Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Selasa, 27 Desember 2011

Pagi Penuh Takut

Pagi ini takut mati
Pagi ini takut berdosa lagi

Maafkan aku bila dalam kebersamaan salah mengiris

Aku bukan malaikat yang hanya berTuhan saja
Aku manusia miliki nafsu dan rasa

Maka maafkanlah

( Terkirim lewat sms ke Lela Nufus, 04 Oktober 2011. Pkl. 07:57 WIB)

Satu Titik

Akhirnya sampai di satu titik
Bukan itu yang kumau darimu
Kekaguman padamu memudar pelan
Karena kau manusia
Manusia tiada yang kekal

Bahagialah untukmu tanpaku
Kau penuh beda kini
Kau penuh intrik

Terima kasih izinkan sedikit telah mengenalmu

( Terkirim lewat sms ke Monita Dea Ekasari, 04 Oktober 2011. Pkl. 08:07 WIB)

Menuju Hatimu

Adakah jalan ke hatimu yang tak ditutupi ilalang
Cemburu belukar halangiku untuk kunjungi
Hati tersesat dalam kecemburuan
Rasa yang kau kobarkan

Cintai aku tulus
Izinkan singgah di hatimu

Aku rindu

( Terkirim lewat sms ke Sintya, 04 Oktober 2011. Pkl. 07:46 WIB)

Cintaimu Tidak Kuasa

Maaf
Bila aku mencintamu terlalu banyak

Maaf
Bila aku merindumu terlalu banyak

Maaf
Bila aku membuatmu menjadi gila

Karena caraku mengagumimu
Kegilaanmu karena cintaku sangatlah romantis

( Terkirim lewat sms ke Serly. 04 Oktober 2011. Pkl. 08:02 WIB)

Pintu Hatimu

Kuketuk pintu
Sunyi yang ada
Kosongnya hatimu untukku

Haruskah kuteriak agar kau sadar kehadiranku
Percuma berteriak bila hatimu tak lagi peka padaku

Selamat tinggal
Aku pergi

Mungkin ini terbaik

( Terkirim lewat sms ke Restini, 04 Oktober 2011. Pkl. 08:09 WIB)

Mendung Yang Tersenyum

Mendung
Tak ada kamu
Sedih
Hujan basahi bumi

Tak ada cerita
Maafkan aku
Ceritaku sedang berjelaga
Tak mau berbagi

Kisah hari ini
Hati selalu tak karuan
Mendung menggelapkan alam
Senyumlah

( Terkirim lewat sms ke Sintya, 22 Oktober 2011. Pkl. 16:41 WIB)

Senin, 26 Desember 2011

Galau

Aku galau dalam dunia yang penuh tipu daya
Aku resah

Terisak dalam lorong gelap yang dicipta setan

Kacaunya hati
Pikiran yang tak jernih
Dada terasa tertekan

Kegundahan ini
Mungkinkah kau penyembuhnya?

( Terkirim lewat sms ke Serly, 27 Oktober 2011. Pkl. 11:44 WIB)

Lepaskan Aku

Jangan sayangiku
Jangan cintaiku
Carilah kekasih lain yang sepadan denganmu

Lupakan aku
Tepikan aku dari hatimu

Dalam mimpi yang kelam kita bersua
Dalam penjelasan yang abu-abu kau sempurna

Carilah cinta lain

( Terkirim lewat sms ke Rahmat, 27 Oktober 2011. Pkl. 11:48 WIB)

Anggrek Hitam

Dalam buai dingin otak melukis namamu
Hati menyebut namamu
Mulut terkunci
Walau kugoncangkan
Kau tetap terlelap
Walau ku menebus berkurban
Kau tak pernah bisa kembali

Kau mati

( Terkirim lewat sms ke Serly, 07 Desember 2011. Pkl. 18:22 WIB)

Pelukan Darimu

Ingin memelukmu
Ingin tertawa bersamamu

Dirimu yang membuat kerinduan
Dirimu kenangan penuh suka
Duka bersamamu jadi penuh aroma

Bingkai cinta dalam tegasnya amarah
Kau selalu dirindukan

( Terkirim lewat sms ke Sintya, 10 Desember 2011. Pkl. 12:41 Wib)

Kamis, 13 Oktober 2011

Selamat Tinggal

Sudahlah
Aku kelelahan mengejar semua maumu
Apa yang kau mau
Apa yang kau hindari
Muak
Sudahi saja

Minggu, 09 Oktober 2011

Cintaku Untukmu

Tahukah kamu cinta yang kupunya untukmu sangatlah besar
Cintaku ini mampu damaikan dunia
Tak peduli balasan cintamu untukku

Tahukah kamu mungkin cinta yang kupunya buta
Seharusnya cinta berlogika

( Cikampek, 04 Oktober 2011, 07:36 WIB, sempat terkirim lewat sms ke Susi Yulianti)

Tak Ada Kepalsuan Lagi

Adakah cintamu untukku?
Adakah rindumu untukku?
Adakah rasamu untukku?
Adakah hatimu untukku?

Sisakan ruang bagiku di dirimu walau sedikit

Aku ingin selalu denganmu
Berbagi kisah suka bersama

Kau periku

( Cikampek, 27 September 2011, 08:41 WIB, sempat terkirim lewat sms ke Restini)

Kau Bosani Aku

Membosan saat kau tak menyapa
Memaki saat kita saling bicara
Cinta yang dirasa beda
Rindu yang diidap tak kentara

Ini tentang segalanya milik kita
Untaian resah
Ungkapan cinta
Hanya kita berdua yang mengerti

( Cikampek, 25 September 2011, 19:05 WIB, sempat terkirim lewat sms ke Sintya)

Senyum Pagimu

Pagi ini indah
Ada senyummu mengisi sudut cakrawala
Embun yang meriak di celah dedaunan
Sinar mentari cukup menghangatkan hati dan rasa

Jiwa tersentuh dengan tulusmu
Pagi ini kau menyamankanku

( Cikampek, 24 September 2011. 08:09 WIB, sempat terkirim lewat sms ke Monita)

Ternoda Asmaramu

Kau nodai aku
Kau membuatku kehilangan harga diri
Tangisku tak hentikan laku bejatmu

Aku ternoda
Kau pergi begitu saja tanpa hati
Kau lebih buas daripada hewan karnivora

Aku kau perkosa

( Cikampek, 23 September 2011. 09:07 WIB, sempat terkirim lewat sms ke Serly)

Tak Hidup Hati Ini

Akupun mati tiada rasa dan gerak lagi
Akupun lenyap
Tiada diri berhadap denganmu
Kesendirian yang kujalani tanpa tuan dan nyonya
Tanpa tempat berbagi asa dan harapan

Aku luruh
Terdesah tak berkutik
Lalu mati

( Cikampek, 20 September 2011. 09:55 WIB, sempat terkirim lewat sms ke Sintya)

Kau Masa Lalu

Sudahlah tak usah mengenangnya
Lupakan saja
Kulebur namanya dalam hati
Sekian masa jadi duri dalam hidupku

Tiada hasrat mengenalmu lagi
Tak ada gemuruh bercinta lagi
Segala rasa tentangmu telah pergi


(Cikampek, 20 September 2011. 00:15 WIB, sempat terkirim lewat sms ke Restini)

Jumat, 07 Oktober 2011

Bicara Sendiri

Apabila ada hati yang remuk
Itu aku

Apabila ada jiwa yang terkoyak
Itu aku

Semua kesakitan seolah bersemayam
Jengah merancu

Sudahlah sudahi saja hidup ini
Bisikan memutus hidup memenggal nyawa

Pecundang bila menyerah kalah akan dunia
Nikmati saja derita temukan kekuatan di sana

Matipun percuma bila masih kalah
Kematian yang tak akan dikenang orang

Hentikan memutus nyawa
Seperti kataku "nikmati saja pencarian ini"

Jumat, 30 September 2011

Renung

Wanita bukan inferior
Pria bukan superior
Keduanya penyeimbang dunia
Berpatok pada agama
Pria wanita akan tahu dalam berposisi
Tanpa merasa rugi
Nyaman dan ikhlas dalam akhirat bahkan dunia

Kegagapan kekakuan milik manusia
Perjalanan terjal dilalui dengan nafsu
Laluilah dengan cara tasawuf lagi berilmu
Pelarian-pelarian curang nan kecil tak pernah henti
Tak ada makhluk yang abadi pasti semua punah dan mati

Sembunyi dari segala pandangan dunia
Memelihara sahwat agar terlindung dari nafsu angkara
Sendiri menyepi di sini
Cukuplah Tuhan yang berada di hati
Kusadar akhirnya ini harus terjadi
Melepas segala dari dasar hati

( Cikampek, 09 Desember 2007. Ahad. Pkl. 19:15 WIB)

Kamis, 15 September 2011

Peredam Amarahku

Diam saja
Jangan teriak
Sedang penuh angkara
Semua yang tampak terlihat memuakkan

Senyum manismu tak lagi menentramkan
Namun ada tangis yang mampu redam marah
Tangis manja anakku
Surga duniaku



( Cikampek, 14 September 2011. 10:03 WIB. Sempat dikirim lewat SMS untuk Lela Nufus)

Kau Istimewa

Kau merakku
Kau binatang terjalangku

Memekiklah
Tunjukkan pada dunia kehebatanmu
Aku akan selalu menjadi pendukung setiamu

BerTuhan secara teguh
Maka bahagia yang akan kau kecapi
Kau bidadariku



( Cikampek, 14 September 2011. 09:54 WIB. Sempat dikirim lewat SMS untuk Sintya)

Terima Saja

Jangan bingung sedang beride
Nikmati saja

Jangan banyak tanya
Singgahi kedalamannya
Temukan maknanya

Bila tak suka
Buanglah pada tempatnya
Suatu hari kau akan rindukan cerita lawas itu



( Cikampek, 14 September 2011. 09:51 WIB. Sempat dikirim lewat SMS untuk Monita)

Hatimu Indah

Saat kutanya aneka hati
"Adakah yang mampu menerimaku apa adanya?"
Semua hati diam membisu

Saat hatiku bersua hatimu
Kutanya hal yang sama
Kau menjawab "Tuhanlah pemilik kesempurnaan"

Kunikahi kau


( Cikampek, 14 September 2011. 09:48 WIB. Sempat dikirim lewat SMS untuk Serly)

Bukan Tersempurna

Cukup
Jangan ikuti langkahku
Aku bukan orang suci

Hentikan
Tak usah memujaku bak raja
Aku orang biasa

Ada dosa yang masih kulakukan
Ada lalai pada Tuhan

Menjauh saja dariku
Aku bukan teladan untukmu


( Cikampek, 13 September 2011. 22:04 WIB. Sempat dikirim lewat SMS untuk Restini)

Bisa Racunmu

Racun terus membisa
Membiru sekujur tubuh
Terdampar di satu hati yang asing
Tak menyapa hanya lenguhan bak hewan

Anggun di mata namun mendengki pada mata hati
Adakah dunia yang terindah bagiku

( Cikampek, 13 September 2011. 22:01 WIB. Sempat dikirim lewat SMS untuk Serly)

Abaikan

Suara gaduh tak merestu cinta
Abaikan
Rasa milik kita
Kita telah dewasa
Kita mampu tempatkan diri pada posisi terhormat

Suara sumbang buat resah berdiri pada satu cinta
Menyayangmu sampai ajal tiba

( Cikampek, 08 September 2011. 11:55 WIB. Sempat dikirim lewat SMS untuk Restini)

Pemuja Rahasia

Jangan gubris rasaku
Rasa ini hanya sajak rindu
Merindu kasihmu
Tapi kau tak kuasa kusentuh

Aku mungkin pemuja rahasiamu
Kusentuh namamu dalam desir hening malam
Semoga ada namaku di hatimu

( Cikampek, 06 September 2011. 17:03 WIB. Sempat di kirim ke Monita lewat SMS)

Beda

Sepi tanpa dirimu yang selalu hiasi hari dengan tawa renyahmu
Kini ada beda
Kini seolah ada jarak membentang
Aku coba pahami
Kau bukan wanita pingitan
Kau wanita dewasa

Aku perindu ceriamu


( Cikampek, 06 September 2011. 16:56 WIB. Sempat dikirim lewat SMS ke Sintya )

Sabtu, 03 September 2011

Tiada Ide Terbaik

Mau apa lagi yang hendak dipamerkan
Kekayaan yang berlimpah
Pangkat dan jabatan dalam kursi terbasah
Status sosial tingkat terhormat

Jengah akan kesombongan yang memamah biak
Seberapa banyak harta yang dimiliki?
Mampukah membeli semesta?

Risih pada tindakan yang tanpa aturan
Adilkah dalam memberi keputusan?
Tersenyum tuluskah para bawahan?

Geli akan gila rasa hormat
Pantaskah hormat diberikan pada penganut nafsu setan?
Sayangkah Tuhan pada hati yang menjadi sarang iblis?

Bawalah sampai ke liang lahat harta
Bawalah kursi terbasah itu
Masukkan penghormatan itu ke liang kubur

Bila mati menjagal badan putuslah segalanya kecuali keteguhan keimanan

Tak Bisa Menolak

Cukup sudahi saja hidup ini
Tak merasa bangga akan hidup berkalang dosa
Terjebak dalam perangkap yang ditebar iblis

Ingin teriak namun percuma
Cengkraman tangan-tangan iblis menyumbat mulut

Ingin menangis lalu mengadu pada Tuhan
Kering sudah airmata karena tipuan iblis akan nafsu dunia

Berlari kemana lagi untuk menjauhi goda
Sungguh tak bisa berkutik
Terpojok dalam dunia yang digambar iblis
Hati ini menangis

Tak berdalih bila iblis mengajak ke lembahnya
Bak boneka bocah perempuan menurut saja mau iblis

Tolonglah
Lepaskan racun-racun iblis ini dari badan
Siapapun juga

Tolonglah

Jumat, 26 Agustus 2011

Hanya Tuhan Saja

Bagaimana kutepikan rasa sakit ini
Perihnya telah menjalar di sekujur hati
Berkeluh kesah pada manusia semakin menambah beban luka

Berlari ke Tuhan
Bersimpuh pada Tuhan
Saat resah menjalar taat memeluk Tuhan

Maafkan aku, Tuhan
Maafkan aku yang baru mengetuk saat terluka
Hanya mengingat Tuhan sakit perih ini semakin menghilang
Memikirkan lagi saat berkalung dalam lamunan

Tuhan penguasa hati
Lenyapkan bayangannya dari dalam jiwa

Dengarlah Risauku

Belum bisa tidur
Aku mengantuk tapi mata enggan terpejam
Di atas pembaringan tubuh berguling tak tentu arah
Masih belum bisa tidur, sayang
Masih memikirkanmu
Adakah esok hasratku terpenuhi?

Balutlah risauku di malam ini dengan datangmu di esok hari
Katakan kau akan datang esok
Kau akan padamkan bara asmaraku di malam ini saat esok tiba
Katakan itu saja
Maka aku akan terlelap tanpa risau hati tentangmu

Terseok

Lihatlah saat sang pezina datang
Tanpa rasa malu masih sesumbar dan bermulut besar
Tanpa rasa malu karena kemaluannya telah tergadai

Langkah yang diseret dengan kepala tegap
Sang pezina menakuti pemilik rumah
Ayah dan ibu terhipnotis dengan ulah sang pezina

Menaruh materi tasbihkan ayah ibu terjeruji oleh sang pezina
Tak bisa bedakan ucapan jujur atau dusta yang tercetus dari lisannya
Belum bersegera bertobat karena anggap Ijroil tak akan cabut nyawanya dulu

Gilakah pola pikirnya?
Agamapun bisa disulap semau bulu betisnya
Merdekalah dunia
Bebaslah langkah-langkah di dunia
Terseok kelak di neraka

Jelaga Bersinar

Dimanakah kau, duhai para penghuni surga
Mencarinya di antara barisan Tuhan
Memilahnya pada lengkingan suara keTuhanan
Mengejarnya pada malam di pertengahan
Selidiki tiap kotak-kotak amal
Singgahi tempat-tempat berjahit nama Tuhan

Tak terlihat para penghuni itu
Para penghuni yang bersembunyi di bawah jelaga
Jelaga yang menutupi segala kebajikan para penghuni
Jelaga yang bersinar
Jelaga yang terangi semesta walau gulita pekat di sekitar
Jelaga para penghuni surga tak terasa hitam
Jelaga terindah karena amal mereka tak mau diperlihatkan pada sesama

Antara Mau Dan Tak Mau

Jalanan lenggang sisi batin penuh kecamuk mengingatmu
Hari-hari yang dilalui hampa tanpa dirimu
Penantian yang diingini dan keinginan yang tak mau terus dinanti

Ruang batin penuh sesak lalu pengap menjagal sepanjang hari
Cintamu seolah diperbolehkan karena nafsu yang bicara
Pemberontakan kecil pada relung jiwa coba sadarkan cinta yang berbalut sesat

Tak mau mendengar nasihat kebaikan
Mau mendengar nasihat Tuhan
Bimbang harapkan cintamu sepanjang waktu

Antara mau dan tak mau

Hantu Tempat Ibadah

Tinggikan bangunan hingga menjulang ke langit
Mewahnya tempat ibadah
Adakah sesak para penghuni tempat ibadah?

Nyanyian-nyanyian sendu semakin tenggelamkan rumah ibadah
Panggilan lewat toa memecahkan sunyi sekedar gaung saja
Kosongnya bangunan megah sang rumah ibadah

Hati di kedalaman hati yang sedang terkunci hantu

Emosi Memberi Lelah

Berlalu tanpa arah
Amarah menguras energi
Kelelahan
Keletihan

Jiwa telah capai
Belajar hidup tanpa bayangmu
Perih terasa
Seakan dirimu segalanya

Racun iblis memekakan kedua telinga
Mati saja jiwa yang merindu rasa yang sasar

Harusnya tak ada emosi
Amarah yang menguras tenaga
Cemburu yang tak beralasan

Kemana saja hatiku
Menjerit saat kau tak di sisiku
Senyummu tak mampu tenggelamkan aroma asmara

Sang pecinta

Ulang Tahunmu

Bila bunga taman bisa bahagiakanmu kusemai untukmu
Bila seluruh materi bisa buatmu tersenyum kubawa dalam nampan emas

Mengetuk hati dalam hari terindah
Umur yang terpancang teguhlah berTuhan

Tak Mengenal

Siapa teman
Siapa lawan
Siapa terkasih
Ucapkan dengan perlahan
Sentuh dengan pelan

Tak ada egois
Tak usah buruk sangka
Tiap manusia merdeka
Jangan memaksa sesuatu kebusukan
Melangkahlah


Pecinta Sementara

Jangan menangis tak ditautkannya cinta
Maha Kuasa penentu takdir
Ada kebaikan dalam jalan Tuhan

Melangkahlah dalam cahaya Tuhan
Tak usah terombang-ambing dalam rasa yang sasar
Sekedar pecinta dunia

Haruskah kubunuh pasanganmu agar kau pikirkanku?
Haruskah kudekati anakmu agar kau mendekat padaku?
Seribu jalan sesat iblis menggoda untuk pisahkan bahteramu

Hati yang kerdil
Jiwa yang lemah

Jiwa Yang Kesepian

Masihkah ada sendiri melanda jiwa?
Betapa malang
Sungguh sunyi
Menyepi dalam jiwa yang kosong

Mencari rasa berkejaran dengan waktu
Bicara cinta tapi sunyi
Tak bahagia di hati
Inikah cinta?

Selasa, 26 Juli 2011

Mendekat Lalu Intim

Jangan berkata tidak mau
Jangan gemeretakkan gigi
Jangan gelengkan kepala
Mendekatlah lalu kita berdua beadu dalam peraduan

Mendekat lalu intim

Kehilangan Cinta

Bias-bias sinar membekas mengisi cakrawala
Lenguhan memanggil namamu pertanda rindu
Sinar-sinar di langit tak menjadikan cahaya yang cukup terang untuk menggapaimu
Walau gaung gema kau tetap tak kunjung datang

Cinta yang telah terserabut oleh tangan yang lain
Mencari cinta kecintaan lain penuh pelik
Menjelang subuh tetap tak temukan sandaran hati
Pelita yang tak menerangi seluruh desa

Berulang kali kehilangan cinta
Saat cinta di genggaman berujar cinta tak mengikat
Saat cinta menjauh lalu pergi ada nyeri
Aku kehilangan cinta

Rabu, 20 Juli 2011

Ketat

Ajari aku bagaimana caranya hadapi ketatnya dunia
Tak mau angkuh meraja di badan
Tak sudi tak lagi mengenal kawan sepermainan

Para berbaju ketat dengan kain melingkar di kepala
Menari-nari coba taklukan dunia
Celana "hot pants" tegaskan cetakan paha yang jenjang

Dunia super ketat
Dunia sangat ketat
Bawa aku sang pengetat

Mauku bersamamu ajari tentang dunia
Kutunggu di sini
Dengan baju dan celana longgar
Waktu yang kupunya masih longgar
Panggillah maka aku akan datang

Serasa

Serasa lupa jadi manusia
Serasa lupa caranya berpesta
Teman yang berpura pikun tentang kewajibannya
Keluarga yang banyak teriakan dalam bicara penuh emosi

Dunia dalam penglihatan sedang tak memihak
Serasa lupa caranya bahagia
Serasa lupa caranya tertawa
Teman sejati hal langka dalam dunia
Teman kala gemilang harta berjejer di depan pintu
Teman kala duka rumput di halaman rumah tak pernah terinjak siapapun

Ada sesak pengap dalam dada
Ada airmata menuju tangis yang tertahan tak kunjung menetes di kedua pipi
Serasa duka selalu menghimpit
Serasa Tuhan menjauh
Serasa perasaan jiwa yang kecil
Serasa lelah
Serasa hanya sekedar serasa

Benci menuruti serasa penuh kemurungan
Serasa akhirnya benci dengan rasa

Kamis, 14 Juli 2011

Topang Dagu

Adakah hati yang terbuat dari baja?
Begitu keras hatinya membuat kita semakin menjauh

Adakah tubuh yang tak tersentuh dunia?
Begitu sulitnya tubuh kita saling bersentuhan melepas kerinduan

Perahu nelayan telah bergerak menuju perairan luas kala malam menghitam
Angin dingin laut tak dihiraukan para penakluk samudera
Musim sedang bagus
Gelombang sedang bersahabat
Terbersit keyakinan hasil tangkapan akan sebagus cuaca
Tapi kau dingin

Kita berdua saling bertopang dagu di beranda rumah kita masing-masing

Minggu, 10 Juli 2011

Jiwa Sederhana

Lirik yang sederhana
Lagu yang mudah dicerna
Musik yang meresap dalam sisi-sisi jiwa manusia
Dunia membutuhkan kesederhanaan yang nyata tidak di dramatisasi

Rendah hati yang hilang harus di munculkan kembali
Rindu akan kesederhanaan yang membumi
Punahlah congkak

Kebencianku

Aku benci cinta
Aku membenci mencintaimu
Aku benci tentang begitu sulitnya melupakanmu
Aku benci ternyata sangat mencintaimu
Aku benci padamu
Ternyata aku sangat sayang padamu

Dan aku benci itu

Apa Kabar Kawan ?

Hilang rasa itu
Pudar cinta itu
Laksana ombak yang sulit terjamah
Pancang jiwa sebagai manusia tak tersentuh
Sulit meraihnya
Angkuh telah menjadi bahasa tubuh

Tak mengenal lagi
Kawanku

( Cikampek, 04 Juli 2011. Sabtu. 08:30 WIB)

Kamis, 07 Juli 2011

My Child

Dialah kecintaanku
Duhai anakku, lekaslah besar
Temukan dunia dan warna-warninya
Hiasi cakrawala kehidupan dunia

Aku selalu penuh cinta untukmu anak lelakiku

Tak Dapat Dilukiskan

Ada rindu membakar
Ada nafas terengah-engah

Kecintaan
Kerinduan
Kasih sayang
Tak bisa dituliskan
Tak bisa diutarakan
Segalanya tentang perasaan

Rindu Rumah

Ibu
Perut telah lapar
Lama sudah tak cicipi makanan dapurmu
Ada kerinduan menyeruak dalam dada

Aku lapar
Lapar akan kasih juga sayang dalam hidangan yang ibu masak
Sudah terlalu lama tidak ada acara makan bersama
Bukan sekedar sajian di meja makan
Rindu akan hati yang sejuk lalu berbagi cerita kedamaian di sana

Ibu
Aku lapar
Meja makan yang kosong melompong
Meja makan yang penuh sajian tapi tanpa ada hati terhampar

Rindu rumah penuh damai

Aku lapar
Lapar akan segala bentuk kasih keluarga

Saling Cinta ?

Malu saat bercumbu terlupakan
Kecupan yang saling berpagut penuh nafsu
Tak memakai nurani
Tak sedang berotak

Menggelinjang berdua berbalut nafsu
Hanya nafsu setan yang silih beradu

Minggu, 03 Juli 2011

Berlindung Dari Godaan

Patahan sayap-sayap telah terburai
Kepakan helaian-helaian telah terurai
Akal sehatlah yang bermain
Pondasi agama landasan harus erat terpilin

Wanita-wanita pamerkan tubuh bergoyang meliuk
Berdalih tak menggoda penuhi nafsu materi meruah ingin terkeruk
Berdiri mematung berzikir asmaMu terpatri
Bukan impotensi bukan kelainan tapi agama telah meresap pada sanubari

Wanita banyaklah di neraka
JanjiNya satu hal pasti serta nyata

( Cikampek, 08.12.2007. Sabtu. 19:00 WIB)

Sepenggal Cerita

Langkahi saja semua kenangan yang ada
Bila semua itu menyakitkan di jiwa
Aku membenci nama tengah
Kesal segala nama membuat jengah Pilihannya mungkin tak berteman
Menjaga jarak agar tak berkawan
Semakin dekat membuat muntah
Menjauhpun serba salah
Itu dan itu lagi yang ada
Sebongkah memori tentang dosa
Kuacungkan telunjuk tengah serta kelingking
Tak peduli sakit mengacuhkan derita namun tetap eling

Inilah airmata sesal kelaknatan
Inilah tangisan
Inilah pengharapan
Lagi dan lagi bersentuhan
Bisikan iblis menghasut lalu ingin sekali meraba secara sadar
Ketakutan melanda yang kerap bisa menjadi candu segar
Lebih baik kumenunggu lalu bertahan
Memilih kematian
Agar tak ada lagi dosa
Hilang derita
Rasakan
Setan tak akan pernah dapatkan
Aku bergetar
Melawan perih sakit yang menjalar

( Cikampek, 07.12.2007, Jum'at. 21:45 WIB)

Ampun

Akulah pendosa
Akulah penjahat
Seperti tak pernah berpikir dan belajar
Terus-menerus mengulangi tindakan dosa
Melupakan Tuhan mendewakan arah barat
Aku telah tertular
Terinfeksi penyakit mengecilkan kekuasaaanNya
Mohon maaf padaNya seolah kamuflase
Melangkah kembali kepada hal sesat
Tuhan dengan sangat, tolonglah hamba
Sadarkan diri untuk kembali hingga sebahagia saat temukan oase
Tubuh ini kesal ketika kujalin rasa tobat nasuha
Disinilah manusia bukan sufi
Akulah hamba bukan nabi
Akulah makhluk bukan kholik

Wahai, Sang Maha Suci
Jadikan taqwa menjadi pedoman diri
Tuntun lalu bimbinglah hati agar senantiasa tak lagi berbalik

( Cikampek, 03.12.2007. Ahad, 12:15 WIB)

Pengalah

Hatiku telah kau rusak
Batin ini telah koyak
Kau masih menelanjangi seluruh diri
Seakan tak puas kau menyakiti

Kau ini manusia bukan iblis
Tak pantas kau sebuas singa seruncing keris
Tertawamu bahkan senyumanmu seolah hinaan
Pembicaraanmu bermakna cibiran

Di sini ku terima saja
Tak bermaksud membalas semua
Ku tak sudi sepertimu
Bilaku balas maka diri sehina kamu

( Cikampek, 30.11.2007. Kamis. 15:15 WIB)

Jumat, 01 Juli 2011

Jiwa Sepi

Tiada senang tiada bahagia
Jiwa yang dirundung duka
Kedukaan yang tak hendak dibagi

Tak ingat kapan hati tertawa
Sedangkan mulut tertawa baru saja
Jiwa sepi tanpa suara

Suatu Balada

Titik lubang hitam menganga
Sejumput prahara yang coba disembunyikan
Dentuman-dentuman jantung di tiap dada manusia
Terpelosok lalu mau hilang dari muka bumi ini

Tikus besar melintas tepat di depan mata
Seruan keTuhanan yang terabaikan
Hendak kemana tubuh melangkah?
Sang tikus asyik mengoyak-koyak tempat sampah
Tikus besar berlalu begitu saja
Tikus besar tak tahu malu

Apakah mungkin tikus besar itu aku?

Duniaku

Biarkan kuhidup dalam dunia khayalku sendiri
Jangan pernah bangunkan
Saat terbangunpun dunia tak berpihak padaku

Tak mungkin salahkan Tuhan
Tak mau aku dipersalahkan

Dunia khayalku nyaman bergelut di sana
Dunia nyata sedang tak melirikku

Tak Ada Untukmu

Aku tak pernah memujamu
Hanya sedikit sayang

Jangan pernah hadir di mimpiku lagi
Jengah saat kau tak menjamah
Resah saat kau tak mau terjamah

Pergilah kau
Bila tak mau kusentuh tubuhmu

Selasa, 28 Juni 2011

Kering

Padang pasir tanpa ilalang
Sepasang gading yang retak
Gurun pasir yang tersapu matahari
Bicara saja yang lantang
Bagiku hampa
Berkoar tanpa henti
berisik sekali
Terlalu ribut
Katakan salah itu kesalahan
Jangan teguh pertahankan tak untungkan jelata
Berpeganglah akan yang benar
Kalian itu kosong
Pusing mendengar bila berputar-putar
Kosong tanpa isi
Bebal tak menghangatkan

Tidak

Lelah kubersabar hadapi semua
Lelah kuberharap semua tentangmu
Lebih baik kupergi
Menjauh darimu
Lalu kau rasakan tanpa bersamaku

Cukup sudah sakiti aku
Cukup sudah di bawah bayangmu
Aku lelah
Aku pergi tak akan kembali

Pencarian

Aku tidak mau berpura-pura taqwa
Aku tidak mau menjadi pendusta agama

Aku sedang mencari ridho Tuhan
Bagiku itu berat karena aku manusia biasa

Ach, Aral Itu

Badan melemah
Tubuh tak berdaya
Kau yang lama tak datang
Kitapun tak sempat bercinta
Sakit ini pertanda mencandu akan percintaan
Datanglah segera
Tubuh ini telah bersedia

Teringat saat bercinta dulu kau ludahi wajah
Aku diam
Kau ludahi lagi
Pikirku air liurmu pertanda birahi lalu kuludahi wajahmu kembali
Kau marah
Aku yang salah tentang birahimu

Kurebahkan di atas ranjang
Telanjang
Ach, aral itu

Bosan bercinta dengan makhluk
Mau bercinta hanya berTuhan

Tanpa Berisik

Masih adakah nada cinta dikumandangkan
Atau mereka terlalu letih hingga alunan kasih terpinggirkan begitu saja?

Sudahlah duhai hati, tak usah terus cemberut dalam rindu
Kedatangannya memang di nanti
Membawa sayang juga kasih itu yang ditunggu

Sudahlah
Merutuk cintainya dalam jiwa
Rengkuhlah tubuh lalu bercinta
Sambil berbisik tanpa bersuara
Tanpa berisik

Jumat, 03 Juni 2011

Tamasya

Naik bianglala
Naik komedi putar
Naik kereta gantung
Naiklah segalanya
Jangan lupa pulang
Aktifitas hidup menanti dinaiki

Tak Ada Masa Sekarang

Lorong waktu ingin ku mengunjungi
Kembali untuk perbaiki luka-luka
Agar bahagia di masa depan

Adakah lorong waktu waktu lampau?
Atau bawa saja aku ke lorong waktu masa depan
Jengah di masa sekarang

Hitam

Piring pecah
Gelas retak
Sendok bengkok
Garpu patah

Makan minum tak beralas
Sedih yang telah menghitam

Nestapa

Tak Menempati Ruang

Apakah perlu kukatakan tempat dimana kureka untaian kata?
Seberapa penting tempat bagimu?
Resapi maknanya saja
Lelah bila harus menulis tempat dimana ku menulis

Nyalakan tungku dengan bara
Bakarlah gelora heroik penuh sukacita
Lalu katakan dengan kehangatan di musim dingin

Aku sedang bersair dan itu saja

Nilai Kesenangan

Senangkah dalam rumah megah?
Nyamankah dalam mobil mewah?
Tidak

Nilai kesenangan ada saat temukan hasrat
Temukan hasrat itu maka bersenanglah

Bersama dalam hasrat keTuhanan
Senanglah jiwa yang guncang

Ruang Pribadi

Coba katakan apakah aku punya kamar pribadi?
Jawabnya tidak punya

Apakah aku pernah menangis di hadapan kalian?
Jawabnya tidak pernah

Mari kuberitahu bahwa tak ada ruang rahasia dalam hidupku
Tahukah kalian aku menangis saat bersua Tuhan saja dalam sujud

Amarahku tanpa dusta
Lalu mereda saat bersama Tuhan

Ruang pribadiku ada saat berTuhan

Kembali

Matilah jiwa yang tenang
Menghadaplah pada Tuhan dengan kerendah hatian

Berserah

Maafkan aku, Tuhan
Ampuni semua dosaku
Lindungi dari marabahaya juga tipu daya setan
Tiada daya dan kekuatan melainkan hanya dengan pertolongan Tuhan

Nyanyian Rindu Hati

Hanya diriMu yang bisa terangi jalanan gelap
Hanya bersandar padaMu segala kesahku akan sirna
PadaMu yang terindah
Untaian kata memanggilMu

Damaikan jiwa yang kelam
Suburkan kebaikan di jiwa
Tak mau lagi berjelaga dalam dosa
Nyanyian rinduku semoga tersampai padaMu

Dalam malam yang hening memanggilMu

Pilihan

Tak akan ada lagi deraian airmata bila bahagia yang terhampar
Tak akan ada lagi gelak tawa tersaji bila sedih yang terkukung

Dunia penuh pilihan
Manusia tinggal memilih

Jangan Terlalu Terbuai

Berisik sekali ia
Hadirnya membuat mual bahkan seringkali muntah

Kebencian telah beranak pinak
Kekesalan telah berpunuk

Berbaris rintihan di lorong-lorong jalanan pasar
Adakah hati terenyuh kala melihat mereka yang tidur beralas jalanan

Sibuk bercanda dengan dunia
Sibuk meludahi pembuat masalah

Membukalah hati
Temukan makna kehidupan yang benar-benar hidup

Minggu, 01 Mei 2011

Baginya Bagiku

Baginya ini tak berarti
Baginya ini tidak berkualiti

Bagiku tak harus sinis
Bagiku gambarnya indah dan manis

Baginya selera dalam batin
Bagiku keindahan tak hanya terbungkus kain satin

Kunikmati kau nikmati
Dengan cara berbeda berwibawa dari hati

(Cikampek, 29 November 2007. Kamis. 20:00 WIB)

Pecundangkah?

Kau semu
Kau nyata untuk tak berbau
Aromamu untuk tak dicium
Walau ragamu selalu bisa membuat senyum

Malam ini hening
Buat kepalaku pening
Dering selular berbunyi
Pintu gerbang terbuka di kedua sisi

Kusangka itu kau
Sayang aku seolah mengigau
Kau tak datang
Akupun tak ingin bertandang

Itu menyakitkan
Itu menyesakkan
Bertemu bertatapan sekedar melihat
Aku tak berani terlalu nekat

(Cikampek, 28 November 2007. Rabu. 20:15 WIB)

Abaikan Sedikit

Gapai bintang dengan mendaki puncak
Sungguh capai serta lelah mendera
Abaikan demi kebahagiaan
Sentosa dunia akhirat

(Cikampek, 26 November 2007. Senin. 20:30 WIB)

Hancurkan

Engkau di mana?
Hati ini merindu
Sentuhan belaian bahkan helaan nafas panasmu kusuka
Kemana harus mengadu?
Tuhan telah menutup gerbang kesenangan dunia
Kegembiraan yang melampaui batas
Kini terhina

Rindu-rindu kecil meretas
Datanglah kau
Rangkul aku dari belakang
Itu saja jangan buatku sakau
Menyentuhmu, membaui wangi tubuhmu ingin sedikit terejang
Mengapa kau dan aku tak bicara?
Ternyata jawabnya kita berdua masih punya rasa takut serta malu
Takluk pada Sang Esa Maha Pencipta

Untukmu kudoakan bahagia selalu
Kubunuhi saja cinta ini

Demi nama Tuhan
Kuhancurkan dengan berlinang romansa romantika duniawi
Menghindar penuh dari semua kesesatan

(Cikampek, 26 November 2007.Senin.20:18WIB)

Sujud

Nilai akhir untuk penghentian terakhir
Nilai sempurna bagi mereka yang mampu berpikir

Perpaduan logika dengan beningnya hati
Kadang logika serta hati harus patuh pada hukum agama samawi

Terima saja jangan banyak tingkah
Nikmati saja jangan berulah

Walau bosan
Jalani dengan taqwa beriman

(Cikampek, 26 November 2007.Senin. 20:00WIB)

Kamis, 28 April 2011

Jernihlah



Jadilah anak-anak yang bebas berkata
Tanpa maksud tak ada prasangka
Niat busukpun tak terbersit dalam benak
Maklum anak-anak

Tingginya usia dewasanya tubuh tak menjamin selalu lurus
Kadang bocah cilik bisa mengajari walau hati tak menerima tulus

Lapangkan hati bukalah wawasan
Tak ada yang sempurna di hadapan Tuhan
Kecuali tingkatkan iman taqwa
Walau Tuhan telah mencipta manusia dalam bentuk paling sempurna

Terkadang hati perlu menjadi anak
Agar tak merasa seperti dalam kotak
Agar bisa senantiasa untuk bijak

(Cikampek. 25 November 2007. 20:31 WIB)

Bosan Bodoh Lagi

Hentikan puramu
Tantang pedulimu

Kau hanya ingin dihargai
Lalu dihormati

Karena apa?
Jiwa penolongmu sebarkan harta
Lalu busungkan dada berkacak pinggang
Lupakan anakmu yang sedang begadang

Kini pada siapa kau pinjam uang?
Yang pasti tidak kepada orang yang kau beri pematang

Bila kukatakan kau idiot
Kau pasti berdalih lalu melotot
Maumu apa?
Melihat anakmu mati?
Tapi orang di pematang itu yang terus kau beri

Ini anak
Pakai otak
Enyah sedikit saja hati
Senjatamu hanya tangis rengekan hingga pekak lalu tuli

(Cikampek. 23 November 2007. 20:40 WIB)

Berantakan

Brengsek apa yang telah kulakukan
Menghancurkan dia yang punya masa depan
Maaf tak sengaja tak kuat menahan gelora yang membara
Hampir saja terjerumus bila ia
Iya pasti bila dia tak memutuskan keluar
Kuhirup udara, terima kasih ternyata masih tersisa seberkas sinar

Maaf sekali lagi
Kuulangi
Tak tahulah aku hanya manusia
Bukan sufi atau nabi atau dewa
Satu yang kuyakin
Hariku kacau miskin
Hidupku balau
Berkhayal lalu mengingat masa lampau
Adukkan semua busuk dalam wadah
Ku tak sudi mengenang wajah
Buat menangis
Hati teriris

Iblis merusak hidupku
Nafsu mengekang bergetar sampai ke kuku

(Cikampek. 23 November 2007. 20:40 WIB)

Rabu, 27 April 2011

Sedang Satu


Mengharu biru dalam canda
Menangis sepi dalam tawa
Merasa tiada yang sempurna
Jiwa ini manusia
Saat ini sedang kecewa
Kosong dan sepi walau senyum terkembang merona
Sendiri kelam hitam ungu menjingga

Sekedar Oase Sanubari (SOS)

Inginkan cinta tapi tidak seperti ini bercintanya
Inginkan rindu tapi tidak seperti ini pula merindunya

Berkasih sayang mendobrak norma-norma
Sisi hati menolaknya
Sisi hati yang lain kerap mendambanya

Perasaan yang diimajinasikan setan untuk dibenarkan
Padahal mengetahui setan musuh paling nyata umat manusia

Memuja langkah setan
Menghalau semua penyadaran berkeTuhanan

Rasa ini jahat
Rasa yang unik
Menyadari ini salah tapi menikmati aroma nafsu penuh syahwat

Tuhan, dalam tanya memanggil asmaMu
Ingin selalu lurus berTuhan

Save Our Soul

Selasa, 26 April 2011

Harus Lupakanmu

Maaf bila di puncak birahi melupakanmu

Maaf bila terkecup bukan bibirmu

Kamu terlalu indah bagiku
Memandangmu cukup menggetarkan sukma

Maaf tubuhku tak setubuhimu

Memantul Kembali Ke Jiwa

Tembok ratapan dosa yang tak berarti
Penebus dosa yang di luar logika
Lelah untuk mengerti karena seolah dipaksakan

Bila ingin terbebas dosa mengapa setelah tangisi dosa lalu kembali berdosa

Aniaya dunia
Rusak dunia
Memenggal hidup manusia lainnya
Lalu ada sejumput tanya
Itukah sikap pendosa yang mau bersih dari dosa?

Pendosa yang kebingungan
Ratapan dosa pendosa memantul kembali ke dalam jiwa pendosa

Terus masyhuk berdosa
Munajat tobat dosa pendosa tak sampai ke langit cahaya

Monotheis

Gereja yang tak berorgan
Surau yang tak berrebana
Pura yang tak bergamelan
Vihara yang tak berlonceng

Tempat ibadah yang berbeda
Tuhan yang dipujapun berbeda
Tiada yang sama

Jangan memaksa untuk jadi penyembah tuhan seperti kalian
Telah miliki Tuhan sendiri

Kukatakan"Tuhanku hanya satu
Tuhanku tempat meminta segala bantuan yang kupinta
Tuhanku tidak beranak dan tidak diperanakkan
Tuhanku berbeda dengan segala yang ada di dunia
Tuhanku bukan lelaki bukan wanita juga bukan di antara keduanya
Tuhanku pencipta semesta
Tuhanku hanya satu
Apabila tuhan banyak tentu tuhan berkelahi yang pelik untuk dilerai
Tuhanku Maha Sombong karena Dia pencipta alam raya
Tuhanku Maha Kaya karena Dia pemilik semua materi dunia
Tuhanku Maha Bijaksana karena Dia pengabul semua inginku dengan permohonan ketulusanku
Tuhanku satu"

Jangan ajak aku bertuhan seperti kalian

Terkutuk

Iam the dark evil
Penggoda manusia menjerumuskan agar berdosa

Iam the dark evil
Penghuni kekal neraka yang menyala-nyala

Iam the dark evil
Sedang mencari karib sejati

Iam the dark evil
Menipu manusia untuk menganggap laknat sebagai suatu hal yang biasa

Akulah iblis penguasa segala dosa kegelapan

Setidaknya iblis percaya Tuhan
Iblis membisikkan manusia agar tak berTuhan
Bodohnya manusia sesat

Nafsu syahwatnya yang dijadikan raja kehidupan

Sumpal Mulutmu

Hanya anjing yang menggonggong lalu berkata"jangan nasehati hidupku"
Babi yang senang bergumul di kubangan lumpur lalu marah saat diajak kembali berTuhan
Lalu berkata"hidupku terserah aku"
Hidupmu terserahmu memang benar, tapi jika tersesat tetapkah kau mereguknya?

Dasar binatang kotor
Kerasnya hatimu buktikan hatimu memang binatang jalang

Jalan Panjang

Perjalanan masih panjang kuterhenyak
Kau sakiti hatiku
Sakiti saja

Kau lukai rinduku
Lukai saja sesukamu

Kau patahkan cintaku
Patahkan saja dengan keras sampai bersuara "krak"

Kau padamkan hasratku
Padamkan dengan guyuran terbesar yang kau punya

Kau pikir mampu ambil segalanya dariku
Kau gila

Nafsu yang kau puja membelenggumu sendiri
Kau tikam dan bunuh jiwaku

Lakukan saja sesukamu
Satu yang pasti semua tindakanmu tak berlaku di mataku

Pamerkan kekuasaan yang kau miliki
Langgar taqwa Tuhan

Kau tak ada kebanggaan di pandanganku

Cincang saja harga diriku
Berbanding terbalik malah busukmu semakin tajam tercium

Kau tak akan pernah dapatkan apapun dariku
Kau tak ada harganya bagiku

Jilati saja banggamu akan tahtamu

Perjalanan nan panjang kau buat aku semakin terperanjat

Ternyata kau benar-benar sampah Tuhan

Manusia-Manusia Terpilih

Terkurung dalam bara oleh Namruz
Kerelaan sang anak saat ayah dititah Sang Esa penggal kepala sang anak
Terkucilkan dalam pergaulan saat Hudaibiyyah
Tersantap oleh paus saat Yunus coba berpaling
Terpenggal karena perbedaan iman ketika tak bisa selamatkan anaknya dari air bah terdahsyat
Menjerit hati tatkala istrinya menjadi pendukung gaya hidup lesbian dan homoseksual
Terbelah tubuhnya saat sembunyi dalam pohon demi keimanan akan Tuhan
Terjeruji oleh penjara saat fitnah yang dihembuskan iblis kepada wanita akan ketampanannya
Berpenyakit menahun lalu kehilangan anak istri juga harta tak jadikan kafir akan Tuhan

Mereka tangguh juga kuat dalam beriman
Mereka manusia terpilih
Tak surut dalam berusaha dan berjuang
Keyakinan mereka berbuah manis dari Tuhan
Kegigihan dan ketabahan dalam hidup
Pencarian akan karunia Tuhan yang bersih
Tak tergoda oleh hasutan iblis

Rindu akan teladan para rasul
Reinkarnasikanlah kekuatan para rasul dalam jiwa

Minggu, 17 April 2011

Berubahlah

Bisikan wangi surga
Desirkan di telinga
Katakan dengan perlahan
Ada apa di sana kemegahan kahyangan

Mata berkaca-kaca
Mulutpun menganga
Kedua mata menangis mencucurkan airmata
Takjub mendengar, hanya mendengar surga melebihi dari istana

Jantung berdegup kencang tak beraturan
Dapatkah merasakan?
Seekor bocah mendambakan surga
Patutkah mendambakannya?
Atau hanya takut neraka
Merasa suci tak pernah berbuat dosa
Sombong selalu digugu
Nafsu terus diburu
Seakan lupa terhadap waktu
Kematian yang selalu menunggu

Surga, surga terus berdengung
Lalu maukah hati memuji Tuhan yang Maha Agung?

(Cikampek, 22 November 2007. 20:00 wib)

Hancurlah

Hancurlah segala rasa
Musnahkan segala asa

Saling menipu serta bersandiwara
Tak akan ada senyum apalagi tawa

Dijunjung setinggi-tingginya kekeluargaan
Memilah-milah hanya untuk kesenangan semata serta kemudahan

Makan saja tubuhmu
Kunyah terus sampai tak jemu

Terima kasih telah terbukakan
Penilaianmu tentang makna kekeluargaan

(Cikampek, 21 November 2007. 18:30Wib)

Sabtu, 16 April 2011

Godamu Yang Terlarang

Jangan dekati aku
Aku sedang patah hati
Jauhi aku
Kedukaan dalam sanubari

Coba beralih dari rutinitas
Coba mulai lupakan bayanganmu
Tak bisa lupa karena guratmu penuh goda dalam paras
Tak bisa berkutik aku

Terlalu mencintaimu
Walau ini penuh nafsu
Seakan tak peduli
Gejolak iblis telah membui

Tak mau lagi pandang wajahmu
Tak ingin lagi bersenda gurau padamu
Dilematis dalam kalbu
Dua sisi saling berkelahi tentangmu

Mimpi juga khayalan tak sanggup tuntaskan rindu ini
Benci
Hapuskan dia dalam waktu yang terus beranjak
Sambil menghirup nafas coba teguh berpijak

Kamis, 07 April 2011

Bias

Ketika embun dan mentari pagi enggan bersinar
Ku tanya diri salahkah hati hingga tak berpijar
Tak ada tempat lagi untuk sembunyi
Semua telah tertunjukkan serta bergigi

Tak ada guna harta benda yang dikumpulkan
Tak akan bisa menyelamatkan dari kematian
Iam lost my inspirated
Iam lost my believed

Akhirnya kusadari
Pada apa yang kubenci
Aku jijik dan benci pada diriku
Semua kebusukan serta kejelekkan yang tersimpan dalam kalbu

Aku muak diriku
Hancurlah kau segala dosa di jiwaku
Aku di cap sebagai mata-mata
Mudah sekali tinggal ku iyakan saja

Mereka menuduh sebagai seorang munafik
Mereka pikir mereka sempurna tapi bukankah itu tanda orang fasik?
Ku tak lagi peduli kata-kata mereka
Mereka ingin merusak jiwa

Mau mengkritik tapi panas diberitahu
Mereka merasa bak seorang maha guru
Aku hidup di jalan Tuhan
Mereka hidup di jalan setan

Aku benci aku
Aku benci mereka yang sok tahu

( Cikampek, 18 November 2007. 22:03 pm)

Jumat, 01 April 2011

Lelaki Bukan Suami

Aku benci lelaki
Lelaki yang telah menghamili

Telah kukatakan aku bukan penganut seks bebas
Lelaki memaksa akhirnya perawanku terkelupas

Perutku berisi makhluk
"Gugurkan saja" katanya seraya merutuk

Kupergi saja jauhi dia "jangan dekati aku lagi"
Lelaki yang tak memiliki nyali

Kubesarkan saja sendiri anak ini
Tuhan, aku bertobat nasuha kini
Tak akan pernah perilaku laknat kuulangi
Berikan yang tersoleh dari sekumpulan para calon suami
Yang bersedia menikah serta mendidik
Tanpa mencintai dunia terlalu dalam namun mencintai Tuhan tanpa batas epik

(Cikampek, 17 Sept 2007. 05:50 am)

Melepas

Mama papa aku hendak pergi
Menjemput mimpi merangkai asa mungkin tak akan kembali
Tiada jabatan tangan terkecup di kening
Tiada rangkulan erat menepuk bahu melingkar di sekeliling

Tanpa tangisan airmata
Juga tanpa senyum bahagia
Segalanya hambar
Bagai pelukis kehilangan gambar

Jangan mengharap aku akan datang lagi
Jangan mengharap terlalu banyak aku akan kembali
Lepaskan
Bebaskan

Aku milik Tuhan
Walau bagaimanapun sakitnya aku tak bisa membenci kalian

Yang terbaik tanpa banyak bicara
Tanpa kata karena kalian dan aku telah dewasa

(Cikampek, 14 Sept 2007. 22:15 pm)

Rabu, 30 Maret 2011

Pengampun

Merendahkan diri di hadapan Tuhan
Bertelanjang bulat memasrahkan diri kepada Tuhan
Aku ridho tunduk patuh dan taat
Sungguh benar-benar bertobat
Kelemahan dan ketidakberdayaan semakin terasa
Sungguh benar-benar ingin bertaqwa

Kemalasan dalam beribadah dan menjauhi salah mengikuti
Bagai hantu menghantui di setiap langkah

Allahu Akbar
Kekuatan Tuhanlah yang Maha Besar
Aku hina serta dina
Aku bodoh serta fana

Subhanallah
Tuhanlah Maha Suci
Kemurnian zat Tuhan tersirat di setiap inci bumi
Tak patut sombong bersemayam
Tak layak nafsu besar lalu berdosa terus digugu bersekam

Astagfirullahaladzim
Ampuni semua kedosaanku
Sepatutnya jernihnya akal yang merasuk, begitupun di dalam kalbu
Nafas ini belum tersengal
Nyawapun belum terpenggal
Dengan segera ku tersungkur
Dengan segenap malu pada namaMu

Diriku luruh

(Cikampek, 14 Sept 2007. 20:10 pm)

Konsentrasi

Setiap hari bersedih
Setiap hari berduka
Tak ada pojok untuk tertawa
Tak ada ruang untuk bahagia
Setiap hari harus berkonsentrasi
Berlompatan keinginan berdosa
Hasrat untuk menggagahi
Bukan kepada wanita
Bukan pula kepada pria

Hasrat menuruti hawa nafsu terlaknat
Terlaknat yang dibisikkan iblis
Memandangnya membuat muak
Mengharapnya membuat kesal
Kemuakkan dan kekesalan tercetus karena tak dapat memilikinya
Bukan sebab tak bisa
Karena terhalang aturan agama

Kedosaan keiblisan selalu setia mengikut
Lengah sedikitpun murka Tuhan terfirmankan
Lalu iblis tertawa hingga terpingkal-pingkal

(Cikampek, 13 Sept 2007, 10:00pm)

Indonesia Raya

Swarnadwipa Borneo Java Celebes serta Papua
Indonesia Raya
Satu kesatuan utuh Republik Indonesia
Tak akan lagi ada negara boneka
Indonesia telah merdeka

Pandanglah kami sebagai negara yang beradab
Kami bukan negara biadab
Kami telah menjawab
Bahwa Indonesia negara yang bertanggung jawab
Indonesia tetap berkibar terus berkirab

(Cikampek,14 Sept 2007, 08:20 pm)

Waktu Pagi Di Desaku

Pagi hari disambut kokok ayam jago
Embun-embun pagi menetes lagi membasahi dedaunan yang terbangun dari tidurnya
Surau-surau memanggil
Kabut belum sepenuhnya menghilang pandangan masih terhalang
Hawa dingin menusuk tulang
Kedinginan berbalut kesejukan tak surutkan langkah menuju surau

Matahari mulai tampakkan sinarnya
Kabut perlahan terbang menghilang
Para lelaki berjalan riang menuju pematang juga tambak ikan
Anak-anak mereka melangkah dengan tawanya sambil menenteng buku-buku pelajaran

Asap-asap mengepul dari belakang rumah
Para perempuan dewasa sibuk dengan tungku

Waktu pagi yang kucinta
Pagi hari di desaku

Aduh

Sedang panas
Ingin yang dilarang Tuhan

Tak kuat menahan siksa neraka
Tak kuat lawan goda dunia

Tuhan,
Bagaimana ini?

Pulang Kampung

Akupun ingin pulang
Melihat ibu dengan kejernihan wajahnya
Menatap bapak dengan ketegasan raut mukanya
Melihat rumah yang tanpa tersisa kamarku

Dendam itu memang masih ada tapi sekarang pulang kampung
Lupa akan sekat-sekat siksa nan pedih mereka

Tapi rasanya kuurungkan saja pulang kampung sekarang
Tak kuteruskan langkah menghampiri rumah ibu bapak
Dari jauh kudengar beliau berdua lebih memilih bersandar rindu akan hal dulu
Tak sekalipun hasratku tertunaikannya

Ibu bapak, jalan pilihanku jalan Tuhan
Pulang kampung yang kuinginkan ibu bapak kembali ke jalan Tuhan
Bukan begini yang kumau

Pulang kampung tinggal nama
Namaku tak terdaftar dalam pulang kampung hari ini dan mendatang

Duhai rumahku, berTuhan segera agar aku bisa pulang kampung

Minggu, 27 Maret 2011

Bangga

Aku berbicara dengan nama kebesaran Tuhan
Apapun yang telah sedang dan akan terjadi
Terima saja
Itulah qodo dan qodar keimanan nomor enam
Baik busuk menurut pandangan makhluk

Jauh lebih agung penglihatan Tuhan
Jangan pernah merasa sedih sendiri
Dekatlah pada Tuhan, maka
Makhlukpun akan merasa tentram
Berlindunglah pada Tuhan agar tidak termasuk golongan yang terkutuk

Segala emosi milik manusia
Makhluk yang tercipta dari segumpal tanah
Makhluk yang tercipta dari tulang rusuk pria
Makhluk yang tercipta dari segumpal darah
Makhluk yang terproses dari tetesan air mani

Bila sedih sewajarnya
Karena manusia makhluk yang lemah
Bila bahagia tertawa sewajarnya
Karena manusia memiliki rasa pemberian Sang Pemurah
Kembalilah kepada hadapan Ilahi

Allah Maha Suci
Di tubuh ada iman
Di jiwa tertancap kokoh iman
Bunuh tubuh ini
Bakar seluruh isi badan

Tak akan pernah dapatkan iman di dalam hati
Para iblis menangislah di pekuburan
Kebanggan menjadikan Allah Subhanahuwata'ala sebagai Tuhan
Biarkan aku mati
Dengan membawa teguhnya rasa iman

(Cikampek, 10 Sept 2007. 09:00 pm)

Sementara

Apa yang dipegang kadang bisa lepas
Apa yang diharapkan namun jauh tiba-tiba telah berada di genggaman
Misteri Tuhan milik Ilahi

Jangan terlalu senang, jangan terlalu bersedih
Semua milik Tuhan
Manusia hanya miliki nafsu untuk menguasai

Demi Tuhan, tak ada yang abadi
Segala yang terhampar di muka bumi pasti habis
Segala dunia pasti musnah
Segala alam pasti binasa

Berdirilah di antara keduanya

(Cikampek, 09 Sept 2007. 20:30 pm)

Gejolak Batin

Gejolak batin terus bermunculan
Berdekatan dengan Tuhan menjadi hal langka
Ada apa dengan hati?

Tembang-tembang kebaikanpun dikumandangkan
Tubuh ini berontak seakan tak sudi menerima
Ada apa dengan sanubari?

Hentikan suara itu
Suara yang mengajak menghadap Tuhan

Aku sedih menangis tanpa airmata
Aku malu
Aku seolah telanjang penuh dosa yang terbukakan

Pilu sembilu luka perih menganga
Diri ini memang bukan orang suci
Bukan pula yang sanggup menanggung siksa neraka
Keengganan juga rasa jemu di jiwa yang lekat

Tuhan pemilik zat yang Maha Tinggi
Terangkan lalu hidayahkanlah hati serta mata
Demi Tuhan, tak mau termasuk sebagai golongan yang sesat

(Cikampek, 09 Sept 2007. 04:35 am)

Sekedar Hanya Tak Berdaya

Bunyi jangkrik terus mengerik
Mengapa hanya aku yang tidak berkutik?

Seluruh penduduk dunia kontinyu beraktifitas
Mengapa hanya aku yang bak kehilangan vitalitas?

Akupun bekerja tanpa gairah
Laksana busur kehilangan anak panah

Mencoba jalani segala yang ada
Sebagai pemberian yang Maha Esa

Mencoba mencari hikmah yang tersembunyi
Agar jiwa tak merasa sunyi

Aku sekedar manusia
Aku sungguh tak berdaya

Akupun teramat lemah
Akupun sering bersalah

Aku sungguh tak berdaya
Akupun seolah tidak dapat berupaya

Tuhanlah yang mampu memberikan pertolongan
Tuhanlah tempat bergantung berserah diri dari segala kesusahan

Tuhanlah Sang Pengampun
Sekedar hanya tak berdaya pasrah bersimpuh memohon ampun

(Cikampek, 09 Sept 2007. 04:00 am)

Bunga

Bunga teratai yang kutemukan di kolam
Telah kurajut menjadi suatu kalam
Bunga cantik yang kusunting di desa
Telah menjadi pesona yang menentramkan pada keluarga
Kembang kecil yang kuberi sejentik pupuk
Telah menjelma menjadi sebaik-baik makhluk

Bunga-bungapun terus bermekaran
Memancarkan warnanya, wangipun semerbak bertebaran
Kumbang-kumbang menari mendekati
Bukan hendak menyakiti namun saling menghargai

Di tangan ini masih ada sekeranjang bunga
Titipan dari Tuhan Sang Pemberi Yang Maha Kaya

(Cikampek, 08 Sept 2007. 08:40 pm)

Suatu Senja

Berjalan dengan nafas terengah
Di suatu senja setelah maghrib tiba
Dengan membawa pikulan yang tampak tak mewah
Rambut telah beruban tertutup topi sang bapak tua

Baru pulang dari kerja
Berikhtiar berkeliling tawarkan jasa dan barang
Tak tahu yang berkecamuk di hatinya apa
Tak tahu pula sudah habiskah yang dijajakannya
Mampukah menghitung uang
Sanggupkah mendapat laba
Ataukah harus berhutang
Demi anak istri yang telah menunggu sebelum senja

Langkahnyapun dipercepat
Bergegas hendak tunaikan shalat
Berpasrah ridho serta ikhlas sebelum terlambat
Bapak tua terus berikhtiar tak mau menyerah tanpa syarat

(Cikampek, 08 Sept 2011. 20:30 pm)

Selasa, 22 Maret 2011

Tak Bisa

Sungguh tak bisa menulis yang menyakitkan karena akan sakit
Tak bisa menulis segala yang melukakan karena akan ada yang terluka

Jangan paksa untuk menulis yang tak bisa

Manusia kotor yang pembantai sedang membantai semesta

Benci Diri

Dan aku membenci aku yang berlumur dosa
Dan aku membenci aku yang tak patuh pada Sang Pencipta
Dan aku membenci aku yang sulit untuk bertobat minta ampun padaNya
Dan tolonglah aku sebelum kematian tiba

Aku ingin berhenti berdosa

Ampunilah aku, Tuhanku

Tangisan ini untuk ratapi dosa yang selalu dilakukan
Seolah mengikat kencang

Ampun, Tuhanku

Berikan jalan terang

Aku benci diri yang pendosa

Jangan Berikan Cinta Dunia

Jangan berikan cinta karena aku pecandunya
Cinta dunia membuatku terbuai lalu menjadi pendosa

Aku bukan anak Tuhan karena Tuhan bukan persenggamaan
Aku bukan rasul Tuhan yang mendapat wahyu terbaik melalui Jibril
Aku bukan sufi ataupun ahli agama yang menjadi pewaris ilmu para rasul
Aku manusia biasa yang belajar mencintai seutuhnya Tuhan

Jadi jangan berikan aku cinta dunia karena terlalu mencintainya

Cinta dunia kecintaan yang kadang menjebak
Cinta dunia ada bisik-bisik setan
Cinta dunia jangan berikan kepadaku

Berikan kepadaku kecintaan keTuhanan

Menafakuri Diri

Parasku tak selamanya menarik
Tubuhku tak selamanya proporsional
Kulitku tak selamanya mengencang
Semua harta bendaku tak selamanya termiliki
Lalu kesombongan dan keegoisan masih mencokol jiwa
Seperti telah hilang rasa malu
Bak tak punya lagi kemaluan

Kebanggaan setelah mati hanya berupa prasasti atau arca yang dibangun
Masihkah kehidupan mengenangku saat badan telah berbaur dengan tanah?

Takabur yang gerogoti sukma
Terlalu angkuh untuk akui kebesaran Tuhan
Laku dosa terus terlaku
Dosa yang tersamarkan oleh iblis menjadi bak madu

Matilah jiwa yang sesat
Matilah rasa keiblisan

Prasangka Itu

Tak ada akrab di mata
Tak jua tawa terkembang
Duka yang tak ingin terbagi
Hanya bahagia saja tercurah saat bersama

Karena tak hendak berbagi tentang kedukaanku

Jumat, 04 Maret 2011

Tak Tahu

Hujan telah membasahi bumi
Basahannya menempel di tiap sudut
Perasaanku bukanlah air hujan
Gejolak hati terjadi tak ku cecar ke lain tempat
Gejolak ini tersimpan rapat
Seperti bocornya atap rumah yang basah hanya di satu titik

Tak mengerti
Memang
Akupun dilanda kebingungan

Kegairahan KeTuhanan

Tiada kata yang indah selain menyebut asma Tuhan
Jantung berdegup kencang
Jiwa nyaman serta damai
Kecintaan dari jauh buatku hidup
Airmatapun tak kunjung turun

Terima kasih Tuhan
Atas kedamaian yang diberikan
Hidup ini kembali bergairah
Kegairahan mengingat Tuhan penuh kesungguhan
Selalu mengetahui Tuhan tak akan pernah meninggalkan hambaNya yang soleh

Mereka Tidak Tahu

Goresan-goresan luka membawa perih
Tawaku membuat mereka jengah
Padahal mereka tahu aku tidak sedang mentertawakannya
Diamku membuat mereka berkomentar macam-macam tentangku
Apakah mereka semua pengidap kelainan jiwa
Nikmati saja yang ada
Jangan pernah berprasangka
Karena tak satupun manusia bisa mengetahui isi hati tiap manusia
Mungkin mulut tertawa hati bersedih
Mungkin diam menyepi hati bersuka

Jika ingin mencari kesempurnaan
Jangan menilai manusia
Pandang Tuhan karena Dialah Sang Maha Sempurna

Pecandu Dirimu

Andai waktu bisa kuputar
Kuingin engkau di sini
Menemani jiwa raga yang lelah bekerja
Semangatmu juga sentuhanmu akan mampu menyegarkan

Engkau di mana
Kuingin bersua
Datanglah duhai pujaan
Walaupun hanya di dalam mimpi

Malam Nan Goda

Terdiam penuh kesedihan
Tafakur penuh kekhusuan
Malam tanpa sinar surya
Hati sembab matapun tak kuasa menahan
Gugusan dosa yang terbuat mohon diampunkan

Lemah tanpa daya makhluk Tuhan
Berdiri ikhlas kala malam menjelang sungguh susah kepalang
Walaupun terbangun bisik rayu nafsu membuai lalu terlelap kembali

Tuhan,
TanpaMu sungguh
Aku hilang arah

Semoga Saja

Hujan yang kunanti tak kunjung datang
Hatiku berantakan tak karuan

Tuhan,
Engkaulah Sang Maha Penyayang
Hanya Kau yang pantas untukku
Bagiku kaulah belahan sempurna
Aku hanya bisa berharap dan berdoa
Keputusan akhir kuserahkan pada Tuhan

Berlindung

Berlari menghindari dunia
Biarlah bila di stempel sebagai penakut
Aku takut dosa
Aku khawatir imanku goyah lalu surut
Nanti pada siapa aku menyalahkan
Apakah manusia-manusia itu mau menanggungnya
Tak layak bila Tuhan dipersalahkan
Aku di sini bersembunyi dari segala tipu daya dunia

Pemaknaan

Hitunglah bintang di langit jika kau bisa
Minumlah air di samudera bila kau kuasa
Jelajahi seluruh alam semesta hingga maut memanggil
Tolaklah malaikat Ijroil

Ilmu manusia sangat terbatas
Coba pahami pemahamannya dari semua lintas
Jangan dulu percaya pada satu ilmu
Waspada pada penjilat serta penipu
Percaya dirilah mampu taklukan dunia

Dengan kerendah hatiaan dan tidak jumawa
Tuhan Maha Mengerti
Apapun yang tersirat di lubuk hati

Penguasa Dunia Yang Gila

Suara sumbang jangan dengarkan
Rintihan-rintihan kesakitan kaum papa tunaikanlah

Wahai penguasa, bukalah telinga-telinga pada nyanyian perut rakyatnya
Wahai para penggila perang juga pembantaian hentikanlah pertikaian

Ada yang lebih bijak juga dewasa dalam berkata
Atau para pembantai sudah kehilangan kata-kata yang indah
Para pembantai lebih menyukai menghancurkan satu bangsa

Berpikir logika dengan akal
Penghancuran satu bangsa dengan pemusnahan akan dihancurkan lagi bangsa yang memusnahkan
Walaupun para pembantai bersembunyi di belakang punggung adidaya beserta para kroninya
Suatu masa akan tiba dengan memusnahkan adidaya dan kroninya

Tak peduli betapa hebatnya senjata yang dimiliki
Tak ada yang bisa menghalangi

Para pembantai sangat ahli bersilat lidah agar perang yang diadakan mendapat restu dunia
Sudah gilakah para pembantai?
Sudah hilang akalkah para maniak perang?
Perang dipaksakan untuk disahkan kebenarannya

Selalu Putih

Kerangkeng tak sanggup merantai
Teralis besi tak mampu memenjara
Dia terlalu suci
Dia terlalu murni
Dialah keteguhan iman yang hakiki

Manusia Minus

Dasar penipu
Bermuka alim padahal bermuka seribu

Dasar manusia iblis
Bertutur ramah padahal berhati bengis

Dasar setan
Berlaku taqwa padahal tanpa berkeTuhanan

Dasar binatang
Berjiwa negatif sekeras batu karang

Pergilah menjauh ke sana
Menghitamlah terpojok terpanggang siksa neraka

Sedikit

Cukup kekerasan
Cukup penghinaan

Aku muak
Kali ini kau saja yang jadi kerak

Bukan Rayuan

Kado ini untukmu
Hanya untukmu
Cintaku ini hanya padamu
Selalu padamu

Terimalah
Kado cintaku sebagai bagian hidupmu yang terindah

Siapa Aku

Waktu yang akan menjawab siapa aku
Bedebahkah aku?
Semulia serta setaat malaikatkah?
Akhirnya aku kalah dan menyerah

Penggebrak

Cambuknya melecut perih juga sakit
Hunusan pedangnya mengiris kulit
Mati hanya ada di dunia
Abadilah setelahnya

Ketakutan hanya milik pecundang
Kegalauan hanya milik kaum pesimis
Kedustaan hanya milik para perintang

Kebimbangan bukan milik kaum optimis

Berdirilah dengan tegak setelah badai ujian
Buktikanlah pada hadirat Tuhan
Manusia sebenar-benarnya merupakan para khalifah
Khalifah pemperbaik bumi mempercantik ibadah tanpa kenal menyerah

Kamis, 03 Maret 2011

Istiqomah

Biarkan hujan membasahi tubuh ini
Usah hiraukan gelegar petir yang saling bersahutan
Jangan peduli
Acuhkan dingin yang menyergap badan
Jalani bila masih di jalan Tuhan
Luruslah bila teguh masih ada pada kaidah agama
Jangan takut juga bimbang kawan
Ridho Tuhan beserta kemenangan Tuhan pasti bersama

Hancur lebur dunia
Binasa pada mata manusia
Tuhan Maha Melihat Pemilik Pandangan Yang Sempurna
Kemuliaan Tuhan harus selalu jadi fokus utama
Ikhlaslah beramal lalu keraslah dalam berjuang
Tegakkan panji Tuhan di seluruh alam semesta
Jangan goyah oleh kemilau gemintang
Dengan Basmalah marilah menuju bahagia akhirat dan dunia

dia Yang Selalu Benar

Anakmu yang termanja
Anakmu yang terkasih
Beragam salah juga ucap yang tak terbentuk kau maafkan

dia selalu benar
Kau selalu jadi pendukung setianya
Kau orang tua terlalu bijaksana
Kebijakanmu yang melebihi Tuhan

Belajarlah dari Nuh memperlakukan Kan'an
Walau tangis berderai Nuh teguh berTuhan

dia selalu dibenarkan olehmu walau salah dalam berTuhan

Masih Ada Kesempatan

Dalam degup jantung yang terpompa
Getar lagi detak nadi masih teraba
Nafaspun masih terendus dan bersuara
Mulut masih berkoar terbuka

Bersungkurlah untuk Tuhan
Bersujud pada Tuhan
Lalu dosa-dosa tinggalkan
Dunia sementara setelah mati ada hari pertanggungjawaban

Hanya Ini

Berhenti
Menyalahkan diri sendiri
Hentikan
Menyalahkan Tuhan

Perbaiki saja
Menangislah bila perlu
Tertawalah kala bahagia
Hanya ini persembahanku

Rumah Lacur

Orang tua telah memilih mempersilahkan pelacur tinggal dan tidur
Penumpang tak punya hak suara
Orang tua yang diiming-imingi harta
Sekedar pengiming belum terengkuh

Orang tua berharap terlalu besar pada para pelacur
Mata hati yang seharusnya berTuhan telah membuta
Sirnakan para penumpang yang belum melacur di mata orang tua

Lalu haruskah semua penghuni lacurkan diri?

Rumah lacur pilihan jelas sang pemilik

Rumah Apa Ini

Rumah siapa ini?
Sikap para penghuninya tak kukenali lagi
Rumah yang sedari kecil kuhabiskan masa hingga besar

Ilmu tinggi yang merubah tabiat penghuni
Jabatan yang merubah watak penghuni
Kekayaan yang merubah sikap penghuni

Tak ada lagi saling menghormati
Rumah apa ini?

Untukmu Sayangku

Dalam lirih wanita mengadu
Dalampekat perempuan berkesah
Maafkan bila sayangku tak memuaskanmu
Dirimu bukan satu-satunya masih ada yang lainnya

Aku manusia biasa mungkin salah dalam berlaku
Aku manusia biasa miliki emosi juga nalar

Maafkan Ibumu, anakku
Untukmu sayangku walau agak terlambat
Bau tanah masih tercium dalam malam
Kematianmu membuat Ibu sadar
Pengorbananmu untuk Ibu begitu besar
Keliru aku sebagai Ibumu menjauhimu dengan kasihku
Kau mati secara berTuhan

Untukmu sayangku
Walau terlambat
Maaf dari Ibumu
Sayangku kini tercurah untukmu

Teriak Tanpa Terdengar

Mengeluh lalu menangis meraung-raung
Celah kosong yang absurd termarjinalkan
Tak lagi bisa bergerak
Ini terlalu menyakitkan
Membagi cerita kepada khalayak tak akan pernah selesai
Khalayak telah lelah mendengar
Begitupun jiwa yang merancu bicara sendiri
Kelelahan teramat dirasa
Teriak tanpa terdengar

Jerit hati penuh luka lagi sakit
Suara tercekat di kerongkongan
Teriak tanpa terdengar

Pengaduan tak pernah tergubris
Senyap terabaikan
Teriak tersiakan

Kelelahan

Aku lelah, Tuhan
Teramat sangat kelelahan
Mungkin usiaku telah menua
Mungkin kematian kian mendekat

Takut akan berdosa
Takut pada Tuhan
Lelah ini bukan pertanda menyerah

Depresi

Benci telepon genggam ingin membanting saja tapi membutuh
Membunuh jiwa saja tapi sangat mencinta akan badan juga dunia

Benci dunia tapi menjadi pemakai bahkan pemujanya
Sasar lagi tersesatkan iblis-iblis yang berhembus pada buhul-buhul meresap di hati-hati

Tak dapat hidup karena ditinggal kekasih
Lalu kematian terpilih tinggalkan kekasih
Sungguh tak masuk akal
Mengapa kematian yang dituju bila kekasih tak terpegang?
Bukankah harus menjadi bukti bahwa kekasih tak dapat mengkerdilkan hati?

Depresi racun setan menggoda
Terjebak atau melawan
Tentukan sendiri

Diri merupakan pengendali hasrat tubuh sendiri

Mengapa Ada Tanya

Hanya waktu yang bisa jawab semua inginku
Tanyakanlah olehmu dapatkah kita bersatu?
Aku telah lelah menunggu waktu
Aku telah hilang rasa sabar untuk yakinkan waktu
Aku sangat menyayangimu

Berjuta rasa menguap begitu saja
Bila tak layak bersanding
Pupuskan saja sayang di dalam jiwa

Menghujatku
Hanya mau ketenangan jiwa
Jangan tanyakan lagi apakah senyummu akan runtuhkan jiwaku
Kau pasti sudah tahu jawabannya

Aku manusia yang miliki emosi
Sayang itu butuh waktu untuk melenyapkannya
Bila terpatik api maka akan berkobar kembali kasih ini
Benci mengingatnya

Pergilah kau bersama cintamu itu
Bawalah waktu bersamamu
Jangan pernah menegur saat bersua
Aku benci kamu,cintamu juga waktu saat mencintaimu

Butuh Kamu

Hubungi aku malam ini
Butuh kamu
Nomorku masih ini belum diganti

Butuh kamu
Nomormu ku tak mengerti
Kau tak berpesan berlalu

Ungkapkan sayang lagi cinta tersendat lagi
Butuh kamu
Sungguh

Bahagia Itu

Beri sebuah gambaran agar bisa kureka
Beri aku sebanyak rasa biar kulukis warna

Guratan-guratan pena hanya kelam
Rasai suka kuingin
Jamahi riang kumau
Bantu aku gapai bahagia

Ingin kutulis kata-kata penuh kebahagiaan di sini
Bahagia satu kata yang kutulis nanti

Bahagia itu bagaimana merasakannya?

Rayhan

Sama sekali tak mengenalnya
Aneh
Tiba-tiba menyebut namanya
Siapakah Rayhan?
Beri aku jawabannya

Selasa, 15 Februari 2011

Sukma Alam

Dalam rintihan alam ku termenung
Ada kegoyahan
Aku tak berdaya

Gelap

Ingin berkarya tak dapatkan cahaya
Terasa gelap
Segera beranjak mencari sinar
Bergegas
Walau tak benderang
Walau tak secemerlang mentari
Harapan itu ada
Kegelapan sirna walau tak semua sisi tersinari cahaya
Telah mencoba

Henteu Deeut

Walungan acan kaeusi cai
Katingal deeut
Hate anu jernih teu aya dengki
Hate sanes walungan
Hate tetep hate
Kajeroan hate moal tiasa katelah ku jalma-jalma
Hate manusa milik Gusti

Aku Tidak

Ada kebebasan saat melihat beburung terbang hilir-mudik di cakrawala
Burung-burung berkicau dengan tanpa aturan tapi seirama merdu
Burung tetap binatang dengan insting kebinatangannya
Tapi tidak dengan burungku

Burungku masih tersangkarkan
Burungku akan berkicau saat legitimasi telah terbuat

Pesakitan

Baikkah kau di sana?
Dia saat ini terbaik untukmu bukan diri
Tak mau ganggu mahligai yang telah terjalin
Ada perih tapi terabaikan melihat raut bahagiamu
Tak ada sakit lagi
Sakit itu telah mengkristal
Perih yang telah berkawan
Sakit yang tak lagi sakit
Telah reda dari pesakitan

Diamlah Hati

Jangan lagi mencintainya
Jangan lagi merindunya
Berat melupakannya tapi perlahan singkirkan cintanya dari jiwa
Lalu mengapa hati selalu berkata mengajak dekatinya lagi
Nostalgia yang menurutku sangat tak bermoral
Hati yang berkata kesesatan
Dia tak layak dicintai
Dia tak tinggi dirindukan
Tuhanpun tahu
Lalu mengapa hati seolah tidak mengerti?

Diamlah hati
Bisikan hati ini bisikan sesat iblis
Diamlah hati

Gerilya Hati

Gelirya hati mencari cinta
Dimanakah akan ditemukan?
Bantulah,Tuhanku
Ingin pencarian ini lekas berakhir

Tuhanku
Berikan ujung yang indah pada gerilya hatiku

Tanya

Malam ini dingin tapi mata tetap terbuka
Malam ini tanya mata yang belum terpejam
Kantuk yang belum diidap
Tanya

Malam ini cenderung memikirkanmu namun tak tahu sungguh rasamu untukku
Tanya

Telah bertanya tak ada jawab
Malam begitu hening
Gerimispun menetesi sisi-sisi bumi
Tanya

Ingin malam ini tertidur nyenyak lagi mengingatmu teramat sangat
Cintailah aku walau sekejap
Tanya

Cintamu buatku tertidur pulas di malam ini
Jangan lagi ada tanya dalam pikiran
Tanya tentang cintamu padaku

Penuh Kecintaan Bagian Dua

A untuk cinta
B untuk cinta
Lalu abjad lainnya untuk cinta kembali
Begitu banyak roman cinta di dunia
Cerita cinta yang mana harus kutiru?
Cinta kemudian cinta
Adakah dunia yang tanpa harus bercinta?

Penuh Kecintaan

Ajari aku duhai cinta tentang cara bercinta
Aku tak paham bagaimana cara bercinta
Ajari tentang cinta dengan perlahan tak usah tergesa-gesa
Takut bercinta bila nafsu yang berbicara
Ajari tentang cara mencinta berlambang keTuhanan

Tak Berarti

Berlari berjalan lalu sembunyi
Ketakutan akan dunia
Tak bisa taklukan dunia
Para iblis telah menguasai segala sendi
Kebaikan tak berarti
Kebaikan cukup tersimpan dalam hati
Iblis diciptakan untuk menghancurkan tatanan yang indah

Renungkanlah siapa yang lebih tak berarti
Ternyata iblis yang tak berarti
Kebaikan tetaplah kebaikan
Kebaikan akan berada dalam jalurnya

Cinderamataku

Ini pemberian dari Tuhan
Sekedar penyampai
Kata-kata yang tersusun menjadi kalimat nikmatilah
Hanya ini yang dimiliki
Mencoba memberi dengan kalimat

Inilah cinderamata dariku untuk teman-temanku

Pemisah

Kau luka
Kau perih
Kau mengiris

Aku tegar bertahan
Hanya sisi putih di hadapan Tuhan

Cerita Pagi

Jam enam lebih tiga puluh menit kuberjalan di pagi saat jalanan basah sisa hujan semalam
Kau menyapaku saat kedinginan lalu kaupun melaju begitu saja
Kau panggil namaku
Kupanggil namamu juga
Kuberharap kau hentikan laju kuda besimu tapi tidak
Kau bawa cintaku untukmu
Kau berbasa-basi saja
Walau kuteriakkan aku cinta kamu mungkin tak guna
Kau tak akan mendengarnya

Cerita pagi di Januari delapan belas dua ribu sebelas
Tak tahu lagi kapan akan bertemu
Rumahmu ku tak beralamat
Teleponmu ku tak bernomor
Cerita pagi yang menohok hati

Bebaskan Rasa

Terbanglah kau kawan
Temukan bidadari cintamu yang terindah
Jadikan bidadari itu pendampingmu yang setia dalam percintaan
Hilangkan rasa takut
Tak usah cemas
Hiraukan kegelisahan

Bidadari cintamu telah diciptakan Tuhan
Temukan bidadarimu dalam langkah-langkah kehidupan di muka bumi

Mati Rasa

Kehilangan menyakitkan
Tak bergerak
Tak bertambah banyak
Kebingungan dalam pencarian
Temukan saja di sini
Sedang kelelahan
Mati rasa

Jangan Ada Airmata

Tangisi mereka
Tangisi diri sendiri
Perubahan tak bisa dengan keluhan dan tangisan

Berubahlah dengan bijaksana
Sebijak para wali
Searif para nabi
Waktu bergerak duniapun harus lebih elok mempesona

Tuhan Maha Melihat
Berbuatlah yang terbaik

Warna Mawar

Mawar merah menandakan cinta dan sayang
Mawar putih tanda persahabatan
Mawar hitam duka cita yang mendalam
Mawar ungu perpisahan

Lalu mawar apa bagiku yang kesulitan untuk mendapatkan cintamu?

Semua Bercinta Di manakah Aku?

Banyak lagu cinta tercipta
Kalimat-kalimat terurai jadi puisi dan sair tentang rindu juga cinta
Dunia sedang penuh dengan cinta

Lalu di manakah aku?
Lalu di manakah cintaku?

Temali Itu

Rasa yang tak beranjak pergi
Rasa yang seolah mengikat
Tangis tak membuat rasa itu pergi
Rasa yang menjerat badan

Bila rasa semakin membara membenci
Tak kunjung juga rasa padam
Rasa apa ini
Rasa yang menjerat jahat

Dinding Angkuh

Melintasi rumah-rumah
Tak cahaya terhantar
Tembok-tembok tinggi menjulang
Ada kawat-kawat berduri menghalang
Lingkungan yang tampak tak aman
Tak ada lagi tegur sapa tetangga
Tak ada lagi ceria tertawa bersama

Dinding sebagai penanda rasa sahaja yang tak lagi ada"

Cinta Apa Ini?

Percintaan macam apa ini
Cinta yang dilakukan tergesa-gesa
Cintakah ini?
Atau nafsu sahwat yang berlambangkan cinta?

Memudar
Memusingkan
kepala memporak-porandakan hati
Enyah saja nafsu cinta
Hanya mau bercinta saat asma Tuhan terhembus

Kasih Sayang Dalam Sair

Kasih sayang bermawar
Kasih sayang bercoklat
Kasih sayang bersair seindah romansa cinta pujangga
Kasih sayang bermalam di malam bercinta
Kasih sayang yang menjadi pajangan dunia

Kasih sayang manusia semu
Kasih sayang yang penuh tipu muslihat
Kasih sayang manusia terkotori aroma penggoda
Cukup berkasih sayang dalam dunia
Kasih sayangku telah tergadai hanya pada Sang Pencipta

Cinta Berairmata

Cinta ini membunuhku
Membuatku sungguh tak berdaya

Cinta ini menghujamku
Membuatku lemah tak bertenaga

Cinta ini buatku tak berkutik
Cinta ini seolah menjerat semakin kencang

Seharusnya cinta membahagiakan
Seharusnya cinta membuat nyaman

Tapi cinta ini membuatku berairmata

Hanya BerTuhan

Yang tak lekang hanya berTuhan
Yang tak akan usang bercinta dengan Tuhan

Isi dunia terlalu sukar ditebak
Benci menerka karena bukan paranormal
Hanya Tuhan janjiNya penuh kepastian

Demi Tuhan Akupun Tak Mau

Kegelapan yang telah menjadi teman dalam nyata dan mimpi
Kegalauan terus memburu mengejar dalam sanubari
Tak bisa lepas dari ini
Sebelah hati ingin putih
Sebelah hati mau hitam
Demi Tuhan akupun tak mau berada dalam bimbang seperti ini

Tak Habis Membayangkan

Bayangkanlah kau dan aku melangkah bersama merajut cinta
Bayangkanlah kau dan aku kita berdua membangun mahligai atas kasih sayang
Tepiskan ragu
Tepikan bimbang
Berpegang tangan kuatkan keyakinan teguhkan pendirian kita pasti bisa

Cukup membayangkan
Sampai di sini berimajinasi
Bersiap songsong keluarga baru
Keluarga kecil yang akan dibina atas kecintaan pada Sang Pencipta

Tahukah Kamu?

Pagi ini terasa ada yang mencakar hati
Bekasnya meninggalkan tanda guratan
Tahukah kamu aku terluka
Tahukah kamu aku bersedih dan menangis

Dentang lonceng-lonceng tidak serta merta membuat peluka pergi menjauhiku
Tahukah kamu aku rindu padamu
Tahukah kamu kerinduan padamu buatku tak terluka

Terkaan

Rajut merajut
Sulam menyulam
Tindih menindih
Guling berguling
Dekap mendekap
Sentuh bersentuhan
Lalu terciptalah anak Adam

Terkalah yang mana dosa
Renungkanlah yang mana terridhoi Tuhan

Mari bertelanjanglah dengan restu Tuhan

Bukan Keputus Asaan

Ampun....
Telah tak kuat menahan
Uji ujian
Aral rintangan

Tobat....
Ini bukan perbuatan kualat
Namun tak mau lagi bermaksiat
Inilah sebuah syarat

Matikan ujian ini
atau diri ini yang mati
Ini bukan keputus asaan atau depresi
Ini perlindungan untuk tersuci dari tipuan yang menipu di bumi

Untuk Bidadariku

Cintailah cinta sewajarnya
Mencinta jangan membabi buta
Cinta terhadap segala wangi dunia merupakan tipu daya
Nafsu selalu mengarah untuk menjebak ke neraka

Nafsu membalikkan fakta membenarkan alibi yang salah
Cinta kembang dunia yang termegah
Tanpa cinta tak akan ada ketekunan yang sungguh
Cintailah cinta dengan filter serta berlogika

Kamis, 06 Januari 2011

Tuding

Merasa diri paling benar
Lekaslah bercermin
Berbenahlah demi kemajuan
Jangan bersengketa
Hentikan saling tuding

Awang-Awang Kosong

Sumpah serapah tak beraturan
Logika telah tertutupi nafsu
Bisikan manja menghasut menina bobokan
Terpedaya dan terjerat
Sia-sia arungi masa
Terjebak seolah tak bisa menghindar
Lelah bila harus mengaku tertarik hasutan

Arah Tuhan semoga ada celah kosong
Lepas dari awang-awang yang kosong

Ruang Itu

Sisakan ruang hati untukku
Tuhan, malam ini ingin kukatakan
Terlalu lama kupendam perasaan
Hasrat yang dalam
Gejolak yang panjang
Nyanyikan lagu maraton jiwa
Lama nan jauh menusuk kalbu
Kata-kata tak terselesaikan menjadi sebuah kalimat

Malam ini ingin dalam ruanganmu
Bertelanjang tanpa kebohongan

Nyalingkuh

Pilari abdi keuyeup
Atos lami abdi henteu entreup

Tingali aya hate anu seseut
Raoskeun aya kanyeuri anu raheut

Kahoyong abdi anjeun ngartos
Entong ngabalingeur malingkeun beungeut kacida teu raos

Abdi atos duaan anjeun oge sami
Wanci bareto piobrolkeun deui muka lawang nyalingkuh hayang reuni deui

Teman Kosong

Tak ada teman sejati yang datang
Teman sekedar bercengkrama saat suka
Kosong sekali tanpa teman

Akhirnya sampai pada satu kesimpulan
Keluarga bahkan teman datang juga pergi
Hanya Tuhan Maha Satu yang tinggal
Berdamailah bersama Tuhan

Namanya

Ku ingin namanya lenyap dari hatiku
Ku ingin namanya tak pernah hadir dalam hidupku

Namanya mengganggu hari-hariku
Namanya menjauhkanku dari Tuhanku
Namanya mengoyak keimanan

Aku Saja Jangan Dia

Dia tak datang ku merindu
Dia datang bergumul dengan dosa
Sangat membenci aku
Seperti tak bertenaga tepiskan hawa nafsu

Sangat membenci raga
Selalu turuti kemauan berdosa
Inginku tak merusak dia
Lalu biarlah aku yang senantiasa mohon ampun

Tapi ku tak berdaya

Aku butuh dia untuk lampiaskan rasa
Aku menangisi kesalahan
Tapi selaksa pecandu

Bebaskan belenggu dosa yang merantai
Tak mau dia menjadi salah
Kecintaan akan dunia membingungkan

Tuhanku
Biar aku saja jangan dia
Aku bersedih lagi terisak