Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 15 Oktober 2022

Maknai Kematiannya

Bercerita kepada bintang
Ceritakan saja semua keluh kesah
Menggurat resah kehidupan yang serasa tak memihak
Menyalahkan dunia atas segala kondisi yang menimpa
Nyeri juga perih berjibaku sesak pada dada

Lantas pernahkah berkaca dan bercermin pada nurani?
Terus saja merasa paling tersakiti
Saat kebaikan tak berbalas kebaikan
Saat keindahan tak berbalas kemudahan

Letih melanda
Lelah tak berdaya
Sisi-sisi emosional gerogoti sela-sela
Ingin berkata tapi tak kuasa

Apa yang salah dengan jiwa?
Merasa paling bersih dari dedosa
Inginku menangis tak bersuara
Kenangan itu melekat kuat di dada

Mengenalmu tak lama
Kedekatan denganmu tak lama
Tapi mengapa kematianmu begitu cepat?
Sungguh Tuhan tak hendak kugugat

Kegugupan melanda
Sesaat tak tahu harus bagaimana
Emosi yang berserakan
Ingin berteriak akan tetapi sesak oleh kesedihan

Pahami kematian pasti datangnya
Begitu banyak tetapi terbaca memberat juga tak rela
Ada airmata yang coba kutahan
Mata yang sembab atasmu oleh kematian

Waktu tak akan mampu sembuhkan
Ini tentang sebuah kehilangan
Bukan keluarga hanya wafatnya seorang teman
Rasa ini begitu kuat karenanya memberi warna pada kesetiaan juga kemanusiaan

(Untuk Kang Sudjatmoko, aku sayang kamu, mas!)

(Rip for him on Friday, October 14th. 2022)

Sabtu, 10 September 2022

Tak Hendak Membuktikan

Mencintai orang yang tak tepat
Menyayangi tapi tak disayangi
Rasa yang memang tak harus dipaksakan
Akan tetapi saat cinta tak berbalas lukanya menohok jiwa

Tak hendak mengejar kesuksesan orang lain
Setiap manusia memiliki pencapaiannya sendiri-sendiri
Tak iri hati atas kedigdayaan tetangga, saudara ataupun teman serta karib
Setiap manusia punya jalan cerita kehidupannya sendiri

Dahulu nyeri bercampur marah atas kisah cintanya karena bersinggungan meskipun sedikit dengan cerita hidupku
Sikap yang diambil memperlihatkan betapa jelas karakter juga watak seseorang
Berbeda pilihan atas pilihan kehidupan dan bukan pemaksaan pilihan pribadi karena pilihanmu bukan jalan Tuhan

Selasa, 09 Agustus 2022

Bergembiralah Para Pembeda

Berjalan dengan kesedihan
Bernafas dengan airmata
Sejenak merebahkan badan
Pada malam terhuyung satu impian
Bermimpi tentang dirimu tak hendak kuceritakan
Biar kunikmati rasa mimpi itu sendirian

Tak hendak menjadi pemenang pada dunia
Tak hendak membuktikan apapun untuk para haus jiwa-jiwa
Akan kubiarkan para wayang dunia terus bersandiwara 
Urusanku telah selesai saat para wayang memilih pilihannya
Inilah aku dan pilihanku dengan rasa bangga
Toleransi juga respek telah menjadi hal yang utama

Bergulirlah cinta!
Aku tak seberani itu untuk ungkapkan kata
Aku tahu kini kau dikelilingi para pemikat jiwa
Aku telah asing bagimu dan bagiku asing untuk mereka para pemikat jiwa
Dirimu tak asing dengan para pemikat jiwa
Aku masih membentuk untukmu pada kisah cinta yang sama

Aku yang kau lupakan!
Karena aku yang membawa perbedaan

(inspirasi dari film "That's I am")

Minggu, 31 Juli 2022

Cintaku Tak Pantasimu

Menghardik!
Menikam!
Berdusta setujui lalu main belakang
Keterlaluan!

Kemunafikan dipertontonkan
Sedang adidaya penuh kuasa

Seharusnya tidak begitu
Kala kekuasaan membelit kemudian bertindak membalut kekuasaan dengan beragam peraturan yang memihak
Manusia-manusia lemah saat teraniaya tapi menjadi beringas serta buas saat berada pada tampuk kuasa

Mencintaiku padanya
Tetapi tak seharusnya begini dalam mencinta
Serpihan-serpihan terus dikoarkan menjadi dusta lalu luka
Janji yang terucap sekedar bualan semata

Cerita kita dahulu nyata
Berdua
Meski kau pergi tiba-tiba
Kini berjumpa, kau tampilkan yang lain dalam rasa

Tabunya cinta kita
Tuhan membatasi rasa
Tapi tak bergantiku untuk rasa
Adakah sedikit darimu untukku tentang rindu serta cinta?

Indahnya awan di langit
Apakah langit yang sama antara aku yang menatap awan di sini dengan dirimu yang menatap awan di sana?
Bila sama maka tolonglah langit, sampaikan padanya jika aku merindukannya terlalu banyak

Hari-hari yang kulalui masih terngiang kebersamaan dengannya
Tapi ternyata dirinya yang tak prematur dalam kisah cinta
Dan aku saja yang amatir untuk kisah ini

Menyakitkan!

Saat kematian seperti urat nadi pada leher
Lantas masihkah lantas bersikap aniaya pada dunia
Sembari berkacak pinggang arogan tinggi hati penuh angkuh rasa kesombongan di jiwa?

Katakan!
Mampukah menyuap Ijoil untuk menunda kematian? 
Sombong yang teramat tak pantas saat kematianpun tak bisa dielakkan.

Aku mencintaimu tapi entahlah!
Aku mendambamu setiap hari tapi entahlah!
Entahlah, kamu menghilang saat aku merasakan getaran indah

Maaf, jika cintaku membuatmu muak kemudian pergi

Senin, 27 Juni 2022

Menantu Seperti Tukang Bakso

Jika ingin menangis maka berurailah air mata
Tak usah ditahan derainya
Aku cemburu melihatmu bersamanya
Berboncengan sepeda motor lalu terpotret seolah tersengaja

Dirimu memamerkan rasa bahagia
Dirimu tak mengetahui aku merana
Aku yang sederhana
Kalah dengan kehidupanmu nan glamor serta istimewa

Tak adakah sedikit terpendam kisah lalu denganku?
Ataukah memang ingin kau kubur cerita rasa sedemikian itu?
Sungguh tak bisa ikuti gaya hidupmu
Karena watak ini teramat berbeda denganmu

Hatimu kutahu baik sekali
Tak berubah kebaikanmu sama sekali
Tetapi jaman bergerak dan berganti
Aku yang tak selaras denganmu kini

Gayaku yang apa adanya 
Makanku bakso di tepi jalan hal biasa
Gayamu retro mempesona
Aku tersisih dari daftar menantu karena jajananku sekedar bakso saja

Kamis, 23 Juni 2022

Sikapmu Menyakitiku

Ach, terlupa kata
Padahal sesaat tadi mengingat rasa

Hempas!
Deras!
Keras!

Begitulah sikapmu saat kumengejar dirimu di sana
Dirimu yang menganggapkupun tak ada
Abnormalnya rasaku untukmu dalam mencinta

Aku harus bagaimana?
Melupakan bahkan meninggalkanmupun ku tak kuasa
Seolah melayang meski berjalan sejurus kosong meski berucap menyapa

Anjing!
Aku terkaing
Aku terbanting

Mencintaimu tetapi kau mempermainkan perasaan
Kau tarik ulur rasa juga hasrat percintaan
Jahanam, aku tercabik pada sekelumit penderitaan

Sabtu, 18 Juni 2022

Kami Monyet Bagi Kalian

Mereka bilang kami monyet liar
Mereka anggap bicara kami kaum yang barbar
Padahal mereka sendiri yang arogan juga sangar 
Saat bicara beri petuah di anggap membenci dan menanti jeruji terpapar

Ide-ide gila mereka untuk sembunyikan sesuatu yang ada untuk disembunyikan
Entahlah, kami yang mereka anggap sekawanan monyet liar dibungkam tak disuarakan
Biadab sekali yang kalian perbuat dalam peraturan
Lalu sebenarnya yang berpikiran dangkal bak binatang itu kami "para monyet" atau kalian?

Rabu, 15 Juni 2022

Merengkuh Gunung


Bisakah aku mencintaimu?
Merengkuh lalu memelukmu?
Memagut indah katup dua bibirmu!
Kugerayangi seluruh bagian indah tubuhmu!

Acuhmu!
Ketidakpedulian mu!
Aku harus bagaimana padamu?
Bermilyar rasa inginkanmu!
Tetapi tak jua kau membalas hasratku!


Selasa, 03 Mei 2022

"Gimmick" Kebaikan

Terus-menerus memakai topeng
Ingin selalu di agung-agungkan
Arogansi, egoisme mengejawantah pada jiwa
Lacurnya masih saja memaksakan kesesatan agar bisa termaklumi
Sudah hilang muka
Sudah tebal muka
Berucap bak semua perilaku busuknya terbenarkan

Jangan menyebut nama Tuhan untuk menutupi perilaku amoral sedikit asusila

Sebuah ekspektasi semalam saat bertemu
Kukira akan menjadi
Ternyata Semalam tak terjadi
Tergesa-gesamu

Ingin berdua
Kemudian berpegangan dan diam dalam rasa
Ditolaknya hasrat
Dia yang tak berminat

Penipu
Mengadu
Bersembunyi
Lihai memanipulasi

Membuai angan
Menghipnotisku pada sebuah kerinduan
Aku penuh pengharapan
Dirinya tak memperdulikan

Ba bi Bu
Dia yang membatu
Aku yang membiru
Tak selaras pada rasa juga rindu

Gimmick kebaikan sedang dimainkan

Berpura baik padahal tak baik
Berpura acuh padahal merindu teramat sangat

Iblis-iblis sedang mengadu muslihat!

Jumat, 15 April 2022

Tak Mauku Di Lupakan

Kukira kamu sendirian
Ternyata aku yang kesepian
Kukira kamu tak berkawan
Ternyata aku yang banyak kehilangan

Tiadakah bagimu sejumput kerinduan?
Tiadakah dirimu padaku suatu perjumpaan?
Meski batinku meronta-ronta saat kita berdua berpapasan
Rasa juga sayangku yang sedemikian rupa coba kutahan

Tak adakah sedikit saja darimu, untukku sedikit percintaan?
Sejujurnya ingin mengecupi lalu sentuhi layaknya seperti dulu dalam keheningan
Tetapi sekarang tak kunjung sinyal darimu yang kudapatkan
Aku yang kini dianggap tak penting juga masa lalu dan ditinggalkan

Aku, bagimu hanyalah kisah rasa berupa kenangan

Selaksa

Sampaikan beberapa titik bahwa aku merindunya
Ingin menulis sair lagi tetapi buntu jalan pada dada
Berserakan kecambah-kecambah kata
Namun, ach. Entah, menulispun tak kuasa

Tetaplah sederhana
Agar senantiasa berjiwa peka
Tetaplah "membumi"
Agar senantiasa tak tinggi hati

Rabu, 23 Februari 2022

Sepotong Frasa Kematian

Merasa dan hanya sekedar merasa
Bahwa hidup di dunia akan selamanya

Hingga sering melupa
Kematian yang pasti datangnya dengan tiba-tiba

Ajal tanpa permisi juga tanpa menyapa
Lalu masih patutkah bertindak angkuh juga semena-mena?

Dengan mati saja tak kuasa untuk menghindarinya

Abai
Seperti gadis kecil yang kutemui di sisi jalan pekuburan
Tak sudi berdialog tentang kematian
Ketakutan pada ruang sempit di tanah serta jasad yang di makan cacing juga belatung

Mau ataupun tak mau, siap ataupun tak siap kematian pasti datangnya
Berlari karena terlena pada "kebohongan" gemerlap dunia yang teramat manis
Ketakutan pada kenyataan kematian sebuah kebenaran yang pahit

Wahn melanda
Yakni cinta dunia dan takut mati