu terlalu kunikmati
Dalam balutan pesonamu kunikmati memandangi segalanya tentangmu

(Inspirasi dari obrolan dengan seorang wanita cantik "R E G")

Ayah Ibu Panjanglah Usianya

Kepada siapa lagi harus kupanggil ayah?
Saat ayah telah meninggal dunia
Kepada siapa lagi harus kupanggil ibu?
Saat ibu telah meninggal dunia
Pantaskah keduanya kusia-siakan hidupnya?
Hiduplah dengan usia terpanjang
Kubasuh kedua kaki kalian berdua dengan air mata syukur
Kemarahan dan berbeda pendapat menjadi bumbu sayang
Maafkan bila ada kata juga laku yang sakiti jiwa raga kalian
Aku masih anak kecil
Di mata kalian aku tetaplah anak berbadan dewasa

(inspirasi dari film India Vanaja)

Tarian Untuk Kelaliman

Menarilah dan terus menari
Meliuk-liukan badan hingga menjiwai setiap gerakan
Ada airmata yang terjatuh
Pahitnya kehidupan akibat penindasan para penguasa lalim
Burung-burung gagakpun ikut menemani tarian
Sebuah tarian penghinaan pada penguasa penindas yang lalim
Sakit lagi perih saat terinjak tapi tak miliki kemampuan melawan
Ilmu, harta dan status sosial yang dimiliki para penguasa lalim
Semuanya menjadi kedok dunia untuk pengakuan para manusia
Dan masih tetap menari
Melangkah dengan tertatih
Menjauhi para penguasa lalim
Melawan dalam diam
Dalam tarian penuh duka
Tuhan tidak buta

(inspirasi dari film India Vanaja)

Sabtu, 25 Februari 2017

Malu Jujur Berasaimu

Kangen
Malu kuakui
Kukirimkan kata berbasa-basi
Lama menanti berbalas
Saat berbalas hanya secarik sesingkat tertulis kata
Mungkin kau sibuk dengan kecintaan yang lain
Dan kau tak melihat rasa kangen yang kumiliki
Malu bila kujujuri menulis rasa
Malu bila tulisan ini kelak dipertontonkan
Dalam tersirat kukirimkan basa-basi
Berharap kau merasai
Malu kuberkata
Sebenarnya rasa cintaimu rinduimu
Tak hendak terus menjadikanmu tak nyaman
Di sini dalam ruang bermaya
Selalu menunggu kau membalas lagi tuliskan rasa
Katakan kau rinduiku lagi cintaiku
Aku bak memeluk gunung harapkanmu
Pekalah rasamu
Dalam maluku mauimu
Dalam maluku ingin kaupun mauiku

Nomormu Berganti

Kau bilang "enggak"
Saat kutanya "bergantikah nomor teleponmu?"
Dustamu membuatku gamang
Diriku yang terlanjur menautkan hati padamu
Sedari dulu telah menjadikanmu primadona hatiku
Kau yang seolah anggapku tak pernah ada
Nomormu berganti
Kubilang rindu tapi tak tersampaikan padamu
Kau yang tak menaruh rasa padaku

Semunya Percintaan

Dulu berharap pada dia
Tapi sekarang bosan yang ada
Ini bukan cinta
Ini sekedar nafsu semata
Hanya ingin diakui dunia
Bahwa telah mampu berdua
Walau hubungan terlarang Sang Kuasa
Percintaan dengannya dulu indah
Dulu menangisi mengejar tanpa lelah
Tapi kini membosan mengujur setelah
Dirinya yang terlihat muak buat jengah
Semunya rasa tanpa akidah
Menyesali tapi serasa mencandu parah
Tuhan, ampuni dan bimbinglah serta dekaplah

Bosan

Haruskah berlari dan meninggalkanmu?
Sudah bosan dan lelah bercanda
Sudah terlalu letih berasmara
Ini kecintaan dunia yang sementara

Semangat Dalam Hujan Pagi

Menikmati setiap tetesan air dari langit
Udara yang dingin
Menikmati setiap basah yang terjiplak pada pakaian juga celana
Dalam hujan pagi hari ada segumpal semangat
Langkah kaki derap semakin memacu
Ada rasa bahagia dalam hujan ini
Masih tetap berjalan dengan semangat walau patah-patah
Inilah jiwa yang masih penuh gelora muda
Tak pernah kalah dan tak pernah menyerah
Menghantam rintik derasnya hujan
Menghajar suasana bumi yang membuat gigilkan badan
Walau dinginnya hujan pagi hari selimuti alam
Ada semangat dalam hujan di pagi hari
Karena nama Tuhan Sang satu telah menjadi api dalam jiwa

Cinta Bak Awan

Mencoba menggapai awan
Meloncat bahkan hingga terbang tak bersayap
Dan hancurnya rasa
Awan yang tak bisa terpegang
Awan ternyata cukup sekedar elok dilihat
Begitupun mencintaimu
Tak kuasa memeluk serta milikimu
Cintaimu menjadi selubung tabir rahasiaku
Dalam damai menyayangimu
Dalam diam tak bisa milikimu
Seperti awan dalam mencintaimu
Indah namun tak bisa terpegang

Puja Dan Puji

Memuja keelokan yang terpapar pada parasnya
Memuji pesona yang melekat pada raganya
Membuta mata juga hati karena megahnya dunia
Menyanjung dan terus kagumi dunia
Menulis semua rasa indah dunia pada berbait-bait sajak

Melupa bahwa sesungguhnya hanya Dia
Hanya Dia yang Satu patut menjadi Sang Puja dan dipuji
Tuhan pencipta semesta
Tuhan pelukis alam raya dengan pelbagai pesona
Tak berhak selingkuhi Tuhan
Dunia yang menjadi tipu daya
Tempat sarang setan dengan begitu banyak candu
Pantaskah diri ini menjadi salah seorang kekasih Dia?
Dalam letih tak lagi memuja serta memuji dunia
Karena hanya Dia Sang Esa yang pantas dipuja dan dipuji

Kamis, 09 Februari 2017

Iman Setan

BerTuhan teguh tak mudah
Tapi pantas diperjuangkan
Serasa setan gerogoti satu-persatu iman
Malas lalu amarah bercampur menjadi gejolak
Rasa enggan memuja bersujud pada Tuhan
Merasa keren sekali saat memisahkan Tuhan dan dunia
Bangga dan merasa jumawa saat dunia menjadi raja
Sisihkan Tuhan terinjak di kaki
Kegilaan memuncak
Tuhan tak lagi menjadi topik obrolan
Serasa paling benar lalu laku-laku setan dijalankan
Memandang baik serta lumrah segala perilaku tak berTuhan
Atau bersembunyi dalam kedok Tuhan saat berjalan di rel tak berTuhan
Otak membeku
Hati membisu
Iman berTuhan sedang dipermainkan setan
Para setan sedang mencari kawan
Kelak bila bersua di neraka setan lepas tangan
Para setan tak sudi dipersalahkan
Lalu kebodohanlah milik para pengikut iman setan

Ratusan Perih

Ada sekelebat rasa sesak di dada
Tentangmu dan cerita masa lalumu
Memang seharusnya tak terganggu dengan itu semua
Karena kini denganmu tapi serasa jarum menempel sekujur badan
Kau yang terus-menerus bermain dengan perasaanku
Tak peduli dan seolah terus menari
Dan aku dengan ratusan perih karena sikapmu
Mencoba bertahan
Dan entah sampai kapan
Bila cinta karena Tuhan
Maka Tuhan akan membukakan jalan

Doa Untukmu Masih Mengalun

Haruskah kuputuskan doa untukmu?
Kau telah bersanding dengan orang lain
Setiap doa yang tersambung ke langit selalu menyebut namamu
Ingin dan berharap hanya dirimu menjadi pendamping hidup
Tapi suratan dan jalan Tuhan tak bisa terprediksi
Dirimu bersandar dan dipersunting orang lain
Hancur juga remuk seluruh jiwa
Haruskah kuputuskan doa untukmu?
Ingin berganti doa
Tapi serasa hati selalu mengarah padamu
Bila memotong bahagiamu maka terlalu kejamnya diri
Berjalan sendiri dan hampir lelah berdoa
Dirimu terindah dan kenangan termegah
Masih berdoa tentangmu tapi dengan alunan berbeda
Dan doa untukmu masih ada dan tak terputus

Selasa, 07 Februari 2017

Sebatang Coklat Cinta

Kemarin pagi bertemu
Ingin kuberi sebatang coklat
Tapi terlalu ramai
Tak mau terlihat keramaian
Tentang coklat dan tentang sebongkah hati
Hati yang sedari dulu inginkanmu
Kau yang selalu menghindariku
Cobalah dekap lalu sentuh
Sebatang coklat ini masih di sini
Kapan kau menghampiri?

Sepanjang Usia Pikirkanmu

Hari ini seharian duduk tapi pikiran padamu
Tapi saat sore melihatmu seperti tak ada cinta
Kecewa
Tapi tak berhenti untuk mencintaimu
Semalam dalam meremang kau melugu bertemu
Seperti bertopeng tapi diriku yang tak kuasa berpaling
Dan berganti hari sama saja seperti hari kemarin
Masih dengan berkecamuknya rasa
Dirimu masihkah punyai tulusnya cinta padaku?

Minggu, 05 Februari 2017

Cintai Benteng Tinggi

Terlalu burukkah aku untukmu?
Sangat burukkah aku untukmu?
Hingga cintapun begitu tak mudah kuyakini
Setiap percintaan selalu saja benteng tinggi menjulang
Daya pikir yang sekuler
Daya iman yang harus kuat dipegang
Tertawa di luar merapuh di dalam
Butuh bantuan dari siapapun juga
Cinta dari Tuhan masa depan ini
Tolonglah
Tuntun ke jalan Tuhan

Petarung KeTuhanan

Pertarungan kehidupan dimulai
Saat semua senjata terkokang ke raga
Segala drama menjatuhkan badan
Kau para penguasa dunia mungkin bisa jatuhkan raga
Tapi tidak dengan semangat juga jiwa
Semangat dan jiwa punya rasa
Rasa yang tak akan pernah hilang walau semua mematikan
Mematikan senjata terhunusi pada badan
Beban hidup terasa berat saat Tuhan menjadi bualan
Tertawa hanya bayang-bayang saja
Telusuri pada jiwa
Bahagiakah tawa?
Hidup ini pertarungan keimanan
Tak gentar walau milyaran manusia tak sejalan
Ini Tuhan dan ini jalan Tuhan
Kata-kata mengajarkan untuk lebih terjaga
Lisan yang menyelamatkan
Tulisan menjadi pemicu
Dalam pertarungan ini masih bertahan
Yakin Tuhan akan menjaga serta melindungi
Kematian di dunia hal yang biasa
Yang paling utama adalah hidup setelah mati
Baik berTuhan atau mati sia-sia?

( inspirasi dari film China Hongkong "Unbeatable)

Sabtu, 04 Februari 2017

Perang Biadab

Bukit-bukit dipenuhi mayat-mayat
Seperti kuburan massal saja
Desingan peluru lalu lontaran granat masih berbekas
Semua dataran rusak tak tersisa
Peperangan sepertinya sungguh tak beraturan
Setiap kepentingan manusia merasa yang terbaik
Lalu berbenturan dan tak saling menghormati
Dalam peperangan terbunuh atau membunuh
Masihkah ingin berperang?
Curiga mencurigai
Pembelotan bahkan pengkhianatan hal yang lazim
Perang apapun bentuknya semua menyakitkan dan menghancurkan
Hentikan peperangan
Hiduplah damai dan saling menghormati

Melihatmu Tapi Gantungmu

Melihat pesonamu di depan wajah
Tak bisa menyentuhmu
Berbicara sekedar basa-basi dan kau hanya menjawab sekenanya
Cintakah kau padaku?
Atau kau bersikap memang tak menyukaiku?
Melihatmu tapi kau gantungkan rasaku

Boneka Untuknya

Untuk apa kau berikan boneka padanya?
Bukti tanda cinta darimukah?
Atau bila ada rindu lalu terpeluklah boneka itu seolah kamu?
Ada batas antara logika dan gila
Bagiku sungguh gila menyamakan dirimu dengan boneka
Kenanganmu tak bisa disamakan dengan bentuk apapun
Okelah
Akupun suka memberikan sesuatu kepada yang tercinta
Namun tidak berlebihan
Materi, makanan bahkan baju kuberi pada yang tercinta
Tapi boneka untuknya darimu?
Sungguh Ocehanmu yang tak masuk akal
Lagipula menggelikan memberi untuk yang tersayang
Tapi seakan tak rela kehilangan uang
Boneka untuknya
Kau buat kucemburu saja

Kau Dan Kecintaanmu

Kau dengan siapa?
Sepagi ini kau telah hadirkan cemburu
Kau menulis dan berbincang dengan kecintaanmu
Lalu hanya bisa menyentuhmu dalam rasa tak berpeluk
Pergilah lalu lakukan aktifitasmu
Cemburu dengan semua bincangmu selain aku
Tapi tak tahu kau berbagi kasih dengan siapa
Kau datang sepagi ini dengan wajah sisa semalam
Saat kuajak nanti saja
Seperti biasa berjuta alasan "tidak bisa" dikemukakan
Kuberikan seuntai lalu kau pergi
Dan sungguh tak tahu siang nanti bersama siapa
Mungkin dengan kecintaanmu selain aku
Rayuanku belum mampu yakinkanmu
Kau dan kecintaanmu buatku menaklukan rasamu semakin besar
Kau membuat semakin penasaran
Pintarnya memainkan perasaan
Menahan semua hasrat
Perut yang lapar
Nafsu yang coba diatur
Inginku menjadi kecintaanmu

Menunggu Dan Terserah Dia

Tak lagi menulis tentang berkecamuknya rasa
Rasa rindu yang menulang pada belulang
Semuanya menjadi asap saat berlari tapi dia sembunyi
Menulis semua cintapun tak digubris karena dia seperti itu
Sungguh cinta ini hanya ingin saling berlepas dalam peluh
Tahukah dia
Menunggu dalam batas cinta seperti ranjau
Sangat membelenggu terantai paku menunggu
Ajakan hasrat saat bergelora hanya ditimpali seperlunya saja
Seolah dia tak pernah mau merasai hasrat
Tak lagi menulis tentang penungguan pada dia
Keterlaluan saat menulis penungguan
Dia yang tak sekalipun menanti
Dia yang terlalu sibuk dengan teman-temannya
Dan cemburu tapi hanya bisa terdiam
Menunggu dan terserah dia
Walau semua peluang bercinta telah diperjelas
Bila dia sebenarnya rasa
Gapailah hingga titik nikmat
Jangan pernah biarkan penungguan rasa ini
Dan kali ini terserah dia

Darah Cinta

Masih
Letih
Tertatih
Berlatih
Belum bisa meninggalkan dia
Seolah tergigit candu asmara
Menikmati setiap sentuhan raga
Melupa pada sentuhan ini tentang dosa
Setan membujuk merayu
Merasa membutuh berpasangan merindu
Walau tak berakad di hadapan penghulu
Mencampur-baurkan antara agama dan nafsu
Penilaian manusia diutamakan
Norma terabaikan
Norma Tuhan
Darah sahwat nafsu setan

Kamis, 02 Februari 2017

Cintamu Materiku Saja

Iya
Aku yang hanya mencintaimu terlalu
Hingga tak kuasa menolak semua materi yang kau mau
Tapi saat kuingin cintamu kau bergegas kenakan jubah berbaju
Cintamu hanya materi
Cintaku tak terbatas dimensi
Haruskah kau terus kucintai?

Berganti Hari

Melihat harimu senantiasa ceria
Walau dari kejauhan tetap bahagia
Dan setiap hari kau berganti cinta
Kau tahu ada rindu mengenang dulu saling cerita
Ingini dirimu tapi malu mengakui rasa
Mungkin diam pilihan terbaik
Tak mau buatmu panik
Rasaku padamu tak pernah menukik
Sungguh aku cinta kamu

Mau Tapi Malu

Ingin berdua denganmu
Seperti waktu itu
Saling mencinta dan bercumbu
Akan tetapi penuh malu
Untuk katakan rasa rindu
Karena selama ini kau tergambar penuh tipu
Aku mau tapi malu
Terganjal oleh sikapmu

Di Balik Punggungmu

Hanya saat berjalan di belakang berani menatap
Saat kau berjalan di depan berani katakan rindu
Namun saat berhadapan berpura-pura tak cinta
Tak mau karena sayang ini kau menjauh
Biarlah menyayangi tapi tak miliki
Merajut kasih seorang diri
Di balik punggungmu ada yang memperhatikanmu
Di balik punggungmu ada yang menjagamu
Mencintaimu hanya berani dari balik punggungmu