Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Jumat, 19 Oktober 2018

Segera Bilang

Lagi sayang
Terlalu kepalang
Mabuk kepayang
Dirimu maukah kusayang?

Dan pada dunia tak usah bilang
Khawatir cinta ini kembali pergi dan menghilang
Berikan satu tanda sayang
Darimu untuk segera bilang

Karena telah lelah menatap bintang

Kau Datang Pergi

Hei, kau ini siapa?
Datang sesukanya
Pergi sesukanya
Kau tak pernah sekalipun bertanya

Semua
Gejolak rasa
Yang berkecamuk dalam jiwa
Saat datangmu tiba-tiba
Saat pergimu pun tiba-tiba
Kini aku terluka
Tak seperti dahulu perasaan yang ada

Muak sekali dalam jiwa
Kekesalan melihat tabiatmu seperti sedang bercanda

Ketahuilah, kau tak berhak buatku tak berdaya
Kelemahan saat kau ada
Kepurukan saat kau tiada
Kau bak empedu yang tertanam pada jiwa
Aku membenci berbisik pada dada
Tak bisa terucap menjadi kata
Karena menghasratimu terkadang menggila

Hanya soal waktumu yang sungguh tak kusuka
Kau yang datang dan pergi semaunya

Telanjang Sendiri

Terlentang
Sendiri dalam ruang
Dalam atap tak kuasa menatap gemintang
Bertelanjang
Musik mengalun lalu berdendang
Tak nampak selendang
Malam ini hanya ingin mabuk kepayang
Dalam lenguhan sendiri seorang
Hanya satu bayang
Tak membayar para dayang

Mereka seperti tiang
Berdiri menatap diri hingga terluka menyerang
Padahal sedang masyhuk saja seorang
Badan sendiri bertelanjang
Mereka jengah berjinjit menguping yang mengerang

Mereka penjahat sesungguhya yang bertelanjang
Menutupi badan tapi hati busuknya bertelanjang

Imajinasi Tamasya

Sempat sesaat penuh harapan
Berkhayal dirimu mengetuk pintu rumah
Lalu mengajak tamasya bersama keluargamu
Duduk di mobil bangku paling belakang
Saling menautkan jemari kita berdua
Bercanda bersamamu selama perjalanan
Kita tak berjarak sesentipun
Sentuhan-sentuhan kulit kita bak aliran setrum

Tertawa dan saling merasakan kenyamanan saat saling bersentuhan

Berpelukan dalam sebuah ruang
Silih melepaskan hasrat yang selama ini terpendam
Tamasya yang tak pernah usai
Walau kau tidur di rumahmu dan aku tertidur di rumahku

Menari sekelebat khayalan itu

Tamasya bersamamu hanya sebuah khayalan

Erangan Binatang

Saatku melihat pepohonan nan rindang
Teringat dahulu kita berdua pernah berdendang
Sembunyi dan bertelanjang
Mengerang
Bak sepasang
Bak binatang

Melihatku wajah seorang anak
Parasnya membuat muak
Sisi depan membuat konak
Sisi belakang ingin membenrontak
Duduk bersila serasa tak enak
Nurani terus bicara tersimak

Kekesalan menumpuk
Serasa menonjol seperti dua punuk
Keringat tak habis tersapu handuk
Amarah telah mencapai pucuk
Aku terpuruk
Hasrat birahi terseruduk

Dustaku Bukan Dustamu

Mengapa ada pertemuan bila menganga rasa luka?
Perih sekali semua tentang cinta
Tak bisa sampai kapanpun bunuhi rasa
Tersandung begitu tergesa
Seolah kegerahan menjalar raga

Telah kubicara
Sambil bertelanjang dada
Sambil lirih bersuara
Bahwa aku teramat mencinta

Kutak berdusta
Sedangkan kau bermain dalam kata
Terus-menerus memberikan harapan juga asa
Paras indah wajahmu betapa

Jangan lagi berdusta
Tentang ketelanjangan tanpa busana
Dalam sebuah kata

Dustaku ingin kau TAK ADA
Dustamu seolah ADA CINTA

Dustaku bukan dustamu ternyata

Bersuara
Rindu suara
Bertatap muka
Hanya kita berdua
Dalam gelap cuaca
Dalam dingin malam yang ada

Untukmu semua raga
Apakah rindumu masih ada?
Atau semua darimu sebuah dusta?

Karena dustaku bukan dustamu tentang rasa cinta kita

Izinkan Melihat Gambarmu

Maafkan bila mengganggu
Tak pernah menyangka terjadi seperti itu
Sekat yang membentang telah membatu
Kerasnya hatimu
Hingga sekejap pergi menjauhiku

Bagaimana denganku?
Dimana lagi akan kutemui gambarmu?

Jangan pergi dirimu!
Terlanjur menyangkutkan sebongkahku
Betapa besarnya cintaku
Dan kau yang membisu

Aku terima diam membisumu
Tapi jangan kau tutup pintu
Biarkan aku menatap wajahmu

Tanpa cintamu
Menerimaku
Izinkan gambaranmu kulihat selalu

Mendalam Mencinta

Begitulah cinta
Selalu saja miliki cerita
Ada rindu mendalam saat berjauhan
Tetapi saat dekat hanya kerenggangan
Enggan bertemu
Masih menggumpal kesal dalam kalbu
Senyatanya diri ini belum berdamai
Biarkan waktu yang menyembuhkan semoga bukan andai-andai

Tak pernah merasa kesepian
Selalu berusaha berkeTuhanan
Jiwa yang masih bergelantungan pada manusia
Seharusnya hanya bergantung pada Tuhan saja

Mencari kebahagiaan di bumi
Padahal bahagia itu ada pada diri
Karena tak bisa melihat
Semua rasa diri nan jahat

Rindu padanya
Saat ini hanya dalam doa

Diantara Jawaban Cintamu

Lalu jika aku cinta kamu tapi kamu tak cinta aku, bagaimana?
Akankah kau bungkam rasaku?
Akankah kau ratakan rasaku dengan mobil perata besarmu?
Akankah kau bunuh diriku agar lenyap rasaku?

Satu jawaban yang pasti
Hakmu untuk mencintai atau tidak mencintai
Dan hakku pula untuk mencintaimu
Jangan pernah lagi pergi bahkan berlari menjauh

Ketahuilah, aku bisa menerima jawaban tidak cintai dari bibirmu
Tak usah kau diamkan aku seperti mayat
Aku manusia berhati bukan binatang
Hormati rasa cintaku padamu
Kuhormati apapun bentuk jawaban atas nampan kecintaanku padamu

Satu Kata

Entar ganggu
Jadi nunggu
Mungkin sedikit malu
Untuk mengaku
Akhirnya diam terpaku
Membisu
Serta menunggu
Sebenarnya aku?

Gak tahu apa
Serba tak pasti di jiwa
Usah di bawa
Biarlah menjadi rahasia
Tak mau menjadi hampa
Tak mau lagi tiada
Suatu hari mungkin ada

Satu kata

Julalit Hate

Hey, nepangkeun!

Abdi si Yudas
Oray sirahna dua
Ngan mun nyanghareupan nu sejen
Sirah ieu tiasa janten leuwih loba
Kumaha weuh carana ameh salamet nyalira
Teu paduli anu sejenna

Seuri nutupan kateu beululanana
Api-api kagawean sagala pangabisa
Nyatana ngaririweuh sagala daya

Julalit hate
Hate nu semplak

Hate nu sabentesna julit

Jangan Bimbang

Ada apa denganmu?
Adakah yang mengganggu?

Terlalu
Ingin melihatmu
Melangkah lebih maju
Ambil semua pengalaman itu

Maafkan, bila telihat memaksaku
Adakah yang membuat tak nyamanmu?
Untuk mengambil setiap senti aktifitas di lain duniamu?

Jangan ragu
Yakinlah pada potensimu
Lihatlah wajah indahmu

Didepan cermin kamarmu
Kau miliki kelebihan itu
Buatlah nyaman bagi dirimu
Kecapi semua kehidupan dalam liku-liku
Suatu hari akan tersenyummu

Nikmati pengalamanmu
Ambillah yang menjadi lenteramu

Pesonamu

Terpesona oleh sebuah pesona
Dapatkah sekali saja berjumpa?
Tetapi sudahlah sadar perasaan ini sementara
Karena semakin waktu lama bicara
Sesuatu mencuat dalam rasa
Dan tetaplah seperti ini saja
Buang semua ingin juga rasa
Dalam bingkai doa
Mungkin sebagai pelampiasan sebuah cinta

Tetaplah hidup sempurna
Indahlah hidupmu dalam tawa
Bahagia
Itu saja
Sejumput doa

Dan enyahlah buih rasa
Karena kau terlalu mempesona

Bukan Dia Yang Cintaimu

Aku yang mencintaimu bukan dia
Aku yang selalu mencuri pandangan saat dirimu tak menyadarinya
Aku yang senantiasa memperhatikan dirimu walau dari kejauhan

Namun entahlah
Setan apa yang hasutimu
Dirimu lebih percaya dia yang cintaimu

Remuk redam seperti perasaan Chairil Anwar dalam puisinya

Setiap menjelang tengah malam untukmu ada doa

Apalagi yang harus kubuktikan

Mendekatlah, akan kubuat kamu menggeliat penuh rasa kenikmatan

Bukan dia yang cintaimu
tapi aku

Hidup Untuk Cintamu

Namamu samar kuingat
Wajahmu menjiplak di dada
Begitupun rasa cinta
Walau nama kelu di lidah
Tetapi cinta dan parasmu mengeras pada sukma
Adakah hal yang sama kau rasakan?
Ataukah kau benar-benar telah membuang semua kisah?

Hidupku tak tahu arah
Kepergianmu membuatku lemah

Iya, aku kalah
Mengejarmu sangat payah

Dirimu yang tak kunjung katakan cinta

Hidupku tapi tak hidup

Sebatas Keinginan

Ingin mengatakan cinta
Ingin mengatakan sayang
Ingin mengatakan rindu
Tapi pada siapa?

Sebuah rahasia langit yang tak dapat kuintip
Seolah pintu-pintu tertutup rapat
Jendela-jendela enggan terbuka

Membasuh tubuh pada aliran air zam-zam
Dedosa diri yang selaksa menjerat
Bebayang hitam yang menjelma menjadi hitam raksasa
Sebegitu ketakutan memandang dedosa

Kamu, siapapun kamu
Kamu, dimanapun kamu

Sebuah pengharapan mencinta padamu
Sebuah pengharapan balasan cinta darimu

Rahasia langit yang tak mau lagi sekedar sebatas keinginan

Menjemputmu turun dari langit

Aku yang sedang melarung dedosa

2 September

Ini yang kedua kalinya
Kabar ini membuatku bahagia

2 September 2018 menikahmu
Walau tersentak tapi sisi hati sangat bahagia

Dahulu kau pamit saat tak lagi bertemu
Pamitmu dulu membuat sesak juga nyeri
Hidupku seolah pupus
Tapi inilah kehidupan
Terus bergerak tak peduli keadaan diri

2 September melihatmu menikah
Dan aku tak bisa apa-apa
Tiada rasa kesal juga benci seperti saat kau pamit dahulu
Karena hidup harus terus berlanjut
Apapun mau diri kehidupan ini akan terus berjalan

Bahagialah!
Bersamamu dahulu sekedar kenangan

Setiap manusia miliki masa lalu
Jangan tanyakan hatiku tentang dirimu lagi
Tak akan pernah berubah hatiku
Tapi tak hendak memaksakan

Bahagialah dalam perjalanan hidupmu kini

Kamis, 18 Oktober 2018

Beri Aku Cinta

Puisiku tak indah
Puisiku hanya sampah
Maknanya mungkin tak miliki faedah
Kata yang kurangkai hanya cinta tak tergapai galah

Aku yang telah kalah
Mencintaimu tak kenal lelah
Tetapi dirimu membuatku menyerah
Dirimu tak cintaiku dan jiwaku nyeri teramat parah

Harus bagaimana lagi?
Buatmu mencintai
Aku memujai
Aku mendambai

Jamahlah Rinduku

Aku terlalu takut padamu
Aku yang takut jatuh cinta padamu
Dirimu
Iya, dirimu yang membuat tak karuan diriku

Ingin memelukmu
Ingin mengecupmu
Tapi sadar tak mungkin bersatu
Berikan ruang sedikit bagiku

Dalam tempat tersembunyimu
Dalam ruang mihrab hatimu
Izinkan menggapai hasratmu
Akan kubuat bahagia dirimu

Balaslah cintaku
Aku yang ketakutan padamu
Kehilanganmu
Akan hancur hidupku

Berpijaklah Pada Jalan Tuhan

Sungguh takut kehilangan
Saat kau pergi dari urusan keduniaan
Menangis seolah tak pernah terhabiskan
Sesaat lupa bahwa di dunia tiada keabadian

Satu-persatu punah dan
Penyesalan
Semua kesedihan
Akan sangat keterlaluan
Bilamana di dunia memilih langkah setan

Sangat percaya ada hidup setelah kematian
Tak ada sesuatu hal yang kecil dalam sebuah pilihan
Setiap hal kecil kelak akan dipertanggung jawabkan
Saat berhadapan
Bertatap muka dengan Tuhan
Tak akan mampu bermuslihat berucap kebohongan

Omong kosong bekerja bila tak menyebut Tuhan
Sang Esa hanya dianggap lelucon dan permainan

Bukalah kitab Tuhan
Terfirman
"Jauhilah manusia-manusia yang jadikan agama senda-gurau bahan lawakan"

Telah kehilangan
Sosok itu sebagai pengayom badan
Takdir tak peduli pada rasa kesiapan
Tiba-tiba datangnya kematian

Berpijaklah pada jalan Tuhan
Agar airmata ini cepat terselesaikan
Melepaskan
Dan sungguh akan
Menyusul dan alami kematian

Kepergian
Tak ada kata kepagian
Bila sudah waktunya kematian
Lalu meninggalkan

Sadar pada badan
Untaian
Panjatkan
Penuh dedoa kebaikan
teruntuk kesayangan
Dan sungguh badan inipun akan meregang tak bersenyawaan

Dan
Mencoba teguh berTuhan

Ingin Satu Cintamu

Kau bilang cinta
Tapi sekejap pergi begitu saja
Tak berlogika
Walaupub memiliki indahnya mata
Nuranimu telah buta

Cintamu padaku hanya sebatas canda
Tak pernah serius dalam tulis dan kata
Pupus sudah harapan berpeluk saat kelak bersua
Mungkin bersamaku kau tak bahagia
Aku sungguh tak berhak memaksa

Sejuknya udara pagi tak lagi terasa
Seolah selalu panas yang mendera
Tanpamu kehidupanku bak tak berharga
Hanya ingin satu pelukan saja
Hanya ingin satu ciuman saja

Cinta yang mencacah jiwa
Inginkan dirimu selalu ada
Bukan satu kebersamaan tapi selamanya
Mendengarkah sang tercinta?
Di pojok ruang menunggumu tiba

Bahagia Dalam Tidurmu

Aku mencintaimu teramat sangat
Lalu secepatnya kau tuliskan kata tidak

Berapa harga cintamu?
Berapa harus kubayar?
Katamu "uang bukan segalanya"

Aku tak bicarakan uang
Aku bicarakan pembayaran

Cukupkah sentuhan?
Cukupkah sedikit gerakan?
Cukupkah kecupan?

Menggeliat bebas saling memuaskan
Menikam setiap hasrat dengan lenguhan di setiap belaian

Ranjang yang bergoyang
Keringat yang menetes pelan

Peraduan dalam rasa
Aku yang mencinta dan tak peduli jika kau tidak

Aku akan membuat bahagia saat kau berbaring

Terhalang Tirai

Terlalu buta mencintai dalam ruang gelap
Terlalu sesak bernafas merindu di ruang yang pengap
Butanya mencintaimu membuat lupa
Menggigilnya jiwa yang senantiasa berpikir rasa

Maaf, atas mencintaku padamu
Tak usah terus berpura-pura kau mencintaiku
Membuat perih atas sikap tak jelasmu
Kumenanti kata cinta darimu

Sadari cinta ini tak akan berujung
Tapi bolehkah sedikit cicipi pipimu yang berlesung?
Tuhan memastikan rasa kasih sayang tak layak
Iman kita yang terkoyak

Batinku meronta
Inginkan memelukmu kecupi setiap raga
Dalam kebutaan cinta aku tak berhenti
Izinkan bercinta denganmu walau hanya sekali

Tuhan tak berestu
Aku tak berdaya
Cintaku padamu
Menciut walau ingin teramat tak jera

Cinta Beda Sajadah

Maaf, atas rasa ini
Nikmatnya hanya sementara
Membenci
Karena terus-menerus memujanya

Ada yang tak peduli
Walau setiap hari menunggu bercinta
Melemah seluruh panca indrawi
Terbujur lemas atas sikap dinginnya

Hidup tak hidup
Mengukung diri yang tak dibalasnya
Memanggil lirih namanya hingga ke satu huruf
Tuhan, berikan kekuatan bersama atau tidak untuk bersamanya

Masih Terjagaku

Melihat jam dinding
Malam semakin mengalunkan suara gending
Hampir jam 12 malam yang hening
Mata enggan terpejam walau kepala terasa pening
Memikirkan hal yang terasa begitu teramat penting
Padahal hal itu seperti bau pesing
Suatu hal yang harus dibuang bak seonggok kaca beling

Kian sunyi tiada suara seruling
Semuanya diam tertidur pada sekeliling
Airmata telah kering
Malam ini terjagaku walau sedang tak bersiskamling
Karena sesuatu itu membuat mata terbelalak nyaring

Ingin membenci semua hal yang berdering
Tak bisa menjaring

Tidurlah, lalu mengalahlah duhai yang berotak paling eling!

Aku Masih Cintaimu

Katakan, harus bagaimana aku tanpamu?

Merinduku padamu
Tapi kau tak merindu

Ingin bertemuku
Tapi kau enggan bertemu

Tak pernah pupus rasa cintaku
Pergiku dan berharap kau mengejarku

Tapi sudahlah hanya sekedar harapanku

Padahal telah menyiapkan semuaku
Kesiapan segalaku
Walau sambil berdegupku

Tapi sikapmu itu
Sikap yang kembali mebuat ragu
Dan ini rasa pertamaku
Walau tak pernah tahu
Apakah ini juga pertama bagimu?

Terbaca dari gerakanmu
Mungkin ini bukan yang pertama bagimu
Karena seolah kau ingin menepiskan rasaku

Tapi ketahuilah olehmu
Aku masih cintaimu

Bila kelak kita bertemu
Aku akan bahagiakanmu

Hadirmu Tak Hadir

Menyakitkan
Saat lampu hijaumu dinyalakan
Tapi tak kunjung bicarakan

Melihatmu dalam berbagi perasaan
Ternyata ada orang lain mencantumkan
Kau telah bersama yang lain saling bersentuhan
Dan itu menyakitkan

Bicarapun tak kunjung terbalaskan
Bertemupun hanya angan-angan
Tak juga ada perjumpaan

Hadirmu saat ini tak hadir dalam sebongkah perasaan

Belum miliki kendaraan
Hingga kita tak lagi saling membicarakan

Harapan
Kepalsuan yang terberikan

Ada tertahan tangisan
Bila kini kau berkalung kebahagiaan

Aku pergi dengan cinta yang telah terkalahkan

Sebatas Ingin

Ingin pergi
Tapi masih mencintai

Ingin pergi
Tapi masih merindui

Ingin pergi
Tapi masih menyayangi

Nyeri
Sakit di hati

Mengasihi tapi jadi begini
Tak dihargai
Tak dibalasi
Haruskah pergi?

Karena perih tak juga ditemui

Aku akan pergi suatu hari nanti
Bila cintaku olehmu tak kunjung disukai

Jawaban Iyaku

Cemburukah?
Iya

Inginkah?
Iya

Saat kau memilihnya kucemburu
Iya

Saat kuberharap kau mencintaiku
Iya

Tak Pekamu

Tak kunjung mengerti
Semua tulisan ini
Semua obrolan hati
Tak jua peka diri
Aku yang mencintai
Aku yang menyayangi
Aku yang merindui

Dirimu yang masih berjiwa mati
Tak juga mengerti
Tak mempekai
Aku yang membuncahi
Ingin bercinta juga rasai
Dalam bincang kuingin kau lekas mengerti

Malam Mengandaimu

Ingin bersamamu
Dalam resah malam ini
Dirimu yang telah membuat jiwa pincang
Tertatih berjalan pada sebuah rasa
Penuh perasaanku tapi malammu tak memelukku

Berbaringlah
Akan kubuat dirimu terbang penuh kenikmatan
Rasakan saja semua geloraku di atas alas yang membentang
Dengan atau tanpa kau mencintaiku
Cukup rasakan saja hasrat cintaku padamu

Dan semuanya andai kau datang di malam ini

Tak Dicintaimu

Saat kau tulis rangkaian kalimat
"kau dan dia teramat dekat"
Membacanya duniaku seolah kiamat

Sungguh tak mau ganggu
Bila dia telah menjadi cintamu
Tak layak merebut bahagiamu

Kusadari
Aku penuh tak sempurna diri
Tapi selalu cintaimu itu yang pasti

Jangan kau larang cintaku padamu
Walau tak kunjung berbalas darimu
Bahagialah dengannya itu doaku

Aku yang akan selalu merindu dan mencinta

Cintaimu

Tahukah, aku cintaimu
Tahukah, aku sayangimu
Tahukah, aku ingin memelukmu
Tahukah, sepanjang hari merindu saat untuk berjumpa

Ini bukan jurus rayuan kegombalan

Aku teramat menyukaimu
Inginkan berbagi rasa denganmu
Dalam dunia dan tak usah ada yang tahu
Cinta kita kuingin kita saja yang tahu

Dalam resah menanti
Dalam debar ingin menjumpai
Pelukan juga saling kecupi
Aku cintai

Maukah kau menjadi yang kucintai?

Lemah Tanpa Ciptaan-Mu

Aku melemah tanpamu
Berjalan serasa gontai
Berdiri seolah lunglai
Merangkakpun tak sanggup lagi
Keacuhanmu membuatku tak berdaya

Kuakui terlalu berharap padamu
Kuakui menepikan pengharapan pada Pemilikmu

Aku terlalu cintaimu
Saat kau tak peduli maka kehidupanku luluh lantah

Mengaitkan sayang begitu keterlaluan padamu
Hingga Tuhanpun menjadi anak tiri

Aku lemah tanpamu

Maafkan aku, Tuhan
Terlalu mencintai ciptaan-Mu

Kamis, 04 Oktober 2018

Mendalam Merindu

Bila malam tanpa dingin maka tak eksotis
Bila pagi tanpa kesyahduan maka telah hilang makna
Bila siang tak benderang maka tak layak menunggu bintang

Merindukan disini
Terlanjur telah tambatkan sayang
Terlalu dalam berbincang hingga cinta menjuntai

Mungkin kau menganggap suatu hal biasa
Mungkin kau telah biasa disayangi
Bagiku melihat potretmu saja hati telah tertawan

Sejak kau tak bicara lagi
Aku rapuh

Pertemuan yang digadang-gadangpun tergadaikan

Jangan pernah pergi
Diriku mendalam merindu

Bertemupun belum tapi sayangku telah memanggang

Adakah segenggam rasa cintamu untukku?

Ingin bertemu segera lalu mematuki percintaan