Hanya segitu lezatnya
Tapi seolah candu
Nikmatnya sebentar saja
Tapi senantiasa ingin memadu selalu
Sisi jiwa berteriak "hentikan!"
Tapi sahwat menolak sebab penuh nafsu lalu terus menggelinjang
Tuhan!
Lirih di atas ranjang masih tetap telanjang
Terima kasih telah ditunjukkan
Mengira selama ini ada ketulusan
Bijakmu yang palsu penuh reka-reka
Jalinan yang tersimpul kau anggap bak perdagangan semata
Untung dan rugi kau kedepankan
Perih saat telah percaya melebihi persaudaraan
Tetapi kenyamananmu untuk berteman hanya sebatas untung rugi saja
Rontok jiwa saat kenikmatan nan tabu telah tersuguhkan tak berbayar oleh harta
Usia yang beranjak memutih
Sadari ingin kehidupan damai, tak berkonflik serta tak berselisih
Tetapi kotornya hati saat ucapan tak sesinkron hati
Busuknya jiwa membarakan dengki
Kau berkata "manusia yang selalu pamer rasa mewah!"
Kau jengah
Tetapi sejurus kemudian kau pampang daftar nominal belanjamu
Kau berlagak terhunus lalu menyalahkan tapi semua tandaskan dangkalnya logika karena nominal itu merupakan keharusan miliki harta
Penghormatan semu
Kenikmatan tabu
Penuh dusta
Watak busuk aslimu terlihat kentara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar