Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Sabtu, 31 Mei 2014

Untukmu Palestina Negara Yang Berdaulat

Hitam yang menggantung di langit membuat takut para penakut
Asap pekat yang mengepul mengaburkan pandangan membuat kalut para musafir
Kebisingan suara hanya membuat ringkih para penikmat suara biduan
Mayat-mayat berserakan di jalan hanya mengkerdilkan para pengacuh Tuhan
Runtuh dan rusaknya pelbagai bangunan hanya menciutkan nyali para penyerah

Kami tidak pernah gentar sekalipun
Ada kebesaran Tuhan bersama kami
Terjangan peluru tajam hanya merobek melukai tubuh kami tapi tidak hati kami
Sejuta embargo hanya karangan manusia tapi tidak runtuhkan keyakinan kami pada Tuhan
Tangisan mungkin ada tapi ini tangisan untuk menakuti kalian

Senjata-senjata termutakhir dari kalian tak akan memporak-porandakan hati kami
Jeruji besi tak mengunci sanubari kami
Keyakinan kami pada Tuhan bukan pada badan kami
Kau syahidkan para wanita dan para pria
Kau muliakan kematian para bocah kecil

Gelora hati kami tak pernah padam
Semangat kami tak pernah berkurang
Jumlah kami tak pernah surut
Ini tanah merdeka kami
Ini Palestina negara berdaulat kami

Aku Sungguh Manusia Biasa

Menangis saat benar-benar yakin kau tak lagi datang
Cerita dunia macam apa ini saat kau pergi begitu saja
Aku tak mau mengejarmu karena dulu kau yang datang
Tapi kau campakkan kisah rasa kita berdua

Dalam dunia kita hanya kau dan aku
Dalam ruang kita hanya ada sejumput rasa
Hanya sejumput karena belum tuntas rasa itu
Kau lenyap tinggalkan daku

Ruang itu telah tiada
Ruang itu telah terisikan berbongkah belukar
Imajinasi yang gantikan kisah kita
Menyalahkan dia yang tak memaksamu untuk di sini dan mengakar

Mungkin sesak pada dada
Mungkin menyesal menjelma pada jiwa
Mungkin masih maui kamu
Mungkin ini seperti simalakama racun dan madu

Menolak kau datang lagi sebelah hati
Sebelah hati yang lain mendamba kau berlari menyongsong sambil menari
Kosongnya jiwa ini
Damailah hati menjelang mati

Rindu Nan Cara Pertama

Rindu yang tiba-tiba muncul padamu
Entahlah, selalu itu jawaban darimu yang membuatku meragu
Namamu terpahat indah pada jiwa
Dalam deras hujan masih aku setia menanti
Ingin sekali menggapai bahagia bersamamu

Nirwana dunia ingin kukecapi walau sesaat
Orang lain tak perlu tahu tentang kita
Vaksin-vaksin rasa yang menguatkan hasrat padamu
Andai kau segera datang padaku
Larilah, lalu dekapi aku hingga lepas hasrat ini

Cintakah ini ?
Aku katakan ini bukan cinta
Nyamankan saja segala rasa
Debaran ini hanya sekedar rindu ingin berkasih sayang
Rasai saja seluruh ragaku olehmu
Aku mau kita berpeluh dalam rasa rindu

Pelangi setelah hujan tampak mempesona pada mata
Rintihan-rintihan kecil kita kelak akan memacu saat menghasrati
Arah kerinduan yang terpuaskan bila kau mau mengerti
Tanpa ikatan karena ini sekedar rindu tanpa cinta
Aku cukup senang bila kau mauiku
Masihkah ada kerinduanmu untukku ?
Aku masih menanti kerinduanmu nan cara pertamamu

Sakit Sekali

Menahan sedih yang mendidih di dada
Tentangmu

Menyayangi hingga rongga jiwa
Padamu

Berjalanku seakan hilang pegangan
Menjamah setiap lekuk tubuhmu yang kumau

Ratusan hari tanpamu buat rindu semakin panas
Dan sakit sekali tanpa memelukmu

Tak Mengertikah Akan Sayangku ?

Harus berkata dengan bahasa apa lagi aku ?
Harus menulis dengan tulisan apa lagi aku ?
Harus bicara dengan aksen negara mana lagi aku ?
Tak mengertikah akan semua tanda sayangku ?

Ini ungkapan sayang sekedar kasih
Hanya mau dekat denganmu
Tak berharap untuk milikimu

Karena bila kau mengerti rasa sayangku
Aku senang

Waktu Berjalan Tapi Tetap Kalian Kawan sejati

Bila waktu bisa kupilih
Maka akan kuhentikan waktu agar selamanya bersama kalian
Tapi waktu terus berjalan
Dan kita harus melangkah meninggalkan kenangan di belakang

Ada suka, ada tawa bercampur gelak dan canda
Ada sedih, ada tangis bercampur kesal dan cemberut
Bahagia dengan segala yang terjadi
Bila itu bersama kalian suasana apapun terasa indah
Kalian teman yang sejatinya berkawan karena berharap ridho Tuhan

Berjalanlah kawan
Melangkahlah teman
Rengkuh kebahagiaan kalian dan aku rengkuh kebahagiaanku
Simpan kenangan kita bersama dalam hati dan jiwa kita
Kenangan kita selamanya akan indah
Biarpun waktu berjalan kalian tetap kawan sejatiku karena teguh berTuhan

Sabtu, 24 Mei 2014

Ruang Berpeluh

Aku membenci kalian
Nafsu-nafsu sesat yang menggoda untuk di tunaikan
Berlari tapi terus meronta sambil terus berlari
Terlalu pekak dan berantakan di sini

Senyuman-senyuman menggugah kembali goda yang ingin terkuburkan
Inginkan kembali sebuah ruang pribadi untuk menggenapkan rasa itu
Ruang yang ada hanya kita berdua
Dunia tak pernah tahu apa yang terjadi di ruang ini
Penuh peluh
Melenguh seperti binatang penuh ketelanjangan
Seperti dulu rasa yang terpadukan
Menunaikan rasa sesat yang belum sempat tertuntaskan

Mungkin menyerah pada berbagai nafsu sesat itu
Masihkah ruang tersediakan bagi kita ?
Ruang tersembunyi dari dunia
Hanya kita berdua bersama Tuhan dan setan

Lalu tak malukah pada Tuhan ?
Tuhan Maha Melihat segala yang tersembunyikan
Masih butuhkah ruang itu ?

Aku gamang

Aku Rindu

Aku memang bukan nabi
Tapi aku berharap untuk dicintai

Aku bukan anak tuhan
Tapi aku berharap untuk disayangi terkasih dan kawan

Salahkah bila aku mau kamu merindukan aku ?
Karena aku di sini sang perindumu