Bolehkah kuminta potretmu?
Ada berapa banyak yang menjadi penyukaimu?
Telisik pada antrian yang menjadi pemujamu
Dan terselip ada diriku pada barisan pencintamu
Telisik pada antrian yang menjadi pemujamu
Dan terselip ada diriku pada barisan pencintamu
Sejak lama mencintaimu
Dalam diam merindukanmu
Diam-diam memperhatikanmu
Kecintaanku padamu yang kupendam sedari dulu
Dalam diam merindukanmu
Diam-diam memperhatikanmu
Kecintaanku padamu yang kupendam sedari dulu
Karena begitu nyeri memendam rasaku
Telah kubagi rasa padamu
Dalam sebentuk perhatian
Pada rangkaian kata di pesan-pesan yang terkirimkan
Lalu mengikuti kehidupanmu pada dunia maya
Telah kubagi rasa padamu
Dalam sebentuk perhatian
Pada rangkaian kata di pesan-pesan yang terkirimkan
Lalu mengikuti kehidupanmu pada dunia maya
Tapi kau acuh
Tapi kau abai
Seperti tak merasai segala bentuk perhatianku
Kau tak peka atas segala rasa cintaku yang tersirat
Tapi kau abai
Seperti tak merasai segala bentuk perhatianku
Kau tak peka atas segala rasa cintaku yang tersirat
Kerinduanku pada rasa cintamu tak terobati hanya dengan melihat potret-potretmu
Membuat sedih lalu awan sedih menggelayut saat kau tak kumiliki
Membuat sedih lalu awan sedih menggelayut saat kau tak kumiliki
Tak mau menyerah pada mencintaimu
Tapi kau masih tak kunjung peduli
Memang benarlah sebuah wejangan
"Cintailah mereka yang mencintai agar bisa membalas sebesar rasa cinta yang terberi"
Tapi kau masih tak kunjung peduli
Memang benarlah sebuah wejangan
"Cintailah mereka yang mencintai agar bisa membalas sebesar rasa cinta yang terberi"
Aku mencintai
Kau tak peduli
Lalu kecintaan yang lain kucari
Walau namamu masih mengendap dan selalu menanti
Kau tak peduli
Lalu kecintaan yang lain kucari
Walau namamu masih mengendap dan selalu menanti
Potretmu tak kubakar
Potremu kusimpan walau dalam sebuah peti
Peti hati yang lelah tersakiti
Potremu kusimpan walau dalam sebuah peti
Peti hati yang lelah tersakiti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar