Sungguh jahat bila kau itu
saudara sedarahku
Dan terucap lalu terbersit
di hati kau ingin melihat saudaramu menderita
Bukankah sebagai manusia
berTuhan tak boleh mendoakan keburukan?
Lalu ada apa denganmu?
Apakah kehidupanmu suram
lalu berimbas pada hatimu hingga kelam?
Catat kata-kataku
“Aku hanya mengingatkan dan
tak ingin sungguh melihat hidupmu sengsara”
Tapi seperti katamu
“manusia ada yang mendengar dan tidak mendengar”
Mungkin saat ini kau merasa
rendah diri dan malu
Aku sekarang pergi
menjauhimu karena tak mau terus berkonfrontasi
Bila tanpaku bahagia
hidupmu maka jalanilah
Karena bagiku terasa sesak
lagi menyakitkan tak bercengkrama
Jalanmu maka bertanggung
jawablah pada pilihanmu
Tak logis juga tak masuk
akal mencari para pendukungmu
Saat jasamu ingin berbuah
pamrih maka tercatatlah kelamnya hatimu
Kau bukan lagi manusia tua
bila tak respek pada semua kata indah
Terkadang kata-kata indah
tersampaikan secara perih
Terkadang karakter manusia
terlanjur perih saat berucap
Kau saudara terkelam dengan
jiwamu yang suram
Saat berkata di mulut dan
terbersit di hati “ingini hidup saudaramu berantakan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar