Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Minggu, 28 Februari 2021

Uang Kalian Tak Miliki Rasa Juga Nilai

Dengan uang kalian bisa membeli ranjang
Tapi kalian tidak bisa membeli nyenyaknya tidur

Dengan uang kalian bisa membeli makanan
Tapi kalian tidak bisa membeli cita serta rasa yang menetes menjadi sebuah citarasa

Dengan uang kalian bisa membeli persenggamaan
Tapi kalian tidak bisa membeli nilai hasrat yang terbalut dalam cinta serta ketulusan

Dengan uang kalian bisa berwasiat dengan cara bagaimana tentang pemakamaman yang diinginkan
Tetapi kalian tidak bisa mendikte bagaimana saat kelak tiba kematian kalian

Monster dan manusia mungkin masih bisa hidup bersama dan berdampingan
Tetapi manusia yang berhati monster tak akan pernah bisa respek terhadap sesama

Saat uang telah menjelma menjadi prioritas maka hati-hati ganas mulai tercipta
Dan kalianlah yang miliki hati
Tentukanlah makna hati-hati itu!

Mafia Persepsimu

Pagi tertukar malam
Rangkaian peristiwa yang semakin mentasbihkan kerancuan

Kumpulan mafia
Kau yang melabelinya
Kami tak merasa
Pelaku kezaliman siapa sebenarnya?
Pelit memberi tetapi haus menerima
Kekikiran yang mewabah pada jiwa
Tak tertunaikan hak untuk manusia

Tak hendak memikirkan apa yang kau pikirkan
Untuk apa memikirkan apa yang kau pikirkan
Silahkan kau sibuk menduga tanpa alasan
Karena hari akhir semua bukti akan menjadi jawaban

Kami yang kau katakan terkotak di sarang mafia
Bukankan kau yang menempatkannya
Kau tiada niat untuk memperbaikinya
Kau malah menandaskan lalu menyeringai tertawa
Kebenaran yang tak pernah obyektif dalam melihatnya 

Mari kita sama dan bersama menunggu
Mafia sesungguhnya siapakah itu?

Jumat, 26 Februari 2021

Umpatan Kekesalan

Mereka tertawa
Mereka bertanya
Mereka menjawab
Mereka berkata

Kalian debu!
Kalian binatang ternajis!
Kalian tidak berharga

Mereka dan kalian apa yang sedang terjadi?
Tiadakah respek yang menggayuti?

Rabu, 24 Februari 2021

Titik Akhir Kehidupan

Racun
Jerat yang ditebar terlalu membingungkan
Membuat linglung serta lupa diri
Kekhawatiran menyelimuti badan

Pagar yang menjulang
Gerbang pagar yang terkunci
Seolah menggambarkan tak ingin tersentuh oleh lingkungan

Munafik
Satu kata yang enak untuk diucapkan
Tetapi maknanya yang tak ingin tersalahkan
Bertutur dan berlaku yang tak sesinkron kebaikan

Terjebak hujan
Rintiknya air yang turun tetap membuat basah kuyup
Rasa dinginnya membuat memerah kulit-kulit pada tubuh
Mandi pagipun menjadi suatu hal yang ajaib bila bisa dilakukan

Pertemuan merupakan kabar
Apa kabar sekarang?
Masihkah merindu hingga ke ubun-ubun seperti dahulu?
Atau seiring waktu nama dan wajah telah terbuang bak kacang yang terlepas dari kulitnya

Berlatih mencinta dunia
Mengenali tentang rasa sakit hati
Kelimpungan saat menjawab titik akhir kehidupan di bumi
Semua yang bernyawa mati tanpa terkecuali
Karena senyatanya titik akhir hidup ini ialah kematian

Senin, 15 Februari 2021

Senda Gurau Kakak Beradik

Dengkulmu menjadi otak
Otakmu menjadi dengkul
Lalu keduanya bersatu menjadi satu kesatuan yakni "otak dengkul"

Ide gila macam apa ini yang terlintas di kepala?
Saat merasa paling berjasa
Saat merasa paling peduli
Dan telah memberikan yang mampu diberikan

Apakah semua setimpal dengan apa yang telah orang tua berikan dan korbankan untuk dirimu?
Bersenda kakak, bergurau adik lalu menjadi senda gurau kakak beradik
Pemberian anak sebanyak apapun meskipun nyawa diberikan tak akan sanggup mengganti kebaikan dari orang tua

Semua harta anak, seluruh daging serta darah yang melekat pada anak "sejatinya" milik orang tua
Masihkah terlintas ide gila?
Menghitung-hitung pemberian kepada orang tua?

Sabtu, 13 Februari 2021

Cibiran Tak Pengaruhiku

Mereka tertawa menertawakan
Mereka berbisik saling memperbisikkan
Mengomentari lalu menganggapku setengah waras sebagai satu kepribadiaan
Sadari bukanlah lihai dan ulung sebagai sastrawan

Aku menulis kata-kata
Lalu tersusun untaian kalimat kemudian kubaca
Ini yang kubisa
Bila mereka tak berkenan maka itu urusan mereka

Sedikit egoisku
Karena hanya ingin bernadaku
Respeklah
Maka yang tercetus hanya rasa indah

Percintaan Sang Peranjang

Yang datang akan pergi
Yang pergi belum tentu kembali
Sedalam apapun mencinta perpisahan tak bisa terelakkan

Dalam mencinta walau terlihat kelam pada dunia tetapi
Di mata sang pecinta terlihat benar lagi indah juga menakjubkan

Kecapi!
Hasrati!
Gumuli!
Tubuh serasa mencandu jamahmu

Sudut Pandang Yang Berbeda

Usia beranjak
Telah beranak-pinak
Saat dahulu saling berteriak

Kukatakan pada kakak perempuan "mungkin agama kita yang berbeda"
Dia menyanggahnya
Tidak ada yang berbeda

Tetapi waktu yang menjadi bukti
Cara pikir juga bedanya naluri juga nurani
Alasan-alasan kukuh memegang dunia meskipun terpenjara hati

Dia bersedih saat ibu berkata "sok suci!"
Dia ingin menasehati adik laki-laki
Adik yang berkubang kelamnya birahi

Dia ingin merubah tetapi dia tak mau di ubah
Kerasnya hati hingga membuta pada arah
Pada jalan Tuhan yang indah

Teruntukmu karena pasanganmu hingga "mengeraskan jiwa"mu
Ingin bersama di dunia
Kecapi nikmatnya surga dunia

Keyakinan yang sama hanya sudut pandang yang berbeda
Memahami bahwa pengaruh pasangan, kegetiran juga usia merubah watak jiwa
Tak menyesali mengutuki karena kelak akan dikumpulkan dengan pilihannya

Jumat, 12 Februari 2021

Paku Bumi

Menancap
Perih bergerigi
Meneteskan airmata
Nyeri menggenang menyesak di dada
Semesta tergesa meminta
Melepaskan yang belum sempat termiliki

Berlari
Tetapi terus coba menghibur diri
Ini bukan pelarian
Karena sedang tak mau tercengkram monster nurani
Saat manusia-manusia telah berlaku baik
Maka iblis menelusupi nurani-nurani hingga tercetus "merasa yang berkebaikan secara berTuhan"

Pohonpun tumbang
Angin yang berkecamuk
Curah hujan deras tak terbendung
Kediaman ini bukan berarti ciutnya nyali
Rasa diam ini bukan berarti buta
Lambat ataupun cepat
Setiap kebusukan serta tipu daya licik yang tersirat pada jiwa akan terkuak
Bersabarlah, jiwa-jiwa yang teraniaya!

Angin puting beliung
Cukup, hentikan bila tak cinta!
Cukup, hentikan bila petualangan rasamu sekedar dusta!
Memperalat segala peka karena dirimu teramat membutuh
Kau tak peduli tentang kecintaan ini
Kau tak sekalipun berniat untuk saling menjamah kerinduan ini
Kau terjahat!
Kau terkejam
Porak-porandalah segala rasa karena tak berbalas

Jumat, 05 Februari 2021

Menghilang Setelah Bercinta

Aku lelah
Aku kalah
Aku menyerah
Pada cintamu yang membuatku nyeri tak berdarah

Menyerah saja, bumi!
Membuatmu untuk mengerti
Kamu seperti mimpi
Terasa nyata tetapi tak kunjung menghasrati

Mereka tak pernah bilang akan menyakiti
Merekapun tak pernah bilang akan melupakan lalu melukai
Tertawa bersama, berbagi kisah kehidupan kemudian bertopeng peduli
Percaya atas semua laku mereka karena selalu berprasangka baik yang terdidik pada diri

Menyelingkuhi
Menggunting dalam lipatan lalu acuhi
Penjahat yang tak mau dilabeli penjahat
Tersesat pada dunia tapi tak mau terlihat sasar, tolol dan tersesat

Miskin lalu diam
Terkadang menahan lapar hingga bermuka masam
Mereka kaya lalu berbuat sewenang-wenang
Bak anak dewa yang turun dari kahyangan

Dia menghilang setelah mengecapi rasa
Hasratku mungkin tak menggenapi kenikmatan yang membuncah pada jiwa
Lenyapku pada pertemuan setelah penantian dan kini sendiri menanti kembali
Aku kesulitan untuk menjumpaimu lagi

Selasa, 02 Februari 2021

Entahlah, Dengan Cintamu!

Sayang kamu
Entah dengan kamu!
Cinta kamu
Entah dengan kamu!

Tolong, beri petandamu
Bahwa kau inginkanku
Bahwa kau inginkan pelukanku
Bahwa kau inginkan ciumanku

Sejak lama mengikutimu
Walaupun dari kejauhanku
Tak berani menyapamu
Khawatir buat kecewamu

Hasrat berjumpa sesegera mungkin
Saat rindu masih menaungi batin
Pada malam yang dingin
Saling melengkapi hingga mewujud satu ingin

Ditolak
Serasa tersedak
Cintakupun terserak
Rindupun berkerak

Semangat, sayang!
Dirimu yang buat melayang
Diriku mabuk kepayang
Semangatku buatmu dalam lipatan rasa malang