Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Alam Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari: Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia

Pemandangan Jalan Raya Memecah Bukit Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dari : Koleksi Pribadi Slami Pekcikam

Rabu, 10 Juni 2020

Menanti Waktu Penghakiman Luka

Menganga
Terluka
Dan membiarkan luka tanpa tertutupi
Luka yang terbiarkan terbuka
Lalu dimanakah sebuah logika?
Saat sebuah cinta menutupi nurani juga akal
Saat sebuah cinta dunia menjadi suatu kebutuhan menafikan Tuhan
Kenali dari kenyataan sebenarnya
Jangan kenali dari kata-katanya yang penuh ambigu
Tiada yang akan luput dari Tuhan
Tidak semua manusia menyukaiku
Dan alasan logis bila tidak terkata di bumi
Maka akan kutunggu kelak saat hidup setelah mati
Mari saling mengadu pada Maha Hakim Paling Adil
Cinta
Tapi tak dicinta
Terlalu bertempat jauh
Bila menggunung rindu pelik untuk bertemu
Banyak yang mengantri untuk cintanya
Dan mungkin diriku tak berada dalam hitungannya
Mengerti sekali bilamana diriku hanya mencintaimu dalam angan dan bayang
Menanggalkan segala bentuk pemujaan pada dunia
Sebentuk cinta karena mempercayai teramat maha pada Sang Pencipta
Kematian yang tak berupa dan merupakan sebuah kepastian
Masihkah mengejawantah segala kesombongan-kesombongan?
Menyebut yang tercinta nun jauh pada raga dalam doa-doa
Tak mau lagi beradu drama seolah-olah semuanya baik-baik saja
Nikmatilah semua bentuk pilihan
Karena dunia merupakan panggung sandiwara
Tunggulah!
Atas nama perih juga nila setitik yang merusak susu sebenggala
Di hadapan Tuhan mengadu luka nan perih tanpa ada yang disembunyikan
Mari menunggu bila saatnya tiba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar