Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Senin, 30 Desember 2019

Cerita Yang Tertunda

Lupa
Sesaat tadi ingin menuliskan cerita
Tentang sebuah cerita cinta

Tiba-tiba teringat
Lalu mulailah menulis serasa otak tersengat

Terlalu sibuk dalam berkelakar dalam dunia
Hingga melupa untuk bercinta
Tetapi sungguh hanya ingin berdua
Merajut hasrat asmara
Mencapai klimak percintaan yang belum dan masih tertunda
Masih adakah ruang juga cerita?

Ini Bukan Curahan Hati

Ini uang

Bila itu yang kau mau
Maka kukubur rindu
Biar saja kau bermain cinta
Biar saja kau temukan rasa
Karena yang kupunya hanyalah sedikit cinta

Aku cinta sama kamu

Tak usah permainkan kata cinta
Jangan terbangkan ke langit diriku serta rasa
Lalu kemudian kau jatuhkan dengan kata dusta
Cinta bukan sekedar kata
Cinta itu butuh hal yang nyata

Ini bukan curahan hati ataupun obrolan semata

Ini ungkapan rindu
Ini curahan hati pada kalbu
Pada hati yang kelabu
Pada jiwa yang merindu
Tanpa pelukanmu

Lalu melengkunglah jingga
Di ufuk terbenamlah surya
Begitupun sang tercinta

Kebingungan antara materi dunia atau cinta

Sang tercinta pergi menghilang


Tak Tertemui

Karena Tuhan Sang Raja
Tuhan Pemilik segala muslihat
Tuhan tak bisa diperdayai
Walau mereka bersolek seperti rabib, pastur maupun pemuka agama
Berjalan lewati jalan yang sama
Telah mengetahui di mana kau berdiam
Tapi hancurnya perasaan
Sudah beberapa hari tak melihat indahnya dirimu
Perjalanan yang dilakukan menjadi penuh pilu
Walau dirimu tak merasakan
Tapi diriku serasa
Teramat
Sejuta cinta padamu

Kamis, 19 Desember 2019

Raja Dalam Karung

Bila raja jatuh cinta
Maka ratu tak usah mengetahuinya
Biarkan menambah selir
Selir yang benar-benar tak miliki pasangan
Mahar sang ratu tak terminta kembali
Raja tak pernah mengambil mahar ratu
Raja miliki harga diri dan sejatinya lelaki
Mahar ratu haram diambil
Tapi raja tetaplah raja
Haus sahwat juga birahi
Ingin punyai selir tapi berkonflik
Raja yang di namai raja
Raja terakui raja
Tapi oleh dirinya sendiri

Senin, 16 Desember 2019

Inginkanmu Bukan Sekedar Angan

Kenapa kamu dan aku berada pada jarak yang jauh?
Andai saja kamu ada dalam pelukan
Tak bisa terus-menerus berimajinasi tentangmu
Karena bagiku keindahan itu bersamamu

Memacu hasrat
Mencumbu asmara
Pada kecupan
Pada nafas-nafas yang tersengal

Ingin bersamamu bukan hanya sekedar angan

Adakah waktu serta ruang untuk tuntaskan semua kerinduan?
Lalu senantiasa cumbui lagi bila rindu-rindu meronta kembali 




Dewasa Menurut Kalian

Riskan
Pelik untuk dipertahankan
Pada suatu ikatan

Menjalani tanpa nama Tuhan

Buat apa menyebut nama Tuhan
Bila sekedar dipakai lelucon juga candaan
Cara pandang untuk semua nasihat kebajikan
Terlihat hanya sebentuk permainan

Terus berkata "jalani penuh kedewasaan"
Dewasa yang benar hanya menurut kalian

Menipu Dengan Tawa

Tertawalah
Tipulah dunia
Bahwa sedang bahagia

Pagi yang tak mendung
Mataharipun cerah menyinari bumi
Diri muram lalu siapakah yang akan memberi sinaran?

Melihat kebahagiaan yang terpancar
Tak mau untuk merenggutnya
Menjauh demi rasa bahagia yang tersorot tak lekang

Tertawa di sini
Selalu memancarkan keceriaan
Menipu dunia tentang sebuah rasa yang bersemayam jauh di lubuk jiwa

Mengharap Sedikit Percintaan

Kau tak bicara
Apakah memang tak mau lagi berkata?
Hanya setitik nila
Karena utarakan kata cinta

Rasa suka
Tak bisa berdusta
Namun tak juga harus memaksa
Bila memang kau hampa
Bila memang kau tak kunjung peka

Maka lebih baik diri ini pergi saja
Memang terluka
Hanya inginkan sedikit kecupan rasa
Hanya inginkan sedikit gelinjangan bercumbu asmara

Kupastikan dalam sentuhan kau akan bahagia

Cinta Setan Ini Benar

Ingin kupanggil sayang
Tapi kau milik orang
Ingin kurengkuh tanpa kepalang
Tapi kau miliki stempel beserta orang-orang tersayang
Begitupun diriku yang telah miliki bayang-bayang

Tetapi hasrat telah menjelma
Setan menjadi sebuah pembenaran yang tampak nyata
Dalam semak ataupun ruang memagut cinta
Pada ratusan bulan purnama
Sekuat daya
Sembunyikan peraduan dengan tipu muslihat kata

Hasrat kita bagai nikotin
Memabukan hingga ke relung batin
Acuhkan kumpulan keluarga yang berteriak prihatin
Karena percintaan kita bak sehelai satin

Penilaian cinta kita benar
Dalam telanjang lalu menatap nanar
Berkata gahar
Cinta setan memang selalu benar

Pilihan Cinta

it is so hard to say goodbye
Especially for you
Terbanglah!
Lantas jika kau tiada sanggupkah berjalan di muka bumi ini?
Perjalanan tanpamu terlalu gelap
Tapi bersamamu hari-hari tak kunjung mereda pelbagai dera
Ingin bahagia
Ingin ceria
But cann't choice if the faith be betting
Melepaskanmu cara yang terbaik
Biarlah bersama Tuhan saja
Dan kau bersama tuhanmu juga
Jangan biarkan iman menjadi sebuah komoditi
Bernyanyilah sebuah kidung di rumah sesembahanmu
Di sini melantunkan pujian sembari bersujud tersungkur bermuhasabah diri
Inginkan iman menjadi darah pada tubuh
Tak mau iman hanya menjadi kolase nan rapuh pada candaan kehidupan
Cintailah iman
Cintailah Tuhan
Bahagialah dirimu
Memilihlah iman sebagai sebuah pilihan cinta

Jumat, 06 Desember 2019

Tanya Iman

Melihatmu tapi tak bisa menyentuhmu
Memujamu tapi tak bisa memilikimu
Cintaku yang tak tampak olehmu
Rasaku yang tak terasai olehmu
Melihatmu pada sore itu
Belokan itu tempatmu berdiam
Dan hanya menanti
Penantian yang entah sampai kapan
Berpapasan
Badan sejajar badan
Tanpa kata
Apalagi rasa
Seperti orang asing
Padahal telah merajut tapi tak terajut
Kebingungan
Kegalauan
Tuhan!
Bersimpuh penuh hina pada-Mu
Cintainya atau cintai-Mu?
Layakkah Tuhan menjadi sebuah pilihan?

Kamis, 05 Desember 2019

Melihat Belakang Punggungmu

Wajahnya
Hidungnya
Matanya
Warna kulitnya
Senyumnya
Semua mempesona

Bibirnya indah menggoda menawan hati

Jarak yang menjadi penghalang
Andai saja dirimu dalam pelukan
Berbagi rasa hangat
Saling merasakan

Namun menyadari dirimu hanyalah sebuah perandaian
Maka melepasmu duhai, sang indah!
Bahagialah dengan yang terdekat

Kecupilah
Bagilah rasa kehangatan dengan yang terdekat

Dari jauh sedikit getir
Tapi tak bisa berbuat apa-apa

Karena melihat lekuk tubuh indahmupun ku tak bisa

Sudahlah!
Dirimu bak oase
Dirimu bak fatamorgana

Jangan sematkan "sang romantis" kepadaku
Itu menyakitkan

Karena melihat seluruhmu itu yang kuinginkan

Penggoda Jalanan

Ingin bertemu lagi denganmu
Seperti kemarin
Dalam perjalanan
Pada senja menuju malam
Dirimu yang begitu menggairahkan
Tanpa saling menyapa
Tanpa saling memandang
Tapi ada getaran pada dada
Sore ini sengaja berjalan susuri setapak yang sama
Berharap berjumpa lagi denganmu
Berharap kau memanggil lalu menggodaiku
Tapi
Dirimu tak tampak
Diriku yang terlalu penuh pengharapan
Sedangkan dirimu hanya sekedar sang penggoda jalanan

Senin, 02 Desember 2019

Kau Tak Tersentuh Olehku

Tak bisa disentuh
Tak bisa dipeluk
Hanya bisa meraba-raba untuk dirasakan

Sudahlah
Bukan romantis dalam bertutur
Hanya ingin menjadi nyata
Saat kau dan aku terikat berpeluk menjadi kita

Tiada apa-apa
Hanya memberitahu tentang kata
1 kata
Cinta
Lalu bahagia

Malam minggu
Tanpamu
Menunggu
Di temani sebuah lagu
Lirik yang sendu lagi mendayu
Tanpa kamu
Menusuk kalbu

Bahagiamu
Tanpa tawaku

Sedihku
Tanpa hadirmu

Haruskah menari di bawah hujan?
Agar airmata tanpamu terhapuskan

Aku pergi
Tanpa tangisi
Yakini
Bahwa kau telah memilih hati
Kau telah termiliki
Dan itu bukan diri ini

Dengarkan!
Hanya khawatir
Tentang sayang

Tidurlah!
Jangan berlari dengan malam
Karena malam tiada peduli dan tak akan pernah terkejar
Lekaslah pejamkan mata!

Hanya sayang
Hanya rindu
Hanya tak mau kau terlalu kelelahan

Tapi mengapa seolah kau tak peduli?
Apakah diriku tak pernah teranggap olehmu?

Aku pergi saja
Dengan sebuah perasaan
Rasa yang tercabik
Tanpamu yang masih terjada pada pekatnya malam

Mencintai Tentang Cinta

Sorot mata yang indah
Pandangan yang meneduhkan
Tubuh yang mempesona
Mencintai sepenuh hati sekuat jiwa
Tapi mengapa saat bersujud hanya menggantungkan sisa-sisa tenaga?
Pantaskah mencintai Tuhan menjadi tersisihkan?
Dunia menina bobokan
Kekuasaan membuat terlena
Kenikmatan dunia melupakan perjumpaan dengan Tuhan kelak
Pada pandangan mata dia mempesona
Kulitnya yang eksotis
Parasnya yang terlalu menggemaskan
Tubuhnya saat berjalan seolah semua berhenti bernafas
Dirinya keajaiban terindah
Dan mencintainya walau tak didengarnya telah melemahkan
Sejenak Tuhan dijadikan senda-gurau semata
Sejenak iman dijadikan permainan lagi guyonan saja
Dirinya teramat menukik pada jiwa duniawi
Jatuh cinta dari dulu dan entah kapan dijamahinya
Mencintainya yang tak kunjung mencintai
Melupa pada Tuhan yang setiap saat selalu menjadi Maha Pemberi

Senin, 25 November 2019

Tiada Kesungguhan

Melihat dengan mata sembab
Bicara dengan mulut serak
Bernafas dengan hidung tersumbat
Mendengar dengan telinga tertutup cairan
Memegang dengan kedua tangan masih terkepal
Berjalan dengan kedua kaki yang masih terdiam

Lalu merasa dengan hati yang terkunci

Tiada kesungguhan
Semua hanya sebuah retorika
Sebuah drama sedang di panggungkan

Duniamu yang penuh kedustaan lagi pura-pura

Cintamu Sebuah Oase

Mencintaimu diriku bak seekor lalat
Dirimu yang disukai banyak kekasihmu
Aku bak seekor lalat bersama gerombolannya
Menyukai dirimu yang seperti kotoran

Kau kotoran
Kau datang saat sedang bersama yang lain
Kau pikir gurun tak indah bila tanpa oase
Kau pikir dirimu kehausan cinta
Tapi apapun alasannya tak boleh kau mempermainkan rasa
Muak terasa bertemu denganmu
Kau bak bajingan terkotor

Jangan paksa untuk menaiki angkutan umum
Tak terbiasa katamu
Kau hanya ingin menaiki kendaraan hanya berdua
Kau tak terbiasa karena trauma menaikinya
Kita memang berbeda
Cinta kita berbeda

Kau datang padaku saat kau masih bersama yang lain
Sedangkan diriku mencari serta menantimu pada ratusan purnama yang tak pernah bisa terhitung

Dirimu terlihat bak sepotong roti yang segar nan renyah tetapi terasa busuk lagi basi saat dikunyah

Kau mencintai dengan caramu sendiri
Tapi ku merana pada cara mencintaimu
Cintamu memang seperti oase

Malam Sendiri

Terjadi lagi
Seperti hari-hari sebelumnya
Malam tanpamu
Malam tanpa sentuhanmu
Malam tanpa cintamu
Dan tak bisa lakukan apa-apa
Karena dirimu seperti tak peka
Menyepi
Menyendiri
Menanti
Menunggu kau mencintai

Rabu, 20 November 2019

Tuhan Dalam Lirihku

Berhentilah berkelakar
Semua perasaan yang kunjung tak menentu
Berdegup kencang di dalam dada
Dan sekali lagi kukatakan
Entahlah!

Potret seperti apalagi yang hendak dilukiskan
Jengah
Resah
Semua rasa berkecamuk
Kepalapun terasa pening
Jantungpun berdegup kencang

Mengingat Tuhan menjadi sebuah obat
Menyebut Tuhan menjadi sebuah kebutuhan

Mengingat Tuhan maka inginkan hati menjadi tenang

Mencintai Angin

Bila kujatuh cinta maka inginnya dirimu
Bila kujatuh hati maka maunya dirimu
Bila ku telah merindu maka yang kupuja bercinta denganmu
Alampun menebar bisik-bisik cinta
Angin sekedar membawa pesan
Pesan yang tak pernah tersampaikan
Dirimu seolah tak mengenali untuk geliat hasratku
Kau sibuk menggeluti cumbu-cumbu asmara bersama yang lain
Obrolan cintamu bak oase
Menentramkan tetapi tak kunjung menjadi kenyataan
Ucapanmu membuat perasaan membumbung ke angkasa
Lalu kau biarkan diriku terbang sendirian
Menunggu dirimu bak keledai dungu
Tak bisa mengelak
Walaupun kau sedang mencumbui di depan mata
Mungkin bodohnya cinta
Mungkin butanya cinta
Bila telah jatuh cinta
Maka rasa-rasa pada semua laku tak berlogika seolah terbenarkan
Mencintaimu teramat sangat
Maka
Benarlah sepenggal lirik lagu
"Benci untuk mencinta"

Senin, 18 November 2019

Cintamu Tak Terasai

Aku yang melihatmu
Aku yang senantiasa memperhatikanmu
Setiap kehidupanmu berusaha kuikuti

Aku yang melihatmu saat berada di atas tunggangan bermesin
Jantungku berdebar ingin menyapa tapi tak kuasa
Karena kau tak merasa
Tak sedetikpun kau melirikku
Walaupun sepanjang ratusan hari ku selalu memikirkanmu

Bagaimana bila kau mati lalu tiba-tiba ku benar-benar jatuh cinta padamu?
Tegakah dirimu melihatku menangis karena patah hati?
Tak bisakah luangkan sejenak untuk saling mencinta dan bercinta?

Telah lama memujamu
Telah lama mengikutimu
Hingga es krim pada pegangan tangan ini telah lama mencair

Kau bagiku bukan cinta sesaat
Kau bagiku bukan cinta yang tak bermanfaat
Kau bagiku merupakan cinta pertama dalam rasa yang berbeda

Aku mencintaimu tetapi hingga saat ini kau tak juga mau merasainya

Maafkan Telah Memaksa

Pantaskah memaksa Tuhan?
Sungguh penuh rasa malu
Saat dedoa tercurah pada Tuhan
Menengadahkan kedua tangan pada Tuhan
Berharap untuk dirimu dan cintamu menjadi milikku
Dalam sekat
Iman yang menjadi pembeda
Terasa perih teramat kentara
Menjadi pejuang cinta dunia
Selaksa kebodohan menggelayuti jiwa juga pikiran
Saat memaksa Tuhan agar dirimu menjadi milikku
Maafkanlah, Tuhan!

Seharusnya tak seperti itu
Seharusnya tak mencintai dunia secara membabi-buta
Dan tak mau mencari lagi pembenaran untuk semua yang kulakukan

Dalam keimanan nan rapuh
Dalam ketaqwaan yang tertatih
Mencoba menguat dalam iman

Maafkan telah memaksa dalam dedoa
Seharusnya tak begitu

Mencintaimu tapi lebih mencintai Tuhanku

Mencintai Senja

Menanti senja untuk malam
Menanti malam di kala senja tiba
Tetapi saat malam tiba semua porak-poranda
Malam yang teramat merindu tapi tak ada siapapun untuk bercinta
Haruskah tetap menjaga senja agar rasa rindu tak pernah lekang?
Bak membasuh telepon seluler di bawah pancuran air
Berharap cemas apakah bintik-bintik rindu dapat terhapuskan?
Ataukah kerinduan ini akan menjadi rindu yang tak bertuan belaka?
Entahlah!
Hari ini merindu
Hari ini mencinta
Hari ini hati terpaut
Tapi kecintaan dunia mudah terkelupas
Saat ini hanya menikmati senja hari
Saat dimana merindukan suatu rindu pada malam pertemuan

Rabu, 06 November 2019

Tak Tertawa

Ironi
Getir
Tertawa dalam rapuh
Menggebu dalam letih
Mengelabui keadaan yang sesungguhnya
Saat tak ada lagi tali pengekang
Lalu memilih memeluk Tuhan dengan kesungguhan
Walau memang tak pernah mudah
Dunia yang dikelilingi para penikmatnya
Menepi
Dalam tawa yang terdustai

Senin, 04 November 2019

Ocehan Nerakamu

Tak tahu lagi mana yang harus kupercaya
Semua ocehanmu tak selaras dengan lakumu
Memang tak bisa melihat hatimu
Tapi seolah bisa merasakan gemeretak suara hatimu
Seperti ada itikad tak baik yang kau rencanakan
Dan tak pernah mau menjadi teman akrab ataupun saudara
Merayakan kepergiannya dirimu menyanyi
Dan betapa muaknya diriku mendengar kau bernyanyi
Mungkin terlalu sensitifku
Karena seorang teman melangkah pergi karena ocehanmu
Ocehan nerakamu
Tak hendak membalasku
Untuk apa?
Karena diriku berbeda dengan dirimu
Ocehan nerakamu
Bicaramu nyaris tak terdengar
Tawa-tawamu terdengar membahana
Merayu serta merajuk
Dirimu bak gambaran mereka yang dahulu pernah kutemui
Berpura empati
Berpura simpati
Tapi menggunting dalam lipatan
Biarlah alam yang menghukum
Biarlah Tuhan yang menegur
Tak mau diri menjadi bengis sepertimu
Ocehan nerakamu
Aku tak mendengar
Tapi Tuhan Maha Mendengar

Jumat, 01 November 2019

Kerinduan Lagi

Dan muncul lagi
Dan mencuat kembali

Tapi entahlah
Apakah masih pantas merindukanmu?

Terlalu
Dan tak bisa untuk bicara terlalu banyak
Tak untuk dituliskan dalam bentuk prosa

Tentang rasa
Biarlah menjadi sebuah misteri pada jiwa

Untukmu yang kini sedang berjauhan
Kerinduan ini memang tak pernah bisa padam

Dramamu

Ingin menulis
Tapi serasa kaku
Tak ada lagi kegembiraan
Tak ada lagi kesedihan
Semua tampak sama kini
Datar
Nyaris tak miliki rasa
Walau dahulu menggebu-gebu
Dunia bergerak
Dunia berubah
Dan duniamu memang terlalu penuh drama

Selasa, 29 Oktober 2019

Hanya Cinta

Malam ini belum bisa tidur
Ada sedikit kekhawatiran tentangmu
Cinta yang masih mengambang
Dirimu bak pesona di ujung khatulistiwa
Merekah mencintai tapi masih tak kunjung merasai
Jangan katakan benci
Karena telah belajar larungi kata membenci
Tak bisakah hanya cinta yang menjadi bahasa di bumi
Ingin semua semesta indah
Tiada pertikaian dan yang ada hanyalah cinta
Mencintaimu merupakan sebuah anugerah
Tak menyesali memberikan hati ini untukmu
Walau kini entah di sisi penjuru dunia yang mana kau berada
Bersamamu ataupun tidak
Mencintaimu sesuatu yang teramat berharga

Diamlah, Cintaku!

Jangan meragu untuk cinta ini
Cinta ini inginkan dirimu
Menyatu dalam kecupan juga pelukan
Erangan-erangan rasa
Sentuhan-sentuhan sayang

Diamlah!
Biarkan kenikmatan menjalar pada tiap sendi
Nikmati peluhnya
Nikmati aromanya

Dalam ruang
Saling berpeluk sayang
Maka cukup diam lalu nikmati dan terus melayang

Senin, 28 Oktober 2019

Posesif Rasa

Kusayang kamu
Semua tentang dirimu hanya untukku
Bicara cintamu hanya untukku
Semua rasa juga ragamu untukku saja

Kau tak boleh bercengkrama dengan yang lain
Kau tak boleh tertawa dengan yang lain

Posesifku padamu hingga kau membosan
Saat kau membosan tapi tidak dengan posesifku
Saat ku membosan maka hancurlah posesifku

Posesif karena terlalu cinta
Cinta yang tak pernah kenal kata tidak
Posesif cinta yang egois

Keterlaluan Kasihmu

Memangnya haruskah mempedulikan pada ujaran penghinaanmu?
Merasa paling benar bertingkah laku
Bicaraku yang gagap juga gemetar tak pernah kau perhatikan
Inginmu pada bicara serta tawamu yang mau didengarkan

Keterlaluan!
Kasihmu hanya mengasihi diri sendiri
Tak ada simpati
Tak ada empati
Terus menerus ujaran benci serta celaan meluncur dari mulutmu

Haruskah kuperhatikan dirimu yang seperti tak miliki cermin diri?

Merendahkan sesama
Menghancurkan karakter orang
Menikam dari belakang
Tawa yang palsu

Saat tertawamu untuk sembunyikan sesatmu

Keterlaluan kasihmu!
Kasihmu yang benar menurut otak kepalamu

Mengaduh

Gaduh
Lalu mengaduh

Maukah seorang penjahat di labeli penjahat?
Maukah seorang penjajah di katakan penjajah?
Maukah seorang pendusta di gelari pembohong?
Maukah seorang yang zalim di sebut Sang Zalim?

Lalu sibuk bersilat lidah
Agar semua tindak juga lakunya termaklumi
Ada juga yang menerimanya

Sudut pandang yang berbeda
Pandangan manusia yang bisa tersusupi
Pola pikir dunia
Pikiran dunia yang bisa tersuapi

Buka sudut pandang terbaru
Jangan hanya mengaduh
Tanya nurani
Adakah Tuhan terpahat pada hati?

Bicaralah, Cintaku!

Ini bibirku maka ciumlah!
Ini tubuhku maka peluklah
Dalam rasa pada dahaga
Hasrat yang seperti biasa terlalu bergelora
Jatuh cinta pada senyummu
Jatuh cinta pada lesung pipitmu
Jatuh cinta pada kejujuranmu
Bila cinta maka bicaralah
Bila rasa maka hasratilah
Cinta ini kita berdua yang rasa
Dalam agungnya sebuah kata
Cinta
Cerita indah nan tiada akhir
Bicaralah!
Karena akupun inginkanmu

Rabu, 23 Oktober 2019

Mengapa?

Apalagi?
Itu saja tentangmu
Karena dirimu tak bisa kulukiskan
Karena dirimu hanya ingin kurasakan
Kenapa?
Seolah dirimu tiada rasa
Seolah hanya penuh pura
Ketakutan teramat kehilanganmu
Mengapa?
Ingin berdua saja dalam ruang tak beruang
Menumpahkan segala macam segi kerinduan
Dirimu mencintalah seperti diriku
Apakah?
Ajaklah dalam hasratmu
Ajari tentang sebuah cinta darimu
Karena dirimu sesuatu yang pertama dalam cinta

Selasa, 22 Oktober 2019

Berdua Dalam Auman

Mendekatlah!
Lalu saling berpeluk
Tiada aroma sewangi ciumanmu
Dalam tidur ataupun dalam terbangun
Kehangatan berdua denganmu pada sebuah alas serta ruang

Tidurlah, sayang!
Jangan banyak merintih
Nikmatilah dalam gelinjang pada malam-malam
Atau merangkullah pada pagi, siang ataupun senja hari
Karena sedang libur
Maka...

Saling merasa pada hasrat yang tak akan pernah selesai

Mendesah Saat Bertemu

Maaf!
Jika cintaku ini kurang bagimu
Hanya ingin bersamamu lalu saling menguatkan
Karena sedang teramat sangat menyayangimu
Kuhiraukan kesakitan dalam perjalanan
Kaki kiri terkilir tak kurasakan
Karena hanya ingin menjadi yang terdekat denganmu
Luapkanlah kekesalanmu
Letuskanlah semua keresahanmu
Bila semua bisa melenyapkan semua memori mantan-mantan pasanganmu
Diriku yang sederhana
Tak hendak menjunjung harta di atas kepala
Karena hanya cinta yang kupunya
Lupakanlah!
Mengunjungi ramainya sebuah pasar malam
Hiburan termewah bagiku
Tak hendak pergi kesana
Bila tanpamu disisiku
Membayangkan dirimu bersama yang lain
Bicara lalu tertawa maka itu membuat perih
Mencintaimu
Menemukanmu
Setelah pencarian dalam ringkihnya rindu
Maukah dirimu kupeluk?
Maukah dirimu kukecup?
Maukah hasrat kita menyatu walau dalam ramainya pasar malam?
Mencintaimu kini, esok dan selamanya
Menanti pertemuan itu
Dan semoga ada desahan dalam kerinduan saat bertemu nanti

Senin, 21 Oktober 2019

Berpura-pura Cinta

Kepekaannya dusta
Kepeduliannya bohong
Semua kata juga perilaku terlakukan untuk kepentingannya sendiri

Nasehatnya sampah
Tingkah lakunya seperti sibuk mencari panggung pengakuan

Ini bukan kebencian
Hanya merasakan ada ketidak tulusan darimu

Biarlah waktu yang menjadi bukti
Bila dunia saja telah kau beli
Cukup menjaga lagi mawas diri
Tak mau menjadi teman terdekatmu kembali

Cukup untuk memgetahui cintamu yang penuh pura-pura
Mencintai tapi pura-pura itulah karaktermu

Pembatasmu

Cinta yang tak berwujud
Mencintaimu dalam lembaran mimpi
Ingin memelukmu segera
Dirimu yang acuhkanku
Menepi dan lelah atas sikapmu
Mengapa tak kunjung juga saling memeluk?
Berbagi kehangatan dalam sedikit gelinjang serta kecupan
Dirimu yang masih saja memasang pembatas atas diriku
Mencintaimu tapi terhalang batas yang kau pancangkan
Kelelahan untuk pengejaran cintamu
Dirimu yang seperti bayang-bayang
Semakin kukejar, dirimu semakin menjauh
Saat ku diam, kau ikut tak bergerak
Batasan apa yang kau terapkan untukku?
Hartakah?
Paraskah?
Status sosialkah?
Sungguh bila dunia yang menjadi pembatasmu maka menyerahku
Karena dunia tak akan pernah puas untuk terkecapi
Hanya Tuhanlah yang menjadi penolongku

Jumat, 18 Oktober 2019

Dengarlah!

Untuk dirimu
Dengarlah!
Mencintaimu
Tak menyentuhmu
Dalam doa memanggil dirimu pada Tuhan
Adakah denting itu sampai kepadamu?

Saling menatap dahulu dan belum terucap cinta
Saling penuh rasa malu bila berpapasan
Dapatkah kita sekarang bersama?
Atau kita berdua terlalu penuh rasa malu dan sungkan?

Sungguh mencintaimu sedari dulu
Tetapi dahulu dirimu di kelilingi para kumbang yang benderang
Lalu menatapmu dari kejauhan
Lalu menggumamkan namamu di sudut hati terdalam

Dengarlah!
Ingin bersamamu
Riak yang semakin kelam akhirilah

Bilang Keluargamu!

Bilang ke ayahmu!
Kita terbang

Bilang ke ibumu!
Kita sekedar bersenang-senang

Dalam ruang
Tanpa ruang
Bak rasa malu yang telah hilang

Saling memaguti rasa
Walau tanpa sahnya sebuah kata
Karena sedang di mabuk asmara

Bilang kepada semua keluargamu!
Kita hanya berpetualang
Bila telah bosan maka tak repot memutus ikatan

Percintaan tanpa ikatan
Maka
Bilang sekali lagi kepada seluruh keluargamu!
Kita sedang kesetanan

Egoisnya

Memikirkanmu
Melamunkanmu
Tak tahulah sampai kapan rasa mengkerdil
Biarlah waktu yang menjadi penyembuh

Dalam rinai hujan berjalan di bawahnya
Menusuk tajam sebuah perlakuan
Berairmata tak kentara dalam hujan

Bila tak tahu lagi harus bagaimana
Biarkan waktu yang menjadi obat
Entah sampai kapan!

Hari Penuh Setan

Sedang bersamanya
Dalam derit ranjang saling mengadu
Sedang bersamanya
Dalam rangkulan tangan memacu berkendara
Desahan birahi saling memacu
Keringat membasahi setiap pelukan serta kecupan

Lebih dari 1 dekade berkecimpung dalam hari-hari kesetanan
Menikmatinya seolah dunia buta pada setiap persetubuhan
Berlaku lugu penuh santun nan polos untuk mencoba sembunyikan persetubuhan kesetanan

Malam setan
Tapi tidak hanya malam saja yang penuh setan
Pagi dan siangpun menjadi setan-setan dalam birahi yang terlarang

Rahim

Aku tak bisa memilih dari rahim siapa aku dilahirkan
Tapi aku bisa memilih kepada siapa penghormatanku diberikan
Hanya orang brengsek yang membuatnya terduduk menangis di lantai
Dan tak pernah melupakan hal itu
Sok suci yang tersematkan kepadanya ternyata benarlah adanya
Berlaku bak pewaris agama tapi keruhnya hati menjalani dunianya
Dari rahimnya ku terlahir
Ku memilih untuk menyerahkan penghormatanku padanya
Kau buatnya menangis maka ku ingat hal itu
Tapi tak akan kubuat "rahim tempatmu berdiam" menangis juga
Tak sudi menjadi sepertimu
Menarilah dirimu dalam dunia silat lidahmu
Sudah muak
Ingin kuhajar lalu kusumpal mulut juga laku kurang sopanmu itu
Tapi tak mau mengotori diriku dengan manusia goblok sepertimu
Bawa saja duniamu
Lalu persiapkan alibi terbaikmu kelak di hadapan Tuhan

Kamis, 17 Oktober 2019

Merindu Keduanya

Merindu basah di musim kering
Menanti derai hujan untuk menghapus segala gersang
Datanglah!
Kerinduan padamu tak bercabang
Merindu panas di musim basah
Hangatnya mentari ditunggu untuk menghangatkan kerinduan
Kunjungilah!
Kecintaan pada mentari mengalahkan segalanya
Lalu memakai topengkah saat berbicara kerinduan?
Kerinduan seolah terobral murah dari hati serta mulut
Saat kecintaan terucap hanya demi kepentingan pribadi semata-mata
Bak tiada rasa syukur untuk semua nikmat
Belajarlah bersujud!
Belajarlah bersyukur!
Belajarlah merindu kepada semua takdir
Tak ada kebetulan yang terjadi
Semua peristiwa telah digariskan oleh Tuhan
Dan merindu hujan serta mentari
Merindu keduanya sebagai rasa syukur pada Tuhan

Rabu, 16 Oktober 2019

Duri Dan Mawar

Apa yang harus disyukuri?
Saat memegang indahnya bunga mawar bertangkai duri-duri
Ada juga yang terpana dan sangat takjub melihat seutas tangkai penuh duri
Tangkai deduri ini yang miliki kelopak-kelopak terindah dipandang oleh mata
Menyingkirkan semua aura negatif
Berusaha tampilkan semua pesona positif
Walau memang tak pernah akan mudah
Tak usah mengeluh
Endapkan keluh-kesah
Setiap manusia miliki cara pandang yang berbeda
Tapi tetaplah berdiri pada jalan Tuhan
Jangan sampai tertusuk duri-duri langkah setan

Selasa, 15 Oktober 2019

Menggugat Persepsi Mereka

Merekapun terus menghakimi
Mereka tahu tentang diriku
Mereka mendengar sepenggal kisah yang terpenggal serta tak utuh
Tapi mereka tak pernah mengetahui tentang latar belakangku
Latar belakang di balik sebuah kisah hidupku ini
Memilih pada jalan yang memang akupun tak mau memilih
Tapi
Untuk apa kuceritakan sebuah peristiwa bila mereka hanya menertawakan
Untuk apa kuseka airmata saat selesai bercerita bila mereka hanya memberikan tawa
Mereka mendengarkan petualangan hidupku bukan sebagai kisah
Mereka anggap kisahku sekedar lelucon ataupun dongeng pereda tangisan anak-anak
Mereka seolah penasehat ulung berbalut seorang motivator
Andai luka-luka perih pada jiwa sama juga kau alami
Tapi kumengerti setiap manusia miliki jalan ceritanya masing-masing
Tiada kemarahan bagi mereka yang terus memutar balikkan fakta serta kenyataan
Tak mau lagi terus berdebat berselisih lagi tentang hal itu
Pendapat mereka milik otak mereka
Pendapatku maka saling respek pada jalan yang dipilih
Tak ada lagi emosi
Hanya satu
Perbuatan mereka akan kugugat kelak di hadapan Tuhanku

Pulanglah!

Jangan lupa pulang, nak!
Rumahmu di sini bukan di sana
Walau gemerlap menyilaukan kau dapatkan
Walau pundi-pundi emas menjadi baju keseharianmu
Tak elok melupakan tempat tertawa serta berbagi kisah
Walaupun sekali lagi jalan kehidupan seseorang miliki kisahnya
Masih ingatkah pada wajah-wajah di sini?
Atau melupakah karena begitu banyak hari yang telah kau lewati?
Tak adakah kerinduan saat tetiba bocah menanti di balik punggung
Bocah yang setia duduk hanya sekedar ingin melihat bagaimana sang rupa kini
Walau teman sepermainannya telah beranjak
Tapi bocah tetap setia duduk menanti yang di depannya berdiri
Bocah perindu
Lalu apakah kerinduan ingin pulang ada terlintas pada benakmu?
Bergejolak jiwa
Membara semua pedih
Pulanglah!
Semua menunggu dengan degup jantung paling kencang

Senin, 14 Oktober 2019

Drama Kesenanganmu

Apalagi yang hendak kau pertontonkan?
Kau sedang dalam lingkaran kesenangan
Bukan berarti bebas melakukan pertunjukan tak bertanggung jawab
Kau selalu bersenang-senang mempermainkan kehidupan orang
Kau melakukan drama kriminal
Darahmu berhamburan seperti adegan teatrikal melodrama di atas pentas
Kau ingin dunia tahu kau telah teraniaya
Kau ingin menutupi semua laku-laku kejammu

Tidak semudah itu
Tongkat kesenanganmu tak selamanya
Kematianmu tak kau miliki nyawamu
Segala kesemerawutan tandaskan bahwa kesenangan harus terlandasi rasa syukur

Apalagi yang hendak kau perbuat?
Ada begitu banyak doa para teraniaya olehmu
Kekuatan doa tanpa penghalang menembus Tuhan
Kelicikanmu membunuhmu serta mempermalukan nama baikmu sendiri
Atau memang kau tak miliki nalar kemaluan?

Otak, nurani serta lakumu tak selaras dengan keTuhanan
KeTuhanan hanya kedok bagimu

Dramamu melankolis
Drama berdarahmu hanyalah sandiwara pemuas rasa aktingmu

Kesenangan pada tanganmu dan kau sedang bermain dengan kesenanganmu itu

Dunia telah muak
Menunggu Tuhan menegurmu
Setelah kami tak jemu mengingatkanmu

Menyimpan Potretmu

Bolehkah kuminta potretmu?
Ada berapa banyak yang menjadi penyukaimu?
Telisik pada antrian yang menjadi pemujamu
Dan terselip ada diriku pada barisan pencintamu
Sejak lama mencintaimu
Dalam diam merindukanmu
Diam-diam memperhatikanmu
Kecintaanku padamu yang kupendam sedari dulu
Karena begitu nyeri memendam rasaku
Telah kubagi rasa padamu
Dalam sebentuk perhatian
Pada rangkaian kata di pesan-pesan yang terkirimkan
Lalu mengikuti kehidupanmu pada dunia maya
Tapi kau acuh
Tapi kau abai
Seperti tak merasai segala bentuk perhatianku
Kau tak peka atas segala rasa cintaku yang tersirat
Kerinduanku pada rasa cintamu tak terobati hanya dengan melihat potret-potretmu
Membuat sedih lalu awan sedih menggelayut saat kau tak kumiliki
Tak mau menyerah pada mencintaimu
Tapi kau masih tak kunjung peduli
Memang benarlah sebuah wejangan
"Cintailah mereka yang mencintai agar bisa membalas sebesar rasa cinta yang terberi"
Aku mencintai
Kau tak peduli
Lalu kecintaan yang lain kucari
Walau namamu masih mengendap dan selalu menanti
Potretmu tak kubakar
Potremu kusimpan walau dalam sebuah peti
Peti hati yang lelah tersakiti

Senin, 30 September 2019

Secuil Harimu

Apa yang harus kulakukan?
Jika ku jatuh cinta tapi kau tidak
Jika ku bicara rasa tapi kau berdiam rasa
Jika ku terus mengejar pelukanmu tapi kau berlari menggubris setiap sentuhan

Untuk melepaskanmu selaksa tak berdaya
Karena begitu banyak waktu melukis kerinduanmu
Kau tak bisa memaksakan kehendak untuk semua kemauanmu
Begitupun diriku yang tak berhak memaksakan untuk dicintaimu

Tapi dahagaku pada belaianmu
Bila memang tiada cinta darimu
Selipkan saja walau secuil harimu untuk rasaiku

Urusanmu Tak Mau Kuurusi

Saat kubilang cinta tapi mereka menjawab "tidak"
Saat kubilang kasih juga sayang tapi mereka menolak menerimanya
Perjalanan waktu yang akan memberikan jawaban
Bila kata juga laku tak mampu lagi kendorkan hati dan akal yang telah tersumbat
Biarkanlah!
Relakanlah!
Lepaskanlah!

Mereka berkata karena mereka tak mengalami sebuah peristiwa
Mereka menilai karena mereka hanya sekedar menerka-nerka
Argumen yang dikemukakan maka respek dariku terjuntai
Lalu apakah mereka respek pada sikapku yang telah diambil?

Sungguh tiada kebencian
Rasa itu telah lenyap saat jalan yang direngkuh berbeda
Hanya respek dariku
Dan wajar bagiku bila tak nyaman pada jalan yang tak searah

Silahkan bicara!
Silahkan mengambil keyakinan bila memang teryakini!

Jangan mengatasnamakan agama bila agama hanya dibuat sekedar "topeng penutup kesesatan"

Tuhan menutup
Maka berhenti padamu
Aku berhenti mengarah berjalan padamu

Cukup!

Panggilan KeTuhananku

Maafkan aku, cinta!
Aku yang terlalu merasa
Teramat sedang berjibaku
Dalam pencarian cinta yang tak kunjung bersatu
Kirabkan putihnya bendera
Dan menolak akan hal itu
Terenyuh pada
Jiwa yang terkadang lelah mengaku
Tutuplah mulut-mulut yang berkata penuh palsu
Lepaskan topeng-topeng saat sedang beribadah serta berlaku
Atau sedang hilang rasa malu?
Sehingga menyembunyikan rendahnya moral dalam suatu tipu-tipu?
Membutuh sentuhan
Tapi tak juga dengan setan
Walaupun perih serta nyeri nan berkarat
Saling mencinta dalam keTuhanan semoga lekas tersurat

Jumat, 20 September 2019

Sesaat Tak Bernyawa

Bila puisi tak mampu luluhkan
Maka ingin berhenti menulis
Perih saat mengetahui kematianmu
Sunggingan senyum serta dekapan sekedarnya
Sesaat tak bernyawa

Walau sadari kematian suatu hal yang pasti datangnya
Kematian yang datangnya tiba-tiba
Kematian yang tak mengenal istilah diskriminatif

Sehat atau sakit
Berkuasa atau teraniaya
Bertipu muslihat atau terjujur berlaku
Berharta atau berselendang saja
Bila waktunya tiba maka kematian memisahkan dunia
Tak bisa di tawar ataupun dijejali suapan

Sesaat tak bernyawa
Ragaku berhenti berjingkrak
Saat kabar matimu menusuk berserak

Puisiku tak bisa lagi menghidupkanmu
Dan suatu saat bila waktuku tiba maka matiku terjawab

Sakitmu Eranganmu

Kehadiranmu untuk siapa?
Ingin sekali bersamamu lalu kupeluk serta kukecup semua tentang namamu
Bisakah?

Ternyata memang benar adanya
Diriku yang keterlaluan mencintaimu
Tetapi dirimu untuk menyentuh dirikupun tak kunjung dilakukan

Laju motor mengencang
Lidah-lidah-lidah seolah tercekat
Bruk......
Menghantam truk baja yang melaju
Badan kecil yang melayang
Badan kecil yang terkolong
Badan kecil yang terlindas
Mengerang lalu pesakitan lenyap seketika
Saat beratnya beban truk melindas pipih ringkih tubuh
Sakit juga perih

Ada airmata tertahan di pelupuk
Ada sembab menggenang pada dada
Belajar menjadi manusia
Belajar lebih empati

Tawamu yang renyah terngiang
Senyummu yang menawan membekasi
Tubuhmu yang mempesona mengenang

Doa dan hanya itu yang kubisa
Ada nyeri menari
Dirimu yang dulu tak kupeluk
Dirimu yang belum sempat kurengkuh dalam kasih juga sayang
Tapi Tuhan Maha Pengatur
Tuhan Maha Mengetahui

Sakitmu Eranganmu

Sedihku kehilangan
Bahagiaku karena meyakin atas takdir dari Tuhan
Termasuk kematianmu pada sepenggal jalan

MilikMu Semua

Tubuh ini milikMu
Raga ini milikMu
Hati ini milikMu
Harta ini milikMu
Seluruh yang termiliki ternyata memang milikMu
Apalagi yang hendak dibanggakan
Bila hanyalah kerapuhan yang tersembunyikan
Agar bahagia saja yang termunculkan

Karena sesungguhnya dunia sekedar persinggahan
Tak layak sombong menjadi jubah hidup
Milik dunia ternyata hanyalah kepalsuan belaka
Hibahkan semua milik dunia karena semua milik sekedar titipan

Lihatlah saat Ibrahim rela melepas Ismail
Dan juga Ibrahim yang tak segan menyimpan Hajar dan bayi Ismail di tempat tanpa keramaian
Lihatlah saat Khadijah rela menghibahkan seluruh harta benda
Lihatlah saat Ayyub rela melepas kesehatan tubuhnya
Juga Ibrahim yang tak gentar terbakar api yang tersulut dan tersuluh
Lihatlah Adam serta Hawa yang terpisah dalam perjalanan di bumi
Lihatlah saat Muhammad di tinggalkan kematian oleh anak-anaknya, istrinya dan pamannya dalam waktu hampir bersamaan

Semua petanda menegaskan
Milik ini semua MilikMu

Nyanyian Merduku

Saat semua bilang tak bagus
Pada suaraku yang tak bernada
Bak kerbau yang "mengaum"
Kerbau yang tak pahami lenguhannya
Suaraku tak bernada
Suaraku seperti amatir di ruang karaoke
Suara yang masih belum mampu menyanyi
Tapi seni tak semuanya bernyanyi
Ada nada-nada yang masih bisa di sampaikan
Mulailah merajut rangkaian lirik dalam kalimat
Rasakan kepuasan dalam batin juga otak
Lakukan!
Cukup nyanyikan lirik kalimatku dengan "nada duniaku" sendiri saja
Dalam panggung ku "bernyanyi"
Nyanyian yang membuat jiwaku merdeka

Jumat, 13 September 2019

Ritme Kehidupan

Makan
Tidur
Mencari penghidupan
Kemudian kembali ke ritme pertama

Apakah hidup di dunia hanya sekedar itu?
Adakah yang melebihi ritme itu?
Katakan segera!
Agar bisa menikmati ritme yang lain

Melupakah pada kehidupan hidup setelah mati
Bagi yang percayai maka ritme berkeTuhanan teramat penting
Bagi yang tak percayai maka betapa malangnya sistem "trial error"nya
Bila benar adanya dan tak percayai maka merugilah

Cobalah berjalan pada satu cahaya
Cobailah ritme alunan keTuhanan
Rasakan

Bukalah nurani!

Tak Ada Cinta Pertamaku

Haruskah berhenti menulisku?
Cinta pertama yang tak meninggalkan jejak apapun bagiku
Karena bagiku kenangan yang terpenting
Kenangan saat bersama orang yang dicintai
Ketahuilah!
Tak hendak membalas semua perilaku tak baiknya
Tak ingin mengotori tangan ini
Diri ini sangat berbeda dengannya
Biarlah Tuhan yang memberikan nasehat padanya
Kenanganku tak bersama dengan cinta pertamaku
Kenangan-kenangan terbaikku yakni bersama orang yang kucintai
Bagiku tak penting memaknai kisah cinta pertama
Bagiku teramat penting menjalani kisah bersama orang yang teramat kucintai
Kuyakini cintaku teramat mendalam padamu
Merajutlah dalam pintalan kasih sayang walau sedikit meragu untuk mencintamu
Berikan sedikit ruang percintaanmu untukku
Tolong!
Sedikit saja
Aku mengiba
Aku lupa pada cinta pertamaku
Karena aku saat ini sedang jatuh cinta padamu

Rabu, 11 September 2019

Mereka Jahanam

Merekapun bicara
Merekapun terdiam
Merekapun berkasak-kusuk
Dalam rimba belantara
Terus masuk hingga ke tengah hutannya
Terjebak dalam gelap gulitanya walau tertampak penuh gemerlap
Mereka kosong walau bicara
Berkata tanpa makna
Menulis tanpa arti
Menjejali setiap sudut ruang
Tidurlah!
Mungkin mereka lelah
Berharap mereka terbangun lalu bisa memaknai dunia
Atau setelah tertidur lalu mereka tak terbangun lagi?
Di manakah kebanggaan mereka?
Jikalau mereka tak mampu mengendalikan nyawa mereka
Lalu mereka bertindak ingin menjadi pengendali dengan perkataannya?
Belajarlah!
Karena bumi serta semesta ruang luas untuk belajar

Selasa, 10 September 2019

Tak Layak Tergodai

Menari tapi tak bisa meliukkan badan
Sesaat tubuh seirama dengan musik pengiring
Dengan kedua mata memerah
Dengan senyum manis tapi dipaksakan
Dilempari bebatuan hingga 3 kali banyaknya sembari menyebut nama Tuhan
Berlarian menjauhi bolak-balik hingga 7 kali
Tetapi seolah kadung menempel
Selalu menngodai serta mengikuti
Jangan rayu bujuk kesesatan pada diri
Karena diri terlalu hina dina di hadapan Tuhan
Diri yang sedikit ilmu tentang keTuhanan
Jadi tolonglah para setan
Jangan ganggu ibadah-ibadah ini

Senin, 09 September 2019

Joker

Serasa jadi selebritis
Bicara sembari terkekeh sendiri
Mencoba selalu lucu
Perut buncit, pantat besar
Hidung kemerahan
Wajah bersemu merona
Pakaian beratribut kebesaran tapi tak jarang kekecilan
Kedua mata memerah persis mata para pemabuk
Pemabuk tipu daya
Pemabuk haus kekuasaan dengan aneka muslihat
Bahkan bila harus membunuh maka haus akan darah
Menjilati dengan lidahnya beribu kue tart

Badut sedang melucu
Bertindak seperti raja lalim
Padahal tak pantas menjadi raja
Karena hanya ada satu sang raja badut
Selebritis pelucu hanya seutas pengekor
Tak layak bersanding dengan sang joker
Raja dari segala badut
Dan mungkin kamu hanyalah sebuah sumpalan kotor
Tapi kamu banyak tingkah hingga berlenggok seperti badut malam

Kau hanyalah badut kotor biasa
Kau bukanlah joker

Merdekakan Rasaku

Mereka bilang "menangislah!"
Mereka bilang "tertawalah!"
Tapi tak bisa melakukan itu semua
Rasaku tak bisa disetir oleh mereka
Rasaku milikku sendiri
Hanya itu saja yang di miliki

Airmata, senyuman, kesal, cemburu, marah semua rasa
Iya, semua rasa yang ada pada perasaanku
Perasaanku sendiri dan hanya aku yang merasakannya

Mereka tidak pernah mengetahui yang bergejolak di jiwa

Mereka tahu masa kecilku tapi tidak masa dewasaku
Ataupun sebaliknya
Ataupun keduanya

Rasaku milikku sendiri
Merdeka dengan rasaku
Jangan bungkam rasa-rasaku dengan sikap diktator mereka