Diam, pecundang!
Dirimu sang otak udang
Berdalih memutar-balikkan seolah termalang
Tangan kananmu ada pedang
Tangan kirimu ada pelecut dari ikat pinggang
Sungguh, hatimu miskin rasa sayang
Nurani suci tertutupi hitamnya arang
Kecurigaan lalu terus menjilat lalu terus berdendang
Tertawa senang
Saat berhasil taklukan seseorang
Melompat penuh girang
Saat melihat pejatuh terjun terjungkal ke curamnya jurang
Lebih baik, diamlah otak udang!
Gayamu sudah usang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar