Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 30 Desember 2018

Dustakah Dalam Tak Mengerti?

Aku mencintai
Kau masih tak mengerti
Atau kau pura-pura tak sadari
Harus bagaimana lagi
Hanya ingin sedikit sentuhi
Hanya ingin sedikit ciumi
Aroma dari tubuhmu yang mungkin wangi
Diam ini
Dirimu membuat inspirasi
Masih saja kau tak mengerti
Aku yang menanti
Entah sampai kapan ini
Kerinduan tak bertepi

Fantasi Rasa Percuma

Fantasi mencintai mungkin kini yang terjadi
Alasan yang masuk akal tapi menolak untuk percayai
Deretan rasa terus berjejer mengisi kekosongan relung hati
Endapkan rasa yang benar memunculkan padamu tentang rindu ini
Laripun pasti akan kembali lagi

Rongga dahaga melompong tanpa kasih suci
Ajaibnya masih menanti
Demi apapun masih setia walau kau tak peduli
Ingin dipeluk walau sekali
Terkapar saat kau diam tak bicara membeku dalam sanubari
Yang diharapkan sekedar saling bergenggaman tangan lalu menyayangi
Andai

Pikiran ini
Indah dirimu walau tak sekalipun kau pekai
Rasa ini
Mungkin memang tak pernah bisa miliki
Ambilkan sedikit rasamu untuk hati
Nyanyian kerinduan sekedar hymne tanpa dirimu di sisi

Diammu Melukakan

Mengapa hanya itu?
Tak lagi bincang tercipta
Cinta ini tak sekalipun kau gubris
Itu melukakan

Kejujuran telah terjuntai
Tapi bahasa ini terluntakan olehmu
Acuhmu menyakitkan
Itu melukakan

Dan kini tak lagi kau menulis ataupun berkata

Hanya ingin dicintai
Hanya ingin dipeluki
Hanya ingin dikecupi

Karena sadari tak bisa bersama
Cinta ini tak kau cintai

Jadikan saja cinta ini di balik tirai
Cinta yang tersembunyi

Karena diammu kini teramat melukakan

Apa Itu Cinta?

Mencari arti sebuah kata
Cinta
Menelusuri setiap sel beragam kamus bahasa
Mengerti tetapi masih terasa dahaga
Hampa menggema
Memantul kosong nyaring pada jiwa
Memiliki terasa menggoda
Mengetahui tak akan bisa selamanya
Segalanya
Semuanya
Kehidupan di dunia
Hidup yang tak abadi juga sementara

Mengepak sayap dalam rapuhnya
Menelisik lebih dalam arti cinta

Karena sungguh, tanpa Tuhan maka akan sia-sia
Tanpa berTuhan mungkin banyak skandal cinta

Bersama Tuhan arti sejati sebuah kata cinta

Sedang Kasmaran

Menunggu
Hanya kamu
Dalam semai hujan ada rindu
Dalam panen hangat mentari menantimu
Tak peduli dengan dunia yang bising
Jiwa telah memilih sayangimu tak berpaling
Ratusan "detik" menanti menyalak bak seekor anjing
Kerinduan padamu teramat nyaring
Sedang teramat kasmaran
Tak sadar jika dirimu tak memperhatikan
Terlalu membuta dalam kecintaan
Merapuh dalam kasmaran pada sebuah penantian

Rabu, 26 Desember 2018

Semenanjung Rasa

Kekesalan yang terpintal
Bersamamu mengoyakkan keimanan
Bersembunyi tapi sampai kapan?
Bila rasa yang mengoyak terus bergema

Membuka lembaran baru
Menulis pada kertas putih nan kosong
Semua kata hanyalah kamuflase
Karena pada akhirnya masih inginkan rasa
Sebuah rasa yang menyembul pada semenanjung rasa

Ingin berhenti 
Tapi seolah setan terus mengikat jiwa

Di semenanjung rasa
Setia dengan rasa yang mengoyak iman

Berhenti dari satu kecintaan
Lalu beralih dengan kecintaan yang lain

Kedunguan rasa
Pikiran yang teramat sontoloyo

Di semenanjung rasa
Memegang rasa yang sama
Rasa yang mengoyakkan keimanan

Perjalanan Malam

Aku harus bagaimana tanpamu?
Sendiri
Merepih berjalan dalam gelap
Cahaya yang redup di kejauhan
Rembulanpun enggan menyinari
Sinaran yang temaram tertutupi awan
Terseok dalam perjalanan
Tanpa teman
Terkadang mengabaikan nasehat kebaikan
Merasa yang paling benar
Walau melangkah dalam malam
Hanya kegelapan terpampang
Tak tahu kemana akan berujung pangkal

Terombang-ambing oleh badai malam
Kedinginan oleh gelombang desiran angin malam
Sendiri
Penuh egois
Menafikan petuah bercahaya
Dan perjalanan malam ini semakin menyesatkan

Bosan Padamu

Mencintaimu membosankan
Karena selalu penuh kebohongan
Untuk apalagi dipertahankan
Bila bagimu cintaku hanya sebuah permainan
Dan tak lagi penuh kegairahan
Saat berdua denganmu dahulu bersama nafas berpacu seolah pacuan

Sekali lagi padamu kini ada rasa kejenuhan
Akhiri saja sesegera mungkin dan putuskan
Ingin bercinta dengan yang lain saling berpelukan
Dirimu telah penuh kata yang berdustaan
Membosankan
Bercinta tapi dirimu kedustaan

Aku padamu sedang kebosanan

2H (Hilang Hasrat)

Sudah kehilangan gairah
Tak berselera menjamah
Kedua mata telah beralih
Hasrat berganti dan padamu telah bersilih
Sudahilah
Tak renyah saling bercumbu
Karena tiada selera lagi saat berserah
Sudah bosan padamu
Percintaan padamu cukup
Tak peduli lagi
Karena ingini yang sedang kuncup
Dirimu sekarang saatnya pergi
Jangan datang kembali
Hasrat padamu telah hilang
Dan tak mau padamu lagi
Karena ada yang lain ingin kusayang

Senin, 24 Desember 2018

Sebuah Makna

Sesuatu bisa menjadi tak boleh
Tergantung dari niat yang akan dilakukannya

Bila sekedar hanya untuk bercinta
Maka buat apa melakukannya
Bila sekedar hanya sebagai topeng lalu bercinta dengan pasangan orang lain
Maka buat apa melakukannya

Ini sekedar lebih dari makna
Memaknai sebuah ikatan

Maka berserahlah kepada Tuhan

Gertakan Tai Kucing

Melihat dan masih membuat sesak
Buat apa bila sekedar membuat duka
Lebih memilih bahagia
Bila bahagia tanpaku maka menerimaku
Tak mengapa karena hidup bukanlah untuk urusi sang mulut sambal
Menggertak seperti tai kucing
Bersembunyi di belakang nama besar keluarga
Bersembunyi di belakang panggung karena penuh rasa malu
Lihatlah, muka-muka penuh panik
Bacalah dengan seksama
Tapi memang kebutaan pada kebutuhan menutupi semua
Makan lalu kunyahlah dengan rasa
Nikmati setiap gigitan
Bagiku sekedar tai kucing
Bagiku masih kesal
Bagiku masih menunggu saat tepat
Menyumpal gertakan yang berbau tai kucing itu

Jumat, 21 Desember 2018

Berjalan Lambat

Seperti komedi putar yang kehabisan tenaga
Semua kisah hidup berjalan perlahan
Satu-persatu bertemu dengan dunia
Dunia yang seharusnya tak terjamah
Kehidupan yang menjemukan terlihat di pandangan
Terkadang menafikan Tuhan sejenak
Seperti manusia dungu yang berlagak bisa merubah semua
Berlagak bak tuhan yang kehendaknya selalu benar
Dunia terpegang
Penindasan menjadi mercusuar
Kehidupan penuh drama
Berakting seperti peraih piala sandiwara
Waktu beranjak
Dan kehidupan ini selalu terbentur pada hal yang sama
Seolah waktu tak bergerak
Atau nurani serta otak yang dipaksa diam?
Dan tak bisa lagi menerima semua
Tapi apakah masih ada waktu yang tersisa?
Ingin memilih bahagia saja

Rabu, 19 Desember 2018

Ujung Cinta

Dustamu begitu kentara
Katamu pergi ternyata tidak ke luar kota
Begitu tak berani dirimu untuk berjumpa
Aku yang terlalu ingin bersua
Denganmu hanya berdua
Dalam remang dalam sunyi saling berbagi rasa
Diam saja!
Biarkan kukecupi setiap raga
Di ujung cinta
Tak mau dengar lagi dirimu berdusta
Rasakan setiap sentuhan yang ada
Hanya kita berdua
Kubawa kau kepada kenikmatan dunia

Tak Berani Bersembunyi

Aku pergi Aku akhiri Walau nyeri Walau tersakiti Agar bahagiamu Tak risih karena diriku Tak malu Dan tak lagi mengganggu Dalam cinta tersembunyi Merajut cinta sendiri Tak pernah bersahut bertepi Aku mencintai tapi dirimu hanya berdiam diri

Senin, 17 Desember 2018

Kau Tiada Rasa

Jungkir balik merayu
Menangis darah merindu
Terbalik fungsi kaki dan tangan mencintaimu
Tapi bila dirimu
Terus menulis kata tak mau
Bisa apa aku?

Memaksapun percuma
Karena kesulitan bersama
Kau terus anggap kata-kata canda
Kau yang telah hadir walau tak lama
Segurat bagiku membekas di dada
Kau tetap tiada rasa

Kerinduanku Terbentur

Jelaslah
Karena yakin sudah
Dirinya yang menganggap rinduku sebuah permainan
Dirinya yang menganggap cintaku hal yang biasa

Dirinya telah hadir memberi sebuah tanda
Kenapa melakukan tanda itu?

Betapa perih dan sakit saat rasaku membentur dinding hatinya

Dirinya telah hadir lalu saat ku telah jatuh cinta memilih menjauh

Kerinduanku terbentur
Jatuh cintaku tak terjawab

Dirinya terus bercanda
Dirinya mengusirku mempersilahkan untuk pergi
Dan itu menyakitkan

Topeng Taqwa

Sakit menganga
Perih menggema
Nyeri berkelahi di kepala
Memikirkan yang tak perlu cemas berada
Yang belum terjadi ketakutan tentang sesuatu
Masih berbaring di ranjang ini sang raga
Ada sesak dalam dada
Menangis tapi tak berduka
Tertawa tapi tak bergembira
Ambigu sang rasa
Terakhir berkata
Menjauhlah sang pembawa malapetaka
Tak sudi melihat lagi raut muka
Berjiwa neraka berbadan laku surga
Dirimu penuh topeng rasa taqwa

Hilang Asa

Benci menulis kata
Terlihat sama
Bergerak ke satu nama
Dirinya yang kukuh tak cinta
Sedangkan aku yang teramat mendamba

Sabtu, 15 Desember 2018

Pengalihan Penglihatan

Saat pandangan dipaksa tertutup
Saat pendengaran dipaksa terbelenggu
Saat mulut dipaksa berbelok kata
Saat langkah kaki dipaksa tak berjalan lurus
Saat otak dipaksa dihujami pembenaran kesesatan

Maka saat itu nurani berperan
Tanyakan pada hati nurani
Jangan pernah ikut mati
Karena itulah nilai sebenarnya sebuah harga diri

Saat semua dipaksa mengalihkan nilai-nilai kebajikan berpandangan kedamaian
Tolonglah!
Jangan butakan hati nurani itu

Terus Menulis

Hanya ingin menulis saja
Walau kadang ide tak hampiri
Menulis semua hal dari kacamata sendiri
Gambaran kesedihan ringkasan sebuah cerita
Sebenarnya tak tahu isi yang ditulis
Karena mengalir saja tak bertelaris
Jangan kekang arti sebuah tulisan
Inilah senjata perlawanan
Saat semua sumber daya serta amunisi milik penguasa
Membuat kebijakan yang membuat menggeleng kepala
Tersurat begitu banyak arogansi serta kegilaan
Penuh dusta doa-doa ketuhanan
Menulis saja
Sebarkan tindakan diskriminasi
Menulis pada apapun media
Karena kedamaian berkeadilan yakini bukanlah sebuah mimpi

Jumat, 14 Desember 2018

Mistis Cinta

Porak-porandakan relung jiwa
Saat kau pergi tiba-tiba
Saat kau memilih tak menulis serta berkata
Tapi kau telah membuatku terjatuh dan mencinta
Terus-menerus berujarmu penuh dusta
Menghapus semua pesan dan kata
Karena cintamu tak kunjung ada
Bila memang kaupun mencinta
Tulislah lalu peluklah aku dalam kata penuh rasa
Rasa ini memang menjadi sebuah kemistisan cinta

Kamis, 13 Desember 2018

Jangan Bermain Rasa

Hentikan!
Jangan terus hadir bila melukai
Ceritamu bersamanya membuat luka
Karena hadirmu bukan semata untukku
Diriku hanyalah selingan bagimu
Tersenyumku namun perih di jiwa
Datang dan pergi sesuka hati
Karena kau telah tahu mencintaiku
Kau tetap saja angkuh dengan perasaanmu
Tak kunjung peluki rasaku

Tolonglah!
Jangan bermain rasa

Aku teramat cintaimu
Entah bagaimana ini

Sampai kapan kau tak berasa padaku?

Tiada Lagi Pesan

Malam ini kuhapus semua pesan
Pesan sayang penuh tubi asmara
Betapa kasmarannya padamu
Tapi kau diam tak membalas pesan
Hanya memberikan gambaran ibu jari tanda bagus berwarna biru
Itu menghantuiku dalam penasaran rasa rindu
Satu-persatu kuhapus perlahan pesanku padamu
Cukupi sampai di sini
Lelah menanti kau tuliskan pesan cinta
Malam ini tiada lagi pesan untukmu
Bila memang kau sayangiku
Lakukan semua untaian pesan sayangku
Atau kau memang jengah
Setidaknya tuliskan bahwa kau mau memelukku penuh kehangatan
Saat kau ceritakan pasanganmu kutuliskan "semoga selamanya bersama"
Tapi hatiku terluka
Tapi bila kau bahagia maka tak layak berduka
Yang kucinta bahagia
Walau jiwa ragaku terkoyak
Ingin dicintaimu
Ingin dirinduimu
Ingin disentuhimu
Tapi kini.......
Pesan dariku untukmu sekarang sepi

Selasa, 11 Desember 2018

Tanpamu Harus Bagaimana

Harus bagaimana tanpamu?
Melangkah tapi melayang
Berjalan tapi tak tahu arah
Kehilangan sebuah marka jalan
Dan betapa muak saat tersesat
Tapi betapa menikmati perpacuan indahnya semesta

Harus bagaimana tanpamu?
Terlalu menjadi kecanduan
Wajahmu terlalu dirindukan
Badanmu teramat menggiurkan
Aroma ini memabukkan tapi masih tersadar
Ketakutan menjelma karena begitu mencintai dunia

Takut kematian lebih mencintai dunia
Penyakit "hawn" yang bercokol pada jiwa
Mempertanyakan harus bagaimana tanpa dunia yang tergenggam
Mengesampingkan kebesaran Pencipta sebagaimana harusnya
Tanpamu harus bagaimana?
Mendekati Tuhan tapi jiwa ini masih inginkanmu teramat sangat

Senin, 10 Desember 2018

Bohong Ucapmu

Mana?
Bukan ku menagih
Tapi sudahkah kau lupa?
Semua kata rayumu dahulu padaku
Ribuan jam telah terlewati
Janji dari mulutmu tak kau tepati
Lupakah atau kau memaksa untuk melupa?

Dahulu kau katakan saat semua aral terlewati maka harta materi kau janjikan padaku
Tapi kenyataannya busuk

Tak hendak menagih karena aku bukan seorang penagih
Tapi watak dirimu terlihat dari laku juga ucapmu

Kau penuh tipu daya serta omong besar

Penampilan Menipu Dunia

Penampilan seperti sufi
Penampilan seperti tenokrat
Penampilan seperti berilmu
Tetapi kenyataannya otaknya di selangkangan

Kegirangan saat laku-laku setan tersembunyikan
Beradu argumen terus memojokkan kesucian
Mencari kalimat pembenaran saat laku-laku setannya terkuak

Tidak menerima nasehat kebaikan
Hanya memberi "petuah" bau busuk kesesatan

Ocehan yang terbungkus bagusnya sebuah penampilan

Iman yang menjadi kedok
Keilmuan yang menjadi topeng
Status sosial kebanggaan yang penuh kekotoran

Penampilan yang membuat cinta pandangan pertama

Pekakan hati serta jiwa
"Bersenda gurau" lah dengan Pemilik Semesta dengan rendah diri
Agar miliki sebuah ilmu peka pembuka nurani di balik gemerlap penampilan

Penipu-penipu berpenampilan terbaik tapi busuk dalam berjiwa

Prasangka Cinta

Kusangka mereka cinta
Ternyata tiada cinta
Kusangka miliki sama rasa
Ternyata hanyalah getir yang ada
Mengejar dan bersabar menjadi cambuk
Perih yang ditahan selama belasan tahun
Mereka pikir diri ini polos serta lugu
Ketahuilah
Diri selalu merasakan serta memperhatikan
Berharap ada perubahan
Tetapi kenyataannya semakin menjadi dan mewabah
Cinta yang dijunjung mereka beraroma kemenyan dan dupa
Cukupi
Muak dengan pemutar balikkan fakta serta opini
Pendapatmu pendapatmu, opiniku opiniku
Kelak semua prasangka perasaan kita terbuka di hadapan Tuhan Yang Maha Esa

Sabtu, 08 Desember 2018

Hari Merebut Cinta

Ini hari sabtu
Malamnya malam minggu
Ingin bertemu
Tapi sungguh teramat malu
Hanya bisa memendam rindu
Karena sungguh tahu
Begitu banyak yang menyukaimu
Tak berniat mengganggu
Cukup kagumimu
Nanti malam di malam minggu
Selalu bahagiamu
Bersama tersayangmu

Aku menyerah
Seperti terlanjur kalah
Tak bisa menemukan celah

Pada cintamu yang setinggi galah
Kecintaanku yang tak mewah
Kerinduan padamu teramat parah
Melihatmu bersama tersayangmu membuat gerah
Kerinduanku yang salah
Mencintaimu yang telah berserah
Pelakor sebuah istilah
Pebinor juga hanya kata istilah
Dan rasaku padamu teramat salah

Seolah acara drama di televisi
Dunia yang tak pernah abadi

Begitupun rasa padamu tentang mencintai
Terasa menggebu-gebu karena nafsu menyertai
Memadu kasih pada remang tempat tercahayai
Saling berpeluh paguti
Sungguh mengetahui
Kecintaan ini sewaktu-waktu terpangkas dan bisa mati
Tapi akal sehat ada di selangkangan lalu menari
Tiba-tiba telah tertidur berdua hingga pagi
Nurani yang telah terkunci
Mata hati tertutupi
Wajah tak tahu malu terhalang tutup panci
Dan aku benci

Jumat, 19 Oktober 2018

Segera Bilang

Lagi sayang
Terlalu kepalang
Mabuk kepayang
Dirimu maukah kusayang?

Dan pada dunia tak usah bilang
Khawatir cinta ini kembali pergi dan menghilang
Berikan satu tanda sayang
Darimu untuk segera bilang

Karena telah lelah menatap bintang

Kau Datang Pergi

Hei, kau ini siapa?
Datang sesukanya
Pergi sesukanya
Kau tak pernah sekalipun bertanya

Semua
Gejolak rasa
Yang berkecamuk dalam jiwa
Saat datangmu tiba-tiba
Saat pergimu pun tiba-tiba
Kini aku terluka
Tak seperti dahulu perasaan yang ada

Muak sekali dalam jiwa
Kekesalan melihat tabiatmu seperti sedang bercanda

Ketahuilah, kau tak berhak buatku tak berdaya
Kelemahan saat kau ada
Kepurukan saat kau tiada
Kau bak empedu yang tertanam pada jiwa
Aku membenci berbisik pada dada
Tak bisa terucap menjadi kata
Karena menghasratimu terkadang menggila

Hanya soal waktumu yang sungguh tak kusuka
Kau yang datang dan pergi semaunya

Telanjang Sendiri

Terlentang
Sendiri dalam ruang
Dalam atap tak kuasa menatap gemintang
Bertelanjang
Musik mengalun lalu berdendang
Tak nampak selendang
Malam ini hanya ingin mabuk kepayang
Dalam lenguhan sendiri seorang
Hanya satu bayang
Tak membayar para dayang

Mereka seperti tiang
Berdiri menatap diri hingga terluka menyerang
Padahal sedang masyhuk saja seorang
Badan sendiri bertelanjang
Mereka jengah berjinjit menguping yang mengerang

Mereka penjahat sesungguhya yang bertelanjang
Menutupi badan tapi hati busuknya bertelanjang

Imajinasi Tamasya

Sempat sesaat penuh harapan
Berkhayal dirimu mengetuk pintu rumah
Lalu mengajak tamasya bersama keluargamu
Duduk di mobil bangku paling belakang
Saling menautkan jemari kita berdua
Bercanda bersamamu selama perjalanan
Kita tak berjarak sesentipun
Sentuhan-sentuhan kulit kita bak aliran setrum

Tertawa dan saling merasakan kenyamanan saat saling bersentuhan

Berpelukan dalam sebuah ruang
Silih melepaskan hasrat yang selama ini terpendam
Tamasya yang tak pernah usai
Walau kau tidur di rumahmu dan aku tertidur di rumahku

Menari sekelebat khayalan itu

Tamasya bersamamu hanya sebuah khayalan

Erangan Binatang

Saatku melihat pepohonan nan rindang
Teringat dahulu kita berdua pernah berdendang
Sembunyi dan bertelanjang
Mengerang
Bak sepasang
Bak binatang

Melihatku wajah seorang anak
Parasnya membuat muak
Sisi depan membuat konak
Sisi belakang ingin membenrontak
Duduk bersila serasa tak enak
Nurani terus bicara tersimak

Kekesalan menumpuk
Serasa menonjol seperti dua punuk
Keringat tak habis tersapu handuk
Amarah telah mencapai pucuk
Aku terpuruk
Hasrat birahi terseruduk

Dustaku Bukan Dustamu

Mengapa ada pertemuan bila menganga rasa luka?
Perih sekali semua tentang cinta
Tak bisa sampai kapanpun bunuhi rasa
Tersandung begitu tergesa
Seolah kegerahan menjalar raga

Telah kubicara
Sambil bertelanjang dada
Sambil lirih bersuara
Bahwa aku teramat mencinta

Kutak berdusta
Sedangkan kau bermain dalam kata
Terus-menerus memberikan harapan juga asa
Paras indah wajahmu betapa

Jangan lagi berdusta
Tentang ketelanjangan tanpa busana
Dalam sebuah kata

Dustaku ingin kau TAK ADA
Dustamu seolah ADA CINTA

Dustaku bukan dustamu ternyata

Bersuara
Rindu suara
Bertatap muka
Hanya kita berdua
Dalam gelap cuaca
Dalam dingin malam yang ada

Untukmu semua raga
Apakah rindumu masih ada?
Atau semua darimu sebuah dusta?

Karena dustaku bukan dustamu tentang rasa cinta kita

Izinkan Melihat Gambarmu

Maafkan bila mengganggu
Tak pernah menyangka terjadi seperti itu
Sekat yang membentang telah membatu
Kerasnya hatimu
Hingga sekejap pergi menjauhiku

Bagaimana denganku?
Dimana lagi akan kutemui gambarmu?

Jangan pergi dirimu!
Terlanjur menyangkutkan sebongkahku
Betapa besarnya cintaku
Dan kau yang membisu

Aku terima diam membisumu
Tapi jangan kau tutup pintu
Biarkan aku menatap wajahmu

Tanpa cintamu
Menerimaku
Izinkan gambaranmu kulihat selalu

Mendalam Mencinta

Begitulah cinta
Selalu saja miliki cerita
Ada rindu mendalam saat berjauhan
Tetapi saat dekat hanya kerenggangan
Enggan bertemu
Masih menggumpal kesal dalam kalbu
Senyatanya diri ini belum berdamai
Biarkan waktu yang menyembuhkan semoga bukan andai-andai

Tak pernah merasa kesepian
Selalu berusaha berkeTuhanan
Jiwa yang masih bergelantungan pada manusia
Seharusnya hanya bergantung pada Tuhan saja

Mencari kebahagiaan di bumi
Padahal bahagia itu ada pada diri
Karena tak bisa melihat
Semua rasa diri nan jahat

Rindu padanya
Saat ini hanya dalam doa

Diantara Jawaban Cintamu

Lalu jika aku cinta kamu tapi kamu tak cinta aku, bagaimana?
Akankah kau bungkam rasaku?
Akankah kau ratakan rasaku dengan mobil perata besarmu?
Akankah kau bunuh diriku agar lenyap rasaku?

Satu jawaban yang pasti
Hakmu untuk mencintai atau tidak mencintai
Dan hakku pula untuk mencintaimu
Jangan pernah lagi pergi bahkan berlari menjauh

Ketahuilah, aku bisa menerima jawaban tidak cintai dari bibirmu
Tak usah kau diamkan aku seperti mayat
Aku manusia berhati bukan binatang
Hormati rasa cintaku padamu
Kuhormati apapun bentuk jawaban atas nampan kecintaanku padamu

Satu Kata

Entar ganggu
Jadi nunggu
Mungkin sedikit malu
Untuk mengaku
Akhirnya diam terpaku
Membisu
Serta menunggu
Sebenarnya aku?

Gak tahu apa
Serba tak pasti di jiwa
Usah di bawa
Biarlah menjadi rahasia
Tak mau menjadi hampa
Tak mau lagi tiada
Suatu hari mungkin ada

Satu kata

Julalit Hate

Hey, nepangkeun!

Abdi si Yudas
Oray sirahna dua
Ngan mun nyanghareupan nu sejen
Sirah ieu tiasa janten leuwih loba
Kumaha weuh carana ameh salamet nyalira
Teu paduli anu sejenna

Seuri nutupan kateu beululanana
Api-api kagawean sagala pangabisa
Nyatana ngaririweuh sagala daya

Julalit hate
Hate nu semplak

Hate nu sabentesna julit

Jangan Bimbang

Ada apa denganmu?
Adakah yang mengganggu?

Terlalu
Ingin melihatmu
Melangkah lebih maju
Ambil semua pengalaman itu

Maafkan, bila telihat memaksaku
Adakah yang membuat tak nyamanmu?
Untuk mengambil setiap senti aktifitas di lain duniamu?

Jangan ragu
Yakinlah pada potensimu
Lihatlah wajah indahmu

Didepan cermin kamarmu
Kau miliki kelebihan itu
Buatlah nyaman bagi dirimu
Kecapi semua kehidupan dalam liku-liku
Suatu hari akan tersenyummu

Nikmati pengalamanmu
Ambillah yang menjadi lenteramu

Pesonamu

Terpesona oleh sebuah pesona
Dapatkah sekali saja berjumpa?
Tetapi sudahlah sadar perasaan ini sementara
Karena semakin waktu lama bicara
Sesuatu mencuat dalam rasa
Dan tetaplah seperti ini saja
Buang semua ingin juga rasa
Dalam bingkai doa
Mungkin sebagai pelampiasan sebuah cinta

Tetaplah hidup sempurna
Indahlah hidupmu dalam tawa
Bahagia
Itu saja
Sejumput doa

Dan enyahlah buih rasa
Karena kau terlalu mempesona

Bukan Dia Yang Cintaimu

Aku yang mencintaimu bukan dia
Aku yang selalu mencuri pandangan saat dirimu tak menyadarinya
Aku yang senantiasa memperhatikan dirimu walau dari kejauhan

Namun entahlah
Setan apa yang hasutimu
Dirimu lebih percaya dia yang cintaimu

Remuk redam seperti perasaan Chairil Anwar dalam puisinya

Setiap menjelang tengah malam untukmu ada doa

Apalagi yang harus kubuktikan

Mendekatlah, akan kubuat kamu menggeliat penuh rasa kenikmatan

Bukan dia yang cintaimu
tapi aku

Hidup Untuk Cintamu

Namamu samar kuingat
Wajahmu menjiplak di dada
Begitupun rasa cinta
Walau nama kelu di lidah
Tetapi cinta dan parasmu mengeras pada sukma
Adakah hal yang sama kau rasakan?
Ataukah kau benar-benar telah membuang semua kisah?

Hidupku tak tahu arah
Kepergianmu membuatku lemah

Iya, aku kalah
Mengejarmu sangat payah

Dirimu yang tak kunjung katakan cinta

Hidupku tapi tak hidup

Sebatas Keinginan

Ingin mengatakan cinta
Ingin mengatakan sayang
Ingin mengatakan rindu
Tapi pada siapa?

Sebuah rahasia langit yang tak dapat kuintip
Seolah pintu-pintu tertutup rapat
Jendela-jendela enggan terbuka

Membasuh tubuh pada aliran air zam-zam
Dedosa diri yang selaksa menjerat
Bebayang hitam yang menjelma menjadi hitam raksasa
Sebegitu ketakutan memandang dedosa

Kamu, siapapun kamu
Kamu, dimanapun kamu

Sebuah pengharapan mencinta padamu
Sebuah pengharapan balasan cinta darimu

Rahasia langit yang tak mau lagi sekedar sebatas keinginan

Menjemputmu turun dari langit

Aku yang sedang melarung dedosa

2 September

Ini yang kedua kalinya
Kabar ini membuatku bahagia

2 September 2018 menikahmu
Walau tersentak tapi sisi hati sangat bahagia

Dahulu kau pamit saat tak lagi bertemu
Pamitmu dulu membuat sesak juga nyeri
Hidupku seolah pupus
Tapi inilah kehidupan
Terus bergerak tak peduli keadaan diri

2 September melihatmu menikah
Dan aku tak bisa apa-apa
Tiada rasa kesal juga benci seperti saat kau pamit dahulu
Karena hidup harus terus berlanjut
Apapun mau diri kehidupan ini akan terus berjalan

Bahagialah!
Bersamamu dahulu sekedar kenangan

Setiap manusia miliki masa lalu
Jangan tanyakan hatiku tentang dirimu lagi
Tak akan pernah berubah hatiku
Tapi tak hendak memaksakan

Bahagialah dalam perjalanan hidupmu kini

Kamis, 18 Oktober 2018

Beri Aku Cinta

Puisiku tak indah
Puisiku hanya sampah
Maknanya mungkin tak miliki faedah
Kata yang kurangkai hanya cinta tak tergapai galah

Aku yang telah kalah
Mencintaimu tak kenal lelah
Tetapi dirimu membuatku menyerah
Dirimu tak cintaiku dan jiwaku nyeri teramat parah

Harus bagaimana lagi?
Buatmu mencintai
Aku memujai
Aku mendambai

Jamahlah Rinduku

Aku terlalu takut padamu
Aku yang takut jatuh cinta padamu
Dirimu
Iya, dirimu yang membuat tak karuan diriku

Ingin memelukmu
Ingin mengecupmu
Tapi sadar tak mungkin bersatu
Berikan ruang sedikit bagiku

Dalam tempat tersembunyimu
Dalam ruang mihrab hatimu
Izinkan menggapai hasratmu
Akan kubuat bahagia dirimu

Balaslah cintaku
Aku yang ketakutan padamu
Kehilanganmu
Akan hancur hidupku

Berpijaklah Pada Jalan Tuhan

Sungguh takut kehilangan
Saat kau pergi dari urusan keduniaan
Menangis seolah tak pernah terhabiskan
Sesaat lupa bahwa di dunia tiada keabadian

Satu-persatu punah dan
Penyesalan
Semua kesedihan
Akan sangat keterlaluan
Bilamana di dunia memilih langkah setan

Sangat percaya ada hidup setelah kematian
Tak ada sesuatu hal yang kecil dalam sebuah pilihan
Setiap hal kecil kelak akan dipertanggung jawabkan
Saat berhadapan
Bertatap muka dengan Tuhan
Tak akan mampu bermuslihat berucap kebohongan

Omong kosong bekerja bila tak menyebut Tuhan
Sang Esa hanya dianggap lelucon dan permainan

Bukalah kitab Tuhan
Terfirman
"Jauhilah manusia-manusia yang jadikan agama senda-gurau bahan lawakan"

Telah kehilangan
Sosok itu sebagai pengayom badan
Takdir tak peduli pada rasa kesiapan
Tiba-tiba datangnya kematian

Berpijaklah pada jalan Tuhan
Agar airmata ini cepat terselesaikan
Melepaskan
Dan sungguh akan
Menyusul dan alami kematian

Kepergian
Tak ada kata kepagian
Bila sudah waktunya kematian
Lalu meninggalkan

Sadar pada badan
Untaian
Panjatkan
Penuh dedoa kebaikan
teruntuk kesayangan
Dan sungguh badan inipun akan meregang tak bersenyawaan

Dan
Mencoba teguh berTuhan

Ingin Satu Cintamu

Kau bilang cinta
Tapi sekejap pergi begitu saja
Tak berlogika
Walaupub memiliki indahnya mata
Nuranimu telah buta

Cintamu padaku hanya sebatas canda
Tak pernah serius dalam tulis dan kata
Pupus sudah harapan berpeluk saat kelak bersua
Mungkin bersamaku kau tak bahagia
Aku sungguh tak berhak memaksa

Sejuknya udara pagi tak lagi terasa
Seolah selalu panas yang mendera
Tanpamu kehidupanku bak tak berharga
Hanya ingin satu pelukan saja
Hanya ingin satu ciuman saja

Cinta yang mencacah jiwa
Inginkan dirimu selalu ada
Bukan satu kebersamaan tapi selamanya
Mendengarkah sang tercinta?
Di pojok ruang menunggumu tiba

Bahagia Dalam Tidurmu

Aku mencintaimu teramat sangat
Lalu secepatnya kau tuliskan kata tidak

Berapa harga cintamu?
Berapa harus kubayar?
Katamu "uang bukan segalanya"

Aku tak bicarakan uang
Aku bicarakan pembayaran

Cukupkah sentuhan?
Cukupkah sedikit gerakan?
Cukupkah kecupan?

Menggeliat bebas saling memuaskan
Menikam setiap hasrat dengan lenguhan di setiap belaian

Ranjang yang bergoyang
Keringat yang menetes pelan

Peraduan dalam rasa
Aku yang mencinta dan tak peduli jika kau tidak

Aku akan membuat bahagia saat kau berbaring

Terhalang Tirai

Terlalu buta mencintai dalam ruang gelap
Terlalu sesak bernafas merindu di ruang yang pengap
Butanya mencintaimu membuat lupa
Menggigilnya jiwa yang senantiasa berpikir rasa

Maaf, atas mencintaku padamu
Tak usah terus berpura-pura kau mencintaiku
Membuat perih atas sikap tak jelasmu
Kumenanti kata cinta darimu

Sadari cinta ini tak akan berujung
Tapi bolehkah sedikit cicipi pipimu yang berlesung?
Tuhan memastikan rasa kasih sayang tak layak
Iman kita yang terkoyak

Batinku meronta
Inginkan memelukmu kecupi setiap raga
Dalam kebutaan cinta aku tak berhenti
Izinkan bercinta denganmu walau hanya sekali

Tuhan tak berestu
Aku tak berdaya
Cintaku padamu
Menciut walau ingin teramat tak jera

Cinta Beda Sajadah

Maaf, atas rasa ini
Nikmatnya hanya sementara
Membenci
Karena terus-menerus memujanya

Ada yang tak peduli
Walau setiap hari menunggu bercinta
Melemah seluruh panca indrawi
Terbujur lemas atas sikap dinginnya

Hidup tak hidup
Mengukung diri yang tak dibalasnya
Memanggil lirih namanya hingga ke satu huruf
Tuhan, berikan kekuatan bersama atau tidak untuk bersamanya

Masih Terjagaku

Melihat jam dinding
Malam semakin mengalunkan suara gending
Hampir jam 12 malam yang hening
Mata enggan terpejam walau kepala terasa pening
Memikirkan hal yang terasa begitu teramat penting
Padahal hal itu seperti bau pesing
Suatu hal yang harus dibuang bak seonggok kaca beling

Kian sunyi tiada suara seruling
Semuanya diam tertidur pada sekeliling
Airmata telah kering
Malam ini terjagaku walau sedang tak bersiskamling
Karena sesuatu itu membuat mata terbelalak nyaring

Ingin membenci semua hal yang berdering
Tak bisa menjaring

Tidurlah, lalu mengalahlah duhai yang berotak paling eling!

Aku Masih Cintaimu

Katakan, harus bagaimana aku tanpamu?

Merinduku padamu
Tapi kau tak merindu

Ingin bertemuku
Tapi kau enggan bertemu

Tak pernah pupus rasa cintaku
Pergiku dan berharap kau mengejarku

Tapi sudahlah hanya sekedar harapanku

Padahal telah menyiapkan semuaku
Kesiapan segalaku
Walau sambil berdegupku

Tapi sikapmu itu
Sikap yang kembali mebuat ragu
Dan ini rasa pertamaku
Walau tak pernah tahu
Apakah ini juga pertama bagimu?

Terbaca dari gerakanmu
Mungkin ini bukan yang pertama bagimu
Karena seolah kau ingin menepiskan rasaku

Tapi ketahuilah olehmu
Aku masih cintaimu

Bila kelak kita bertemu
Aku akan bahagiakanmu

Hadirmu Tak Hadir

Menyakitkan
Saat lampu hijaumu dinyalakan
Tapi tak kunjung bicarakan

Melihatmu dalam berbagi perasaan
Ternyata ada orang lain mencantumkan
Kau telah bersama yang lain saling bersentuhan
Dan itu menyakitkan

Bicarapun tak kunjung terbalaskan
Bertemupun hanya angan-angan
Tak juga ada perjumpaan

Hadirmu saat ini tak hadir dalam sebongkah perasaan

Belum miliki kendaraan
Hingga kita tak lagi saling membicarakan

Harapan
Kepalsuan yang terberikan

Ada tertahan tangisan
Bila kini kau berkalung kebahagiaan

Aku pergi dengan cinta yang telah terkalahkan

Sebatas Ingin

Ingin pergi
Tapi masih mencintai

Ingin pergi
Tapi masih merindui

Ingin pergi
Tapi masih menyayangi

Nyeri
Sakit di hati

Mengasihi tapi jadi begini
Tak dihargai
Tak dibalasi
Haruskah pergi?

Karena perih tak juga ditemui

Aku akan pergi suatu hari nanti
Bila cintaku olehmu tak kunjung disukai

Jawaban Iyaku

Cemburukah?
Iya

Inginkah?
Iya

Saat kau memilihnya kucemburu
Iya

Saat kuberharap kau mencintaiku
Iya

Tak Pekamu

Tak kunjung mengerti
Semua tulisan ini
Semua obrolan hati
Tak jua peka diri
Aku yang mencintai
Aku yang menyayangi
Aku yang merindui

Dirimu yang masih berjiwa mati
Tak juga mengerti
Tak mempekai
Aku yang membuncahi
Ingin bercinta juga rasai
Dalam bincang kuingin kau lekas mengerti

Malam Mengandaimu

Ingin bersamamu
Dalam resah malam ini
Dirimu yang telah membuat jiwa pincang
Tertatih berjalan pada sebuah rasa
Penuh perasaanku tapi malammu tak memelukku

Berbaringlah
Akan kubuat dirimu terbang penuh kenikmatan
Rasakan saja semua geloraku di atas alas yang membentang
Dengan atau tanpa kau mencintaiku
Cukup rasakan saja hasrat cintaku padamu

Dan semuanya andai kau datang di malam ini

Tak Dicintaimu

Saat kau tulis rangkaian kalimat
"kau dan dia teramat dekat"
Membacanya duniaku seolah kiamat

Sungguh tak mau ganggu
Bila dia telah menjadi cintamu
Tak layak merebut bahagiamu

Kusadari
Aku penuh tak sempurna diri
Tapi selalu cintaimu itu yang pasti

Jangan kau larang cintaku padamu
Walau tak kunjung berbalas darimu
Bahagialah dengannya itu doaku

Aku yang akan selalu merindu dan mencinta

Cintaimu

Tahukah, aku cintaimu
Tahukah, aku sayangimu
Tahukah, aku ingin memelukmu
Tahukah, sepanjang hari merindu saat untuk berjumpa

Ini bukan jurus rayuan kegombalan

Aku teramat menyukaimu
Inginkan berbagi rasa denganmu
Dalam dunia dan tak usah ada yang tahu
Cinta kita kuingin kita saja yang tahu

Dalam resah menanti
Dalam debar ingin menjumpai
Pelukan juga saling kecupi
Aku cintai

Maukah kau menjadi yang kucintai?

Lemah Tanpa Ciptaan-Mu

Aku melemah tanpamu
Berjalan serasa gontai
Berdiri seolah lunglai
Merangkakpun tak sanggup lagi
Keacuhanmu membuatku tak berdaya

Kuakui terlalu berharap padamu
Kuakui menepikan pengharapan pada Pemilikmu

Aku terlalu cintaimu
Saat kau tak peduli maka kehidupanku luluh lantah

Mengaitkan sayang begitu keterlaluan padamu
Hingga Tuhanpun menjadi anak tiri

Aku lemah tanpamu

Maafkan aku, Tuhan
Terlalu mencintai ciptaan-Mu

Kamis, 04 Oktober 2018

Mendalam Merindu

Bila malam tanpa dingin maka tak eksotis
Bila pagi tanpa kesyahduan maka telah hilang makna
Bila siang tak benderang maka tak layak menunggu bintang

Merindukan disini
Terlanjur telah tambatkan sayang
Terlalu dalam berbincang hingga cinta menjuntai

Mungkin kau menganggap suatu hal biasa
Mungkin kau telah biasa disayangi
Bagiku melihat potretmu saja hati telah tertawan

Sejak kau tak bicara lagi
Aku rapuh

Pertemuan yang digadang-gadangpun tergadaikan

Jangan pernah pergi
Diriku mendalam merindu

Bertemupun belum tapi sayangku telah memanggang

Adakah segenggam rasa cintamu untukku?

Ingin bertemu segera lalu mematuki percintaan

Sabtu, 01 September 2018

Pedasnya Lakumu

Begitu menggugah mengunyah yang pedas
Nikmatnya terasa di mulut
Penuh aroma citarasa rempah-rempah
Saat makanan telah sampai di perut kenikmatan menjadi bencana
Terasa kembung
Terasa perih
Melilit seperti diperas
Sakit membuat badan sempoyongan

Dan ini seperti melihatmu
Begitu halus bertingkah laku
Tapi penuh kebejatan dalam jiwa
Karena kamu orang waras yang berhati abnormal

Seuri Ningalina

Kunaon weuh da ngan saukur hayang seuri
Meuni loba tatanya
Tatanya jiga pagawe sensus
Sorot socana nyureng kawas setan
Lambeuyna seuket jiga peso tukang jagal
Lampahna di bunian ku sujud ka Gusti
Pinuh tipu daya

Api-api ka dunungan tunduk
Ngajebean mun ningali tonggong dunungan
Sungutna pateuh jiga jelema stroke
Hatena pegat jiga jelema nu teu eucreug

Ngan hayang seuri hungkul ningalina
Hayang di aku ngan kalakuan jiga kitu
Pinuh kaculasan
Pinuh kabaongan

Seuri weuh
Jor teuing kudu mikiranana
Pabeak-beak energi

Seuri weuh da eweuh anu nyarek

Kabungbuleungan

Kunaon maneh teu daek ecag dina hate?
Kunaon bisa nyaah?
Amprok geu acan
Teu arapal watek maneh kawas kumaha
Ngan ieu mah jigana kacinta sorot panon nu ujug-ujug tea

Ningali potret maneh
Ngobrol teu puguh tungtungna eweuh kabosen
Dina dunya anu teu karampa panggihna
Maneh montong ngaleungit
Geus katuar hate
Awak kabungbuleungan
Ngan mun maneh eweuh nyekel nyaah oge moal mamaksa
Kusabab kacintaan mah kudu ihlas

Urang mikanyaah ka maneh
Miharep maneh aya di dieu
Silih cumponan

Terimalah Aku!

Maafkan atas semua kata
Menggores tak indah pada mata
Sakit saat kau tulis tak suka
Aku tak mampu berdusta
Kataku tak seelok paras muka

Dirimu yang kucinta

Bolehkah ku berutara?
Berkenankah dirimu untuk jujur berkata?

Jangan benci untuk sejuntai kata

Aku padamu teramat cinta
Maukah dirimu menjadi yang tercinta?

Tak mengapa
Bila cinta ini menjadi rahasia

Karena aku merasa
Tak bisa bernafas tanpamu yang tercinta

Sekali lagi kuberkata
Maukah kamu menjadi yang kucinta?

Dengarlah, Seluruh Kataku!

Mengapa terus kau tanyakan?
Tentang untaian kata mengenai kecintaan
Tak pernahkah kau merasakan?
Semua perbincangan
Semua uraian
Aku yang penuh rasa kesayangan
Padamu menukik penuh perasaan
Tapi kau seolah tak merasakan

Bila memang cintamu tak untuk badan
Merelakan
Kau pilih yang lain dalam percintaan

Aku penuh tak kelayakan
Mendapatkan dirimu yang tersempurnakan

Tolong, jangan pernah lagi tanyakan
Tentang kalimat percintaan

Karena diriku padamu teramat penuh perasaan

Bintang Yang Kunanti

Menatap bintang sembari
Berbaring di atas tanah bekas tapak kaki
Sendiri
Mencari
Seseorang yang telah raksuki
Di hati
Berharap itu kamu mencandui

akan tetapi
Seolah dirimu ibarat mimpi
Tak kuasa memegangi
Tak bisa kecupi
Tak bisa sentuh lembutnya bibir juga pipi

Kau seolah menepi
Beribu alasan terlontari
Aku ingin menemui
Kau malah seolah berlari
Alasan yang kau ungkapi
Buatku bak berharap tanpa pernah bertepi
Aku menanti

Ini Lukai

Malam ini
Sedang membenci
Kamu yang melukai
Cinta tak terkecupi
Logikaku telah mati
Hasrat telah memacu diri
Kamu mentertawai

Sikap tak pintarku yang gelap hati
Bak tak waras sayangi
Membuta hati dalam menyayangi
Balasanmu seperti mayat yang terbujur kaku serta mati
Membekunya kamu tak kunjung memeluki

Dan malam ini
Sangat terlukai

Selasa, 21 Agustus 2018

Cinta 3 K

Cinta itu penuh keindahan
Cinta yang berlandaskan kejujuran
Cinta yang berlandaskan kepercayaan
Cinta yang berlandaskan kesetiaan

Bagaimana dengan dirimu?
Aku yang menunggu
Kamu seperti tak mau
Aku terbelenggu

Aku yang telah berkata tanpa dusta
Aku yang berusaha selalu memahami setiap kata
Aku yang selalu menantimu tanpa lelah dan manja
Tapi kamu bagaimana?

Adakah setitik?
Walau merintik
Berikan tanda dengan menjentik
Wahai, kamu yang berbulu mata lentik

(inspirasi dari status media sosial inisial A)


Rabu, 15 Agustus 2018

Benci Orang Sombong

Kau tulis petuah nan bijak
Kau tunjuk hidungku
Aku orang sombong
Aku anggukkan kepala biar cepat selesai diskusinya

Kau yang berlagak bak tuhan
Merasa maha mengetahui
Merasa maha benar

Kubocorkan kesombonganku
Aku yang merasa tampan saat bercermin seorang diri dalam ruang
Bila telah berjalan keluar ruang maka wajah tampanku ini tak berarti

Anda Sampah

Hei, baca!
Resapi pada omong kosongmu di jiwa
Hidupku tidak untuk menyenangkan anda
Hidupku tak berglamor sosialita
Tubuhku tak bergelimang harta
Jiwaku tak memuja memuji benda

Bila anda tak selera
Itu urusan anda
Aku hanya jadi diri sendiri saja
Tak bertopeng penuh dusta
Bila jalan anda penuh bohong terserah saja

Nasehat baik menjadi tuli telinga anda

Lakukan saja
Ketahuilah, pembalasan Tuhan itu nyata adanya

Ingin Berjumpa

Tuhan, aku telah jatuh cinta
Pada sosok nun jauh di sana
Tak kuasa
Ungkapkan rasa
Kelu untuk bicara cinta
Gelagatnya tak mau membalas rasa
Dan sungguh nyeri di dada

Tapi cinta bukanlah hal yang memaksa
Bila dirinya takut berjumpa
Tak mengapa
Mungkin cintanya bukan untuk jiwa
Mungkin ada yang lain dalam cintanya

Muak Tapi Nikmat

Muak tapi menikmati
Sebuah kidung dosa yang menggairahkan
Saling menikam hasrat
Penuh pacuan
Penuh keringat
Penuh desahan

Tuhan dalam keranjang
Tuhan tak merekat dalam tubuh
Tubuh hanya untuk pelampiasan nafsu sesaat
Sungguh muak dengan desahan ini
Tapi serasa nikmat mendesah saat berpakaian bak hewan

Muak tapi nikmat

Lakumu Bukan Lakuku

Sungguh tak mengenalimu lagi
Percampuran dirimu dengan pengalaman
Terkontaminasi otak dengan pelbagai rasa busuk
Waktu menjadi sebuah kejelasan
Watak terbuka setelah lama tertutup tirai
Terombang-ambing bagai tak miliki acuan
Menikam manusia lalu mengangkat nama sendiri

Muak melihat
Mengenalmu tapi menjaga ruang
Karena lakumu bukan lakuku

Badut Neraka

Mereka tertawa dengan topeng badut
Saat topeng dibuka yang tampak raut memelas
Kemunafikan yang terbalut coba disembunyikan

Ketahuilah!
Saat menipu manusia serta dunia
Tuhan tak bisa ditipu

Keculasan
Kepura-puraan

Beningkan nurani agar tak tergoda para badut
Berlindung pada Tuhan dari para badut
Wajah pembunuh yang ditutupi topeng badut
Mereka pemakai topeng-topeng badut
Berkata tak lurus
Berbeda memilih pada setan sebagai kawan

Sejatinya memang mereka badut neraka

Luka Tak Berdarah

Lelah
Jengah
Resah
Yang kau cintai bukan diriku lalu luka tak berdarah

Baiklah
Sudahlah
Telah terjawab sudah

Semua katamu sekedar basa-basilah

Pergilah!
Semua rasa cintamu bersamamu, gapailah!

Aku terluka tapi tak berdarah

Dustakah Cintamu?

Tapi setidaknya di dunia bisakah berjumpa?
Saling bicara
Tentang rasa
Tentang cinta
Kisah kasih tak terjamah masa
Merindukan sekilas kata
Merindukan sentuhan dan jumpa

Atau semua dusta
Ucapan sayangmu saat berkata

Kau Termanis

Jangan buatku menangis
Jangan buatku meringis
Jangan berkata sinis

Sungguh hanya ingin memelukmu tak berbaris
Mengecup indah dirimu yang manis
Kapankah kau berjalan seperti turis?

Aku ingin di dunia bercinta tak bertepis
Aku ingin bersama redakan hati yang teriris

Akankah Berpadu?

Adakah waktu?
Saat untuk bersua
Kita bicara tentang rindu
Kita akankah mengadu
Bicara pada cinta yang bertalu

Inginkah kau bertemu?
Ungkapkan semua cerita rindu
Karena akupun merindu
Pada cinta yang belum sempat menderu

Senin, 13 Agustus 2018

Kau Tak Merasakan Cintaku

Maafkan atas rasa
Maafkan atas cinta
Bilamana
Kau tak menyuka
Aku tak mengapa
Mengerti atas setiap kata
Ucapan yang ada
Pada mulut yang terbuka

Bila rasaku padamu bukan cinta
Lalu ini apa?
Ada bahagia
Ada berdebar dalam dada
Salah tingkah melihat potretmu berindah muka

Aku cinta
Aku rasa

Iya
Penuh warna
Sejuta
Padamu yang masih berdiam saja

Rasa Masa Lalu

Mengenang masa lalu
Antara aku
Antara kamu
Bersama dahulu
Menunggu
Walau tak pernah tahu
Tentang rasa dalam kalbu

Kini ingin saling bertemu
Mengenang masa lalu
Bersamamu
Indah selalu

Jangan lupakan aku
Walaupun tak selalu
Menjagamu
Memegang erat pundakmu
Menggenggam jemarimu
Mengusap airmatamu

Ada doa terbaik untukmu
Cintaku
Sayangku
Walau tahu

Kau tak pernah merasaiku

Sepi Menangis

Sepi
Meresapi
Liku-liku hari
Tanpamu di sisi
Serasa mati

Kau tak kunjung mengerti
Kau seperti matahari
Kau seperti pagi
Kau seperti pelangi
Kau menghilang tinggalkan diri

Menangis sendiri
Meratapi
Tentang mencintai
Tapi tak dicintai

Keseksian Tersulit

Kamu seksi tapi tak kunjung terpegang
Kamu kece tapi tak kunjung tersentuh
Kamu dekat tapi tak kuasa berpeluk

Lelah saling beradu pandangan
Kita berdua saling mencuri pandangan
Begitu ketakutan hingga tak seorangpun di antara berdua yang mulai berkata cinta

Tak bisa menerka
Hanya sekedar bertanya-tanya
Bila kelak menyesal untuk cinta ini karena tak terucap maka biarlah
Karena kita berdua sadari
Kita berdua telah bercermin dalam agama

Cinta ini terhampar pada rumput perbedaan

Aku Bukan Khadijah Binti Khuwalid

Aku
Siapakah aku?

Aku hanyalah seorang wanita biasa
Aku yang mencintaimu sekuat jiwa
Tiada kesalahan pada rasa cinta
Dirimu merupakan lelaki terbaik

Bila cinta tak jua bersanding lantas salah siapa?
Apakah aku harus seperti Khadijah binti Khuwalid?
Berkorban jiwa juga seluruh harta demi agama Tuhan?
Setia mendampingi berjalan pada rel Tuhan

Aku yang terlalu memujamu melebihi tuhan
Aku seorang wanita juga hamba yang khilaf
Seharusnya mencintai lelaki sepertimu tak mengalahkan cintai Tuhanku

Aku memang bukan Khadijah seorang wanita termashur nan setia
Satu yang kujanjikan akan mencintaimu sesuai ajaran Tuhan
Kau lelaki yang kucintai tak bersalah atas cinta tak bersambut
Kesalahan ada pada nuraniku yang berharap padamu
Seharusnya kusangkutkan harapan percintaan pada Tuhan semata
Berharap pada dunia lambat-laun berpisah lalu setitik kecewa menganga terbuka

Aku seorang wanita biasa
Mencintaimu seorang lelaki yang luar biasa

Bila memang jalan Tuhan tak menghendaki aku tak akan paksakan

Belajar dari Khadijah binti Khuwalid
Lebih mencintai Tuhan dengan menjadi pendamping sang pembawa risalah

(inspirasi dari status media sosial berinisial "AZM")

Lekaslah, Bangun !

Berjuanglah, kawan!
Demi kehidupan
Tangguhlah dalam lelapan
Lekaslah tersadarkan

Kurasa bersamamu itu suatu kebaikan

Sedihku tersembunyikan
Kekhawatiran
Merasuki setiap sendi badan
Cemas kehilangan

Kau berbaring juga aku kelimbungan

Berjuanglah, teman!
Hanya doa pada Tuhan
Kupanjatkan

Menantimu bangun dari tidur tak berbadan
Aku dalam kerinduan

Senin, 21 Mei 2018

Rasa Tak Biasa

Begitu jahatnya rasa
Begitu tak berperasaan sebuah jiwa
Perih saat mencinta
Sesak saat dirinya bersandiwara

Seolah mempermainkan rasa
Menangis dan berat melepasnya
Mencoba melupa
Berat dan seolah tak bisa

Sadari cinta ini tak biasa
Sadari cinta ini penuh luar biasa
Selalu berharap padanya
Selalu mencintainya

Rasaku, tolong beri rasa
Karena sangat mencinta

Cinta Dalam Bicara

Takut kehilangan kamu

Nyaman berbincang denganmu
Seolah kantuk menjadi madu
Malam semakin larut tetap menunggu

Tapi sungguh tak tahu
Siapa sebenarnya kamu?

Tapi kebaikan dari bahasamu
Kamu bilang sedang menipu
Ketakutan kehilanganmu

Ingin dekat sekali denganmu
Tapi khawatir marahmu

Menyayangimu
Mencintaimu

Dalam diamku
Takut kamu menjauhiku

Topeng Kearifan

Topeng kearifan
Berkata ibarat miliki kekuasaan
Sedang dekat dengan tuhan
Berwajah dua penuh keculasan
Ada yang disembunyikan
Kedustaan
Setiap perkataan
Tuhan mana yang sedang menjadi sesembahan?
Semua maunya ingin diperturutkan
Sembunyi-sembunyi ganggui kehidupan
Setiap manusia coba dimanipulasikan

Berwajah penuh topeng tiada ketulusan
Ingin didengar tak mau didengarkan
Ringkihnya berpura-pura miliki kepedulain
Demi dirinya saja yang ingin diselamatkan

Mengadukan
Keculasan

Manusia bertopeng serigala kebinatangan

Penuh kebiadaban
Penuh kebuasan

Selangkangan Setan

Menikmati yang terpapar pada selangkangan
Sembari sama-sama bertelanjangan
Sembari sama-sama bergelinjangan
Menikmati setiap sentuhan
Nafas memacu cepat bak pacuan
Otak yang disimpan pada selangkangan
Nafsunya hanya untuk selangkangan
Nurani membuta demi selangkangan

Tertawa kesetanan
Tampak seperti pemenang kejuaraan
Seseorang dikerdilkan
Menghasut lalu mengucilkan
Pembenaran kesalahan
Pembenaran kelaliman
Mencintai kezaliman

Karena membela selangkangan
Perkataan surga menjadi tak didengarkan

Merindukan Juara Piala Kebohongan

Rindu tak tergambarkan
Hingga terangsang di selangkangan
Menggurat cinta pada kahyangan
Sesuatu hal yang pelik untuk dijelaskan
Menikmati suatu keadaan

Tak bisa mengelak pada kerinduan
Saat dahulu mengejar memberi suapan
Mengiming-imingi dengan juara kebohongan
Dahulu menjadi suatu keindahan
Kini menjadi jejak dan diingatnya menjadi sebuah pengharapan

Hidup dan kehidupan
Langkah dapa derap yang telah dilalui menyusuri jalanan
Telungkup pada kerinduan
Mencintai dan ingin berbagi pelukan

Dalam kegaduhan
Pada keguncangan
Sungguh hari ini sedang merindukan

Sabtu, 19 Mei 2018

Menipu Hina

Bila minta maaf hanya kamuflase belaka
Tiada ketulusan dari jiwa
Carilah cermin lalu berkaca
Ada keledai dungu di sana

Bicara seolah bijak berpetuah bak orang tua
Nurani kotor tak terbasuh dalam dada

Biarkanlah saja
Karena hari akhir nyata adanya
Di dunia
Argumen memutar-balikkan fakta

Membaikkan sesuai pusar suatu keadaan
Hilang sejenak lagi melupa
Ada hisab lalu neraka juga surga

Merasa
Bisa berkelit dari Sang Pencipta

Merasa
Tuhan tak tahu yang disembunyikan pada jiwa

Culasnya
Curangnya
Manusia berkedok ulama

Teman Peiman

Berkoar tentang keteguhan iman
Tapi menjadi karibnya keseatan
Mendulang hormat dari kenistaan

Hitam tetaplah hitam
Putih tetaplah menjadi kesucian
Bila memilih abu-abu, silahkan!

Belum mampu berijtima penuh ketawaduan
Merasa kecurangan
Belum cakap rasa keilmuan

Berada pada sekumpulan
Banyak teman
Tetaplah memegang kesetiaan
Meneguh rasa ke-Tuhanan
Hati bernurani yang penuh keanggunan
Akan mampu membaca kata-kata penuh kebengisan terlumuti kemagisan

Jangan pernah berpaling keterbelakangan
Menjadi umat penuh kebodohan
Seperti masa kejahiliyahan

Tak usah mendukung langkah-langkah jahil bertentangan
Berlepas dirilah dari semua ketulian
Sudah mengingatkan
Sudah coba membicarakan

2 tipe sifat kemanusiaan
Manusia mendengarkan
Manusia tidak mendengarkan

Cukupi lalu penuh kesudahan
Rangkul jiwa yang kesepian

Ilmu diri yang kemiskinan
Tangguhlah serta saling nasehat-menasehati dalam kebajikan
Qur'an Al-Asr ayat 3 menjelaskan
Majulah penuh kebersamaan
Rendah hati dalam keberanian

Berada dalam lingkaran
Suatu hubungan kawan-kawan yang beriman
Menentramkan
Bukan kepura-puraan
Dusta yang dilukis pada wujud kesetanan

Rangkul dan peluk dalam iman penuh ketulusan
Bukan iman penuh lekuk drama sandiwara ke-Koreaan

Tetap jadi teman yang pe-iman
Tangguh karena butuh bergaul dalam kumpulan pe-iman
Saat nafsu-nafsu setan menjadi magnet pembenaran

Petangguh iman
Memegang erat pada teman

Sang Penghisap Ingus

Ada kerinduan saat hidung tersumbat
Ingin merasakan dengan hati
Saat mulut ibu menempel di hidung
Dengan kasih penuh cemas menghisap semua ingus
Ingus masuk mulut ibu
Lalu serta-merta diludahkan ke tanah

Rindu hal kecil itu
Kerinduan yang tak bisa diukur dengan uang
Kebahagiaan bila kini mengingatnya

Hal kecil dahulu tapi kini terasa indah
Kenangan tentang ibu tak pernah hilang
Semilyar sayang tak pernah cukup
Hisapan mulut ibu pada hidung melegakan

Tapi apakah kehidupan ini sekarang menyusahkan ibu?

Tiada maksud ibu
Berharap mengerti ibu

Hisapan ibu pada hidung mengalahkan segala materi dunia

Bercinta Dalam Semu

Pagi, Romeoku
Siang, Julietku

Petang, Sang Ramaku
Malam, Dewi Sintaku

Menunggu percintaan pada ranjangku atau ranjangmu
Dalam peluhku atau peluhmu
Saling memacu hasrat memadu
Tersengalnya nafas terus memacu
Bercintalah walau ini suatu hal yang tabu

Cintaimu, duahi kehidupan semu
Badan mengetuk bertalu
Sedang menegang berdiri sekuat kayu
Rengkuh dalam pelukanmu
Tindihlah dalam desahanmu

Meneteslah manisnya keringatmu
Dalam gelinjangmu
Dalam telanjangmu

Memagut bercinta hingga hari berganti waktu
Menikmati setiap pagutan kalbu

Nafsu Mencintaimu

Dalam denyut ubun-ubun ada banyak cinta padamu
Sentuhlah setiap lekuk pada badanku
Nikmati tak usah membayarmu
Karena sungguh terlampau kaitkan asmara padamu

Dalam erangan pada gaduh-gaduh syahwatmu
Berbagi penuhi hasrat sampai melenguhmu

Mengemis Rasa

Haruskah pergi darimu?
Lalu
Kelak bagaimana dengan tiba-tiba rindu?

Aku cinta kamu
Tolonglah, pada cintamu mengemisku
Walau sesaat berikan cintamu

Gamang Untuk Pergi

Bila pergi andai kelak rindu bagaimana?
Bersamapun tak kunjung berbalasan semua kata
Diam menjadi indahnya bahasa

Tak mau terus-menerus bertepuk sebelah tangan dalam mencinta
Pergipun tak mampu ini jiwa

Tak pernahkah dirimu peka?
Akan rasaku mencinta

Otak Udang

Diam, pecundang!

Dirimu sang otak udang
Berdalih memutar-balikkan seolah termalang
Tangan kananmu ada pedang
Tangan kirimu ada pelecut dari ikat pinggang

Sungguh, hatimu miskin rasa sayang
Nurani suci tertutupi hitamnya arang
Kecurigaan lalu terus menjilat lalu terus berdendang

Tertawa senang
Saat berhasil taklukan seseorang

Melompat penuh girang
Saat melihat pejatuh terjun terjungkal ke curamnya jurang

Lebih baik, diamlah otak udang!
Gayamu sudah usang

Cinta Tak Terpegang

Selamat malam, sayang!
Mencintaimu bukan kepalang
Merindukanmu membuat mabuk kepayang
Tak mau terombang-ambing di langit seperti layang-layang

Balaslah, sayang!
Gelisah ini terbentur terus batu karang
Sarungkan kemabli tajamnya parang
Bila memilih sendirimu berdendang

Jangan melarang!
Bilamana kecintaan padamu senantiasa terpasang
Dirimu ibarat pelita penerang
Walau jalanmu bersama yang lain berselendang

Melembutkan kecemburuan yang terpanggang

Sayang!
Dirimu keelokan sejati bidadari-bidadari dari kahyangan

Sabtu, 05 Mei 2018

Seekor Cinta Anjing

Mengeja namamu menjadi rumit
Merangkai kerinduan yang berpelukpun sulit
Sesaknya rasa bak badan oleh kain kencang terlilit
Ucapan manis dari bibirmu terasa pelit
Terluka hati seperti tersilet celurit

Terpuruk dalam pojok ruang lalu menangis tertahan menjerit
Pintu terbuka perlahan berderit
Berlari terus berlari untuk sembunyi di bawah sebuah parit

Tanpa dirimu dan itu "anjrit"



(Anjrit merupakan kata gaul untuk kata anjing)

Cinta Goyah

Aku cinta kamu
Tak mau menyampaikan pada malam
Untaian sayang khawatir tersesat pada jalan
Kuhirup pelan-pelan rasaku
Cintaimu menjadi sendawa yang memabukkan

Kepercayaan Nan Rapuh

Begitu mudah bicara
Begitu mudah untuk lupa
Berkumpul dalam topeng penuh drama
Anekdot aneh terletupkan menjadi surga
Saat manusia aneh dipercaya
Inilah jamannya
Sebuah masa
Waktu yang sedang gila


Stimulus Mengganggu

Rapuh tanpamu
Galau menunggu
Sebuah stimulus menjadi perangsang yang tabu
Mereka semua mengerang bersama di ranjang maha guru
Terangsangi tarian-tarian erotis membius kalbu

Mengaduhku berbulan-bulan karena tahu
Tak bersenggawa bak pasangan bulan madu
Tuhan Maha Tahu

Kelak di hari pembalasan menggugatku

Kondisi Sepi

Tak bisa menyembunyikan diri
Semua kondisi ini
Sama lagi persis yang pernah terjadi

Bereaksi
Manusia hadapi kondisi brengsek terlihat dari suatu reaksi

Bukan sekedar ereksi
Bukan sekedar sekresi

Terbaiklah berTuhan lalu hadapi

Akupun cintai
Dirimu yang berduri

Rabu, 04 April 2018

Aku Bukan Sufi

Tak suka keramaian
Tak suka kebisingan
Tak suka kepopuleran
Cukup di sini dalam kesendirian
Merajut diri dalam taat keTuhanan
Tolonglah, aku tinggalkan
Tak usah terus berceloteh memaksakan
Lemah dalam menahan
Serasa tak berdaya dalam godaan
Melangkah menarik diri dari luaran
Bersembunyi dalam sebuah bingkai ketaqwaan
Tak mudah memang memaku dalam keimanan
Panah-panah api bujuk terlesatkan
Dibidik oleh para setan

Tidur Tanpa Bayangmu

Belum bisa pejamkan mata
Bayanganmu menggoda
Menghasut seluruh panca indera
Sungguh telah lelah mata
Pada malam yang terayun di cakrawala
Hanya ingin lekas tidur saja
Tapi gemeretak hati seolah panggilan dari sebuah nama
Ingin membencinya
Tapi benci tak kuasa
Karena pernah dan masih mencintainya
Malam ini kelelahan telah melanda
Ingin tidur dalam damai jiwa
Mencintaimu menjadi seperti hal tak biasa
Malam ini terlunta-lunta
Saat kau tak sekalipun beri hal yang berharga
Ingin segera pergi ke surga
Bila bersamamu tak bisa
Bila tidur dalam pelukanmu tak kuasa
Pergilah bayangan yang mengganggu jiwa

Dirimu Palsu

Akhirnya akan pergi satu-persatu
Seperti kisah di masa lalu
Kenangan hanya memahat di kalbu
Menangisi menjadi sesuatu
Semua cerita ini menjadi tabu
Tak usah lagi merayu
Ucapan perkataan penuh tipu
Setelah puas bersama yang lain mendekatiku
Kau tak berhak seperti itu
Jahat sekali dirimu
Ucapanmu
Potret dirimu
Hanya kebohongan sengajaimu
Mengertikah dirimu?
Atau nurani telah membatu?
Tak usah terus menyentuhiku
Padahal ingin melepaskannya denganmu
Hal yang pertamaku
Tapi terlalu penuh palsu
Tampilan dari dirimu
Bergurau bercanda seperti tak mau

Jawabannya Menyakitiku

Bila menangis
Maka menangisku
Bila bersedih
Maka bersedihku
Apakah bahagia hanya milik penguasa licik?
Dalam sendiri meremang
Mencoba membaca
Menerawang tak terawang
Perih saat ada yang bertanya
Sudah kurajut hati
Kupilin agar bisa menjawabnya
Tapi pertanyaan itu membuat nyeri
Ada airmata tertahan
Maaf,
Bukan tak mau menjawabnya
Tapi jawabannya terlalu menyakitkanku
Karena hanya bahasa kejujuran guruku
Meraba dalam kesah

Dingin Tengah Malam

Hujan
Belum tidurku
Sudah lewat tengah malam
Masih berharap
Ada sapaannya
Namun entah
Apakah dia masih terjaga?
Atau sudah terlelap?
Segudang rindu
Semilyar rasa
Hanya mengharapkan sejentik
Tegurannya dalam kata
Perhatiannya yang tulus
Tapi tetap tak ada ketukan
Dirinya yang raib entah kemana
Sudahlah
Berteman dengan hujan di tengah malam
Berbalut dingin tanpa pelukan kalimatnya

Sabtu, 31 Maret 2018

Gambarmu Bukan Gambarnya

Kau tak bisa seperti itu
Terus mempermainkanku
Kau pikir kau berhak melakukan itu
Terus dustaiku
Ada rasa ketegangan saat bicara denganmu
Dan kau permainkan rasaku
Aku mencintaimu
Tapi kau tak berhak berbuat sesuka hatimu
Kau kirimkan gambar yang tak inginku
Inginku hanya darimu
Sudahlah bila telah memilihmu
Bahagialah dengan pasanganmu
Kebohongan-kebohonganmu
Benci mendengarku
Kehilanganmu
Tapi mencintaimu

Anomali Cinta

Mereka bilang cinta
Semudah itu terungkapkan kata
Mempermainkan sebuah rasa
Perasaan tersuci seharusnya dari jiwa
Hanya sekedar menuliskan kata belaka
Kerinduan yang pura-pura
Kasih sayang yang penuh dusta
Setelah terpuaskan nafsu lalu menghilang begitu saja
Tiada jejaknya
Tiada baunya
Seolah hempasan bebatuan pegunungan longsor di jiwa


Rindu juga kasih sayang sekedar canda
Tak sekalipun meresap pada nurani berjiwa
Bila terus beranomali cinta
Mengapa harus datang dan berkata?
Diri ini manusia
Dan telah jujur berucap cinta
Tapi mereka hanyalah penghitam permata
Begitu tega

Penuh hal yang gila
Terus mulut berbusa penuh anomali cinta

Jumat, 23 Maret 2018

Mencinta Tak Dicinta

Kedustaan yang kau berikan
Kusadari mungkin kau menemukan rasa nyaman
Rasa nyaman bersama yang lain dan bukan aku
Biarkanlah
Lepaskanlah
Haruskah kukatakan pada dunia bahwa "aku mencintaimu?"
Mencintai sekali lagi tapi tak dicintai
Menyadari
Bahwa cinta ini tak direstui
Tapi selipkanlah namaku sedikit di hatimu
Panggillah namaku
Ingin dirimu hadir dalam mimpi-mimpiku
Karena dirimu kecintaan yang paling kuharapkan

Kamis, 22 Maret 2018

Serasa Dicinta

Serasa
Semuanya serba serasa
Serasa sayang nan melanda
Serasa cinta
Merindukan dirinya
Tetapi dirinya yang tetap seperti biasa
Tak merasa
Tak kunjung mempeka
Diriku yang terbawa rasa
Polosnya jiwa
Tak berkutik melawan cinta
Sebuah rasa dunia
Aku membencinya
Untuk mencinta tapi tak dirasa
Dirinya yang menganggapku hal biasa

Minggu, 18 Maret 2018

Mencari Pengganti

...perlahan mengikis
...cintanya dramatis
...rambutnya yang klimis
...pada rinai gerimis

...cukupi mengemis
...cintaku yang kuat ditepis


...saatnya mencari pelapis
...melepasnya karena dia tersadis


...mengacuhkan aku yang menangis

Dusta Lelaki

Jangan pernah berjanji
Kata yang pelik ditepati
Ucapanmu telah termaini
Harapanku melambung tinggi

Kau dustai
Asaku berdebum jatuh ke bumi
Lantas masih berani?
Berkoar berjanji


Sungguh tak berhati
Permainan nyali
Tak layak sebagai lelaki
Kau kehilangan rasa sejati


Tak usah terus menari
Dalam ucap yang tak tertepati

Teman Membawa Berkah

Saya bukan abang jagoan
Sayapun bukan wanita kesayangan
Hanya ingin dirimu dalam kebaikan
Itulah tugas sejatinya teman
Bukan bermain menjerumuskan
Bukan tertawa lalu berkomentar tak kejelasan


Saling menjaga dalam berkawan
Bila ada yang culas maka pastikan
Bukan diri ini yang keculasan


Tak bermain dalam aroma keiblisan
Bila hari-hari penuh kekotoran
Lekaslah membasuh dengan air kesucian


Orang bijak pernah mengatakan
Datangnya akhir sebuah penyesalan


Maka hentikan berteman
Bila teman hanya terus menuju kebusukan
Tak layak di dunia berkutat kebuasan
Mengenal kejahatan
Tapi tak berlayar pada lautan
Bersaulah pada dermaga kebaikan


Berkumpul dengan pedagang wewangian
Maka sedikitnya wangi terbawakan
Berkumpul dengan pedagang panasnya bebesian
Maka aroma bau besi terciumkan


Bergegaslah kawan
Hidup itu pilihan
Dan pilihlah teman kebaikan

Sejatinya Cinta

Kesal pada cinta manusia
Bahagia saat manis melanda
Kecewa saat benci yang ada
Peliknya cinta manusia bak matematika

Lalu sebenarnya sejati cinta pada siapa?
Pada Tuhan atau manusia?